Anda di halaman 1dari 22

Prinsip Cara Kerja Generator

Prinsip kerja generator sangatlah sederhana yaitu kumparan jangkar yang memotong medan
pada magnet yang dihasilkan kumparan medan akan menimbulkan gerak gaya listrik terhadap
kumparan jangkar. Cara kerja generator yang utama adalah adanya medan magnet dan
pemotong medan magnet.

Prinsip Kerja Generator

Generator merupakan alat yang mampu menghasilkan energi listrik yang bersumber kepada
energi mekanik dan umumnya menggunakan induksi elektromagnetik.Sumber energi
mekanik sendiri bisa berasal dari resiprokat ataupun turbin.

Generator listrik pertama kali ditemukan pada tahun 1831 oleh seseorng yang bernama
Faraday. Saat itu generator listrik mempunyai bentuk gulungan kawat yang dililitkan pada
besi yang berukuran U. Generator tersebut dikenal dengan nama Generator Cakram Faraday.

Cara Kerja Generator

Cara kerja generator adalah melalui pergerakan medan magnet yang ada di rotor terhadap
kumparan tetap yang terdapat di stator. Medan magnet tersebut dihasilkan dengan cara
memberikan tegangan DC (Direct Current) pada kumparan penguat medan yang ada di rotor
yang dapat dihasilkan melalui penguat sendiri maupun penguat terpisah. Sumber tegangan
DC sendiri bisa didapat dari aki (accumulator). Setelah itu pemotong medan magnet bisa
menggunakan bahan konduktor untuk memotong medan magnet yang ada, karena apabila
tidak memotong maka prinsip kerja generator tidak akan timbul yang berupa gaya gerak
listrik.

Generator listrik mempunyai 2 macam jenis yaitu generator listrik AC dan generator listrik
DC. Generator listrik AC mempunyai dua kutub stator sehingga apabila kutub-kutub magnet
yang berlawanan dihadapkan maka akan menimbulkan sebuah medan magnet. Sedangkan
generator listrik DC mempunyai komulator sehingga arus listrik yang akan dihasilkan berupa
arus listrik DC sekalipun sumbernya berupa arus listrik AC. Adapun alat yang mampu
mengkonverter arus listrik searah (DC) menjadi arus listrik AC yaitu inverter listrik.
Manfaat Generator Listrik

Manfaat generator listrik adalah sebagai salah satu elemen mesin pembangkit listrik yang
mana berasal dari energi mekanik dan semua pembangkit listrik menggunakan komponen
generator di dalamnya. Manfaat generator listrik pun sangat banyak baik itu untuk kalangan
pribadi ataupun industri. Untuk industri prinsip kerja generator sangat terasa pada pusat
listrik tenaga uap yang berjenis medan tutup dan menggunakan system udara yang terbuka.
Disini putaran turbin yang berasal dari air yang dibendung dalam waduk mampu
menghasilkan listrik.

Sell surya

Sel surya atau juga sering disebut fotovoltaik adalah divais yang mampu mengkonversi
langsung cahaya matahari menjadi listrik. Sel surya bisa disebut sebagai pemeran utama
untuk memaksimalkan potensi sangat besar energi cahaya matahari yang sampai kebumi,
walaupun selain dipergunakan untuk menghasilkan listrik, energi dari matahari juga bisa
dimaksimalkan energi panasnya melalui sistem solar thermal.

Struktur Sel Surya

Sesuai dengan perkembangan sains&teknologi, jenis-jenis teknologi sel surya pun


berkembang dengan berbagai inovasi. Ada yang disebut sel surya generasi satu, dua, tiga dan
empat, dengan struktur atau bagian-bagian penyusun sel yang berbeda pula (Jenis-jenis
teknologi surya akan dibahas di tulisan “Sel Surya : Jenis-jenis teknologi”). Dalam tulisan ini
akan dibahas struktur dan cara kerja dari sel surya yang umum berada dipasaran saat ini yaitu
sel surya berbasis material silikon yang juga secara umum mencakup struktur dan cara kerja
sel surya generasi pertama (sel surya silikon) dan kedua (thin film/lapisan tipis).

Cara kerja sel surya

Sel surya konvensional bekerja menggunakan prinsip p-n junction, yaitu junction antara
semikonduktor tipe-p dan tipe-n. Semikonduktor ini terdiri dari ikatan-ikatan atom yang
dimana terdapat elektron sebagai penyusun dasar. Semikonduktor tipe-n mempunyai
kelebihan elektron (muatan negatif) sedangkan semikonduktor tipe-p mempunyai kelebihan
hole (muatan positif) dalam struktur atomnya. Kondisi kelebihan elektron dan hole tersebut
bisa terjadi dengan mendoping material dengan atom dopant. Sebagai contoh untuk
mendapatkan material silikon tipe-p, silikon didoping oleh atom boron, sedangkan untuk
mendapatkan material silikon tipe-n, silikon didoping oleh atom fosfor.

Peran dari p-n junction ini adalah untuk membentuk medan listrik sehingga elektron (dan
hole) bisa diekstrak oleh material kontak untuk menghasilkan listrik. Ketika semikonduktor
tipe-p dan tipe-n terkontak, maka kelebihan elektron akan bergerak dari semikonduktor tipe-n
ke tipe-p sehingga membentuk kutub positif pada semikonduktor tipe-n, dan sebaliknya kutub
negatif pada semikonduktor tipe-p. Akibat dari aliran elektron dan hole ini maka terbentuk
medan listrik yang mana ketika cahaya matahari mengenai susuna p-n junction ini maka
akan mendorong elektron bergerak dari semikonduktor menuju kontak negatif, yang
selanjutnya dimanfaatkan sebagai listrik, dan sebaliknya hole bergerak menuju kontak positif
menunggu elektron datang.

Generator DC
Generator DC merupakan sebuah perangkat Motor listrik yang mengubah energi mekanis
menjadi energi listrik. Generator DC menghasilkan arus DC / arus searah. Generator DC
dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan dari rangkaian belitan magnet atau penguat
eksitasinya terhadap jangkar (anker), jenis generator DC yaitu:
a. Generator penguat terpisah
b. Generator shunt
c. Generator kompon

Prinsip kerja Generator DC

Teori yang mendasari terbentuknya GGL induksi pada generator ialah Percobaan Faraday.
Percobaan Faraday membuktikan bahwa pada sebuah kumparan akan dibangkitkan GGL
Induksi apabila jumlah garis gaya yang diliputi oleh kumparan berubah-ubah.

Ada 3 hal pok ok terkait dengan GGL Induksi ini, yaitu :

1. Adanya flux magnet yang dihasilkan oleh kutub-kutub magnet.

2. Adanya kawat penghantar yang merupakan tempat terbentuknya EMF.

3. Adanya perubahan flux magnet yang melewati kawat penghantar listrik.

 Pada gambar tersebut, dengan memutar rotor ( penghantar ) maka pada penghantar akan
timbul EMF.
 Kumparan ABCD terletak dalam medan magnet sedemikian rupa sehingga sisi A-B dan
C-D terletak tegak lurus pada arah fluks magnet.
 Kumparan ABCD diputar dengan kecepatan sudut yang tetap terhadap sumbu putarnya
yang sejajar dengan sisi A-B dan C-D.
 GGL induksi yang terbentuk pada sisi A-B dan sisi C-D besarnya sesuai dengan
perubahan fluks magnet yang dipotong kumparan ABCD tiap detik sebesar :

Prinsip kerja generator (dinamo) DC sama dengan generator AC. Namun, pada generator DC
arah arus induksinya tidak berubah. Hal ini disebabkan cincin yang digunakan pada generator
DC berupa cincin belah (komutator).
Pembangkitan tegangan induksi oleh sebuah generator diperoleh melalui dua cara:
• Dengan menggunakan cincin-seret, menghasilkan tegangan induksi bolak-balik.
• Dengan menggunakan komutator, menghasilkan tegangan DC.
Proses pembangkitan tegangan tegangan induksi tersebut dapat dilihat pada Gambar 2 dan
Gambar 3.

Gambar 2. Pembangkitan Tegangan Induksi.

Jika rotor diputar dalam pengaruh medan magnet, maka akan terjadi perpotongan medan
magnet oleh lilitan kawat pada rotor. Hal ini akan menimbulkan tegangan induksi. Tegangan
induksi terbesar terjadi saat rotor menempati posisi seperti Gambar 2 (a) dan (c). Pada posisi
ini terjadi perpotongan medan magnet secara maksimum oleh penghantar. Sedangkan posisi
jangkar pada Gambar 2.(b), akan menghasilkan tegangan induksi nol. Hal ini karena tidak
adanya perpotongan medan magnet dengan penghantar pada jangkar atau rotor. Daerah
medan ini disebut daerah netral.

Gambar 3. Tegangan Rotor yang dihasilkan melalui cincin-seret dan komutator


Jika ujung belitan rotor dihubungkan dengan slip-ring berupa dua cincin (disebut juga dengan
cincin seret), seperti ditunjukkan Gambar 3.(1), maka dihasilkan listrik AC (arus bolak-balik)
berbentuk sinusoidal. Bila ujung belitan rotor dihubungkan dengan komutator satu cincin
Gambar 3.(2) dengan dua belahan, maka dihasilkan listrik DC dengan dua gelombang positip.
• Rotor dari generator DC akan menghasilkan tegangan induksi bolak-balik. Sebuah
komutator berfungsi sebagai penyearah tegangan AC.
• Besarnya tegangan yang dihasilkan oleh sebuah generator DC, sebanding dengan
banyaknya putaran dan besarnya arus eksitasi (arus penguat medan).
- See more at: http://catatansebelumwisuda.blogspot.com/2013/05/prinsip-kerja-generator-
dc.html#sthash.aYgU1Bc3.dpuf

Diagram Fasor

Pada bab sebelumnya, kita telah mengetahui bahwa gelombang sinusoidal yang memiliki
frekuensi yang sama bisa memiliki perbedaan fase yang menyatakan perbedaan sudut di
antara keduanya. Istilah "mendahului", "tertinggal", "sefase" dan "beda fase" digunakan
untuk menunjukkan hubungan antara satu gelombang dengan gelombang yang lain
berdasarkan persamaan umum gelombang: A = Am sin(ωt ± Φ) menyatakan gelombang
sebuah sinus pada satuan waktu. Namun pernyataan sebuah gelombang dalam bentuk
matematika saja terkadang sulit untuk divisualisasikan, sehingga untuk menyatakan
perbedaan sudut atau fase gelombang dapat dipresentasikan secara grafis menggunakan
domain ruang atau fasor yang dibentuk oleh diagram fasor yang diperoleh dari metode vektor
putaran.

Pada dasarnya metode vektor putaran atau rotasi disebut fasor, metode ini merupakan sebuah
garis ukur yang menyatakan nilai arus bolak-balik yang memiliki nilai maksimum dan arah
(fase) pada titik waktu tertentu. Fasor adalah metode pengukuran vektor yang memiliki ujung
yang lancip pada salah satu panah yang menandakan nilai maksimum sebuah vektor (V atau
I) dan badan panah sebagai penanda akhir putaran dari sebuah vektor.
Dalam diagram fasor umumnya arah panah vektor diasumsikan untuk mengacu pada sebuah
titik nol yang disebut titik acuan, sementara ujung panah menyatakan nilai ukuran yang
berputar melalui arah yang berlawanan dengan jarum jam yang memiliki sebuah kecepatan
sudut (ω). Vektor yang berputar melawan arah jarum jam dianggap sebagai putaran bernilai
positif. Sebaliknya, putaran searah jarum jam adalah putaran yang bernilai negatif.
Meskipun istilah vektor dan fasor digunakan untuk menggambarkan sebuah garis yang
berputar yang memiliki besaran nilai dan arah, perbedaan utama di antara keduanya adalah
bahwa besaran yang digunakan untuk vektor adalah "nilai maksimum" gelombang sinusoidal,
sementara besaran untuk fasor adalah "nilai efektif" gelombang. Tetapi fase sudut dan arah
pada keduanya adalah sama.
Fase sistem listrik bolak-balik pada titik waktu tertentu dapat digambarkan dengan diagram
fasor, jadi diagram fasor dapat dikatakan sebagai "rumus fungsi waktu". Sebuah gelombang
sinus penuh dapat dibuat dengan sebuah vektor yang berputar pada kecepatan sudut ω = 2πƒ,
dengan f sebagai frekuensi gelombang. Maka Fasor adalah nilai ukur yang memiliki "arah"
dan "besaran". Umumnya ketika menggambar diagram fasor, kecepatan sudut gelombang
sinus selalu diasumsikan sebagai ω dalam satuan rad/s. Kita ambil diagram fasor di bawah ini
sebagai contoh.

Diagram Fasor 3 Fase

Sebelumnya kita hanya mempelajari gelombang AC satu fase yang terdiri atas sebuah kawat
tunggal berupa kumparan yang berputar di dalam medan magnet. Tetapi jika tiga buah kawat
yang sama dengan jumlah gulungan yang sama ditempatkan dengan jarak 120o satu sama lain
pada motor listrik yang sama, maka sebuah pembangkit tegangan 3 fase akan dihasilkan.
Sebuah pembangkit tegangan 3 fase yang seimbang terdiri atas tiga tegangan sinusoidal yang
memiliki nilai besaran dan frekuensi yang sama tetapi saling berbeda fase 120o.
Cara yang umum biasanya adalah dengan memberikan warna ketiga fase tersebut deng warna
Merah, Kuning, dan Biru untuk menentukan masing-masing fase dengan fase Merah sebagai
fase acuan. Urutan putaran yang normal untuk ketiga fase pembangkit adalah Merah, diikuti
oleh Kuning, kemudian diikuti oleh Biru (M,K,B).
Sama dengan fasor satu fase di atas, ketiga fasor ini menggambarkan sebuah sistem tiga fase
yang juga berputar pada arah berlawanan jarum jam mengelilingi sumbu putar yang
ditunjukkan oleh tanda panah ω dalam rad/s. Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar
berikut.

Diagram Fasor 3 Fase


Ketiga fase tegangan memiliki nilai besaran yang sama tetapi berbeda sudut fase. Kumparan
pada ketiga kawat saling terhubung pada titik a1, b1 dan c1 untuk menghasilkan persamaan
umum untuk menghubungkan ketiga fase yang berbeda. Jika fase merah adalah fase acuan
maka setiap fase tegangan dapat dinyatakan ke dalam persamaan umum berikut:

Persamaan Fasor Tegangan Tiga Fase

Jika fase tegangan merah VMN sebagai tegangan acuan seperti sebelumnya maka urutan fase
adalah M - K - B sehingga tegangan pada fase kuning tertinggal 120o dari VMN dan tegangan
pada fase biru tertinggal dari VKN 120o. Dapat pula dikatakan bahwa fase tegangan biru VBN
mendahului fase tegangan merah 120o.
Terakhir mengenai sistem tiga fase, karena ketiga tegangan pada gelombang sinusoidal
memiliki hubungan yang tetap satu sama lain yakni 120o maka ketiga fase tersebut dikatakan
seimbang. Dengan kata lain hasil penjumlahan fasor dari ketiganya akan selalu sama dengan
0 atau: Va + Vb + Vc = 0.

Kesimpulan
Secara singkat, diagram fasor adalah proyeksi dari vektor yang berputar ke dalam sebuah
sumbu horizontal yang menyatakan nilai-nilai sesaat. Karena diagram fasor digambarkan
untuk menyatakan nilai sesat berdasarkan waktu atau sudut, maka fasor yang menjadi acuan
pada sistem listrik bolak-balik selalu digambarkan pada arah positif sumbu x.

 Vektor, fasor, dan diagram fasor hanya digunakan pada gelombang sinusoidal AC.

 Diagram fasor dapat digunakan untuk menyatakan dua atau lebih nilai stasioner
sinusoidal pada titik waktu tertentu.

 Fasor acuan umumnya digambarkan pada sumbu horizontal dan fasor yang lainnya
digambarkan pada titk waktu yang lain. Semua fasor digambar berdasarkan sumbu
horizontal.

 Diagram fasor dapat digunakan untuk menggambarkan lebih dari dua gelombang
sinusoidal. Gelombang tersebut dapat merupakan tegangan, arus dan nilai pada
sistem listrik bolak-balik lainnya, tetapi frekuensinya harus sama.

 Semua fasor berputar melawan arah jarum jam. Setiap fasor yang berada di depan
dikatakan "mendahului" dan fasor yang berada di belakang dikatakan sebagai
"tertinggal".

 Pada umumnya, panjang sebuah fasor menyatakan nilai efektif dari parameter
sinusoidal. Namun ada juga yang menggunakan panjang fasor sebagai nilai
maksimum.

 Gelombang sinusoidal yang berbeda frekuensi tidak dapat digambarkan pada


diagram fasor yang sama karena perbedaan kecepatan vektor. Pada setiap titik waktu
sudut fase di antara keduanya akan berbeda-beda.

 Dua atau lebih vektor dapat dijumlahkan atau dikurangkan sehingga menjadi sebuah
vektor tunggal yang disebut Vektor Resultan.

 Sisi horizontal pada vektor sama dengan nilai real atau vektor x. Sisi vertikal vektor
sama dengan nilai imajiner atau vektor y. Sisi miring yang dihasilkan sama dengan
vektor resultan atau vektor r.

 Pada sistem tiga fase yang seimbang, setiap fasor berbeda 120o.
Prinsip Kerja Motor Listrik 1 Fasa

Motor dalam dunia kelistrikan ialah mesin yang digunakan untuk mengubah energi
listrik menjadi energi mekanik. Salah satu motor listrik yang umum digunakan dalam banyak
aplikasi ialah motor induksi. Motor induksi merupakan salah satu mesin asinkronous
(asynchronous motor) karena mesin ini beroperasi pada kecepatan dibawah kecepatan
sinkron. Kecepatan sinkron sendiri ialah kecepatan rotasi medan magnetik pada mesin.
Kecepatan sinkron ini dipengaruhi oleh frekuensi mesin dan banyaknya kutub pada mesin.
Motor induksi selalu berputar dibawah kecepatan sinkron karena medan magnet yang
dibangkitkan stator akan menghasilkan fluks pada rotor sehingga rotor tersebut dapat
berputar. Namun fluks yang terbangkitkan oleh rotor mengalami lagging dibandingkan fluks
yang terbangkitkan pada stator sehingga kecepatan rotor tidak akan secepat kecepatan
putaran medan magnet. Berdasarkan suplai input yang digunakan, motor induksi dibagi
menjadi dua jenis, yaitu motor: induksi 1 fasa dan motor induksi 3 fasa. Dalam artikel ini
hanya akan dijelaskan mengenai motor induksi 1 fasa, namun untuk prinsip kerjanya sendiri
kedua jenis motor induksi tersebut memiliki prinsip kerja yang sama. Yang membedakan dari
kedua motor induksi ini ialah motor induksi 1 fasa tidak dapat berputar tanpa bantuan gaya
dari luar sedangkan motor induksi 3 fasa dapat berputar sendiri tanpa bantuan gaya dari luar.
Konstruksi Motor Induksi Satu Fasa
Gambar-bagian utama motor induksi satu fasa (www.learnengineering.org)

Terdapat 2 bagian penting pada motor induksi 1 fasa, yaitu: rotor dan stator. Rotor merupakan
bagian yang berputar dari motor dan stator merupakan bagian yang diam dari motor. Rotor
umumnya berbentuk slinder dan bergerigi sedangkan stator berbentuk silinder yang
melingkari seluruh badan rotor. Stator harus dilengkapi dengan kutub-kutub magnet dimana
kutub utara dan selatan pada stator harus sama dan dipasang melingkari rotor sebagai suplai
medan magnet dan kumparan stator untuk menginduksi kutub sehingga menciptakan medan
magnet. Stator umumnya dilengkapi dengan stator winding yang bertujuan membantu
putaran rotor, dimana stator winding dilengkapi dengan konduktor berupa kumparan. Selain
itu, stator juga dilapisi dengan lamina berbahan dasar silikon dan besi yang bertujuan untuk
mengurangi tegangan yang terinduksi pada sumbu stator dan mengurangi dampak kerugian
akibat munculnya arus eddy (eddy current) pada stator. Rotor umumnya dibuat dari
alumunium dan dibuat bergerigi untuk menciptakan celah yang akan diisi konduktor berupa
kumparan. Selain itu, rotor juga dilapisi dengan lamina untuk menambah kinerja dari rotor
yang digunakan. Masing-masing komponen dipasang pada besi yang ditunjukkan seperti
pada gambar berikut:
Gambar 2 Konstruksi Motor Induksi 1 Fasa

Prinsip Kerja Motor Induksi 1 Fasa

Misalkan kita memiliki sebuah motor induksi 1 fasa dimana motor ini disuplai oleh sebuah
sumber AC 1 fasa. Ketika sumber AC diberikan pada stator winding dari motor, maka arus
dapat mengalir pada stator winding. Fluks yang dihasilkan oleh sumber AC pada stator
winding tersebut disebut sebagai fluks utama. Karena munculnya fluks utama ini maka fluks
medan magnet dapat dihasilkan oleh stator.

Gambar 3-Dampak adanya arus pada stator

Misalkan lagi rotor dari motor tersebut sudah diputar sedikit. Karena rotor berputar maka
dapat dikatakan bahwa konduktor pada rotor akan bergerak melewati stator winding. Karena
konduktor pada rotor bergerak relatif terhadap fluks pada stator winding, akibatnya muncul
tegangan ggl (gaya gerak listrik) pada konduktor rotor sesuai dengan hukum faraday. Anggap
lagi motor terhubung dengan beban yang akan dioperasikan. Karena motor terhubung dengan
beban maka arus dapat mengalir pada kumparan rotor akibat adanya tegangan ggl pada rotor
dan terhubungnya rotor dengan beban. Arus yang mengalir pada rotor ini disebut arus rotor.
Arus rotor ini juga menghasilkan fluks yang dinamakan fluks rotor. Interaksi antara kedua
fluks inilah yang menyebabkan rotor didalam motor dapat berputar sendiri. Perlu diingat
bahwa pada kondisi awal diasumsikan rotor sudah diberi gaya luar untuk menggerakkan
konduktor pada rotor, karena jika tidak maka rotor akan diam terhadap fluks pada kumparan
stator sehingga tidak terjadi tegangan ggl pada kumparan rotor, sesuai dengan hukum faraday.
Gambar 4-Putaran pada rotor akibat fluks. Dimisalkan Rotor sudah berputar sedikit

Sebelumnya telah dibahas mengenai adanya arus stator yang mengakibatkan munculnya arus
pada rotor karena hukum faraday. Masing-masing arus menghasilkan fluks yang
mempengaruhi rotor. Bagaimana fluks tersebut mempengaruhi kecepatan putaran rotor akan
dibahas pada paragraf ini. Arus stator akan menghasilkan fluks utama, sedangkan arus pada
rotor menghasilkan fluks pada rotor. Masing-masing fluks ini akan mempengaruhi arah
putaran rotor, hanya saja arah keduanya berlawanan. Sesuai hukum lorentz, apabila kita
memiliki sebuah kabel yang dialiri arus dan terdapat fluks medan magnet disekitar kabel
tersebut maka akan terjadi gaya pada kabel tersebut. Karena besarnya fluks pada stator dan
rotor relatif sama maka gaya yang dihasilkan juga sama. Namun karena arah gaya yang
berbeda mengakibatkan rotor tidak berputar akibat kedua gaya yang saling menghilangkan.
Hal ini juga yang mengakibatkan motor induksi perlu diputar sedikit, agar salah satu gaya
yang dihasilkan oleh fluks lebih besar daripada yang lainnya sehingga rotor dapat berputar.

Gambar 5-Saat rotor tidak berputar, total gaya akibat masing-masing fluks ialah 0
Gambar 6-Saat rotor sudah berputar sedikit, total gaya akan memiliki perbedaan
sehingga terjadi putaran

Jenis-Jenis Motor Induksi Satu Fasa

Motor induksi satu fasa ini memiliki 4 jenis berdasarkan bagaimana motor ini diaktifkan
sendiri (self-starting).

 Motor Induksi Split-Phase

Motor Jenis ini menggunakan kapasitor di salah satu stator windingnya, dimana besarnya
kapasitas dari kapasitor sebisa mungkin dibuat kecil. Misalkan kita memiliki sumber arus 2
fasa dan sumber ini disambungkan pada motor jenis ini, maka arus yang mengalir pada salah
satu winding akan membesar dan mengalami pergeseran fase. Akibat 2 hal tersebut, motor
akan dapat berputar karena perbedaan fluks dari masing-masing winding. Torsi yang
dihasilkan umumnya dapat mencapai kecepatan maksimum dari motornya. Motor jenis ini
sering dipakai pada beban 200W. Peletakan kapasitor sangat berpengaruh pada rangkaian ini
karena dapat mengubah aras fluks yang dihasilkan dan sebagai akibatnya mengubah arah
putaran rotor.

Gambar 7-Rangkaian Ekivalen Split-Phase (www.allaboutcircuits.com)

 Motor Induksi Capasitor-Start

Motor jenis ini kurang lebih sama dengan motor induksi tipe split-phase. Perbedaannya ialah
adanya switch yang dipasang antara salah satu stator winding dan kapasitor. Kondisi dari
switch akan menjadi close saat motor mulai berputar dan menjadi open ketika motor mulai
mencapai kecepatan yang diinginkan. Umumnya belitan pada winding yang diserikan dengan
kapasitor dibuat lebih banyak untuk mencegah panas berlebihan pada winding tersebut.
Motor jenis ini dipakai pada alat elektronik yang memakan daya tinggi seperti AC.

Gambar 8-Rangkaian Ekivalen Capacitor-Start (www.allaboutcircuits.com)

 Motor Induksi Capacitor-Run

Perbedaan motor tipe ini dengan motor sebelumnya ialah adanya kapasitor yang besar yang
di-paralel dengan switch dan kapasitor lainnya (yang kecil). Umumnya motor induksi tipe ini
bekerja pada torsi yang lebih tinggi sama seperti motor sebelumnya, hanya saja arus yang
mengaliri motor cukup kecil.

Gambar 9-Rangkaian Ekivalen Capacitor Run (www.allaboutcircuits.com)

 Motor Induksi Shaded Pole

Motor ini memiliki nama Shaded Pole karena 1/3 dari kutub pada stator ditutup dengan
tembaga untuk menghasilkan perbedaan sudut fluks yang lebih besar. Akibat perbedaan ini,
rotor pada motor dapat berputar dengan mudah. Kedua winding pada motor tipe ini
tersambung paralel secara langsung (tanpa ada komponen lain), namun pada salah satu
winding diberikan coil tap untuk mengatur kecepatan motor. Motor tipe ini memiliki torsi
starting yang sangat rendah sehingga sering digunakan pada alat-alat elektronik disekitar kita,
seperti kipas angin.
Gambar 10-Rangkaian Motor Induksi Shaded Pole (www.allaboutcircuits.com)

Mengapa Motor Induksi 1 Fasa Tidak Bisa Di–Start Sendiri?

Seperti yang dijelaskan sedikit di atas, motor induksi 1 fasa tidak bisa di-start sendiri karena
fluks yang dihasilkan dari arus pada stator dan pada rotor besarnya sama namun berlawanan
arah, sehingga total fluks yang dialami oleh rotor adalah 0. Untuk mengatasi hal ini, motor
dapat dirangkai mengikuti salah satu dari 4 rangkaian yang telah dijelaskan.

Konstruksi Motor 3 Fasa


Gambar 2 Komponen Penting pada Motor 3 Fasa (www.electrical4u.com)

Sama seperti mesin-mesin listrik pada umumnya, motor 3 fasa memiliki 2 komponen penting,
yaitu: stator dan rotor.

1. Stator merupakan komponen yang tidak berputar pada mesin. Pada komponen ini
dipasang stator winding berupa kumparan. Stator ini dihubungkan dengan suplai 3 fasa untuk
memutar rotor. Stator sendiri memiliki 3 bagian penting:
o Frame

Gambar 3 Frame Stator (www.electrical4u.com)


Frame merupakan bagian terluar dari stator. Berfungsi sebagai tempat untuk memasang inti
stator (stator core) dan juga melindungi keseluruhan komponen dari gangguan benda benda
dari luar (seperti batu yang dilemparkan ke motor atau semacamnya). Umumnya frame dibuat
dari besi agar frame menjadi kuat. Dalam konstruksinya, air gap (celah udara) pada motor
haruslah sangat kecil agar rotor dan stator konsentris dan mencegah induksi yang tidak
merata. Air gap yang dimaksud disini ialah celah yang mungkin terbentuk pada permukaan
frame bukan lingkaran besar seperti pada gambar, karena lingkaran tersebut akan diisi oleh
inti stator dan rotor.

 Inti

Inti stator merupakan tempat dimana stator winding dipasang. Inti stator bertugas untuk
menghasilkan fluks. Fluks ini dihasilkan oleh kumparan pada stator winding dan dialiri oleh
arus 3 fasa dari suplai 3 fasa. Untuk mencegah arus eddy yang besar pada stator winding
umumnya inti stator dilapisi oleh lamina. Lamina sendiri terbuat oleh campuran besi silikon
untuk mencegah rugi-rugi histerisis. Pada inti stator juga dipasang kutub-kutub magnet untuk
menghasilkan fluks

 Winding

Stator winding merupakan kumparan yang masing-masing kumparannya dihubungkan


menjadi rangkaian star atau delta, tergantung dari bagaimana metode untuk memutar mesin
yang digunakan dan jenis rotor yang digunakan. Untuk rotor jenis sarang tupai umumnya
menggunakan rangkaian delta sedangkan rotor jenis slip ring bisa menggunakan salah satu
dari keduanya. Stator winding dipasang pada sela-sela inti stator dan berfungsi untuk
menghasilkan fluks. Stator winding juga dikenal sebagai kumparan medan.

2. Rotor merupakan bagian yang dapat berputar dari motor. Rotor dihubungkan dengan
beban yang akan diputar dengan sebuah shaft yang terpasang pada pusat rotor. Berdasarkan
konstruksinya, rotor dibagi menjadi 2 macam:
o Sarang Tupai Atau Squirrel Cage
Gambar 4 Rotor tipe Squirrel Cage (www.electrical4u.com)

Rotor tipe ini memiliki bentuk seperti roda gear, berbentuk tabung dan diberi beberapa slot
dipermukaannya. Slot ini tidak dibuat lurus namun sedikit miring untuk memperhalus kerja
motor dan membuat “konduktor” pada rotor. Dikedua ujung rotor dipasang cincin
alumunium. Umumnya rotor jenis ini terbuat dari alumunium atau tembaga. Rotor jenis ini
sangat sering digunakan karena mudah dibuat dan dapat digunakan berapapun kutub pada
stator. Rotor jenis ini dapat ditemui pada kipas angin dan blower pada printer.

 Slip Ring

Gambar 5 Rangkaian Rotor Slip Ring (www.electrical4u.com)

Rotor tipe ini memiliki rangkaian kumparan pada ujungnya dan memiliki sejumlah slip ring
di belakangnya. Tiap kumparan terhubung dengan salah satu slip ring dimana masing-masing
slip ring juga terhubung dengan rangkaian yang sama dengan rangkaian kumparannya.
Semisal rangkaian kumparannya berbentuk star maka rangkaian slip ring juga berbentuk star.
Umumnya ditiap slip ring dipasang rheostat sehingga kecepatan putaran motor dapat diatur
dengan mudah. Umumnya rotor jenis ini digunakan untuk beban-beban besar seperti untuk
menggerakkan elevator atau lift.
Prinsip Kerja Motor Induksi 3 Fasa

Motor Induksi 3 Fasa bekerja sebagai berikut. Misalkan kita memiliki sumber AC 3 fasa yang
terhubung dengan stator pada motor. Karena stator terhubung dengan sumber AC maka arus
dapat masuk ke stator melalui kumparan stator. Sekarang kita hanya melihat 1 kumparan
stator saja. Sesuai hukum faraday bahwa apabila terdapat arus yang mengalir pada suatu
kabel maka arus itu dapat menghasilkan fluks magnet pada kabel tersebut, dimana arahnya
mengikuti kaidah tangan kanan.

Gambar 6 Arus pada Kabel menghasilkan Fluks (www.learnengineering.org)

Setiap fasa dalam kumparan stator akan mengalami hal yang sama karena setiap fasa dialiri
arus, namun besarnya fluks yang dihasilkan tidak sama di setiap waktu. Hal ini disebabkan
besarnya arus yang berbeda-beda pada tiap fasa di tiap waktunya. Misalkan fasa-fasa ini
diberi nama a, b, dan c. Ada kalanya arus pada fasa a maksimum sehingga menghasilkan
fluks maksimum dan arus fasa b tidak mencapai makismum, dan ada kalanya arus pada fasa b
maksimal sehingga menghasilkan fluks maksimum dan arus pada fasa a tidak mencapai
maksimum. Hal ini mengakibatkan fluks yang dibangkitkan lebih cenderung pada fasa mana
yang mengalami kondisi arus paling tinggi. Secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa
medan magnet yang dibangkitkan juga ikut “berputar” seiring waktu. Kecepatan putaran
medan magnet ini disebut kecepatan sinkron.
Gambar 7 Berputarnya Medan Magnet akibat Arus 3 Fasa pada Rangkaian
(www.learnengineering.org)

Sekarang ditinjau kasus rotor sudah dipasang dan kumparan stator sudah dialiri arus. Akibat
adanya fluks pada kumparan stator maka arus akan terinduksi pada rotor. Anggap rotor dibuat
sedemikian sehingga arus dapat mengalir pada rotor (seperti rotor tipe squirrel cage). Akibat
munculnya arus pada rotor dan adanya medan magnet pada stator maka rotor akan berputar
mengikuti hukum lorentz. Hal yang menarik disini ialah kecepatan putaran rotor tidak akan
pernah mencapai kecepatan sinkron atau lebih. Hal ini disebabkan karena apabila kecepatan
sinkron dan rotor sama, maka tidak ada arus yang terinduksi pada rotor sehingga tidak ada
gaya yang terjadi pada rotor sesuai dengan hukum lorentz. Akibat tidak adanya gaya pada
rotor maka rotor jadi melambat akibat gaya-gaya kecil (seperti gaya gesek dengan sumbu
rotor atau pengaruh udara). Namun saat rotor melambat kecepatan sinkron dan kecepatan
rotor jadi berbeda. Akibatnya pada rotor akan terinduksi arus sehingga rotor mendapatkan
gaya berdasarkan hukum lorentz. Dari gaya itulah motor dapat menambah kecepatannya
kembali. Fenomena perbedaan kecepatan ini dikenal sebagai slip.

Gambar 8 Gaya timbul akibat dari hukum Lorentz (www.learnengineering.org)


Gambar 9 Gaya Akibat Fluks pada Stator dan Rotor (www.learnengineering.org)

Mengapa Motor Induksi 3 Fasa Dapat Start Sendiri?

Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa motor ini memiliki 3 fasa pada masing-masing
kumparan statornya. Karena besarnya arus yang dibangkitkan dari masing-masing fasa
berbeda tiap waktunya, maka fluks yang dihasilkan juga berbeda-beda, seolah-olah medan
magnet yang dihasilkan juga ikut “berputar” seiring waktu. Sehingga jika ada rotor yang
diam dipasang diantara medan magnet ini maka rotor akan mengalami gaya karena terjadi
perbedaan kecepatan antara rotor dan medan magnet ini. Berbeda dengan motor induksi 1
fasa yang medan magnetnya juga diam. Karena rotor dan medan magnet sama-sama diam
maka rotor tidak mengalami gaya, atau lebih tepat dikatakan resultan gayanya nol karena
gaya yang dihasilkan fluks sama dengan gaya yang dihasilkan arus induksi pada rotor.

Anda mungkin juga menyukai