Anda di halaman 1dari 14

KIMIA ORGANIK

DEFI NOFITA PANCA SARI (A1C111023)

DOSEN PENGAMPU : Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Si

Rabu, 17 Oktober 2012

REAKSI-REAKSI KIMIA PADA SENYAWA HIDROKARBON

A. REAKSI-REAKSI PADA ALKANA


1. Reaksi Oksidasi
Alkana sukar dioksidasi oleh oksidator lemah atau agak kuat seperti KMNO4,
tetapi mudah dioksidasi oleh oksigen dari udara bila dibakar. Oksidasi yang cepat
dengan oksigen yang akan mengeluarkan panas dan cahaya disebut pembakaran atau
combustion
Hasil oksidasi sempurna dari alkana adalah gas karbon dioksida dan sejumlah
air. Sebelum terbentuknya produk akhir oksidasi berupa CO2 dan H2 O, terlebih
dahulu terbentuk alkohol, aldehid dan karboksilat.
Alkana terbakar dalam keadaan oksigen berlebihan dan reaksi ini menghasilkan
sejumlah kalor (eksoterm)
CH4 + 2O2 CO2 + 2H2 + 212,8 kkal/mol
C4H10 + 2O2 CO2 + H2O + 688,0 kkal/mol
Reaksi pembakaran ini merupakan dasar penggunaan hidrokarbon sebagai
penghasil kalor (gas alam dan minyak pemanas) dan tenaga (bensin), jika oksigen
tidak mencukupi untuk berlangsungnya reaksi yang sempurna, maka pembakaran
tidak sempurna terjadi. Dalam hal ini, karbon pada hidrokarbon teroksidasi hanya
sampai pada tingkat karbon monoksida atau bahkan hanya sampai karbon saja.
2CH4 + 3O2 2CO + 4H2O
CH4 + O2 C + 2H2O
Penumpukan karbon monoksida pada knalpot dan karbon pada piston mesin
kendaraan bermotor adalah contoh dampak dari pembakaran yang tidak sempurna.
Reaksi pembakaran tak sempurna kadang-kadang dilakukan, misalnya dalam
pembuatan carbon black, misalnya jelaga untuk pewarna pada tinta.

2. ReaksiHalogenasi
Reaksi dari alkana dengan unsur-unsur halogen disebut reaksi halogenasi.
Reaksi ini akan menghasilkan senyawa alkil halida, dimana atom hidrogen dari
alkana akan disubstitusi oleh halogen sehingga reaksi ini bisa disebut reaksi
substitusi.
Halogenasi biasanya menggunakan klor dan brom sehingga disebut juga klorinasi
dan brominasi.
Reaksi antara alkana dengan fluorin menimbulkan ledakan (eksplosif) bahkan pada
suhu dingin dan ruang gelap.
CH4 + 2F2 C + 4HF
Jika campuran alkana dan gas klor disimpan pada suhu rendah dalam keadaan gelap,
reaksi tidak berlangsung. Jika campuran tersebut dalam kondisi suhu tinggi atau di
bawah sinar UV, maka akan terjadi reaksi yang eksoterm. Reaksi kimia dengan
bantuan cahaya disebut reaksi fotokimia.
Dalam reaksi klorinasi, satu atau lebih bahkan semua atom hidrogen diganti oleh
atom halogen. Contoh reaksi halogen dan klorinasi secara umum digambarkan
sebagai berikut:
Reaksi umum : R-H + Cl-Cl R-Cl + H-Cl
Contoh : CH4 + Cl-Cl CH3Cl + HCl
3. ReaksiSulfonasi Alkana
Sulfonasi merupakan reaksi antara suatu senyawa dengan asam sulfat. Reaksi
antara alkana dengan asam sulfat berasap (oleum) menghasilkan asam alkana
sulfonat. dalam reaksi terjadi pergantian satu atom H oleh gugus SO3H. Laju reaksi
sulfonasi H3 > H2 > H1.
Contoh :

4. Reaksi Nitrasi
Reaksi nitrasi analog dengan sulfonasi, berjalan dengan mudah jika terdapat
karbon tersier, jika alkananya rantai lurus reaksinya sangat lambat.

5. ReaksiPirolisis (Cracking)
Proses pirolisis atau cracking adalah proses pemecahan alkana dengan jalan
pemanasan pada temperatur tinggi, sekitar 10000 C tanpa oksigen, akan dihasilkan
alkana dengan rantai karbon lebih pendek.
CH4 2H2 + C

CH3CH2CH3 1. H2 + C3H6
2. CH4 + C2H4
CH3CH2CH2CH3 1. H2 + C4H5
2. CH4 + C3H6
3. C2H6 + C2H6

Proses pirolisis dari metana secara industri dipergunakan dalam pembuatan karbon-
black. Proses pirolisa juga dipergunakan untuk memperbaiki struktur bahan bakar
minyak, yaitu, berfungsi untuk menaikkan bilangan oktannya dan mendapatkan
senyawa alkena yang dipergunakan sebagai pembuatan plastik. Cracking biasanya
dilakukan pada tekanan tinggi dengan penambahan suatu katalis (tanah liat
aluminium silikat).

B. REAKSI-REAKSI PADA ALKENA


Pusat reaktivitas senyawa alkena terletak pada ikatan rangkapnya. Selain dapat
diadisi (penjenuhan), ikatan rangkap alkena juga dapat dioksidasi yang diikuti dengan
pemutusan. Berikut ini akan dituliskan beberapa reaksi-reaksi pada alkena.
1. Reaksi alkena dengan halogen (halogenisasi)

Reaksi alkena dengan hidrogen halida (hidrohalogenasi) Hasil reaksi antara alkena
dengan hidrogen halida dipengaruhi oleh struktur alkena, apakah alkena simetris atau
alkena asimetris. Alkena simetris : akan menghasilkan satu haloalkana.
Alkena asimetris akan menghasilkan dua haloalkana. Produk utana reaksi dapat
diramalkan menggunakan aturan Markonikov, yaitu: Jika suatu HX bereaksi dengan
ikatan rangkap asimetris, maka produk utama reaksi adalah molekul dengan atom H
yang ditambahkan ke atom C dalam ikatan rangkap yang terikat dengan lebih
banyak atom H.

2. Reaksi alkena dengan hidrogen (hidrogenasi)


Reaksi ini akan menghasilkan alkana.

Alkena dapat mengalami polimerisasi. Polimerisasi adalah penggabungan molekul-


molekul sejenis menjadi molekul-molekul raksasa sehingga rantai karbon sangat
panjang. Molekul yang bergabung disebut monomer, sedangkan molekul raksasa
yang terbentuk disebut polimer.

3. Reaksi pembakaran alkena


Sama halnya dengan alkana, jika alkena dibakar dengan oksigen berlebih maka
pembakaran akan berlangsung dengan sempurna dan menghasilkan CO2 dan H2O.
CH2=CH2 + 3O2 2CO2 + 2H2O

C. REAKSI-REAKSI PADA ALKUNA


Adanya ikatan rangkap tiga yang dimiliki alkuna memungkinkan terjadinya
reaksi adisi, polimerisasi, substitusi dan pembakaran.
1. Reaksi Adisi pada Alkuna

2. Reaksi Polimerisasi Alkuna


3. Reaksi Substitusi
Substitusi (pengantian) pada alkuna dilakukan dengan menggantikan satu atom H yang
terikat pada C=C di ujung rantai dengan atom lain

4. Reaksi Pembakaran alkuna (reaksi alkuna dengan oksigen)


Pembakaran alkuna melibatkan reaksi antara alkuna dengan oksigen. Reaksi
ini bersifat
eksotermik. Sama halnya dengan alkena,Jika alkuna dibakar dengan oksigen
berlebih maka pembakaran akan berlangsung dengan sempurna dan menghasilkan
CO2 dan H2O.
2CHCH + 5 O2 4CO2 + 2H2O

PERMASALAHAN

Permasalahan yang ingin saya tanyakan adalah mengenai reaksi halogenasi,


khususnya reaksi halogenasi alkana. Permasalahan ini muncul ketika saya
membaca sebuah artikel yang mengatakan bahwa :

1. Jika campuran alkana dan gas klor disimpan pada suhu rendah dalam
keadaan gelap, reaksi tidak berlangsung. Jika campuran tersebut dalam
kondisi suhu tinggi atau di bawah sinar UV, maka akan terjadi reaksi yang
eksoterm, begitu pula halnya yang terjadi pada Bromin.

2. Pada artikel di atas disebutkan bahwa reaksi antara alkana dengan fluorin
menimbulkan ledakan (eksplosif) bahkan pada suhu dingin dan ruang gelap.

Berdasarkan kedua hal tersebut timbul permasalahan yang ingin saya


diskusikan, bagaimana mekanisme reaksi halogenasi yang terjadi antara
alkana dan fluorin sehingga pada suhu yang rendah dan keadaan yang gelap,
reaksinya tetap dapat berlangsung, berbeda dengan klorin dan bromin yang
hanya dapat melangsungkan reaksi halogenasi dengan alkana pada saat suhu
tinggi dan terdapat cahaya saja ? Apa yang menyebabkan perbedaan tersebut
dan mengapa demikian ?

baik saudara devi, permasalahan yang menarik, Ok ! karna ini sifatnya


diskusi, jadi saya ingin bertanya dulu, bagaimana dengan jika alkana
dan kripton ???, setelah tau ini mungkin kita bisa dapat titik terang

Maaf sebelumnya, disini saya akan membuat batasan masalahnya.


Permasalahan yang saya angkat adalah mengenai halogenasi alkana,
sementara Kripton tidak tergolong kepada reaksi halogenasi karena
Kripton adalah golongan gas mulia. Bagaimana saudari Ivo ? Apakah
ada penjelasan mengenai permasalahan diatas ?
Saya akan mencoba menjawab salah satu pertanyaan defi yaitu mekanisme
reaksi alkana dan fluorin.Rumus umum untuk reaksi halogenasi alkana adalah
R-H + A-B - - > R-A + H-B
dimana R-H berarti alkana dan A-B berarti molekul halogen.
Jadi, untuk Fluorin, dimisalkan pada metana, kemungkinan reaksinya seperti
ini :
CH4 + F-F - - > CH3F + HF
smg membantu :)

Dari artikel yang saya baca, laju pergantian atom H adalah sebagai berikut H3
> H2 > H1. Kereaktifan halogen dalam mensubtitusi H yakni fluorin > klorin
> brom > iodin. Jadi, menurut saya alasan mengapa Fluorin tetap dapat
bereaksi sekalipun dalam keadaan gelap dan suhu yang rendah adalah karena
Fluorin memiliki kereaktifan yang paling besar diantara unsur-unsur golongan
halogen lainnya. Mengenai mekanisme reaksinya mungkin seperti yang telah
saudari Sewangi jelaskan. Lebih dan kurangnya mohon maaf, semoga
bermanfaat.

REAKSI SUBSTITUSI NUKLEOFILIK

Sebelum membahas tentang reaksi nukleofilik, saya akan menjelaskan sedikit tentang
reaksi substitusi terlebih dahulu.

REAKSI SUBSTITUSI

Reaksi substitusi adalah reaksi penggantian atom atau gugus atom oleh atom
atau gugus atom lain. Jadi dalam reaksi substutisu suatu atom atau gugus atom yang
terdapat dalam rantai utama akan meninggalkan rantai utama tersebut dan tempatnya
yang kosong akan diganti oleh atom atau gugus atom yang lain. Berdasarkan pereaksi
yang yang dipergunakan, reaksi substitusi dapat dibedakan menjadi (a) reaksi
substitusi radikal bebas; (b) reaksi substitusi nukleofilik; dan (c) reaksi substitusi
elektrofilik.

Reaksi substitusi adalah reaksi penggantian atom senyawa hidrokarbon oleh


atom senyawa lain. Reaksi substitusi pada umumnya terjadi pada senyawa jenuh
(alkana). Alkana dapat mengalami reaksi substitusi dengan halogen. Reaksi substitusi
juga dapat diartikan sebagai reaksi dimana berlangsung penggantian ikatan kovalen
pada suatu atom karbon. Reagensia pengganti dan gugus lepas yang meninggalkan
substrat dapat berupa nukleofil atau elektrofil (atau radikal bebas). Secara umum,
reaksinya dapat dinyatakan sebagai berikut: Reaksi secara umum:

R-H + X2 R X + HX

Alkana halogen haloalkana asam klorida

Contoh:

CH3-CH3 (g) + Cl2 (g) CH3-CH2-Cl (g) + HCl (g)

Etana gas klor kloroetana asam klorida

1. Reaksi Substitusi Radikal Bebas


Reaksi substitusi radikal bebas terjadi apabila gugus yang mengganti adalah
radikal bebas. Pereaksi radikal bebas adalah atom atau gugus atom yang
mengandung sebuah elektron yang tidak berpasangan. Pereaksi radikal bebas
umumnya digunakan pada reaksi yang menyebabkan pemutusan homolitik
dari substrat. Reaksi ini dimulai dengan pembentukan radikal bebas yang
reaktif. Radikal tersebut beresaksi dengan molekul lain membentuk radikal
bebas baru yang meneruskan reaksi berikutnya. Contoh reaksi substitusi
radikal bebas adalah reaksi antara metana dengan gas klor mengasilkan
monoklor-metana dan asam klorida.
2. Reaksi substitusi elektrofilik

Reaksi substitusi elektrofilik merupakan reaksi pergantian elektrofil. Elektrofil


merupakan kebalikan dari nukleofil. Elektrofil merupakan spesi yang tertarik pada muatan
negatif. Jadi elektrofil merupakan suatu asam Lewis. Pada umumnya reaksi substitusi
elektrofilik yang disubstitusi adalah H+ atau asam Lewis. Reaksi SE dapat terjadi pada
senyawa benzena atau benzena tersubstitusi. Contoh reaksi SE benzena, meliputi: nitrasi,
sulfonasi, halogenasi, alkilasi, asilasi, reaksi substitusi elektrofilik substituen EDG
benzena monosubstitusi, reaksi substitusi elektrofilik substituen EWG benzena
monosubstitusi dan reaksi substitusi elektrofilik benzena disubstitusi.

3. Reaksi Substitusi Nukleofilik

Reaksi substitusi nukleofilik terjadi apabila gugus yang mengganti merupakan


pereaksi nukleofil. Contoh reaksi substitusi nukleofilik adalah reaksi antara etanol
dengan asam bromida menghasilkan etil-bromida.

Reaksi Substitusi Nukleofilik Suatu nukleofil (Z:) menyerang alkil halida


pada atom karbon hibrida-sp3 yang mengikat halogen (X), menyebabkan terusirnya
halogen oleh nukleofil. Halogen yang terusir disebut gugus pergi. Nukleofil harus
mengandung pasangan elektron bebas yang digunakan untuk membentuk ikatan baru
dengan karbon. Hal ini memungkinkan gugus pergi terlepas dengan membawa
pasangan elektron yang tadinya sebagai elektron ikatan. Ada dua persamaan umum
yang dapat dituliskan:
Contoh masing-masing reaksi adalah:

2. Mekanisme Reaksi Substitusi Nukleofilik


Pada dasarnya terdapat dua mekanisme reaksi substitusi nukleofilik.
Mereka dilambangkan dengan SN2 adan SN1. Bagian SN menunjukkan
substitusi nukleofilik, sedangkan arti 1 dan 2 akan dijelaskan kemudian. A.
Reaksi SN2 Mekanisme SN2 adalah proses satu tahap yang dapat
digambarkan sebagai berikut:

Nukleofil menyerang dari belakang ikatan C-X. Pada keadaan transisi,


nukleofil dan gugus pergi berasosiasi dengan karbon di mana substitusi akan terjadi.
Pada saat gugus pergi terlepas dengan membawa pasangan elektron, nukleofil
memberikan pasangan elektronnya untuk dijadikan pasangan elektron dengan karbon.
Notasi 2 menyatakan bahwa reaksi adalah bimolekuler, yaitu nukleofil dan substrat
terlibat dalam langkah penentu kecepatan reaksi dalam mekanisme reaksi.
Adapun ciri reaksi SN2 adalah:
1. Karena nukleofil dan substrat terlibat dalam langkah penentu kecepatan reaksi,
maka kecepatan reaksi tergantung pada konsentrasi kedua spesies tersebut.
2. Reaksi terjadi dengan pembalikan (inversi) konfigurasi. Misalnya jika kita
mereaksikan (R)-2-bromobutana dengan natrium hidroksida, akan diperoleh (S)-2-
butanol.Ion hidroksida menyerang dari belakang ikatan C-Br. Pada saat substitusi
terjadi, ketiga gugus yang terikat pada karbon sp3 kiral itu seolah-olah terdorong oleh
suatu bidang datar sehingga membalik. Karena dalam molekul ini OH mempunyai
perioritas yang sama dengan Br, tentu hasilnya adalah (S)-2-butanol. Jadi reaksi SN2
memberikan hasil inversi.
3. Jika substrat R-L bereaksi melalui mekanisme SN2, reaksi terjadi lebih cepat
apabila R merupakan gugus metil atau primer, dan lambat jika R adalah gugus tersier.
Gugus R sekunder mempunyai kecepatan pertengahan. Alasan untuk urutan ini adalah
adanya efek rintangan sterik. Rintangan sterik gugus R meningkat dari metil < primer
< sekunder < tersier. Jadi kecenderungan reaksi SN2 terjadi pada alkil halida adalah:
metil > primer > sekunder >> tersier.
B. Reaksi SN1 Mekanisme SN1 dalah proses dua tahap. Pada tahap pertama, ikatan
antarakarbon dengan gugus pergi putus.

Gugus pergi terlepas dengan membawa pasangan elektron, dan terbentuklah ion
karbonium. Pada tahap kedua (tahap cepat), ion karbonium bergabung dengan
nukleofil membentuk produk
Pada mekanisme SN1, substitusi terjadi dalam dua tahap. Notasi 1 digunakan
sebab pada tahap lambat hanya satu dari dua pereaksi yang terlibat, yaitu substrat.
Tahap ini sama sekali tidak melibatkan nukleofil.
Berikut ini adalah ciri-ciri suatu reaksi yang berjalan melalui mekanisme SN1:
1. Kecapatan reaksinya tidak tergantung pada konsentrasi nukleofil. Tahap penentu
kecepatan reaksi adalah tahap pertama di mana nukleofil tidak terlibat.
2. Jika karbon pembawa gugus pergi adalah bersifat kiral, reaksi menyebabkan
hilangnya aktivitas optik karena terjadi rasemik. Pada ion karbonium, hanya ada a
gugus yang terikat pada karbon positif. Karena itu, karbon positif mempunyai
hibridisasi sp2 dan berbentuk planar. Jadi nukleofil mempunyai dua arah
penyerangan, yaitu dari depan dan dari belakang. Dan kesempatan ini masing-masing
mempunyai peluang 50 %. Jadi hasilnya adalah rasemit. Misalnya, reaksi (S)-3-
bromo-3-metilheksana dengan air menghasilkan alkohol rasemik.

X yang melalui mekanisme SN1 akan berlangsung cepat jika R merupakan struktur
tersier, dan lambat jika R adalah struktur primer. Hal ini sesuai dengan urutan
kestabilan ion karbonium, 3oSpesies antaranya (intermediate species) adalah ion
karbonium dengan geometrik planar sehingga air mempunyai peluang menyerang
dari dua sisi (depan dan belakang) dengan peluang yang sama menghasilkan adalah
campuran rasemik Reaksi substrat R > 2o >> 1o.

Anda mungkin juga menyukai