Oleh:
Fatona Waluya M. NIM 161411037
Zayyin Kamil Biliman NIM 161411064
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh:
Menyetujui,
CATATAN/KOMENTAR:
Disusun oleh:
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Kimia Koordinator Kerja Praktik
3
DAFTAR ISI
I
II
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Umpan Furnace……………………………………………….. 7
Tabel 2. Kebutuhan Bahan Baku Furnace……………………………… 44
Tabel 3. Jadwal Shift Karyawan P.T. Chandra Asri Petrochemical, Tbk.. 58
Tabel 4. Spesifikasi Naphta…………………………………………… 73
Tabel 5. Spesifikasi Ethylene Product………………………………… 73
Tabel 6. Spesifikasi Propylene Product………………………………… 74
Tabel 7. Neraca Massa Total Ethylene Plant…………………………… 74
Tabel 8. Kode Alat di Ethylene Plant…………………………………… 75
Tabel 9. Furnace Design……………………………………………… 76
Tabel 10. Fuel Production & Consumption Data……………………… 76
Tabel 11. Dimensi Alat di Ethylene Plant……………………………… 77
Tabel 12. Limbah Padat & Penanganannya…………………………… 82
IV
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. PFD Hot Section .................................................................................... 7
Gambar 2. Skema Furnace ..................................................................................... 8
Gambar 3. PFD Gasoline Fractionator & PFO Stripper System .......................... 11
Gambar 4. PFD Quench Tower System ................................................................. 13
Gambar 5. PFD PW Stripper System & DS Drum ................................................ 15
Gambar 6. PFD Cracked Gas Compression (CGC) System ................................. 16
Gambar 7. PFD Caustic System ............................................................................ 18
Gambar 8. PFD Drying System ............................................................................. 19
Gambar 9. PFD Cold Section ................................................................................ 21
Gambar 10. PFD Chilling Train............................................................................ 21
Gambar 11. PFD H2 Purification & Ethane Wash Tower .................................... 24
Gambar 12. PFD Demethanizer ............................................................................ 27
Gambar 13. PFD Deethanizer ............................................................................... 29
Gambar 14. PFD Acetylene Converter .................................................................. 30
Gambar 15. PFD C2 Green Oil KO Drum & C2 Dryer ......................................... 32
Gambar 16. PFD Ethylene Fractionator ................................................................ 33
Gambar 17. PFD Depropanizer ............................................................................ 35
Gambar 18. PFD Depropanizer No. 2................................................................... 35
Gambar 19. PFD MAPD Converter ...................................................................... 38
Gambar 20. PFD Propylene Fractionator ............................................................ 40
Gambar 21. PFD Debutanizer ............................................................................... 41
Gambar 22. PFD DPG Unit .................................................................................. 42
Gambar 23. PFD Depentanizer ............................................................................. 43
Gambar 24. PFD BTX Tower ................................................................................ 44
Gambar 25. PFD C4/C5 Hydrogenation ............................................................... 45
Gambar 26. PFD Fuel System ............................................................................... 53
Gambar 27. PFD Spent Caustic ............................................................................ 54
Gambar 28. Struktur Organisasi P.T. Chandra Asri Petrochemical, Tbk. ............ 58
Gambar 29. Struktur Organisasi Ethylene Plant Department ............................... 59
Gambar 30. Ethylene Plant Layout ....................................................................... 66
Gambar 31. Block Flow Diagram Proses Pengolahan Limbah Cair..................... 72
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan teknologi yang mendorong perkembangan industri yang pesat
menuntut dibutuhkannya sumber daya manusia yang berkualitas dan profesional
dibidangnya. Sumber daya manusia yang berkualitas dan profesional dapat dicapai
oleh lembaga-lembaga pendidikan dan instansi pemerintah melalui kualitas mutu
pendidikan yang telah mencakup di dalamnya seperti kurikulum, praktikum, kursus
dan berbagai hal yang menunjang ke arah tersebut.
Politeknik merupakan lembaga pendidikan tinggi yang menyelenggarakan
program pendidikan terapan dalam sejumlah program studi. Pendidikan terapan
yang dimaksud bersifat profesional yang berorientasi pada kebutuhan industri. Saat
ini pendidikan profesional dimulai dengan program pendidikan Diploma III
Politeknik.
Program pendidikan Diploma III Politeknik diselenggarakan untuk
mendukung pengembangan industri baru dan memperbaiki mutu industri yang
sudah ada. Pendidikan profesional ini akan menghasilkan lulusan Ahli Madya yang
benar-benar terampil. Pendidikan di Politeknik menerapkan sistem paket yaitu
sistem belajar mengajar yang mewajibkan mahasiswa menempuh seluruh mata
kuliah yang diprogramkan pada setiap periode tahun ajaran.
Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung bertujuan menghasilkan
tenaga Ahli Madya profesional dalam bidang teknik proses produksi di industri
kimia. Kurikulum Politeknik Negeri Bandung mewajibkan mahasiswanya untuk
melakukan Kerja Praktik di industri, terutama di industri yang bergerak di bidang
yang berkaitan dengan proses atau operasi teknik kimia salah satunya adalah
industri petrokimia.
Industri yang bergerak dibidang teknik kimia salah satunya adalah PT
Chandra Asri Petrochemical Tbk. Sejauh ini, pelaksanaan Kerja Praktik yang sudah
dilakukan memberikan andil yang besar bagi calon Engineer muda untuk
menangani proses produksi di lapangan. Dalam kerja praktek ini, berikut adalah hal
yang kami lakukan:
1
2
1995. Pada tanggal 5 Mei 1995 didapatkan produksi Olefin pertama dari PT
Chandra Asri Petrochemical, Tbk.
Presiden Republik Indonesia pada masa itu, Soeharto, meresmikan
pengoperasian PT Chandra Asri Petrochemical, Tbk. pada tanggal 16 September
1995 PT Chandra Asri Petrochemical, Tbk. merupakan industri petrokimia hulu
pertama dan satu–satunya di Indonesia hingga sekarang pada saat laporan kerja
praktik ini dibuat. Mulai tanggal 1 Januari 2011 PT Chandra Asri Petrochemical
Tbk. mengakuisisi PT Tripolyta, Tbk menjadi bagian dari PT Chandra Asri
Petrochemical (CAP), Tbk.
Pada tanggal 18 Januari 2012, PT CAP, Tbk meresmikan pembangunan
pabrik Butadiene pertama di Indonesia. Peresmian pabrik berkapasitas produksi
100 KTA tersebut dilakukan oleh Menteri Perindustrian, M.S. Hidayat bersama
Menteri Perdagangan, Gita Wirajawan, yang disaksikan oleh Gubernur Banten,
Ratu Atut Chosiyah serta jajaran manajemen PT Chandra Ari Petrochemical, Tbk.
Pabrik ini dilengkapi dengan Butene-1 Extraction berkapasitas 40 KTA dengan
total investasi US$ 145 juta dibangun di lahan seluas 40.000 m2 yang berlokasi di
komplek pabrik CAP di Cilegon, Banten. Pabrik ini selanjutnya akan dikelola anak
perusahan CAP, yaitu PT Petrokimia Butadiene Indonesia dan direncanakan dapat
beroperasi pada tahun 2013. Dengan adanya pabrik tersebut, maka pasokan bahan
baku plastik semakin besar dan pohon industri petrokimia Indonesia semakin
lengkap.
Pada tahun 2015 dilaksanakan Turn Around Maintenance (TAM) selama
bulan Oktober 2015. Pada periode ini terdapat penambahan unit Furnace dan
Enhanced Binary Compressor dimana kapasitas produksi Ethylene PT Chandra
Asri Petrochemical, Tbk. meningkat menjadi 820 KTA.
1.3 Waktu Dan Tempat
1. Kegiatan Kerja Praktik dilakukan pada 1 Maret 2019 hingga 29 Maret
2019 selama hari kerja. Pada hari Sabtu dan Minggu serta libur nasional
kegiatan Kerja Praktik diliburkan
2. Kerja Praktik dilakukan di PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. Pada
bagian Ethylene Plant.
4
Secara umum Ethylene Plant terbagi menjadi dua seksi yaitu Hot Section
dan Cold Section. Pada Hot Section digunakan sistem Steam Cracking, didapat
produk utama Cracked Gas yang selanjutnya akan diproses pada Cold Section.
Sedangkan pada Cold Section digunakan sistem Cryogenic Distillation, didapat
produk utama Ethylene dan Propylene, dan produk samping Hydrogen, Methane,
Ethane, Propane, C3, C4, C5 hingga C9. Untuk senyawa-senyawa C2 & Lighter
berfasa gas sedangkan untuk senyawa-senyawa C3 & Heavier berfasa cair.
Sifat Fisik, Kimia Ethylene , Propylene & Naphta terlampir dalam lampiran
MSDS.
5
6
To Spent Caustic
DA-202
FF-201
BFW DA-203
Cracked Gas
Compressor Compressor
1st – 3rd 4th – 5th
Naphta DA-102
BA-101 – BA-109
Caustic
To Cold Section
QW, PW, HC
Steam
7
8
BA-107 X X
BA-108 X X
BA-109 X X
Furnace memiliki 3 fungsi utama yaitu
1. Cracking
2. Waste Heat Boiler (WHB)
3. Stack
Reaksi Radikal
H* + C2H4 → C2H5*...............................................................................(1)
Reaksi Molekular
C2H6 → 2CH3*......................................................................................(4)
10
H* + C2H6 → H2 + C2H5*...................................................................(6)
Quench Oil Injection terjadi pada Quench Fitting yang berfungsi untuk
menghentikan proses Cracking, Quench Fitting sendiri adalah Manifold yang
menggabungkan masing-masing keluaran Coil pada Furnace. Pada Quench Fitting,
Cracked Gas dikontakan dengan Quench Oil sehingga terjadi penurunan suhu
hingga 370 oC.
Fungsi lain dari Furnace adalah fungsi Stack, fungsi ini merupakan fungsi
sirkulasi gas untuk menjaga keamanan operator agar udara panas tidak mengalir
melalui Peep Hole saat pengecekan Furnace. Karena pada Furnace dilakukan
negative pressure, udara sisa pembakaran akan mengalir ke atas melalui cerobong.
11
a. Gasoline Fractionator
Bottom product DA-103 berupa Pyrolisis Fuel Oil (PFO) sebagian di-
Recycle ke kolom DA-101 dan dialirkan pada Furnace sebagai bahan bakar untuk
burner. Pada DA-103 diinjeksikan LS untuk mendorong sisa Light Gas untuk
selanjutnya dialirkan kembali pada DA-101 sebagai Recycle.
13
Umpan yang digunakan pada Quench Tower (DA-102) adalah Cracked Gas
keluaran DA-101 yang memiliki kandungan air yang masih tinggi. Pada bagian
bawah kolom terdapat Splitter yang memisahkan air dengan sisa Hydrocarbon
(HC) yang masih terdapat dalam Cracked Gas. Sedangkan Overhead menghasilkan
Cracked Gas yang siap dialirkan pada Cracked Gas Compression (CGC) System.
Quench Water (QW) akan digunakan oleh user untuk berbagai macam
keperluan proses, QW keluaran proses akan didinginkan menggunakan air laut pada
EA-116 dan EA-117 dan dikembalikan pada DA-102.
14
Process Water (PW) dialirkan pada DA-104 untuk dipisahkan antara air dengan
gas sisa yang masih terlarut dalam air.
a. PW Stripper
b. DS Drum
Umpan yang digunakan pada PW Stripper (DA-104) adalah Process Water dari
DA-102. Pada kolom ini dipisahkan antara air dengan dengan gas yang masih
terlarut dalam air.
Dissolve Gas akan di-Recycle pada DA-102, sedangkan air akan dialirkan pada
Dilution Steam Drum (FA-112), sebelumnya PW dimanfaatkan untuk
mendinginkan Quench Oil pada EA-114. Terdapat dua heat exchanger dalam
kolom ini yang dipanaskan menggunakan LS.
Pada FA-112 terpisah antara uap air dengan air limbah. Uap air akan dipanaskan
menggunakan heat exchanger EA-120 menggunakan MS sehingga dihasilkan DS
yang dapat digunakan pada Furnace. Pemanasan menggunakan EA-118 dengan
memanfaatkan Quench Oil pada Fractionator dan EA-119 dengan memanfaatkan
ekstraksi MS dari EA-120.
Condition:
CGC System berfungsi menekan Cracked Gas hingga memiliki tekanan tinggi
dari 0.39 ke 38.3 KG sehingga menaikan titik didih gas, akibatnya beban
pendinginan pada Cryogenic Distillation menurun. Terdapat 5 rangkaian yang
terdiri dari Suction Drum, Compressor, serta Intercooler.
Suction Drum berfungsi untuk memisahkan gas dengan air yang masih
terkandung dalam Cracked Gas. Seluruh air akan bermuara pada Suction Drum
yang pertama (FA-201) untuk selanjutnya di-Recycle pada Quench Tower (DA-
102).
2. Caustic System
Gas dari FA-205 akan mengalami proses penghilangan Acid Gas melalui DA-
202 dan DA-203, gas akan mengalami beberapa tahap Caustic untuk me-reduce
kandungan gas asam dalam Cracked Gas. Gas dialirkan pada bagian bawah kolom
DA-202 melewati Weak Section yang berisi NaOH berkonsentrasi 2% yang mampu
me-reduce 95% Acid Gas.
Setelah melewati bagian bawah kolom gas akan melewati bagian atas kolom
yang merupakan Intermediet Section, berisi NaOH berkonsentrasi 4% yang mampu
me-reduce 10% Acid Gas yang masih lolos dari Weak Section.
3. Drying System
Ethane
Methane
C2
DA-301 H2 DC-401
Ethylene
Charge Gas Cold Box
DC-301 Wet H2 FF-301 Methane + Ethane
Chilling Train
DA-401 DA-402
C2 & Heavier
Acetylene
Raffinate-1 C4
Recycle to Furnace
C3 PBI Plant
DC-402 C4
H2
Propylene DC-1101
C5
H2
DA-403 DA-406 DA-407
C3 & Heavier
C5 & Heavier
Prophane H2 DC-1201
DA-1203
C6 & Heavier
C9
FF-201
EA-308 EA-409 EA-310 EA-309 EA-316 EA-311 EA-312
PA-301
FA-302
a. Chilling Train
22
Inlet Condition: 16 oC
Charge Gas dibagi untuk ekspansi dan secara progresif didinginkan dalam
paralel Cold Box terhadap aliran proses dan refrigerasi hingga suhu mencapai -72oC.
Kondensat dikumpulkan dalam Demethanizer Feed Separator Drum dan
diumpankan menuju Demethanizer dalam dua aliran setelah saling menukarkan
panas antar sesama alirannya.
Dalam Cold Box, uap didinginkan hingga mendekati -145 C dan masuk ke
dalam Hydrogen Methane Separator untuk pemurnian hidrogen. Pemurnian
hidrogen ditempatkan pada sebuah Adiabatic Heat Exchanger System dimana
sistem refrigerasi dibutuhkan yang berasal dari proses ekspansi dari metana cair
dalam Joule-Thompson (JT) System. Tahap pertama dari ekspansi JT menghasilkan
Methane yang kaya akan liquid yang dimana diuapkan, dipanaskan kembali dan
dikirimkan sebagai bahan bakar (fuel).
a. H2 Purification
Overhead Product: H2
Overhead Product: H2
Aliran hidrogen dari Cold Box mengalami pertukaran panas pertama dengan
effluent dari Methanator dan selanjutnya dipanaskan menggunakan HS. Suhu
tersebut diperlukan untuk memulai reaksi. Konversi dari CO merupakan reaksi
eksotermik sementara suhu dari Methanator harus dimonitor mendekati dari reaksi
tersebut berlangsung.
3. Demethanizer
Liquid yang terkondensasi dari Charge Gas Chilling Trains dan gas
keluaran dari Ethylene Fractionator dialirkan menuju proses Demethanizer. Tower
ini beroperasi pada tekanan yang cukup tinggi untuk digunakan sebagai Overhead
dari produk Methane untuk Dryer Regeneration dan tekanannya sesuai dengan
tekanan Fuel Gas.
berisi sebanyak tiga buah bed dimana saat satu set reaktor beroperasi, reaktor
lainnya beregenerasi atau sedang mode standby.
2. Acetylene Converter
Product: Ethylene
Condition:
A1/B2: Overhead: SOR: 47 oC, EOR: 68 oC; Bottom: SOR: 74 oC, EOR:
102 oC
A2/B2: Overhead: SOR: 47 oC, EOR: 68 oC; Bottom: SOR: 74 oC, EOR:
102 oC
A3/B3: Overhead: SOR: 53 oC, EOR: 75 oC; Bottom: SOR: 63 oC, EOR:
86 oC
31
Keterangan:
EOR: End of Run Temperature
SOR: Service of Run Temperature
Reaksi hidrogenasi pada proses ini merupakan reaksi rantai, dimana Ethylene
yang terbentuk dapat terhidrogenasi menjadi Ethane. Upaya yang dilakukan agar
pembentukan Ethylene optimal adalah dengan mengatur suhu reaksi, suhu reaksi
dikendalikan pada kondisi pembentukan Ethylene maksimum dengan pembentukan
Ethane minimum. Karena reaksi bersifat eksotermis maka untuk mengendalikan
suhu digunakan Intercooler pada setiap keluaran bed sehingga suhu operasi tetap
terjaga pada kondisi optimumnya, adanya Intercooler juga menjaga kecepatan
reaksi ke arah produk.
DC-401
DA-402
EE-401
To DA-401
To DA-402
Uap produk atas dari Green Oil Drum yang merupakan C2 (Ethylene & Ethane)
melewati Ethylene Fractionator mengalir rmelalui Ethylene Dryers. Setiap
Ethylene Dryer mengandung Molecular Sieve Bed tunggal, setelah mengalami
pengeringan gas akan dialirkan pada Ethylene Fractionator untuk memisahkan
Ethylene dengan Ethane.
4. Ethylene Fractionator
33
Vent Gas mengandung ekses hidrogen dari Acetylene Converter dapat di-
recycle pada Demethanizer atau Charge Gas Compressor.
34
Produk Ethylene fasa liquid diambil sebagai Sidedraw Product. Produk dibagi
dan salah satu aliran mengalir menuju High Pressure (HP) Storage. Aliran lainnya
didinginkan menggunakan Ethylene Refrigerant dan Enhanced Binary Refrigerant
dan menuju Low Temperature Storage. Dari HP storage, produk ditarik dengan dua
pompa transfer. Produk Ethylene, di tekanan yang tinggi dipompakan, diuapkan
menggunakan Propylene Refrigerant kemudian diubah menjadi HP Ethylene
sebelum dikirimkan menuju Battery Limit (user di luar proses) sebagai produk uap.
35
5. Depropanizer
a. Depropanizer No. 1
Overhead Product: C3
b. Depropanizer No. 2
Tujuan dari bagian plant ini untuk memisahkan dan me-recovery komponen C3
dari produk bawah Deethanizer dan produk bawah Condensate Stripper dan
dipisahkan dengan campuran C4’s dari sisa komponen Gasoline.
6. MAPD Converter
Sejumlah uap dan uap C3 dari drum tersebut dikirmkan sebagai umpan menuju
Propylene Fractionator. Sejumlah liquid di dalam drum dikirim kembali ke
Depropanizer No. 1 sebagai recycle. Ketinggian liquid dalam flash drum dikontrol
dengan Thermosyphon Quench Water Reboiler yang menguapkan Propane dan
Propylene murni menuju Propylene Fractionator. Tujuan dari me-recycle liquid
dalam drum menuju Depropanizer No. 1 adalah sebagai berikut:
1. Recycle liquid dari flash drum mengurangi konsentrasi MAPD dalan umpan
converter, Konsentrasi MAPD yang rendah dalam umpan converter
mengurangi peningkatan temperatur dan membantu proses penguapan C3’s
dalam converter.
2. Selama hidrogenasi, sejumlah kecil dari MAPD terkonversi menjadi green
oil. Green oil yang terkandung dalam aliran liquid di-recycle pada
Depropanizer dan berakhir sebagai produk Gasoline
40
7. Propylene Fractionator
EA-408 EA-427
FA-407 CW
Propylene Ref.
WF
DA-406
FA-408
DA-405
EA-424
QW EA-425
C3 Rec. QW
EA-434
CW
Propylene
GA-411A
C3 LPG
GA-411B
GA-410
Drum di-recycle menuju 3rd stage discharge pada Charge Gas Compressor. Produk
Polymer Grade Propylene dikirmkan menuju tangki penampungan dengan tekanan
tower dan juga menghasilkan -37oC LP Propylene Product dengan mengurangi laju
alir yang memungkinkan untuk keseimbangan laju alir produk Propylene antara
Ethylene Plant dan down streams. Propane dihasilkan dari produk bawah
fractionator dan di-recycle menuju Cracking Heaters. Proses pada overhead
Propylene Fractionator berfungsi untuk mengurangi Methane dan Hydrogen dari
produk Propylene.
2. DPG Unit
Wet H2
EA-430
WF
Raw Pygas FA-207
EA-1202 WF
FA-201
DC-1201
FA-1201 FA-1202
CW
FA-1203 FA-1209
EA-1201
CW
DA-1202
GA-1201
GA-1202
Sistem DPG berfungsi untuk Hidrogenasi C5. C5 & Heavier yang diinjeksi Raw
pygas akan memasuki FA-1201 dan FA-1202 untuk memisahkan gas limbah yang
akan dibakar pada Wet Flare, selanjutnya akan dialirkan pada DC-1201. Pada
43
reaktor ini diinjeksikan H2, dengan pendingin Cooling Water karena reaksi bersifat
eksotermis lalu sisa gas limbah dipisahkan kembali pada FA-1203 dan FA-1209,
pada FA-1209 produk bawah dialirkan pada sistem selanjutnya yaitu Depentanizer.
Kondisi operasi pada sistem ini diatur pada temperatur 74-77 oC dan tekanan 27.5
KG, dengan katalis Paladium Alumine.
3. Depentanizer
EA-1208
FA-1209
CW
FA-1201
DA-1202
EA-1207 FA-1208
MS
DC-1101
FB-1801
DA-1203
GA-1205
4. BTX Tower
C9
EA-1210 GB-1201
CW
FA-1207
DA-1202
DA-1203 Pygas
EA-1209
MS Petroflo 20Y3
GA-1208
FA-706
EA-1212
C9
GA-1207 FB-202
CW
Bottom Product: C9
5. C4 / C5 Hydrogenation
H2
DA-1202
DC-1101
EA-1101 EA-1102
PBI FA-1101
FA-1102
CW
FA-207
EA-1104
GA-1101
C4/C5 Recycle
C4 Single Cracking
CW
GA-1103
GA-1102
Condition:
4.1 Furnace
Furnace memiliki dua jenis ruang bakar yaitu Heart Burner dan Wall
Burner, Heart Burner terletak di bawah Radiant Section dan merupakan sumber
panas utama, Wall Burner terletak pada dinding ruang Radiant Section dan lebih
berfungsi pada pemerataan panas. Desain masing-masing Furnace dapat dilihat
pada Lampiran 4
Kebutuhan bahan baku untuk masing masing Furnace dapat dilihat pada tabel
46
47
BA-107 45 40 34
BA-108 72 69
BA-109 52 49
1. Convection Section
2. Crossover Section
3. Radiant Section
Convection Section adalah bagian teratas Furnace, pada bagian ini sebagian
besar besar perpindahan panas terjadi secara Konveksi. Fungsi bagian ini adalah
Radiant Section merupakan bagian utama pada Furnace, pada bagian ini
terdapat Burner yang digunakan untuk proses Cracking. Seluruh perpindahan panas
terjadi secara Radiasi akibat paparan suhu yang sangat tinggi (800-850 C). Pada
bagian ini Naphta terkonversi menjadi ikatan Karbon yang lebih pendek, namun
tidak dapat dihindari pada suhu tinggi ini juga terjadi polimerisasi yang
menghasilkan ikatan Karbon panjang bahkan hingga C43 dalam jumlah yang
sedikit sehingga dapat diabaikan. Untuk mencegah terjadinya Over Cracking maka
dilakukan pengaturan waktu tinggal dengan memasang venturi sehingga kecepatan
linear dalam tube naik, akibatnya Cracked Gas tidak terlalu lama mengalami
48
pemanasan dalam Radiant Section. Jika Over Cracking terjadi, produk yang
diharapkan (Ethylene ) yang memiliki ikatan rangkap dua akan terkonversi menjadi
ikatan rangkap satu, Methane bahkan menjadi Hydrogen.
Untuk Furnace jenis KBR digunakan Pipe Quench Exchanger (PQE) sebagai
pengganti TLE pada Lummus.
Gasoline Fractionator merupakan kolom yang berisi tray serta memiliki Baffle
di bawah tray. Adanya baffle membantu pemisahan antara PGO dengan Quench
Oil, sedangkan tray berfungsi memisahkan Cracked Gas.
PFO Stripper berbentuk seperti botol terbalik, berfungsi memisahkan Light Gas
dengan PFO. Light Gas dikembalikan pada Gasoline Fractionator sedangkan PFO
akan disimpan pada bagian Storage System.
Quench Tower berbentuk mirip labu dasar bulat, berfungsi sebagai muara
berbagai sisa air proses yang dimanfaatkan sebagai pendingin untuk Charge Gas
yang merupakan Overhead produk. Quench Tower juga berfungsi untuk
memurnikan Charge Gas dari Hydrocarbon serta Air. Pada bagian bawah tower ini
terdapat splitter yang mampu memisahkan Hidrokarbon dengan air secara fisik.
49
PW Stripper berbentuk seperti kolom biasa, berfungsi memisahkan sisa gas serta
air, sisa gas dikembalikan pada Quench Tower sedangkan air akan masuk pada DS
Drum.
Compressor
Intercooler
Drum
Dryer System
Caustic Tower
Setiap Compressor dalam sistem CGC memiliki D/S Ratio 2, artinya Discharge
akan memiliki tekanan absolut 2 kali lipat tekanan Suction.
Drum berfungsi untuk memisahkan air dengan gas yang telah terkompres, air
akan bermuara di tangki pertama lalu dialirkan ke Quench Tower
Caustic Tower berfungsi menampung bahan kimia yaitu Kaustik Soda sehingga
memiliki kemampuan khusus menampung bahan kimia.
Chilling Train
50
H2 Purification
Demethanizer
Chilling Train berisi rangkaian heat exchanger yang bermuara pada Drum untuk
selanjutnya didinginkan kembali pada Cold Box.
Pada sistem ini juga terdapat reaktor yang digunakan untuk hidrogenasi yang
dilakukan pada sistem DPG, perbedaannya pada sistem ini tidak dilakukan
51
52
53
DA102
LS
EA1902
C3 / 4 FA1902
Boiler
LPG FA1901
LS
EA1901
Raw
LS
EA1904
C9
EA307X
FA706
BACKUP C2
GA705AB
Dari Fuel System, PT Chandra Asri mampu mengekspor bahan bakar meskipun
sebagian Fuel dikonsumsi. Jumlah bahan bakar dapat dilihat pada Lampiran 5
54
DA-202
EA-214
CW FA901 FA904 FA902
DA-102
DA-104
GA901 A
DA102
GA902
GA901 B
ATM
DA202
FB901
DC901 DA901
GA903 AB
CW
WWT
HS GB-901 PA EA902
GA904 AB
Spent Caustic berfungsi mengolah sisa kaustik yang mengandung gas asam
dari DA-202. Kandungan terbesar dalam sisa kaustik adalah Na2S dan Na2CO3.
Gas sisa dipisahkan pada FA-901, FA-904 serta FA-902, sedangkan Na2S dialirkan
ke FB-901, pada FB-901 terjadi oksidasi sehingga Na2S menjadi Na2SO4 yang
lebih stabil.
Pada DC-901 dan DA-901 dilakukan pemisahan antara HS dengan air, air
akan dialirkan ke WWT sedangkan HS dialirkan ke atmosfer.
5.6 Listrik
Kebutuhan daya untuk seluruh kompleks adalah
Ethylene Plant: 11 MW
Utility: 11 MW
56
Polypropylene Plant: 15 MW
STG: 20 MW
PLN: 25 MW
GTG: 33 MW
Peralatan yang paling banyak membutuhkan listrik adalah pompa,
kompresor serta Agitator. Sedangkan suplai listrik seluruhnya berasal dari PLN
dengan listrik cadangan berasal dari satu Turbine Generator. Kebutuhan total listrik
sebesar 10119.8 kW untuk case 1 dan 9617,2 untuk case 2.
mengabdi ke perusahaan akan mendapatkan jatah cuti yang lebih lama dalam
setahunnya. Berikut adalah penjatahan cuti yang berlaku di PT Chandra Asri
Petrochemical, Tbk.
Masa mengabdi 1 – 5 tahun = 12 hari jatah cuti
Masa mengabdi 6 – 10 tahun = 18 hari jatah cuti
Masa mengabdi >10 tahun = 24 hari jatah cuti
2.3 Tata Tertib Karyawan
6.3.1. Tata Tertib Kehadiran
1. Setiap pekerja diwajibkan mencatat waktu datang (tap in) dan waktu pulang
(tap out) di tempat kerjanya.
2. Ketidakhadiran dilaporkan secara langsung dengan sistem komputerisasi.
3. Ketidakhadiran karena alasan sakit lebih dari satu hari harus dibuktikan dengan
surat keterangan dokter.
4. Pekerja tidak boleh masuk kerja diluar jam kerja kecuali mendapat surat tugas
tertulis dari atasannya.
5. Pelanggaran oleh pekerja mengenai kehadiran atau meniggalkan tempat kerja
lebih cepat dapat dikenakan sanksi administrasi sesuai dengan aturan
kedisiplinan.
6. Apaila pekerja tidak masuk kerja selama lima hari kerja berturut-turut tanpa
keterangan secara tertulis dengan bukti yang sah dan telah dipanggil oleh
perusahaan, maka dianggap mengundurkan diri dari pekerjaannya (Peraturan
Menteri Tenaga Kerja No. PER/30/MEN/1996).
7. Pekerja yang meninggalkan pekerjaan dalam jam kerja wajib meminta izin dari
atasannya langsung.
6.3.2. Tata Tertib Saat Bekerja
1. Melaksanakan semua tugas yang diterima dan menggunakan wewenang yang
diberikan sesuai dengan peraturan perusahaan dan ketentuan hukum yang
berlaku.
2. Mematuhi ketentuan jam kerja penuh.
3. Mengerjakan sendiri semua tugas dengan tanggung jawab yang dibebankan
kepadanya dan tidak diperkenankan mengalihkan kepada orang lain kecuali
atas perintah atau persetujuan atasannya.
62
64
65
Dilihat dari lokasi dan letak pabrik, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk.
bisa dikatakan sangat strategis.
Kapasitas IPAL utama P.T. Chandra Asri Petrochemical Tbk. sebesar 326
ton/jam. Uraian dari proses IPAL tersebut akan diuraikan pada uraian berikut:
1. Oily Water Separator
Limbah cair yang mengandung minyak dan air tumpahan yang terkontaminasi
di area Utility dan fasilitas lainnya dialirkan ke unit pemisah minyak (Oily Water
Separator Unit). Kandungan minyak yang terpisahkan di unit ini dipindahkan ke
67
68
bak penampung limbah minyak (Waste Oil Pit) disimpan sementara di gudang
penyimpanan limbah B3 untuk selanjutnya diserahkan ke pengumpul limbah B3
yang memiliki izin dari KLH. Sedangkan limbah cair yang telah terpisah dari
kandungan minyaknya diteruskan ke unit ekualisasi (Equalization Unit) melalui
pemompaan dengan jumlah alir yang konstan. Kapasitas unit pemisah minyak
adalah 30 m3/jam dengan ukuran 2.200 x 1.500 x 25.000 mm.
2. Bak Netralisasi
Limbah kaustik memiliki pH yang tinggi, selanjutnya limbah kaustik tersebut
dikurangi pH-nya dengan menggunakan asam sulfat sebelum dialirkan menuju bak
equalisasi. Tetapi jika pH-nya terlalu rendah, selanjutnya limbah tersebut
ditambahkan soda kaustik. Kapasitas bak netralisasi adalah sebesar 9,8 m3/jam.
3. Bak Equalisasi
Bak equalisasi didesain untuk dapat menampung rata–rata 6 jam limbah cair.
Limbah cair merupakan campuran limbah yang berasal dari Oily Water Separator
dan limbah air dari proses. Kapasitas bak equalisasi sebesar 450 m3 dengan waktu
tinggal 6 jam.
4. Chemical Treatment Unit
Dalam sesi pengolahan limbah ini menggunakan prinsip koagulasi dan
flokulasi sehingga dapat lebih mudah diendapkan di bak sedimentasi. Proses ini
menambahkan koagulan sehingga terbentuk flok. Selanjutnya flok tersebut
ditambahkan flokulan agar menjadi flok yang berukuran lebih besar lagi. Kapasitas
bak proses koagulasi dan flokulasi adalah sebesar 72 m3/h
5. Air Flotation Unit
Tujuan dari unit pengolahan ini untuk memisahkan Suspended Solid, COD dan
sisa–sisa kandungan minyak yang akan mengambang ke permukaan. Kandungan
materi yang mengambang tersebut selanjutnya dibuang ke Sludge Unit.
6. Bak Penguraian Biologis
Limbah hasil pengolahan pada unit Air Flotation Unit dicampur dengan
buangan limbah domestik yang berasal dari kompleks pabrik selanjutnya diolah
dalam unit Biological Treatment dalam kolam aerasi. Proses pengolahan limbah
biologis digunakan untuk limbah yang tidak dapat diolah secara kimia dan fisika
pada proses sebelumnya.
69
Parameter yang digunakan dalam proses ini adalah COD dan BOD. Dalam unit
pengolahan ini bahan organic diuraikan dengan bantuan mikroorganisme.
Pengolahan dilakukan pada dua zona, yaitu Zona Aerasi dan Zona Pengendapan
(settler). Keluaran dari zona aerasi diperhitungkan mempunyai BOD maksimum
50 ppm, jumlah padatan tersuspensi maksimum 200 ppm dan COD maksimum 100
ppm. Limbah padat akan diterukan ke Sludge Pit sementara limbah cair akan
dialirkan menuju Final Check Basin.
7. Dual Media Filter Unit
Unit Dual Media Filter berfungsi untuk menghilangkan Suspended Solid yang
masih tersisa setelah melewati Settler Unit. Pada unit ini diharapkan kandungan
Suspended Solid tidak akan melebihi batas yang diizinkan yaitu 100 mg/l.
Kapasitas unit ini sebesar 100 m3/h. Unit ini didesain sebagai menara bertekanan
dengan beberapa macam lapisan pasir dan batuan granit yang digunakan untuk
menyaring endapan yang terlarut dalam air. Endapan yang ditangkap oleh filter
akan menuju tempat penampungan lumpur. Unit ini dilengkapi dengan sistem
backwash dimana filter yang sudah jenuh akan dibilas/dicuci untuk mengaktivasi
kembali kemampuan penyaringan.
8. Activated Carbon Filter Unit
Hasil dari Unit Dual Media Filter akan diteruskan menuju Menara Karbon
Aktif yang bertujuan untuk menghilangkan kandungan organik karbon COD yang
masih tersisa setelah melewati Settler Unit. Diharapkan kandungan COD tidak akan
melebihi batas yang diizinkan yakni 100 mg/l. Kapasitas dari unit Activated Carbon
Filter Unit adalah 100 m3/l. Unit ini merupakan menara bertekanan yang diisi
dengan karbon aktif. Karbon aktif memiliki kemampuan untuk menangkap COD
dalam bentuk organik dan anorganik karbon pada permukaannya. Proses ini
dinamakan dengan proses adsorpsi. Apabila telah mencapai titik jenuh, filter karbon
tersebut akan dilakukan pencucian balik (backwash) sehingga filter teraktivasi
kembali. Standby Unit juga tersedia untuk dijalankan bergantian saat dan setelah
proses regenerasi berlangsung.
70
Block Flow Diagram dari proses pengolahan limbah cair ditampilkan pada gambar
dibawah ini:
72
74
LAMPIRAN
1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk
1.1 Spesifikasi Naphta
75
76
N2 1 ppm Vmax
1.3 Spesifikasi Propylene Product
Products
Hydrogen Product 0,100 0,100
Methane Rich Off
Gas 52,521 53,134
PG Ethylene 98,973 98,973
PG Propylene 54,446 54,449
Raw C4's 30,000 30,000
Pygas 53,642 34,654
PFO 10,557 8,306
Acid Gas 0,209 0,193
Water 0,055 0,044
300,503 279,853
Recycle
Ethane Recycle 19,083 19,530
Propane Recycle 2,896 2,999
C4/C5 Recycle 43,870 38,293
65,849 60,822
3. Kode Alat Ethylene Plant
Silencer FG 9
Pump GA 57
Compressor GB 13
Agitator GD 3
Gas Turbine GI 1
Steam Turbine GT 8
Miscellaneous HB 4
Package Unit PA 10
4. Furnace Design
Heart Wall
Furnace Burner Burner Coil/Furnace Tube/COil
BA-101 16; 2 56; 7 4 10 pass
BA-102 30; 2 45; 3 6 28
BA-103 30; 2 45; 3 6 28
BA-104 30; 2 45; 3 6 28
BA-105 30; 2 45; 3 6 28
BA-106 30; 2 45; 3 6 28
BA-107 30; 2 45; 3 6 28
BA-108 - 32; 4 8 pass 32
BA-109 40; 2 60; 3 8 24
5. Fuel Production & Consumption Data
Case 1 Case 2
Fuel w/ GT w/ GT w/ GT w/ GT
Production (Mmkcal Mmkcal (Mmkcal Mmkcal
/h) /h /h) /h
Fuel Gas 649,23 649,23 652,61 652,61
C9 + Fuel 58,73 58,73 48,00 48,00
PFO 97,37 97,37 76,62 76,62
79
diserahkan
kepada
Pengelola
Limbah B3
yang berizin.
4. Olly sludge Sludge Maintenance B3 Dikumpulkan di
(packing sludge, alat proses TPS dan
DA-101 diserahkan
Sludge, EA 118, kepada
etc) Pengelola
Limbah B3
yang berizin.
5. Lampu bekas Padat Penggantian B3 Dikumpulkan di
lampu TPS dan
diserahkan
kepada
Pengelola
Limbah B3
yang berizin.
6. Katalis bekas Padat Proses B3 Dikumpulkan di
(dioksidasi TPS dan
katalis dan katalis diserahkan
bekas) kepada
Pengelola
Limbah B3
yang berizin.
7. Emulsi Sludge Proses B3 Dikumpulkan di
TPS dan
diserahkan
kepada
86
Pengelola
Limbah B3
yang berizin.
8. Sludge IPAL (de- Sludge IPAL B3 Dikumpulkan di
watering H 7000) TPS dan
diserahkan
kepada
Pengelola
Limbah B3
yang berizin.
9. Absorten bekas Padat Proses B3 Dikumpulkan di
(molecular sieve , TPS dan
zeolite, diserahkan
keramic gel, kepada
karbon aktiv, Pengelola
resin Limbah B3
anion/cation) yang berizin.
10. Majun Padat Maintenance B3 Dikumpulkan di
terkontaminasi TPS dan
diserahkan
kepada
Pengelola
Limbah B3
yang berizin.
11. Electronic waste Padat Maintenance B3 Dikumpulkan di
(toner printer, TPS dan
komponen diserahkan
elektronik) kepada
Pengelola
Limbah B3
yang berizin.
87
Pengelola
Limbah B3
yang berizin.
17. Absorben Padat Proses Non B3 Dikumpulkan di
TPS dan
diserahkan
kepada
Pengelola
Limbah B3
yang berizin.
18. Karbon aktif Padat Proses WTP Non B3 Dikumpulkan di
TPS dan
diserahkan
kepada
Pengelola
Limbah B3
yang berizin.
19. Drum bekas Padat Bekas Non B3 Dikumpulkan di
kemasan TPS, dicuci,
digunakan
kembali
sebagai
packaging,
dikirim ke
pengelola
limbah
B3 yang berizin
20. Jerigen bekas Padat Bekas Non B3 Dikumpulkan di
kemasan TPS, dicuci,
digunakan
kembali
89
sebagai
packaging,
dikirim ke
pengelola
limbah
B3 yang berizin.
21. Material Padat Proses Non B3 Dikumpulkan di
bekas/batu tahan TPS dan
api diserahkan
kepada
Pengelola
Limbah B3
yang berizin.
22. Inner roll Padat Proses Non B3 Dikumpulkan di
TPS dan
diserahkan
kepada
Pengelola
Limbah B3
yang berizin.