Anda di halaman 1dari 10

Mendesain dengan efektif Shell and Tube Heat Exchanger (STHE) Kebanyak orang saat ini menggunakan software

untuk merancang sebuah heat exchanger yang merupakan imbas dari kemajuan jaman. Tetapi sangatlah penting untuk mengeri prinsip-prinsip dalam perancangan heat exchanger untuk mendesain secara efektif, baik menggunakan software ataupun manual. 1. Komponen dari STHE Komponen-komponen dasar dari sebuah STHE adalah :

Shell Shell cover (penutup shell) Tube Channel Channel cover (penutup channel) Tubesheet Baffles Nozzle

Komponen-komponen yang lain meliputi tie-rods dan spacer, pass partition plate, impingement plate, longitudional baffle, sealing strip, support, dan pondasi. TEMA (Tubular Exchanger Manufacturers Association) menjelaskan lebih rinci mengenai komponenkomponen di atas. Sebuah STHE dibagi menjadi 3 bagian yaitu front head, shell, dan rear head. Penamaan menurut TEMA dapat dilihat pada Gambar 1. Exchanger dideskripsikan sebagai kode huruf untuk ketiga bagian.

Gambar 1. Penamaan untuk shell and tube heat exchanger oleh TEMA Sebagai contoh BFL exchanger adalah cover (penutup) bonet, two pass shell with longituional baffle, dan fixed-tubesheet rear end. 2. Klasifikasi berdasarkan konstruksi Fixed tubesheet (tubesheet tetap) Fixed tubesheet heat exchanger mempunyai tube yang lurus yang kedua ujungnya tubesheetnya dilas ke bagian shell.

Gambar 2. Fixed tubesheet heat exchanger Keuntungan dari tipe fixed tubesheet adalah :

Harganya murah karena konstruksinya sederhana sepanjang tidak membutuhkan expansion joint (sambungan tambahan). Tube bisa dibersihkan secara mekanikal setelah melepas cover channel atau bonet. Kebocoran dari sisi shell bisa diminimalisir karena tidak ada flange joint (sambungan flange).

Kerugian dari tipe fixed tubesheet adalah :


Bundle tidak dapat dilepas dari shell jadi sisi luar tube tidak dapat dibersihkan secara mekanis. Aplikasi hanya terbatas pada clean service (fluida yang bersih) pada shell side. Apabila akan digunakan pada fouling service (kemungkinan ada kotoran) pada shell side maka shell side dibersihkan dengan chemical cleaning.

Apabila perbedaan panas antara tube dan shell terlalu besar maka diperlukan adanya expansion joint, tetapi harganya akan jadi lebih mahal. U-tube Sesuai dengan namanya, U-tube heat exchanger tube-nya membentuk huruf U. Hanya ada satu tubesheet dalam U-tube heat exchanger.

Gambar 3. U-tube heat exchanger Keuntungan dari U-tube heat exchanger adalah :

Bundle dapat meregang atau menkerut jika ada perbedaan tegangan (differential stress). Bagian luar dari tube bisa dibersihkan. Tube bundle juga bisa dilepas.

Kerugian dari U-tube heat exchanger adalah :


Bagian dalam dari U-tube tidak dapat dibersihkan secara efektif, memerlukan drill shaft yang fleksibel untuk membersihkannya. U-tube heat exchanger sebaiknya tidak digunakan untuk tube dengan fluida yang kotor.

Floating Head Heat exchanger tipe floating head adalah heat exchanger yang paling serbaguna dari tipe STHE dan juga harganya relatif rendah. Salah satu tubesheet fixed dengan shell dan yang lainnya bebas mengapung dengan shell. Hal ini membuat free expansion dari tube bundle diperbolehkan selama permbersihan sisi dalam dan luar tube. Heat exchanger tipe floating head bisa digunakan pada media baik di shell maupun di tube kotor, seperti pada industri penyulingan minyak mentah. Ada beberapa tipe dari konstruksi tipe floating head, beberapa yang paling umum adalah TEMA S (pull-through with backing device) dan TEMA T (pull-trhough). Desain TEMA S (Gambar 4) adalah tipe heat exchanger yang paling umum di industry proses kimia (chemical process industries). Cover (penutup) floating-head diamankan dari floating tubesheet dengan mengikat (bolting) ke split backing ring. Penutup dari floating head terletak dibelakang ujung shell dan terdapat cover (penutup) shell yang berdiameter besar. Untuk membongkar heat exchanger, cover (penutup) shell dilepas terlebih dahulu kemudian split backing ring, dan kemudian cover (penutup) floating head setelah semuanya dilakukan tube bundle dapat dilepas dari bagian stationary.

Gambar 4. Pullthrough floating-head dengan backing device (TEMA S) Konstruksi TEMA T (Gambar 5) seluruh tube bundle termasuk floating-head dapat dilepas dari bagian stasinernya, karena diameter shell lebih besar dari ukuran flange floating-head. Cover (penutup) floating-head diikat dengan baut langsung ke floating tubesheet sehingga tidak diperlukan split backing ring.

Gambar 5. Pullthrough floating head exchanger (TEMA T) Keuntungan dari floating head heat exchanger adalah :

Tube bundle dapat dilepas dari shell tanpa melepasn shell ataupun cover floatinghead, sehingga mengurangi lama waktu maintenance. Desain ini biasanya dipasangkan dengan kettle reboiler yang mempunyai media pemanas kotor, dimana tipe U-tube tidak dapat digunakan.

Kerugian dari floating head heat exchanger adalah :

Harganya paling mahal diantara tipe heat exchanger lainnya karena ukuran shell-nya yang besar.

Ada juga tipe packed floating-head lainnya, outside packed stuffing-box (TEMA P) dan outside-packed latern ring (TEMA W) (Lihat gambar 1 untuk lebih jelas). Karena kedua jenis ini lebih mudah terjadi kebocoran maka penggunaannya hanya dibatasi untuk fluida shell yang tidak berbahaya (nonhazardous), tidak beracun, dan juga untuk tekanan serta suhu sedang (40 kg/cm2 dan 300 C). 3. Klasifikasi berdasarkan servisnya Pada dasarnya servis heat exchanger bisa dibagi menjadi :

Single phase atau fase tunggal (contohnya pendinginan atau pemanasan cairan atau gas). Two phase dua fase (contohnya seperti condensing atau vaporizing).

Karena ada dua tipe di atas maka STHE dapat diklasifikasikan menjadi :

Single phase (fase tunggal), baik di sisi tube maupun shell. Condensing (kondensasi), salah satu sisi sebagai condensing dan sisi yang lain fase tunggal. Vaporizing (penguapan), salah satu sisi bertindak sebagai vaporizing dan sisi yang lain fase tunggal. Condensing/vaporizing, salah satu sus bertindak sebagai condenser dan sisi yang lain bertindak sebagai vaporizing.

Beberapa penamaan yang umum digunakan antara lain : 1. Heat exchanger kedua sisi berupa single-phase dan steam proses. 2. Cooler salah satu sisi mengalirkan fluida proses dan sisi lainnya adalah air pendingin atau udara. 3. Heater salah satu sisi mengalirkan fluida proses dan sisi lainnya adalah fluida pemanas, seperti steam atai minyak panas. 4. Condenser salah satu sisi mengalirkan uap condensing dan sisi yang lainnya mengalirkan air pendingin atau udara. 5. Chiller salah satu sisi mengalirkan fluida proses yang sedang mengembun pada suhu sub-atmosferik dan pada sisi yang lain sedang mendidihkan refrigerant atau steam proses. 6. Reboiler salah satu aliran adalah aliran bawah dari kolom destilasi dan sisi lainnya berupa fluida panas (steam atau oli panas) atau steam proses. 4. Data Desain Data yang harus dilengkapi sebelum mendesain :

Laju aliran (flow rates) kedua aliran. Suhu inlet dan outlet kedua aliran. Tekanan operasi kedua aliran.

Data ini dibutuhkan untuk fluida gas terutama jika densitas gas tidak dilengkapi. Untuk fluida berupa liquid data tekanan operasi tidak terlalu dibutuhkan karena properties-nya tidak banyak berubah apabila tekanannya berubah.

Pressure drop yang diperbolehkan untuk kedua aliran.

Pressure drop merupakan parameter yang sangat penting dan mendesain heat exchanger.Secara umum untuk liquid nilai yang diijinkan adalah 0.5 0.7 kg/cm2 tiap shell. Pressure drop yang lebih tinggi diijinkan untuk fluida yang kental, terlebih lagi yang berada pada tube. Untuk gas nilai yang diijinkan adalah 0.05 0.2 kg/cm2, dimana secara umum dipakai nilai 0.1 kg/cm2.

Fouling resistance (ketahanan terhadap kotoran) untuk kedua aliran

Apabila tidak dilengkapi desainer lebih baik mengambil nilai fouling resistance berdasarkan standar TEMA atau pengalaman.

Physical properties (sifat-sifat fisis) untuk kedua aliran.

Sifat-sifat fisis meliputi viskositas, konduktifitas panas, densitas, specific heat (c), suhu inlet dan outlet. Data viskositas harus diberikan pada suhu inlet dan outlet terutama untuk fluida liquid karena varisi temperatur diperhitungkan dan grafiknya tidak linear ataupun log-log.

Heat duty.

Spesifik heat duty harus konsisten untuk kedua sisi, shell dan tube.

Tipe heat exchanger.

Apabila data tipe heat exchanger tidak ada maka desainer dapat memilih tipe heat exchanger berdasarkan standar TEMA.

Ukuran line (pipa).

Data ini diperlukan untuk menyamakan ukuran nozzle dengan pipa agar penggunaan reducer atau expander dapat dikurangi. Biasanya desain nozzle lebih keras/kaku dari pada pipa terutama untuk sisi inlet shell. Konsekuensinya ukuran nozzle jadi lebih besar dari pada pipa.

Ukuran tube.

Ukuran tube dituliskan dengan : OD x t x L OD t L

: Diameter luar tube : tebal tube : panjang tube Maksimum diameter shell

Digunakan untuk keperluan pelepasan tube-bundle dan keterbatasan kapasitas crane. data ini diperlukan pada heat exchanger dengan tube bundle yang bisa dilepas, seperti tipe U-tube dan floating head. Untuk exchanger dengan tipe fixed tubesheet satu-satunya batsannya adalah kapasitas fabrikasi dari manufaktur dan ketersediaan komponen (dished end dan flange). Heat exchanger tipe floating head biasanya untuk ID shell dibatasi 1.4 1.5 m dan panjang tube-nya 6 atau 9 m. heat exchanger tipe fixed tubeheet ukuran shell-nya dapat mencapai 3 m dan panjang tube-nya 12 m tau lebih.

Material.

Apabila material shell dan tube identik maka semua komponen lebih baik menggunakan material yang sama. tetapi hanya metrial shell dan tube saja yang perlu dispesifikan. Apabila material shell dan tube berbeda maka material-material komponennya juga harus didetailkan untuk menghindari ambiguitas. Material tubesheet biasanya di-lining atau cladding untuk mengurangi perngaruh erosi. Komponen-komponen yang penting antara lain : 1. 2. 3. 4. 5.

Shell dan cover shell Tube Channel dan cover channel Tubesheet Baffle Pertimbangan khusus

Pertimbangan khusus yang biasanya diperlukan adalah : 1. 2. 3. 4. Siklus start up & shutdown. Kondisi terburuk. Alternatif operasi. jenis operasinya kontinyu atau intermittent.

5. Desain tubeside Koefisien heat transfer dan pressure drop bervariasi terhadap kecepatan fluida di bagian tube. Desain yang bagus akan menghasilkan koefisien heat transfer yang tertinggi jika pemilihan pressure drop-nya tepat. Apabila fluida yang mengalir di sisi tube merupakan 1 arah saja maka kecepatannya akan rendah dan perlu dinaikkan. Untuk menaikan kecepatan fluida pada sisi tube bisa digunakan pass partition plate (lihat gambar 4) di bagian channel. Fluida yang mengalir dibagi menjadi beberapa bagian, sebagai contoh pada heat exchanger yang mempunyai 200 tube, apabila heat exchanger itu diberi 1 buah pass partition plate maka pada sekali jalan fluida akan melewati 100 tube dan kecepatannya akan menjadi 2 kali lipat dari pada hanya satu arah saja (tanpa pass partition plate). Banyaknya pass partition plate biasanya 1, 2, 4, 6, 8, dan seterusnya. 6. Koefisien perpindahan panas (Heat-transfer coefficient)

Koefisien perpindahan panas merupakan fungsi dari bilangan Reynold, bilangan Prandtl, dan diameter tube. Dimana fungsi tersebut dapat dibagi menjadi beberapa parameter penting antara lain : 1. Sifat fisis (viskositas, konduktifitas panas (thermal conductivity), dan specific heat) 2. Diameter tube 3. Mass velocity (laju perpindahan massa) Variasi dalam perubahan viskositas akan sangat berpengaruh pada koefisien perpindahan panas. Persamaan dasar untuk aliran turbulen pada bagian dalam tube adalah :

Viskositas mempengaruhi koefisien perpindahan panas (heat transfer coefficient) dalam hal yang berlawanan, sebagai parameter dalam bilangan Reynold dan juga sebagai parameter dalam bilangan Prandtl. Dari persamaan 1c.

Koefisien perpindahan panas sebanding dengan invers viskositas pangkat 0.47, di sisi lain koefisien perpindahan panas juga proporsional dengan konduktifitas thermal (k) pangkat 0.67. Konduktifitas thermal yang tinggi akan menghasilkan koefisien heat transfer yang tinggi pula. Contohnya adalah cooling water yang mempunyai konduktifitas thermal sekitar 0.55 kcal/h*m*C mempunyai koefisien perpindahan panas yang tinggi sekitar 6000 kcal/h*m2*C. Hidrogen adalah gas yang tidak lazim, memiliki konduktifitas thermal yang tinggi (lebih tinggi dari cairan hidrokarbon) tetapi koefisien perpindahan panasnya mendekati batas tertinggi dari cairan hidrokarbon. Range koefisien perpindahan panas untuk untuk cairan hidrokarbon besar akibat dari variasi viskositas, mulai dari 0.1 cP untuk ethylene dan lebih dari 1000 cP untuk propylene dan lebih besar lagi untuk bitumen. Besarnya koefisien perpindahan panas pada gas hidrokarbon merupakan bagian dari variasi dalam tekanan operasi. Jika tekanan operasi meningkat, densitas gas akan meningkat juga. Pressure drop sebanding dengan (mv)2 (mass velocity = momentum) dan berbanding terbalik dengan

densitas. Untuk pressure drop yang sama, mass velocity (massa kecepatan) yang lebih tinggi dapat dijaga untuk densitas yang lebih tinggi. Mass velocity diubah menjadi koefisien perpindahan panas yang lebih tinggi. 7. Pressure drop (penurunan tekanan) Massa kecepatan (mass velocity) sangat berpengaruh terhadap koefisien perpindahan panas. Untuk aliran turbulen koefisien perpindahan panas pada sisi tube bervariasi sampai mass velocity pangkat 0.8 (mv)0.8, dimana pressure drop-nya bervariasi sampai kuadrat massa velocity-nya/momentum (mv)2. Kenaikan mass velocity (momentum) maka pressure drop akan naik lebih cepat dari pada koefisien perpindahan panas. Kesimpulannya adalah ada suatu bilangan yang optimum untuk momentum (mass velocity). Kecepatan fluida yang tinggi akan memicu terjadinya erosi. Batasan pressure drop dipergunakan untuk mengontrol kecepatan fluida yang erosive. Untuk kecepatan fluida di dalam tube dibatasi minimal 1.0 m/s dan maksimum 2.5 3.0 m/s.

Anda mungkin juga menyukai