Anda di halaman 1dari 31

2.

SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER

2.1 Pendahuluan

Shell and tube Heat Exchanger adalah salah satu jenis HE yang paling
populer dikarenakan fleksibilitasnya dalam desain, sehingga dapat
diaplikasikan untuk rentang operasi yang lebar (tekanan dan suhu
operasi). Shell and Tube HE juga memiliki rasio luas perpindahan panas
terhadap volume dan berat yang lebar, serta mudah dibersihkan. Shell
and tube HE juga dapat digunakan di hampir semua keperluan service.
Terdapat dua kategori utama shell and tube HE :

1. Digunakan dalam industry petrokimia, biasanya menggunakan standar


TEMA.
2. Digunakan dalam pembangkit listrik seperti feedwater heater dan
power plant condenser.

Shell and tube HE terdiri terdiri dari shell (bejana silinder yang besar) yang
di dalamnya dipasang beberapa tube (pipa-pipa kecil) dan dilengkapi
dengan baffle sebagai penyearah arus. Gambar 2.1 merupakan contoh
skema shell and tube heat exchanger yang banyak digunakan di industry
petrokimia.

Dua fluida dapat saling bertukar panas, fluida satu mengalir di dalam tube,
fluida yang lain mengalir di luar tube. Fluida yang mengalir bisa berada
dalam satu fase, atau dua fase serta dapat mengalir secara parallel,
bersilangan atau berlawanan arah.

Shell and tube HE digunakan secara luas di pengolahan minyak dan gas
bumi serta industri kimia; Di power plant shell and tube HE digunakan
sebagai pembangkit steam, kondensor, boiler feed water heater dan oil
cooler. Di beberapa aplikasi pendingin udara dan refrigerasi, shell and
tube HE digunakan sebagai kondensor dan evaporator.

31
Gambar 2.1 Shell and tube HE

2.2 Kelas-kelas shell and tube HE


TEMA (Tubular Exchanger Manufacturers Association) membagi shell &
tube heat exchanger menjadi tiga kelas yaitu :
1. Class R (pengolahan migas)
Pada dasarnya diperuntukkan bagi proses dengan tingkat kesulitan
(severity) yang tinggi. Umumnya didisain pada konstruksi yang kokoh.
2. Class C (proses komersil)
Pada dasarnya ditujukan bagi penggunaan secara umum pada proses
dengan tingkat kesulitan (severity) menengah.
3. Class B (proses kimia)
Pada dasarnya ditujukan bagi penggunaan secara umum pada proses
kimia dan didisain dengan konstruksi yang sederhana.

Tabel 2.1 di bawah ini merangkum perbandingan Class R, C dan B


menurut standart TEMA.

32
Tabel 2.1 Perbandingan kelas R, C dan B berdasarkan TEMA

Paragraf Topik R C B

1.12 Definisi Secara umum Secara umum Diperuntukkan


diperuntukkan diperuntukkan secara umum
bagi proses bagi proses- bagi proses
pengolahan proses komersil kimia
minyak dan dan aplikasi
aplikasi proses proses yang
lain yang umum lainnya
berhubungan
1.51 Korosi yang 1/8 in. 1/16 in. 1/16 in.
diijinkan
pada carbon
steel
2.2 Diameter 3/4 , 1, 1 ¼, 1 ½ R + 1/4, 3/8, R + 5/8
Tube dan 2 in. OD 1/2, 5/8
2.5 Tube pitch 1.25 x tube OD, R + 5/8 tubes R + lane may be
dan minimum ¼ in. lane may be located 3/16 in. In 12 in.
cleaning lane 1.2 x tube OD and smaller
shells for 5/8
and 3/4 tubes
3.3 Diameter 8 in. tabulated 6 in. tabulated 6 in. tabulated
minimal shell
4.42 Tebal 1/4 in. minimum 1/8 in. alloy, 1/4 1/8 in. alloy, 1/4
longitudinal in. CS in. CS
baffle
4.71 Diameter 3/8 in. 1/4 in. in 6-15 1/4 in. in 6-15
minimum tie in. shells in. shells
rod

2.3 Bagian-bagian shell and tube HE


Shell and Tube HE terdiri dari 4 bagian utama, yaitu :
1. Front header : merupakan tempat dimana fluida masuk ke dalam tube
side HE. Kadang-kadang disebut stationary header
2. Rear header : tempat dimana fluida meninggalkan tubeside HE atau
tempat dimana fluida dikembalikan menuju front header di dalam

33
exchanger melalui multiple tube side passes. Kadang-kadang disebut
rear end header.
3. Tube bundle : terdiri dari sejumlah tube, tube sheet, baffle, tie rods, dll.
yang dibundel jadi satu.
4. Shell : di dalamnya terdapat tube bundle.

TEMA membagi komponen-komponen stationary end head, shell dan rear


end head menjadi beberapa tipe :

1. Bagian stationary head terdiri dari 5 tipe : A, B, C, N dan D.


2. Bagian shell terdiri dari 7 tipe : E, F, G, H, J, K dan X.
3. Bagian rear end head terdiri dari 8 tipe: L, M, N, P, S, T, U dan W.

Desain dari komponen-komponen tersebut ditunjukkan pada gambar 2.3,


penjelasan nomenklatur STHE dapat dilihat pada table 2.1 s.d 2.3

Tabel 2.2 Nomenklatur STHE – stationary head

Tipe STATIONARY HEAD

Digunakan sebagai standard pada Petroleum Refinery karena


dilengkapi dengan channel dan cover yang bisa dibongkar
A pasang sehingga mempermudah akses pada tube side untuk
keperluan inspeksi ataupun maintenance. Memerlukan extra
tube side joint.
Bonnet atau channel dengan integral cover (cover menyatu
dengan channel), sehingga pada saat inspeksi atau
B
maintenance tube side, seluruh bagian front head (Bonnet)
harus dilepas. Memerlukan single tube side joint.
Tubesheet menyatu dengan front head, namun cover bisa
dilepas. Sambungan antara tube sheet dengan channel bisa
C
dikurangi, namun inspeksi dan maintenance tube side menjadi
tidak praktis.
Tubesheet menyatu dengan front head, namun cover bisa
N dilepas (Fixed tubesheet). Fixed tubesheet yang dilengkapi
dengan cover yang bisa dilepas.
D Penutup khusus untuk aplikasi tekanan tinggi.

34
Tabel 2.3 Nomenklatur STHE – shell

TIPE SHELL

Satu pass shell, tipe yang paling umum digunakan, tanpa ada
E perubahan fase, paling ekonomis, namun jika pressure
dropnya besar sebaiknya menggunakan tipe “J”
Dua pass shell dengan longitudinal baffle. Sering terjadi
F
masalah kebocoran di longitudinal baffle
G Split flow, pressure dropnya lebih rendah.
Double split flow, tipe ini lebih spesifik untuk Thermosyphone
H
Reboiler
J Divided flow. Merupakan desain reboiler yang lama. Aliran
fluida dapat masuk atau keluar melalui single nozzle. Pressure
drop lebih besar dibandingkan tipe “G” dan “H”
Kettle type reboiler. Shell dibentuk khusus tidak mempunyai
Shell Cover sehingga pada saat mengeluarkan Tube Bundle
K hanya melalui satu sisi. Digunakan untuk pemisahan fase
fluida, namun kurang ekonomis jika proses penguapan
fluidanya kecil karena ruangan penguapan terlalu besar.
X Cross flow. Pressure dropnya paling rendah

Tabel 2.4 Nomenklatur STHE – rear end head

TIPE REAR END HEAD

L Mengatasi ekspansi dengan ekspansion joint, memiliki tipe


yang sama dengan front head tipe “A”
M Mengatasi ekspansi dengan Ekspansion joint, memiliki tipe
yang sama dengan front head tipe “B”
N Mengatasi ekspansi dengan Ekspansion joint memiliki tipe
yang sama dengan front head tipe “N”
P Ekspansi dengan floating head, jarang digunakan.
S Ekspansi dengan floating head
T Ekspansi dengan floating head
U Setiap Tube bebas berekspansi, untuk steam service P tinggi
W Mengatasi ekspansi dengan floating head, jarang digunakan

35
Gambar 2.3 Desain TEMA untuk shell and tube HE

Berbagai tipe komponen di atas dapat dikombinasikan secara beragam,


terdiri dari stationery front end head, shell, rear end head. Dengan
demikian heat exchanger dapat diidentifikasi dengan kode alphabet yang
terdiri dari 3 huruf seperti AES, AEU, BEM, CFU dan sebagainya.

36
Contoh identifikasi exchanger sebagai berikut :

– Type AES size 23-192 in (590-4880): HE ini memiliki removable


channel cover (A), single pass shell (E) dan Split ring floating front
head (S), memiliki diameter dalam 23 in (590 mm) dan panjang tube
16 ft (4880 mm).

– Type BGU Size 19-84 (480-2130) HE ini memiliki bonnet-type


stationary front head (B), split flow shell (G) and U-tube bundle rear
head (U) memiliki diameter dalam 19 in (480) dan panjang tube 7 ft
(2130 mm).

– Type AFM size 33-96 (840-2440): HE ini memiliki removable channel


and cover front head (A), two-pass shell (F) and fixed tube sheet
bonnet-type rear head (M) dengan diameter dalam 33 in (840 mm) dan
panjang tube 8 ft (2440 mm).

2.4 Standar penamaan komponen-komponen shell and tube HE


Standar penamaan (nomenklatur) komponen-komponen shell and tube
HE mengacu pada standar TEMA. Sebagai contoh nomenklatur shell and
tube HE tipe Fixed tube, U-Tube dan Floating Head ditunjukkan pada
gambar 2.4 s.d. 2.6

Gambar 2.4 Komponen-komponen STHE tipe fixed tubesheet

37
Gambar 2.5 Komponen-komponen STHE tipe U-tube

Gambar 2.6 Komponen-komponen floating head STHE tipe AES

Keterangan :
1. Stationary (Front) Head—Channel 20. Slip-on Backing Flange
2. Stationary (Front) Head—Bonnet 21. Floating Tubesheet Skirt
3. Stationary (Front) Head Flange 22. Floating Tubesheet Skirt
4. Channel Cover 23. Packing Box Flange
5. Stationary Head Nozzle 24. Packing
6. Stationary Tubesheet 25. Packing Follower Ring
7. Tubes 26. Lantern Ring
8. Shell 27. Tie Rods and Spacers
9. Shell Cover 28. Transverse Baffles or Support Plates
10. Shell Flange—Stationary Head End 29. Impingement Baffle or Plate
11. Shell Flange—Rear Head End 30. Longitudinal Baffle
12. Shell Nozzle 31. Pass Partition
13. Shell Cover Flange 32. Vent Connection
14. Expansion Joint 33 . Drain Connection
15. Floating Tubesheet 34. Instrument Connection
16. Floating Head Cover 35. Support Saddle
17. Floating Head Flange 36. Lifting Lug
18. Floating Head Backing Device 37. Support Bracket
19. Split Shear Ring 38. Weir

38
2.5 Komponen utama shell and tube HE
Shell & tube heat exchanger terdiri dari beberapa komponen penyusun utama antara
lain adalah shell, tubes, baffle, tie rods dan tube sheets.

a. Shell
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, konstruksi shell yang diatur oleh TEMA
terdiri dari 7 jenis. Pemilihan tipe shell ini biasanya dilakukan sebelum disain
thermal terhadap heat exchanger dilakukan. Pemilihan shell erat kaitannya
dengan tube sheet dan internal baffle yang digunakan. Pada ujung shell,
terpasang front-end stationery head dan rear-end head.

b. Tube
Ada dua jenis tube yang dapat digunakan yaitu plain atau bare tube dan finned
tube (lihat gambar 1.7 s.d. 1.11). Tube dapat terbuat dari material carbon steel,
stainless steel, carbon-alloy steel dan sebagainya. Pemilihan material tube ini
didasarkan pada kebutuhan proses seperti kondisi operasi dan karakteristik
fluida.

c. Baffle
Baffle merupakan komponen yang penting dalam konstruksi heat exchanger
karena fungsinya yang mengatur pola aliran fluida baik pada shell maupun pada
tubes. Baffle dapat dibedakan menjadi tube-side baffle dan shell-side baffle.

– Tube-side baffle merupakan baffle yang terletak pada front-end head maupun
rear-end (return) head dan berfungsi untuk mengatur pola aliran dan
kecepatan aliran fluida pada tube-side. Jumlah baffle pada masing-masing
head tergantung dari jumlah pass pada tube.

– Shell-side baffle merupakan baffle yang terletak di dalam shell dan berfungsi
untuk mengatur pola aliran dalam shell. Disain baffle pada shell akan
berpengaruh terhadap efektivitas kontak antara fluida dan permukaan tube,
laju alir fluida, pressure drop dan juga laju perpindahan panas.
Jenis baffle yang umum digunakan pada shell antara lain adalah
segmental baffle, strip baffle, disc & doughnut baffle, orifice baffle, rod
baffle, longitudinal baffle dan impingement baffle.

39
1) Segmental baffle dapat digambarkan sebagai piringan yang terpotong
pada satu segmen. Potongan atau opening segmen tersebut dapat
didefinisikan sebagai percent baffle cut yaitu perbandingan antara
tinggi opening dengan diameter piringan baffle.
2) Double segmental baffle atau strip baffle hampir serupa dengan
segmental baffle di atas. Baffle ini dapat digambarkan sebagai satu
piringan yang dipotong pada dua sisi segmen ujungnya dan satu
piringan dengan bagian tengah terpotong.
3) Disc & doughnut baffle merupakan baffle yang terdiri dari piringan
berdiameter lebih dari setengah diameter shell dan piringan lain yang
berdiameter sama dengan shell dan memiliki lubang pada bagian
tengahnya dengan diameter bukaan lebih kecil dari setengah diameter
shell.
4) Orifice baffle merupakan baffle yang berbentuk piringan dengan
lubang-lubang lebih besar dari diameter luar tube. Dengan demikian
fluida pada shell akan mengalir melalui orifice. Baffle jenis ini jarang
digunakan karena kurang efisien jika dibandingkan dengan jenis
baffle yang lain.
5) Longitudinal baffle merupakan baffle yang membagi shell menjadi
dua atau lebih bagian secara horizontal sehingga memberikan laju alir
fluida yang lebih tinggi dan meningkatkan laju perpindahan panas.
Longitudinal baffle juga berfungsi untuk membagi area heat
exchanger menjadi area cooling dan sub-cooling.
6) Impingement baffle adalah suatu plat yang diletakkan di ujung nozzle
inlet shell untuk mencegah agar fluida yang masuk ke shell tidak
langsung bertumbukan dengan tube bundle pada laju alir tinggi yang
dapat menyebabkan erosi atau korosi.

40
Front head Rear head Front head Rear head

(a) (b)

Gambar 2.7 Pengaturan pola aliran pada tube side : (a) ribbon, tube
dibagi dalam arah vertical atau horizontal, (b) quadrant, tube
dibagi dalam arah vertical dan horizontal, lebih tepat
digunakan jika jumlah tube-nya banyak

Quadrant plate Ribbon plate

2 pass 2 pass

4 pass 4 pass

6 pass 6 pass

Front head Return head Front head Return head


Pass partition Pass partition Pass partition Pass partition
plate plate plate plate

Gambar 2.8 Pola tube side buffle

41
(a) (b)

(c) (d)

Gambar 2.9 Potongan shell baffle, (a) horizontal dan vertical segmental
baffle, (b) impingement baffle, (c) longitudinal baffle, (d) disc
and doughnut baffle.

d. Tie Rods
Tie rods (gambar 2.10) merupakan komponen yang berfungsi untuk memasang
baffle dan tube support pada jarak tertentu. Jumlah tie-rods tergantung dari
ukuran dan konstruksi heat exchanger. Biasanya tie-rods terbuat dari material
yang sama dengan tube bundle atau baffle.

e. Tube sheet
Tube sheet berfungsi untuk memisahkan area shell-side dan tube-side. Umumnya
tipe tube sheet yang digunakan adalah single tube sheet, namun demikian pada
sistem dengan severity tinggi dapat juga digunakan double tube sheet.

42
Tube sheet juga berfungsi sebagai tempat sambungan tube. Kualitas pemasangan
tube pada tube sheet sangat penting karena hal ini akan berakibat pada kebocoran
antara sisi shell dan tube.

Layout tube sheet juga menentukan jumlah tube yang dapat disusun dalam shell
sesuai dengan ukuran tube dan pitch yang digunakan. Pitch merupakan jarak
antara pusat dua tube yang berdekatan. Layout tube yang umum digunakan
adalah triangular pitch, in-line triangular pitch, in-line square pitch dan diamond
square pitch seperti ditunjukkan pada gambar 2.11 dan 2.12. Perbandingan
dari ketiga pola layout tube dapat dilihat pada table 2.5

Gambar 2.10 Tie rods

Equilateral triangular Square Staggered square


( pitch) (pitch) (pitch)

Gambar 2.11 Tube layout pada tubesheet

43
Gambar 2.12 Tube layout yang umum dijumpai pada shell and tube HE

Tabel 2.5 Perbandingan layout tube (engineriingpage.com)

Triangular Square Rotated square

Koefisien perpindahan Koefisien perpindahan Koefisien perpindahan


panasnya paling baik panasnya lebih rendah panasnya medium
(+) (-)
Luas perpindahan Luas perpindahan Luas perpindahan
panas tiap volume panas tiap volume panas tiap volume
paling besar (+) rendah (-) rendah (-)
Pressure dropnya lebih Pressure dropnya Pressure dropnya
tinggi (-) rendah (+) medium
Cleaning diantara tube- Cleaning diantara tube- Cleaning diantara tube-
tube-nya tidak bisa tube-nya bisa tube-nya bisa
dilakukan secara dilakukan secara dilakukan secara
mekanik (-) mekanik (+) mekanik (+)

2.6 Pembagian Shell and Tube HE

Shell and tube HE dibagi ke dalam tiga kelas utama


1) Fixed tubesheet
2) U tube
3) Floating head

44
2.6.1 Fixed tubesheet
Fixed tubesheet HE mempunyai tube-tube yang lurus dan kedua ujung
tubenya dijepit di lubang-lubang tubesheet, sedangkan tubesheet dilas
pada shell. Konstruksi fixed tubesheet memiliki beberapa tipe stationary
head, yaitu removable channel and cover, bonnet cover dan integral
tubesheets.

Beberapa keuntungan dari konstruksi fixed tubesheet HE adalah :


– Murah, sepanjang tidak memerlukan expansion joint.
– Tube dapat dibersihkan secara mekanik setelah channel cover dilepas
– Kebocoran fluida di bagian shell side kecil, karena tidak ada flange
joint

Kelemahan dari konstruksi fixed tubesheet HE adalah :


– Bagian luar dari tube tidak dapat dibersihkan secara mekanik,
sehingga untuk aplikasi cleaning di bagian shell harus menggunakan
bahan kimia.
– Jika terdapat perbedaan suhu yang tinggi antara tube dan shell, dan
tubesheet tidak mampu menyerap stress akibat beda suhu yang tinggi
ini, maka diperlukan expansion joint. Karena alasan inilah, maka
biasanya fixed tubesheet tidak cocok digunakan untuk service fluida
yang perbedaan suhunya lebih besar dari 65 oC.

2.6.2 U-tube
Seperti namanya U-tube heat exchanger memiliki tube-tube yang
dibengkokkan menyerupai huruf U. U tube heat exchanger hanya memiliki
satu tubesheet. Ditinjau dari konstruksinya U-tube memiliki diameter shell
yang lebih besar dibandingkan tipe konstruksi STHE lainnya, bergantung
pada diameter minimum U-bend.

Keuntungan U-tube heat exchanger diantaranya adalah :

45
– Karena terdapat ujung yang bebas, maka tube dapat berekspansi atau
berkontraksi sebagai respon terhadap stress
– Tube bundle dapat dilepas, sehingga bagian luar tube dapat
dibersihkan

Kelemahan U-tube heat exchanger adalah bagian dalam tube tidak dapat
dibersihkan secara efektif karena terdapat bagian yang berbentuk U,
sehingga tidak digunakan untuk layanan fluida kotor di bagian dalam tube.

U-tube heat exchanger banyak didesain untuk aplikasi tekanan dan suhu
tinggi seperti kettle reboiler, evaporator, tank heater. U tube heat
exchanger sering digunakan untuk storage tank heavy oil dan fluida lain
dengan viskositas yang tinggi. Media pemanas yang sering digunakan
adalah steam. Tipikal konstruksi U-tube exchanger ditunjukkan pada
gambar 2.5

2.6.3 Floating head exchanger


Floating head exchanger merupakan shell and tube HE yang paling
banyak digunakan dan juga paling mahal. Pada desain HE seperti ini,
salah satu tubesheet dipasang fix pada shell, sedangkan tubesheet yang
lain bebas mengambang di dalam shell. Dengan desain yang seperti ini,
maka memungkinkan bagi bundle tube untuk berekspansi. Bundel tube
bisa dilepas dan kedua sisi tube, di bagian dalam dan di bagian luar, juga
memungkinkan untuk dibersihkan secara mekanik. Dengan demikian
floating head exchanger dapat digunakan untuk layanan fluida kotor di sisi
shel ataupun di sisi tube dan digunakan sebagai standart konstruksi untuk
“dirty service” seperti di pengolahan minyak bumi.

Floating head exchanger dapat digunakan jika perbedaan suhu antara dua
fluida yang di sisi shell dan di sisi tube lebih besar dari 65 oC. Floating head

46
exchanger tidak disarankan jika digunakan untuk service fluida yang
bertekanan tinggi, karena banyak terdapat sambungan.

Terdapat banyak variasi tipe konstruksi floating head exchanger, namun


ada dua tipe utama yaitu :
– Pull through with backing device dan
– Pull through without backing service.

Pull through with backing device seperti ditunjukkan pada gambar 2.13
adalah konfigurasi yang paling banyak digunakan di proses industry kimia.
Floating head cover dikunci dengan floating tubesheet dengan cara
membaut floating head pada split backing ring. Tutup floating head berupa
shell cover yang diameternya lebih besar dan dipasang di bagian ujung
shell. Untuk membongkar HE, pertama kali shell cover dilepas, kemudian
split backing ring, baru floating head cover. Setelah itu bundel tube dapat
dilepas dari stationary head.

Konstruksi floating head exchanger tanpa packing device ditunjukkan


pada gambar 2.14. Seluruh bundle tube, termasuk rangkaian floating head
dapat dilepas dari stationary head, karena diameter shell lebih besar
daripada floating head flange. Cover floating head dibaut langsung
dengan floating tubesheet, sehingga tidak diperlukan split backing ring.

Keuntungan dari konstruksi tipe ini adalah bundle tube dapat dilepas dari
shell tanpa harus melepas shell atau cover floatinghead lebih dahulu,
sehingga dapat menghemat waktu maintenance. Desain seperti ini sangat
cocok digunakan untuk kettle reboiler yang menggunakan media pemanas
berupa fluida kotor, dimana U-tube tidak dapat digunakan. Harga heat
exchanger tipe seperti ini paling mahal jika dibandingkan heat exchanger
tipe lainnya, bergantung besar kecilnya diameter shell.

47
Gambar 2.13 Floating head exchanger with backing device

Gambar 2.14 Floating head exchanger without backing device

Perbandingan antara ketiga tipe shell and tube HE dapat dilihat pada table
2.6.

2.7 Pedoman Penentuan Fluida Pada Tube-side dan Shell-side

Dalam melakukan disain heat exchanger, perlu ditentukan fluida mana


yang harus dialirkan melalui shell dan tube. Beberapa hal yang menjadi
dasar pertimbangan adalah sebagai berikut :

48
- Tekanan
Tekanan akan berpengaruh terhadap tebal dinding. Untuk itu fluida
dengan tekanan yang lebih tinggi sebaiknya ditempatkan di tube-side.

Tabel 2.6. Pedoman Pemilihan Tipe Shell & Tube Heat Exchanger

Floating Floating Floating head


Fixed
Tipe U-tube head outside head split pull-through
tubesheet
packed backing ring bundle

Fasilitas untuk Setiap Dipasang Floating Floating Floating head


terjadinya individu tube ekspansion head head
ekspansi bebas joint di
berekspansi bagian shell
Harga (urut A B C D D
abjad A paling
murah, D paling
mahal)
Bundle dapat Ya Tidak Ya Ya Ya
dilepas
Penggantian Ya Tidak praktis Ya Ya Ya
bundle apa me
mungkinkan?
Setiap Individu Hanya tube Ya Ya Ya Ya
tube dapat di barisan
diganti? terluar
Cleaning tube di Bisa Bisa Bisa Bisa Bisa
bagian dalam
dan luar dengan
chemical?
Cleaning bagian Butuh Ya Ya Ya Ya
dalam tube peralatan
secara mekanik khusus
Cleaning bagian Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
luar tube secara
mekanik
(triangular pitch)

Cleaning bagian Ya Tidak Ya Ya Ya


luar tube secara
mekanik (square
pitch)
Jumlah tube Jumlah Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
passes maksimal batasan batasan batasan batasan
yang bisa
dicapai

49
- Temperatur
Temperatur yang tinggi akan mengurangi kemampuan material
menahan stress atau beban sehingga dibutuhkan dinding yang lebih
tebal. Untuk itu fluida dengan temperature lebih tinggi sebaiknya
ditempatkan di tube-side. Selain itu bila fluida dengan temperatur
tinggi ditempatkan di shell-side, maka dibutuhkan sistem insulasi
tambahan untuk konservasi energi.

- Korosivitas fluida
Fluida yang bersifat korosif membutuhkan material khusus (sehingga
biaya lebih tinggi) seperti alloy atau material lainnya. Bila fluida korosif
ditempatkan di tube, maka tidak dibutuhkan material khusus untuk
shell. Namun bila fluida korosif ditempatkan di shell, maka kedua shell
dan tube harus terbuat dari material yang tahan korosi.

- Tingkat kemurnian fluida


Hal ini hampir serupa dengan sifat korosif dari fluida. Bila dibutuhkan
persyaratan tinggi untuk kebersihan atau kemurnian fluida, maka
dibutuhkan material khusus. Untuk itu bila fluida ditempatkan di tube
maka biaya produksi heat exchanger akan lebih rendah. 

- Aspek keamanan operasi (kebocoran)


Kebocoran biasanya lebih jarang terjadi pada tube-side.

- Kehilangan tekanan
Pressure drop pada tube-side lebih mudah diperkirakan daripada
shell-side. Bila pressure drop merupakan salah satu parameter yang
kritis dan penting, maka sebaiknya fluida ditempatkan pada tube-side.

- Viskositas fluida
Untuk mengoptimumkan perpindahan panas, aliran fluida sebaiknya
turbulen. Suatu fluida dengan viskositas tinggi yang bila di tube
memiliki pola laminar, bila ditempatkan di shell mungkin dapat memiliki

50
pola turbulen (tergantung dari jarak antar tube). Namun demikian jika
pola aliran baik di shell maupun tube adalah laminar, maka sebaiknya
fluida dengan viskositas tinggi ditempatkan di tube.

- Laju alir massa


Secara umum, sebaiknya fluida dengan laju alir massa yang rendah
ditempatkan di shell. Hal ini disebabkan pola aliran turbulen dapat
lebih mudah tercapai pada shell-side.

- Aspek maintenance (cleaning)


Shell dan bagian luar tube lebih sulit untuk dibersihkan. Untuk itu
fluida yang lebih bersih sebaiknya ditempatkan di shell.

2.8 Penurunan kinerja HE

Fungsi heat exchanger adalah untuk memfasilitasi perpindahan panas


dengan jumlah tertentu dari fluida panas ke fluida dingin pada temperatur
inlet fluida dan laju alir massa tertentu dengan menjaga agar masing-
masing fluida tidak tercampur dan terkontaminasi. Kegagalan untuk
memenuhi persyaratan tersebut dianggap sebagai penurunan kinerja.

Dengan demikian penurunan kinerja heat exchanger meliputi kegagalan


heat exchanger untuk mencapai kebutuhan perpindahan panas dan
kegagalan mekanik seperti kebocoran dan kerusakan lainnya.

a. Fouling

Fouling merupakan akumulasi deposit dari fluida pada dinding tube


atau shell heat exchanger yang meningkatkan tahanan terhadap
perpindahan panas. Pada umumnya fouling dapat diatasi dengan
melakukan cleaning pada heat exchanger.

Terjadinya fouling pada heat exchanger merupakan fungsi dari


beberapa faktor seperti waktu, laju alir fluida, material dan struktur

51
heat exchanger, operasional, maintenance dan temperatur.

b. Korosi

Korosi merupakan proses penurunan kualitas material yang


disebabkan oleh reaksi dengan lingkungannya.

2.9 Operasi Shell and Tube HE

Setiap Peralatan, termasuk shell and tube HE tidak boleh dioperasikan


melebihi ketentuan yang dispesifikasikan dalam name plate. Sebelum
mengoperasikan HE terlebih dahulu harus melihat referensi pada
gambarnya, spesifikasi sheet-nya dan name platenya untuk melihat
kemungkinan adanya instruksi khusus. Peraturan K3 lokal harus
diperhatikan.

Urut-urutan dalam start-up, shutdown yang tidak tepat dapat


menyebabkan kerusakan yang permanen pada tube-tubenya atau
sambungan-sambungan flange-nya. Prosesdur operasi shell and tube HE
secara umum sebagai berikut :

1. Pastikan seluruh system dalam keadaan bersih sebelum memulai


operasi untuk mencegah penyumbatan di sisi tube atau shell
2. Buka koneksi lubang angin (vent) sebelum start up
3. Jalankan operasi secara bertahap. Lihat table 2.7 dan 2.8 untuk
prosedur start up dan shut down yang direkomendasikan untuk banyak
aplikasi
4. Setelah system terisi penuh dengan fluida proses dan semua udara
telah habis dibuang (diventing) tutup semua koneksi vent.
5. Kencangkan kembali baut-baut pada gasket atau sambungan-
sambungan setelah heat exchanger mencapai suhu operasinya, hal ini
untuk mencegah kebocoran dan kerusakan gasket.

52
6. Jangan mengoperasikan Heat exchanger pada kondisi tekanan dan
suhu yang melampaui kondisi operasi yang ditunjukkan pada
nameplate.
7. Untuk menjaga agar tidak terjadi water hammer, buang (drain)
kondensat dari steam heat exchanger dan peralatan yang sejenis pada
saat start up dan shut down.
8. Buang semua fluida pada saat shut down untuk mengeliminasi
kemungkinan terjadinya pembekuan dan korosi.
9. Dalam semua instalasi harus tidak boleh ada pulsation of fluids, karena
dapat menyebabkan vibrasi sehingga memperpendek umur peralatan.
10. Dalam keadaan apapun jangan mengoperasikan heat exchanger pada
flowrate yang melampaui spesifikasi desain. Flowrate yang berlebihan
dapat menyebabkan vibrasi dan bahkan dapat merusak tube bundle
11. Heat exchanger yang tidak dioperasikan selama periode waktu tertentu
harus diproteksi terhadap korosi seperti pada saat menyimpan heat
exchanger yang baru.
12. Heat exchanger yang tidak dioperasikan dalam waktu yang singkat dan
menggunakan air sebagai flowing medium harus didrain dan diblowing
terlebih dahulu dengan udara panas, jika memungkinkan. Jika tidak,
maka air harus senantiasa disirkulasikan melewati heat exchanger
setiap hari untuk mencegah air dalam kondisi stagnan yang dapat
mempercepat terjadinya korosi.

Setiap usaha perlu dilakukan untuk menghindari terjadinya thermal shock,


overpressure, dan hydraulic hammer. Jika kondisi-kondisi yang
menyebabkan stress tersebut melampaui kekuatan mekanik dari unit atau
sistem yang terpasang, maka dapat menyebabkan kebocoran atau
kerusakan permanen pada unit atau system.

53
Tabel 2.7 Prosedur Stat-Up dan Shut Down yang direkomendasikan

Lokasi fluida dan temperatur relatif


Tipe
konstruksi Shell side Tube side Prosedur start up Prosedur shut down
HE
Tipe fluida Suhu relatif Tipe fluida Suhu relatif

Fixed Fluid Hot Liquid Cold Alirkan kedua fluida Matikan aliran kedua fluida
Tubesheet pelan-pelan dalam waktu pelan-pelan dalam waktu
(Non- yang sama yang sama
Removable Condensing Hot Liquid atau Cold Alirkan fluida panas Matikan fluida dingin terlebih
Bundle) Gas (e.g., Gas terlebih dahulu, kemudian dahulu, baru kemudian
steam) secara perlahan alirkan fluida panas
fluida dingin. Hindari
temperature shock
Gas Hot Liquid Cold Alirkan fluida dingin Matikan aliran fluida dingin
terlebih dahulu, baru secara bertahap, baru
kemudian fluida panas kemudian fluida panas.
Liquid Cold Liquid Hot Alirkan kedua fluida Matikan aliran kedua fluida
secara bertahap dalam secara bertahap dalam
waktu yang bersamaan waktu yang bersamaan
Liquid Cold Gas Hot Alirkan fluida dingin Matikan aliran fluida panas
terlebih dahulu baru pertama kali, baru kemudian
kemudian fluida panas fluida dingin

54
Tabel 2.8 Prosedur Stat-Up dan Shut Down yang direkomendasikan

Lokasi fluida dan temperatur relatif


Tipe
konstruksi Shell side Tube side Prosedur start up Prosedur shut down
HE
Tipe fluida Suhu relatif Tipe fluida Suhu relatif

U Tube Liquid Hot Liquid Cold Alirkan fluida dingin terlebih Matikan aliran fluida pana lebih
dahulu, kemudian secara dahulu, kemudian fluida dingin
perlahan buka aliran fluida
Packed
panas
floating head
Condensing Hot Liquid atau Cold Alirkan fluida dingin terlebih Matikan aliran fluida dingin
Gas (e.g., gas dahulu kemudian alirkan terlebih dahulu, kemudian
Packed
steam) fluida panas secara matikan aliran fluida panas
floating
bertahap secara bertahap
tubesheet
Gas Hot Liquid Cold Alirkan fluida dingin terlebih Matikan aliran fluida panas ,
Packed dahulu, baru kemudian baru kemudian fluida dingin.
floating head fluida panas secara
bertahap

Internal Liquid Cold Liquid Hot Alirkan fluida dingin terlebih Matikan aliran fluida panas ,
floating head dahulu, baru kemudian baru kemudian fluida dingin.
fluida panas secara
bertahap
Semua HE
tipe tersebut Liquid Cold Gas Hot Alirkan fluida dingin terlebih Matikan aliran fluida panas ,
memiliki dahulu, baru kemudian baru kemudian fluida dingin.
removable fluida panas secara
bundle bertahap

55
2.10 Gangguan peralatan dan operasi Shell and Tube HE

Dalam mengoperasikan shell and tube HE tidak lepas dari berbagai


gangguan yang mungkin timbul. Gangguan-gangguan tersebut bisa
mengakibatkan terjadinya bahaya ataupun penurunan efisiensi. Gangguan
tersebut bisa berupa gangguan pada peralatan ataupun pada operasi.

1. Kebocoran shell
Gejala yang timbul terdapat tanda bocor pada shell plate bagian luar,
bisa berupa keluarnya asap atau cairan. Kebocoran ini bisa
diakibatkan oleh kondisi alat maupun kondisi operasi.
Cara mengatasinya :
– Mengamankan kebocoran, misalnya dengan menyemprot
kebocoran tersebut dengan air atau steam.
– Mengubah kondisi operasi bila memungkinkan, misalnya
meurunkan tekanan atau temperatur.
– Menghentikan aliran heat exchanger yang bocor secara darurat
dengan menutup katup masuk dan katup keluar shell.
– Bila kebocoran yang dialami cukup besar dan membahayakan
serta rawan terhadap bahaya kebakaran maka stop operasi unit.
– Lakukan perbaikan peralatan.

2. Kebocoran pada tube


Gejala yang timbul berupa perubahan sifat produk terutama flash
pointnya. Bila kebocorannya besar dapat dideteksi dengan adanya
perubahan kondisi operasi (temperature outlet). Penyebab kebocoran
ini bisa disebabkan oleh kondisi alat ataupun kondisi operasi misalnya
tekanan / temperature terlalu tinggi.
Cara mengatasinya :
– Mengubah kondisi operasi bila memungkinkan

56
– Menghentikan aliran shell dan tube pada heat exchangr yang bocor
kemudian di-flushing dengan menggunakan fasilitas flushing yang
telah tersedia.
– Selanjutnya diadakan perbaikan pada bagian yang mengalami
kebocoran dengan cara menyumbat atau mengganti tube yang
bocor. Apabila jumlah tube yang disumbat sudah lebih dari 10%
dari jumlah tube keseluruhan, maka perlu dilakukan penggantian
bundle tube.

3. Kebuntuan di bagian shell


Kebuntuan di bagian shell atau pada pipa alir produk dapat diakibatkan
oleh temperatur operasi produk terlalu rendah (dibawah pour
pointnya). Gejala yang dapat diamati dari masalah ini adalah :
– Adanya penurunan temperature fluida yang dipanaskan yang
keluar dari HE
– Jika reboiler, level kolom cenderung naik
– Penurunan jumlah produk
Cara mengatasinya adalah dengan diflushing menggunkan fasilitas
flusing yang tersedia. Kemudian mengatur by-pass fluida panas agar
tidak masuk/melewati HE.

4. Kebuntuan di bagian tube akibat kerak atau deposit.


Kerak terjadi karena terikutnya kotoran dari tangki serta terjadinya
water scale, corrosion scale maupun coke akibat adanya temperatur
yang tinggi sehingga hal ini akan mengganggu atau mengurangi
proses perpindahan panas. Akibatnya performance dari heat
exchanger akan turun yang ditandai dengan adanya penurunan
perbedaan temperatur cairan yang masuk dan yang keluar HE. Bila hal
ini terjadi maka heat exchanger perlu dibersihkan.

57
Macam – macam deposit dan cara menghilangkannya :
a. Hard Deposit
Deposit yang keras dan akan semakin tebal dengan bertambahnya
waktu. Cara menghilangkannya adalah dengan menggunakan sikat
kawat baja atau direndam dengan bahan kimia tertentu, biasanya
dengan larutan HCl.
b. Porous Deposit
Deposit ini seperti hard deposit tetapi memiliki pori-pori sehingga
cara menghilangkannya lebih mudah, yaitu dengan direndam
dengan bahan kimia tertentu atau dengan wet sand blasting.
c. Loose Deposit
Merupakan deposit yang terjadi karena endapan lumpur, endapan
ganggang, dan sebagainya. Cara menghilangkannya dengan
steam blowing atau dicuci dengan air panas.

58
PERTANYAAN RINGKASAN

Perhatikan gambar di bawah ini

1. Bagian yang mengelilingi tube yang ditunjukkan oleh huruf B disebut


2. Bagian heat exchanger yang ditunjukkan oleh huruf D/J disebut ….
3. Baffle plate berfungsi untuk …. tube pada tube bundle
4. Jika fluida yang melewati bagian shell berupa air, maka bagian shell
…. dengan air jika tidak terdapat baffle

5. Baffle yang dipasang berselang-seling pada bagian shell akan


mendorong fluida mengalir keatas dan ke bawah pada saat melewati
exchanger. Hal ini akan menyebabkan turbulensi aliran, sehingga
menaikkan kecepatan aliran fluida. Dengan demikian baffle akan ….
laju perpindahan panas
6. Terdapat beberapa kerugian dari penggunaan baffle di bagian shell,
yaitu penambahan biaya desain dan kesulitan pada saat cleaning.
Disamping itu karena menghambat aliran fluida, baffle juga
cenderung .... pressure drop.
7. Identifikasilah Heat Exchanger berikut ini :
a. Type AFS size 23-192 in (590-4880)
b. Type BGU Size 19-84 (480-2130)
8. Bagaimana cara mengatasi ekspansi pada beberapa jenis shell and
tube HE berikut ini :
a. fixed tube sheet
b. U tube
c. Floating head type

59
Perhatikan gambar di bawah ini

9. Ada berapa pass shell dan ada berapa pass tube


10. Termasuk tipe apakah shell and tube HE diatas?
11. Berilah kode bagian-bagian shell and tube HE diatas menurut standart
TEMA

Di bawah ini adalah tipe pengaturan tube di dalam shell

Dari ketiga pola pengaturan tube diatas,


12. Jumlah tube yang paling banyak, yang bisa ditempatkan di dalam shell
adalah dengan pola ....
13. Yang memilliki surface area terbesar adalah tube dengan pola ....
14. Untuk fluida yang kotor, fluida yang bepotensi membentuk kerak,
sebaiknya susunan tube yang digunakan menggunakan pola ...
15. Konfigurasi tube yang ketiga , diagonal square pitch, dapat / tidak
dapat dibersihkan secara mekanik
16. Konfigurasi tube yang memiliki laju perpindahan panas terbesar adalah
a. Square pitch b. Triangular pitch c. Diagonal square pitch

60
17. untuk fluida yang kotor, fouling fluid, yang bekerja pada perbedaan
suhu yang tinggi, jenis heat exchanger yang digunakan sebaiknya
adalah …
a. fixed tube sheet exchanger
b. floating heat exchanger
c. U tube heat exchanger

18. Penggunaan multipass exchanger akan meningkatkan panjang aliran


efektif dan menyebabkan kecepatan aliran menjadi lebih besar. Dari
ketiga jenis pola aliran di dalam shell and tube di bawah ini, manakah
yang memberikan laju perpindahan panas terbesar
a. single pass pada bagian shell dan tube
b. single pass di bagian shell dan double pass di bagian tube
c. double pass di bagian shell dan tube
19. Isilah kolom di bawah ini

Fixed Floating head


Type U-tube
tubesheet outside packed
Untuk mengatasi
perbedaan ekspansi
Terdapat bundle tube
yang bisa dilepas
Penggantian bundle
tube apakah
memungkinkan
Penggantian tube
individu
Cara membersihkan
bagian dalam tube

61

Anda mungkin juga menyukai