Anda di halaman 1dari 13

DASAR MESIN DC

Konstruksi Mesin DC

Konstruksi fisik mesin DC terdiri atas dua bagian yaitu bagian yang berputar

disebut rotor dan bagian yang stasioner disebut stator. Bagian stasioner mesin

tersusun atas rangka (frame) yang menyediakan dukungan fisik, dan batangan kutub

yangt berfungsi menyediakan lintasan fluks magnet pada mesin. Ujung dari batang

kutub yang berada dekat permukaan rotor disebut sepatu kutub. Permukaan luar

pada sepatu kutub disebut ”pole face”, jarak antara pole face dengan rotor disebut

“air gap”.

Pada mesin DC terdapat dua kumparan yaitu kumparan jangkar dan kumparan

medan. Kumparan jangkar didefinisikan sebagai kumparan dimana tegangan

diinduksikan, dan kumparan medan adalah kumparan yang menghasilkan medan

magnet utama pada mesin. Pada mesin DC normal, kumparan jangkar terletak di

rotor dan kumparan medan pada stator.

Kutub utama mesin DC terbuat dari material yang dilaminasi, kutub pada mesin DC

dinamakan kutub “salient” oleh karena bentuknya yang menonjol ke luar dari

permukaan stator. Kutub interpole diletakkan diantara medan utama.

Rotor pada mesin DC tersusun atas batangan baja dengan inti dibentuk diatasnya.

Inti rotor tersusun atas banyak laminasi dari lempengan baja, dengan “notch” di

sepanjang permukaan luarnya untuk meletakkan kumparan jangkar. Komutator

dipasang pada batang (shaft) rotor pada salah satu ujung inti rotor. Belitan jangkar

dipasangkan di dalam slot pada inti dan ujung-ujungnya dihubungkan ke segmen

komutator.

Materi Mata Kuliah Mesin Listrik Winasis, S.T., M.Eng.


Gambar 3.1 Konstruksi mesin DC (a) Penampang Mesin (b) Konstruksi kutub

Komutator dan Sikat

Komutator pada mesin DC umumnya dibuat dari batangan tembaga yang diisolasi

dengan bahan tipe mika. Batangan tembaga dibuat cukup tebal untuk

memungkinkan penggunaan normal hingga masa life time motor. Sikat pada mesin

terbuat dari karbon, graphite, metal graphite atau campuran karbon dan graphite.

Karbon mempunyai konduktivitas tinggi untuk mengurangi rugi-rugi elektrik dan

mempunyai koefisien gesekan rendah untuk mengurangi penggunaan berlebih.

Sikat dibuat dari material lebih lunak daripada material pada segmen komutator,

sehingga permukaan komutator akan aus lebih sedikit. Pemilihan tingkat kekerasan

sikat harus dikompromikan, jika terlalu lunak maka sikat harus sering diganti, jika

terlalu keras maka permukaan komutator akan cepat rusak.

Materi Mata Kuliah Mesin Listrik Winasis, S.T., M.Eng.


Gambar 3.2 Komutator

Prinsip Kerja Mesin DC

Gambar menunjukkan mesin DC sederhana dengan sebuah loop kawat yang

berputar pada sumbu tetap. Bagian yang berputar ini disebut rotor sedangkan bagian

yang stasioner dinamakan stator. Medan magnet mesin disuplai oleh kutub magnet

utara dan selatan pada stator.

Induksi Tegangan pada Kawat Berputar

Jika rotor mesin berputar, maka tegangan akan terinduksi pada kumparan kawat.

Tegangan induksi ini berubah-ubah arah setiap setengah putaran, sehingga

merupakan tegangan bolak-balik:

e = Emaks sin  t

Untuk memperoleh tegangan searah, maka digunakan alat penyearah yang disebut

komutator dan sikat.

Besar tegangan yang dibangkitkan adalah sama dengan hasil perkalian “product”

fluks di dalam mesin dengan kecepatan putaran mesin dikalikan dengan sebuah

konstanta yang merepresentasikan konstruksi mekanik mesin.

Secara umum tegangan pada mesin dipengaruhi oleh tiga faktor yang sama yaitu:

Materi Mata Kuliah Mesin Listrik Winasis, S.T., M.Eng.


1. fluks di dalam mesin

2. kecepatan putaran

3. konstanta ynag merepresentasikan konstruksi mesin

Tegangan keluaran kumparan jangkar dalam prakteknya sama dengan jumlah

konduktor per jalur pararel dikalikan tegangan induksi pada masing-masing

konduktor. Tegangan pada satu konduktor adalah:

eind = v B l

Sehingga tegangan keluaran kumparan jangakar adalah:

Z v Bl
Ea 
a

Dimana Z adalah jumlah keseluruhan konduktor dan a adalah jumlah jalur pararel

konduktor.

Kecepatan masin-masing konduktor pada rotor adalah v = r , sehingga:

Z r B l
Ea 
a

Fluks pada satu kutub adalah sama dengan rapat fluks dikalikan dengan luasan yang

dilingkupi, atau:

 = B Ap

Sementara rotor mesin berbentuk silinder mempunyai luasan:

A =2  r l

Jika ada P kutub pada mesin, maka area masin-masing kutub merupakan luasan

total A dibagi jumlah kutub P.

A 2 r l
Ap  
P P

Maka fluks total per kutub pada mesin adalah:

Materi Mata Kuliah Mesin Listrik Winasis, S.T., M.Eng.


B 2 r l
  B Ap 
P

Sehingga tegangan induksi pada mesin DC dinyatakan oleh:

Z r B l
Ea 
a
ZP
 
2 a
Ea  K  
ZP
K
2 a

 adlah kecepatan sudut dengan satuan radius per detik. Jika kecepatan dinyatakan

dalam rpm, dimana  = 2 /60  n, maka besar tegangan induksi adalah:

Ea = C  n

Dengan ZP
C
60 a

Dimana:

 = fluks pada mesin (weber)

n = kecepatan putaran

Z = jumlah konduktor

P = jumlah kutub

a = jumlah jalur pararel konduktor

C = konstanta

Induksi Torsi pada Kumparan Kawat

Misal sebuah batere dihubungkan pada mesin (kumparan jangkar), sehingga

susunan mesin menjadi seperti pada gambar, maka pada kawat akan terinduksi torsi

sehingga kawat akan bergerak (berputar) pada sumbunya. Besar torsi yang

Materi Mata Kuliah Mesin Listrik Winasis, S.T., M.Eng.


dihasilkan merupakan perkalian antara fluks pada mesin dengan arus mesin dan

konstanta yang merepresentasikan konstruksi mesin jadi torsi pada mesin

tergantung pada:

1. fluks pada mesin ()

2. arus jangkar (Ia)

3. konstanta yang merepresentasikan konstruksi mesin (K)

Besar torsi induksi pada mesin DC dinyatakan oleh persamaan:

ZP
Tind   Ia
2 a

atau Tind = K  Ia

dengan ZP
K
2 a

dimana Ia adalah arus jangkar pada mesin.

Komutasi pada Mesin DC

Komutasi merupakan proses pengubahan tegangan dan arus AC pada rotor mesin

Dc menjadi tegangan dan arus DC pada terminalnya. Apabila pada kedua ujung

kumparan dipasangkan cincin, tegangan yang keluar dari ujung kumparan ini

merupakan suatu gelombang sinusoid dengan setengah siklus negatifnya dibalik

menjaddi positif. Dengan demikian tegangan yang keluar meupakan suatu tegangan

searah.

Gambar , memperlihatkan saat-saat komutator berada dibawah sikat, yang pada

bidang netral (bidang yang tegak lurus terhadap sumbu fluks utama).

Materi Mata Kuliah Mesin Listrik Winasis, S.T., M.Eng.


Gambar 3.2 Prinsip kerja komutator

Misalnya pada t = t0, “segmen komutator” tepat berimpit dengan sikat. Dan

misalkan ada dua jalan pararel dalam kumparan jangkar tersebut, sehingga arus

jangkar Ia yang mengalir pada masing-masing jalan pararel adalah Ia /2 dengan arah

seperti ynag ditunjukkan pada gambar. Dengan demikian arus yang mengalir pada

kumparan A = Ia /2 dan arahnya ke kanan. Jika arah perputaran jangkar dimisalkan

ke arah kanan (lihat gambar di atas), dan pada saat t = t1 sikat terletak antara dua

komutator dengan perbandingan 1:3 (lihat gambar b), maka distribusi arus pada

masing-masing komutator adalah Ia /4 pada komutator sebelah kiri, dan 3Ia /4 pada

komutator sebelah kanan.

Dari Hukum Kirchoff untuk arus, kita dapatkan besar arus yang mengalir pada

kumparan A = Ia /4 dengan arah masih tetap ke kanan. Pada t = t2, sikat tepat berada

di tengah-tengah antara dua segmen komutator tersebut, maka terlihat bahwa tidak

ada arus ynag mengalir pada kumparan A (keadaan ini sma halnya seperti ketika

kumparan A tepat berada pada bidang netral). Pada t = t3, sikat berada antara dua

segmen komutator dengan perbandingan letak 1:3 (liaht gambar d), di sini arus yang

mengalir pada kumparan A = Ia /4, dengan arah arus terbalik yaitu ke kiri. Akhirnya

pada t = t4, sikat meniggalkan segmen komutator sebelah kanan dan tepat berada

Materi Mata Kuliah Mesin Listrik Winasis, S.T., M.Eng.


pada segmen komutator sebelah kiri. Pada kumparan A mengalir arus sebesar Ia /2

yang arahnya ke kiri.

Demikianlah dengan adanya arus yang berbalik arah dalam kumparan jangkar yang

berputar dalam medan magnet, dihasilkan tegangan induksi (ggl) dengan bentuk

gelombang seperti terlihat pada gambar:

Gambar 3.3 Bentuk gelombang tegangan searah

Jika arus dalam kumparan A digambarkan sebagai fungsi waktu diperoleh fungsi

linear. Fungsi tersebut merupakan fungsi linier komutasi yang dihasilkan jika rapat

arus dalam sikat seragam. Tetapi karena adanya pengaruh induktansi kumparan dan

tahanan sikat untuk arus yang cukup besar, maka fungsi tersebut tidak linier lagi,

melainkan berupa garis lengkung. Untuk mengkompensasi hal di atas, ditambahkan

suatu kutub pembantu dan kumparan kompensasi. Jika kumparan kompensasi dapat

menetralisasi reaksi jangkar, besarnya ggm yang diperlukan pada kutub pembantu

sama dengan ggm untuk pengaruh induktans pada kumparan.

Materi Mata Kuliah Mesin Listrik Winasis, S.T., M.Eng.


Gambar 3.4 Mesin DC dengan kumparan kompensasi

BELITAN MESIN ARUS SEARAH

Belitan Gelung

Kumparan biasanya terdiri atas beberapa lilitan. Kumparan yang dihubungkan satu

sama lain membentuk lilitan. Apabila kumparan dihubungkan dan dibentuk

sedemikian rupa hingga setiap kumparan menggelung kembali ke sisi kumparan

berikutnya, maka hubungan itu disebut belitan gelung. Gambar 3.5

memperlihatkan rotor dengan belitan gelung, 2 kutub, 8 alur dan 8 kumparan.

Karena setiap kumparan mempunyai dua ujung, dan setiap segmen komutator

menghubungkan dua ujung kumparan, terdapatlah segmen komutator yang saling

terisolir. Segmen komutator turut berputar bersama rotor. Setiap sikat terbuat dari

bahan penghantar karbon, tidak turut berputar (diam) tetapi bergerak pada segmen

komutator yang berputar. Agar tegangan sisi kumparan saling memperbesar, maka

bila satu sisi kumparan terletak di bawah kutub utara, pasangan sisi kumparan

lainnya harus terletak di bawah kutub selatan.

Materi Mata Kuliah Mesin Listrik Winasis, S.T., M.Eng.


Gambar 3.5 Belitan gelung rotor

Dengan memperhatikan (gambar a), jika ditelusuri belitan kumparan 7 yang

dimulai dari segmen komutator 7, menuju ujung sisi kumparan 13 terus ke sisi

pasangan kumparan 6 dan berakhir pada segmen komutator 8. Bila kedelapan

kumparan yang ada terus ditelesuri, akan diperoleh belitan tertutup yang berbentuk

gelung.

Bila pada rotor diberikan energi mekanis dengan arah berlawanan jarum jam, akan

diperoleh gaya gerak listrik (ggl) pada masing-masing kumparan. Arah ggl pada

ujung kumparan diperlihatkan dengan tanda (-) dan (x). Dalam posisi seperti terlihat

pada gambar, sikat A dan B menghubungsingkatkan masing-masing kumparan 5

dan juga kumparan 1. Keadaan ini memang dikehendaki karena dengan demikian

di kumparan 5 dan 1 tidak timbul tegangan. Dengan cara demikian dapat ditentukan

lokasi yang tepat untuk meletakkan sikat, yaitu pada posisi yang akan menghasilkan

tegangan nol di sisi masing-masing kumparan 5 dan 1 tadi. Tegangan yang

dibangkitkan pada sisi kumparan yang lain akan saling menambah secara seri di

antara sikat A dan B. Jika beban dihubungkan pada sikat, arus akan mengalir. Jalur

Materi Mata Kuliah Mesin Listrik Winasis, S.T., M.Eng.


pararel sisi kumparan antara sikat A dan B dapat dilihat pada gambar b. Dalam

contoh keadaan ini, sisi atau ujung kumparan 1, 10, 9, dan 2 bertegangan nol.

Kumparan berputar terhadap waktu, tapi bentuk ggl yang dibangkitkan adalah

sama, karena bila kumparan 1 begerak mengambil posisi kumparan 8, kumparan 8

akan mengambil posisi kumparan 7 dan seterusnya. Oleh karenanya tegangan yang

dibangkitkan di ujung sikat adalah tegangan searah. Dengan kata lain tegangan

bolak-balik melalui kerja komutator dan sikat telah diubah menjadi tegangan

searah. Pada bentuk belitan gelung jumlah kutub, sikat dan jalur pararel akan selalu

sama. Dalam contoh diatas jumlah kutub, sikat dan jalur paparel adalah dua.

Belitan Gelombang

Dalam belitan gelombang, kumparan dihubungkan serta dibentuk sedemikian rupa

sehingga berbentuk gelombang. Hubungan ini dapat lebih jelas bila ditelusuri jalan

kumparan pada gambar:

Gambar 3.6 Belitan gelombang

Ganbar di atas juga menunjukkan adanya 4 kutub, 21 kumparan rotor dan terdapat

2 sisi kumparan di masing-masing alur. Yang dimaksud dengan kisar komutator

Materi Mata Kuliah Mesin Listrik Winasis, S.T., M.Eng.


adalah jumlah segmen komutator yang diperlukan untuk membentangkan suatu

kumparan tertutup. Bila Yc = kisar komutator, p = jumlah kutub, dan c = jumlah

kumparan. Maka berlaku hubungan:

Yc = 2(c + 1)/p

Dalam contoh di atas, di mana p = 4 dan c = 21, diperoleh Yc = 11 atau 10. Dalam

contoh ini diambil harga Yc = 10.

Untuk belitan gelombang (simplex wave-wound), berapa pun jumlah kutub yang

ada, jalur pararel dan sikat akan selalu berjumlah dua (a = 2) dengan jumlah

konduktor yang terhubung seri pada satu jalur adalah Z//2. Sehingga tegangan

induksi untuk belitan gelombang adalah

. p.N Z . p.N .Z
Ea   
60 2 120

Tidak demikian halnya dengan belitan gelung, yang jumlah jalur pararelnya

sebanding dengan bertambahnya jumlah kutub. Kumparan gelung (simplex lap-

wound) memiliki jalur pararel sama dengan jumlah kutubnya (a = p) dengan jumlah

konduktor yang terhubung seri pada satu jalur sebanyak Z/p. Maka tegangan

induksi pada belitan gelung adalah

. p.N Z .N .Z
Ea   
60 p 60

Biasanya belitan gelung digunakan untuk mesin beraliran arus tinggi, sedangkan

belitan gelombang yang selalu hanya mempunyai dua jalur pararel, digunakan

untuk mesin bertegangan tinggi.

Secara umum besarnya ggl yang dibangkitkan oleh generator ditulis sebagai :
.Z .N  p 
Ea   
60 a

Materi Mata Kuliah Mesin Listrik Winasis, S.T., M.Eng.


Contoh :

Hitung fluks yang terdapat dalam dinamo (generator arus searah) 4 kutub dengan
772 konduktor jangkar yang membangkitkan tegangan 500 volt, ketika berputar
pada kecepatan 1.000 putaran perdetik , jika jangkar :
1. Dalam hubungan gelung
2. Dalam hubungan gelombang.

Jawaban :
Diketahui : Generator arus searah
P = 4 kutub, Z = 722 konduktor, E = 500 Volt, N = 1000 RPM
A

Untuk kumparan terhubung jerat :


a=p=4
E A .60  a  500 X 60  4 
    
Z .N  p  722 X 1000  4 
 = 41,55 X 10-3 Weber = 41,55 mWb

Untuk kumparan terhubung gelombang :


a= 2
E A .60  a  500 X 60  2 
    
Z .N  p  722 X 1000  4 
 = 20,78 x 10-3 Weber = 20,78 mWb

Materi Mata Kuliah Mesin Listrik Winasis, S.T., M.Eng.

Anda mungkin juga menyukai