Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


HASIL PENGAMATAN

4.1 Data Daya Hambat Ekstrak Pasta Daun ANggrek Konsentrasi 20%
(Kelompok)
Hasil Pengamatan Nilai Zona Hambat Setiap Perlakuan (mm)
Kelompok 2 (+) (-) Etanol Ekstrak ONPJ
Chloramfenikol anggrek 20%
Selasa, 10.30 0 0 0 0
30/04/19 13.30 4,75 5,47 5,18 7,58
16.30 5,47 5,6 7,67 5,03
Rabu 07.30 9,55 6,28 7,2 8,67
01/05/19 10.30 9,6 6,58 7,61 8,73
13.30 9,37 7,2 7,75 9,15
Kamis 07.30 10,21 7,88 8,27 10,03
02/05/19 10.30 9,61 7,98 7,91 9,6
13.30 13,795 8,61 8,47 9,4

4.2 Data Daya Hambat Kelas

Waktu Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4 Kel 5 Kel 6 Kel 7


60% 10% Ekstrak 20% 20% 30% 10%
Ekstrak Pasta Daun Ekstrak Pasta Pasta Ekstrak
Bawang Daun Anggrek Kulit Daun Daun Kulit
Merah Anggrek Cair Salak Angrek Anggrek Salak
10.30 0 0 0 0 0 0 0
13.30 1.77 5.82 6.08 0 4.88 0 6.1
16.30 6.17 6.03 9.18 8.23 5.03 0 7.4
07.30 6.95 5.83 9.58 8.92 7.2 7 5.72
10.30 8.07 6.1 8.35 8.87 7.62 5.78 7.27
13.30 8.88 6.25 10 6.55 16.45 6.07 7.1
07.30 9.28 6.35 10.65 8.93 8.27 7.07 7.57
10.30 9.87 6.35 9.37 8.93 7.92 5.82 7.15
13.30 11.12 6.6 8.08 5.67 8.42 6.05 7.82

PEMBAHASAN

4.1 Ekstrak Pasta Daun Anggrek 20%


Pengujian aktivitas ekstrak pasta daun anggrek dengan
menggunakan metode paper disc diffusion test atau difusi kertas cakram.
Metode difusi kertas saring dilakukan dengan mengukur diameter zona
bening yang merupakan petunjuk bahwa adanya respon mikroorganisme
uji terhadap objek yang diteliti (Pratiwi, 2012). Dalam kata lain terdapat
respon penghambatan pertumbuhan bakteri oleh suatu senyawa antibakteri
dalam ekstrak yang dibuat. Jumlah mikroorganisme yang baik adalah
berkisar pada pengenceran 10-5. Tingkatan pengenceran ini harus
dilakukan agar jumlah kepadatan pertumbuhan bakteri dapat
terkendalikan, serta mampu menunjukkan kepekaan terhadap zat anti
bakteri yang akan diujikan. Dalam media dibagi menjadi 4 kuadran yang
berisi, kontrol positif, kontrol negatif, ONPG, dan ekstrak pasta daun
anggrek 20%.Sebagai kontrol positif menggunakan larutan kloramfenikol
dan kontrol negatif menggunakan larutan etanol. Kontrol positif yang
digunakan adalah kloramfenikol, pemilihan kloramfenikol sebagai kontrol
positif karena bakteri Staphylococcus aureus telah banyak mengalami
resistensi terhadap antibiotik, selain itu kloramfenikol bersifat
bakteriostatik dengan spktrum luas yang aktif terhadap bakteri gram
negatif dan gram positif, mampu menghambat perlekataan asam amino
dari bakteri sehingga dapat menghambat Staphlococcus aureus.
Penggunaan etanol 70% sebagai kontrol negatif karena menyesuaikan
pelarut yang digunakan pada ekstrak pasta daun anggrek dan memastikan
bahwa pelarut yang digunakan tidak menghambat pertumbuhan bakteri.
Setiap kertas saring steril di rendam ke dalam larutan masing-masing.
Kemudian kertas saring cakram diangkat dengan pinset dan diulaskan
pada dinding wadah ekstrak. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar sisa
larutan yang berlebihan tidak menetes atau menyebar luas di permukaan
agar. Kertas saring tersebut diletakkan di permukaan agar dengan
menggunakan pinset. Setelah itu diinkubasi pada suhu 37°C dan diamati
setiap 3 jam sekali. Dari hasil pengujian aktivitas antibakteri ini akan
tampak zona hambat yang biasanya terlihat lebih bening daripada daerah
sekitarnya. Zona hambat yang terbentuk diukur diameternya dengan
menggunakan jangka sorong.
Uji sifat antibakteri dari ekstrak pasta daun anggrek terhadap
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dilakukan dalam konsentasi
20% yang kemudian dibandingkan dengan kontrol positif yang
menggunakan kloramfenikol dan kontrol negatif yang menggunakan
etanol. Pengujian aktivitas antibakteri ekstrak daun Anggrek Hasil uji daya
hambat ekstrak pasta daun Anggrek konsentrasi 20% terhadap
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dapat dilihat pada grafik
batang dibawah ini.

Grafik Ekstrak Pasta Daun Anggrek Konsentrasi 20%


20

15

10

0
10.30 13.30 16.30 07.30 10.30 13.30 07.30 10.30 13.30
+ chlormfenikol - etanol 20% pasta daun anggrek ONPG

Berdasarkan grafik diatas, terlihat bahwa rerata hasil pengukuran


akhir zona hambat ekstra pasta daun anggrek adalah 8,47 mm yang
menurut kriteria yang disampaikan oleh Nazri dkk (2011) dalam Hapsari
(2015) termasuk dalam kategori daya hambat sedang terhadap
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Berdasarkan data diameter
zona hambat pada tabel hasil pengamtan, menunjukkan relatif adanya
peningkatan zona hambat yang terbentuk dari pengamatan pertama hingga
pengamatan terakhir, walaupun ada beberapa pengamatan yang mengalami
penurunan, hal tersebut terjadi karena kesalahan dalam mengukur diameter
zona hambat. Diameter zona hambat yang dihasilkan oleh ekstrak pasta
konsentrasi 20% tergolong dalam kategori zat antibakteri dengan daya
hambat sedang. Hal ini dapat terjadi karena secara umum, dalam tanaman
anggrek terkandung zat yang disebut polifenol serta flavonoid (Lubis, N.
N. 2010). Senyawa flavonoid merupakan senyawa metabolit sekunder
yang memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri
(Sukadana, 2010). Aktivitas flavonoid dalam menghambat pertumbuhan
bakteri yaitu dengan menyebabkan kerusakan pada membran sel dan
menghambat sintesis makromolekul sel bakteri (Dzoyem dkk., 2013).
Kontrol positif yang digunakan berupa kloramfenikol memberikan
diameter zona hambat yang kuat yaitu sebesar 13,795 mm, hal tersebut
karena memang senyawa ini adalah senyawa antibakteri.

Dibandingkan dengan kontrol positif (kloramfenikol), ekstrak pasta


daun anggrek konsentrasi 20% menunjukkan daya hambat yang lebih
rendah. Berdasarkan pengamatan bahwah ekstrak pasta daun anggrek
konsentrasi 20% memiliki perbedaan daya hambat yang signifikan dengan
kontrol positif.

Adapun hasil pengukuran diameter zona hambat pada kontrol negatif


menunjukkan adanya zona hambat, hal ini seharusnya kontrol negatif tidak
memiliki daya hambat terhadap bakteri. Hal tersebut terjadi karena kesalahan
kami dalam melakukan praktikum, seperti kurang telitinya kami dalam
mengukur zona hambat, dalam menanam kertas cakram yang tidak sesuai
dengan prosedur yang seharusnya.

Kel 2 Kel 5 Kel 6


Waktu 10% Pasta Daun 20% Pasta Daun 30% Pasta Daun
Anggrek Anggrek Anggrek
10.30 0 0 0
13.30 5.82 4.88 0
16.30 6.03 5.03 0
07.30 5.83 7.2 7
10.30 6.1 7.62 5.78
13.30 6.25 16.45 6.07
07.30 6.35 8.27 7.07
10.30 6.35 7.92 5.82
13.30 6.6 8.42 6.05

Adapun demikian rerata data yang ditunjukkan pada tabel pengamatan


kelas ekstrak pasta daun anggrek yang paling efektif menghasilkan diameter
zona hambat terbesar adalah ekstrak pasta daun anggrek dengan konsentrasi
20%. Yang berati peningkatan konsentrasi tidak mempengaruhi daya kerja zat
anti bakteri terhadap pertumbuhan bakteri, padahal kadar senyawa aktif yang
terkandung dalam konsentrasi tinggi harusnya lebih banyak dibandingkan
dengan konsentrasi rendah. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor,
kurang telitinya kami dalam mengukur zona hambat, dalam menanam kertas
cakram yang tidak sesuai dengan prosedur yang seharusnya.

4.3 Ekstrak Cair Daun Anggrek, Ekstrak Kulit Salak Konsentrasi 10%,
20% dan Ekstrak Bawang Merah 60%
Hasil uji daya hambat ekstrak Ekstrak Cair Daun Anggrek, Ekstrak Kulit
Salak Konsentrasi 10%, 20% dan Ekstrak Bawang Merah 60% terhadap
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dapat dilihat pada grafik
batang dibawah ini.
80
Kel 7 10% Ekstrak Kulit
70 Salak
Kel 6 30% Pasta Daun
60 Anggrek
Kel 5 20% Pasta Daun
50 Angrek
Kel 4 20% Ekstrak Kulit
40 Salak
Kel 3 Ekstrak Daun
30 Anggrek
Kel 2 10% Pasa Daun
20 Anggrek
Kel 1 60% Ekstrak
10 Bawang Merah
Waktu
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

4.3.1 Bawang Merah 60%


Bahan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah bawang merah
yang dibeli di pasar tradisional. Umbi dari bawang merah tersebut
kemudian dijadikan ekstrak menggunakan metode pour plate yang
dilakukan di Laboratorium bioteknologi di Fakultas MIPA Universitas
Negeri Yogyakarta dan dihasilkan ekstrak bawang merah dengan
konsentrasi 60%. Larutan ekstrak bawang merah (Allium cepa) dengan
konsentrasi masing-masing 60% diamati aktivitas antibakterinya terhadap
Staphylococcus aureus dengan menginfusi ekstrak tersebut ke dalam
cakram antibiotik kosong. Aktivitas antibakteri diamati dengan mengukur
zona terang (clear zone) yang terbentuk pada medium Muller Hinton yang
telah diolesi dengan suspensi bakteri. Zona terang ini diukur dengan
menggunakan penggaris. Sebagai kontrol positif digunakan cakram
antibiotik kloramfenikol, dan kontrol negatif digunakan cakram antibiotik
kosong yang direndam ethanol 96%. Pengamatan dilakukan dalam 3 hari
percobaan dimana setiap harinya dilakukan 3 kali percobaan dan diambil
rata-ratanya. Pada percobaan kali ini menggunakan 2 cawan petri. Untuk
cawan petri 1 dinamai U1 sedangkan cawan petri 2 dinamai U2. Pada U1
didapati rata-rata aktivitas antibakteri yaitu 5,697918125 sedangkan U2
didapati 5,96875.
Untuk uji sensitivitas antimikroba yang menunjukkan ukuran zona hambat
bakteri yang menentukan bakteri tertentu masih sensitif atau sudah resisten
terhadap suatu antibiotik. Pada penelitian ini, bakteri Staphylococcus
aureus masih sensitif terhadap amoxicillin yang digunakan, namun
tampaknya pertumbuhannya dihambat lebih sedikit oleh ekstrak bawang
merah maupun bawang putih konsentrasi masing-masing 60%. Analisis
fitokimia dari bawang merah menyebutkan kandungan utama zat yang
menghasilkan efek antibakterial adalah komponen organosulfur termasuk
diropyl disulfide dan dipropyl trisulfide dan alkaloid yang bekerja melalui
penetrasi ke dalam membran sel dan mempengaruhi DNA bakteri,
sementara flavonoid bekerja melalui konjugasi dengan adhesi bakteri pada
permukaan sel dan membentuk kompleks dengan dinding sel bakteri.
ekstrak bawang merah 60% pada masing-masing cawan petri semakin
bertambah waktu semakin bertambah zona beningnya hal ini berarti pada
cawan petri yang diberikan ekstrak bawang merah 60% memberikan
respon dalam menghambat bakteri terhadap Staphylococcus aureus
walaupun tidak sefektif ekstrak lain karena pada penambahan ekstrak
bawang merah ini berada dipaling bawah posisinya dibandingkan yang
lain.

4.3.2 Ekstrak Kulit Salak 10% dan 20%


Kulit salak merupakan limbah yang biasanya tidak terpakai lagi.
Namun kulit buah salak mengandung nilai gizi berupa kadar protein, kadar
karbohidrat, kadar air serta rendah lemak (Nazaruddin dan Kristiawati,
2000:10). Kulit buah ini juga mengandung senyawa yang
dapat berguna sebagai antibakteri. Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa
daging dan kulit buah salak mengandung senyawa flavonoid, tanin dan
alkaloid. Senyawa yang tidak terkandung pada kulit salak adalah saponin,
steroid serta triterpenoid (Sahputra, 2008:17).
Penelitian Sukadana (2008:115) menunjukkan bahwa ekstrak
kental air buah belimbing yang juga mengandung flavonoid, alkaloid dan
saponin dengan konsentrasi 100% dapat menghambat pertumbuhan
Staphylococcus aureus. Pada penelitian Permatasari, dkk. (2013:167)
menunjukkan bahwa ekstrak daun salak yang mengandung flavonoid pada
perbandingan konsentrasi 20%, 50%, 75% dan 100% dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Hal ini terbukti pada
praktikum bahwa adanya penghambatan bakteri pada bakteri tersebut yang
dapat dilihat pada tabel hasil pengamatan dengan rata-rata cawan petri U1
yaitu 7,362 sedangkan rata-rata penghambatan bakteri pada cawan U2
yaitu 7,654. Hal ini menunjukkan bahwa semakin bertambahnya waktu
semakin terdapat zona bening yg semakin membesar.
Daftar Pustaka

Dyozem, J. P., Hamamoto, H., Ngameni, B., Ngadjui, B. T., dan Sekimizu, K. 2013.
Antimicrobial Action Mechanism of Flavonoids from Dorstenia species. Drug
Discoveries & Therapeutics, 7(2): 66-72.

Hapsari, Maria Endah. 2015. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Herba Meniran
Phyllanthus niruri) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus cereus dan
Escherichia coli. Skripsi. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta. Hal:8

Lubis, N. N. 2010. Mikropropagasi Tunas Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata Lindl)


Dengan Pemberian Benzil Amino Purin Dan Naftalen Asam Asetat. Medan:
Universitas Sumatera Utara. Medan.

Pratiwi, Sylvia T. 2012. Mikrobiologi Farmasi. Yogyakarta: Erlangga. Hal: 17;22; 154-
161

Sukadana, I. M. 2010. Aktivitas Antibakteri Senyawa Flavonoid dari Kulit Akar Awar-
Awar (Ficus septica Burm F). Jurnal Kimia, 4(1): 63-70.

Anda mungkin juga menyukai