KALIMANTAN SELATAN
Disusun oleh :
YOGYAKARTA
2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK PT INDOCEMENT TUNGGAL
PRAKARSA TBK P12 KALIMANTAN SELATAN
TUGAS KHUSUS
MENGHITUNG NERACA MASSA DAN NERACA PANAS PADA UNIT
ROTARY KILN
Disusun Oleh:
Mengetahui Menyetujui
Ketua Jurusan Dosen
Teknik Kimia pembimbing
Dr. Adi Ilcham, S.T., M.T. Dr. Adi Ilcham, S.T., M.T.
NIK. 2 7106 96 0126 1 NIK. 2 7106 96 0126 1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan “Laporan Kerja
Praktik” yang dilaksanakan di PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Plant 12
Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan.
Laporan hasil kerja praktik ini kami susun dengan sedemikian rupa
berdasarkan pengalaman dan data-data yang kami peroleh selama melaksanakan
kerja praktik di PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Plant 12. Laporan ini
disusun sebagai salah satu syarat kelulusan dan telah selesainya melaksanakan
kerja praktik.
Kami menyadari bahwa hal tersebut terlaksana berkat bantuan berbagai
pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka dari itu kami ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Adi Ilcham, S.T., M.T. Selaku dosen pembimbing kerja praktik
industri yang telah memberi arahan dan bimbingannya.
2. Orang tua dan kerabat yang selalu mendukung dan mendoakan kami
3. Bapak H. Kaspul Anwar selaku Human resources and General Affair
4. Bapak Suhartono Loasari selaku Head Production Departemen
5. Bapak Rommy Septiandi selaku pembimbing lapangan.
6. Keluarga dr. Kunca selaku keluarga kami selama di Tarjun.
Dengan segala keterbatasan yang ada, penulis sangat menerima kritik dan
saran yang membangun untuk penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini
bermanfaat bagi pembaca. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman judul............................................................................................ i
Lembar Persetujuan................................................................................... ii
Kata Pengantar........................................................................................... iii
Daftar Isi.................................................................................................... iv
Daftar Tabel............................................................................................... vi
Daftar Gambar........................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Sejarah perusahaan......................................................................... 1
1.1.1 Sejarah PT.Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.................... 1
1.1.2 Sejarah PT.Indocement Tunggal Prakarsa Plant-12............. 2
1.2 Tata letak pabrik dan proses.......................................................... 3
1.2.1 Tata letak pabrik................................................................... 3
1.2.2 Proses produksi..................................................................... 4
1.3 Unit-unit produksi.......................................................................... 6
1.3.1 Alat utama............................................................................. 6
1.3.2 Alat pendukung..................................................................... 13
1.4 Bahan baku, produk dan pemasaran produk.................................. 21
1.4.1 Bahan baku........................................................................... 21
1.4.2 Produk yang dihasilkan......................................................... 24
1.4.3 Pemasaran produk................................................................. 26
1.5 Struktur organisasi......................................................................... 27
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Hasil perhitungan neraca massa................................................ 72
4.2 Hasil perhitungan neraca panas................................................. 75
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan............................................................................... 72
5.2 Saran.......................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
N Lokasi Kapasita
a s P
m Produksi r
a pertahun o
Pl d
an u
t k
Pl Citeureup, 640.000t O
an Bogor on P
t1 C
/
P
C
C
Pl Citeureup, 534.000 O
an Bogor ton P
t2 C
/
P
C
C
Pl Citeureup, 1.024.00 O
an Bogor 0 ton P
t3 C
/
P
C
C
Pl Citeureup, 1.024.00 O
an Bogor 0 ton P
t4 C
/
P
C
C
Pl Citeureup, 214.000 O
an Bogor ton W
t5 C
/
W
C
Pl Citeureup, 1.472.00 O
an Bogor 0 ton P
t6 C
/
P
C
C
Pl Citeureup, 1.760.00 O
an Bogor 0 ton P
t7 C
/
P
C
C
Pl Citeureup, 1.520.00 O
an Bogor 0 ton P
t8 C
/
P
C
C
Pl Palimanan, 1.216.00 O
an Cirebon 0 ton P
t9 C
/
P
C
C
Pl Palimanan, 1.216.00 O
an Cirebon 0 ton P
t C
10 /
P
C
C
Pl Citeureup, 2.400.00 O
an Bogor 0 ton P
t C
11 /
P
C
C
Pl Tarjun, 2.400.00 O
an Kalimantan 0 ton P
t selatan C
12 /
P
C
C
To 15.420.0
tal 00 ton
Keterangan :
WC : White Cement
Pada bulan April 1992 dikeluarkan izin prinsip dari Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM) mengenai pendirian pabrik semen dengan
kapasitas 1,5 juta ton per tahun kepada PT. Kodeco Cement Indonesia di
Kabupaten Kotabaru. Pada tahun 1993 dilakukan studi kelayakan pertama
oleh Nihon Cement di lokasi yang direncanakan, dan disarankan untuk
menambah kapasitas menjadi 2,45 juta ton per tahun. Tahun 1994 dilakukan
studi kelayakan yang kedua oleh Tong Yang Cement. Pada tanggal 1 Maret
1994 ditandatangani nota kesepakatan Memorandum of Understanding
(MoU) antara PT.Kodeco dengan PT.Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk.
Sebagai tindak lanjut MoU, maka pada tanggal 19 April 1995 di tanda tangani
perjanjian Joint Venture (Joint Venture Agreement) dengan nama PT.Indo
Kodeco Cement (PT.IKC) serta disetujuinya penambahan kapasitas ( Design
Capacity ) dari 1,5 juta ton per tahun menjadi 2,45 juta ton per tahun oleh
BKPM pada tanggal 29 Mei 1995.
Ada beberapa hal yang melatar belakangi dalam pendirian pabrik semen
dikalimantan selatan, yakni :
1. Dekat dengan sumber bahan baku yang berlebihan dengan kualitas tinggi
dan merupakan industri hulu yaitu industri yang lokasinya berdekatan
dengan daerah penghasil bahan baku utama.
2. Ketersediaan sumbar energi batubara yang cukup sebagai bahan bakar atau
pembangkit energi.
3. Areal yang cukup luas untuk pengembangan pabrik.
4. Tersediannya pelabuhan atau terminal untuk transportasi dan distribusi
produk baik pada tingkat lokal, nasional hingga tingkat Internasional,
mengingat lokasi pabrik yang berada di pinggir laut.
5. Lokasi yang strategis di tengah Indonesia untuk kemudahan pemasaran.
b. Rotary kiln
d. Clinker crusher
Tipe : Roller breaker HRB 405-1626
Lebar : 4.720 mm
Diameter roller : 540 mm
Jumlah roller : 2
Kecepatan : 4-6 rpm
Drive type : hydraulic
5. Unit packing
L Nama Peralatan K
o a
k p
a a
s s
i i
t
a
)
O 1 Unit mesin pengepakan 2
n .
s 0
h 0
2 Unit pemuat semen kantong ke 2
o
truk
r
x
e
0
1 Unit pemuat semen curah ke truk 1
5
0
O 4 Unit mesin pengepakan 4
f x
S 2
h .
o 2
r 0
e 0
4 Unit pemuat semen kantong ke 4
kapal
0
1 Unit pemuat semen curah / klinker 6
ke kapal 0
0
1 Unit pemuat semen curah 6
pneumatic ke kapal 0
0
Mesin pengepakan yang digunakan adalah rotary packer.
1. Alat transport
a. Belt conveyor
Fungsi : Untuk mengangkat material halus maupun kasar dengan
kemiringan alat maksimum 30o.
b. Bucket elevator
Fungsi : Untuk mengangkut material dari bagian bawah ke
atas (ke tempat yang tinggi) dengan sudut
kemiringan sampai 90o.
Spesifikasi alat
Tipe : chain
Kapasitas : 600 ton/hari
% filling capacity : 70%
Kecepatan : 0,7 m/s
Tinggi : 60,8 m
Bucket width : 656 mm (mild steel)
Power : 160 kW
c. Appron conveyor
Fungsi : Untuk mengangkut material dalam jarak yang pendek.
Gambar 1.10 Appron conveyor
d. Screw conveyor
Fungsi : Untuk mengangkut material halus berupa tepung maupun
butiran dengan arah horizontal. Arah aliran mengikuti
arah aliran ulir.
e. Air slide
Fungsi : alat transport material berupa tepung dengan cara fluidisasi.
b. Bag filter
Fungsi : Untuk menangkap debu dalam aliran gas yang akan dibuang
keluar melalui cerobong (dengan menggunakan kantong
udara).
b. Blending silo
Fungsi : Untuk menampung raw meal dari air slide dan sebagai
tempat homogenisasi raw meal (dengan menggunakan
blower) sebelum di umpankan ke suspension preheater.
Spesifikasi alat
1) Silo
Tipe : pneumatic mix chamber
Kapasitas : 30000 ton (net)
Diameter : 26 m
Tinggi : 61,5 m
Jumlah outlet : 2
2) Silo feed
Tipe : Air slide
Kapasitas : 800 ton/jam
Arrang. : Spider (391-AS3)
Diameter : 26 m
Tinggi : 52,9 m
Volume usable : 26141 m3
3) Blower
Tipe : Rotary
Kapasitas : 12,6 dan 28,9 m3/menit
Jumlah/Stanby : 2/1
Item : 411-BL2, 411-BL3
Pressure : 500 mbar
c. Clinker silo
Fungsi : Untuk menampung klinker setelah melewati grate cooler
dan sebelum masuk ke dalam cement mill.
Kapasitas : 100.000 ton
Jumlah silo : 1 buah
Diameter : 90 m
Tinggi : 34 m
Volume (net) : 67.000 m3
Sistem : sirkular
Gambar 1.17 Clinker silo
d. Cement silo
3. Alat penimbang
a. Weighing feeder
Fungsi : Untuk menimbang material sebelum dilakukan pencampuran
sehingga di dapat laju alir material yang konstan.
Gambar 1.19 Weighing feeder
4. Alat penimbun
a. Reclaimer
Fungsi : untuk mengambil material (limestone) dari tempat penyimpanan
yang kemudian diangkut oleh belt conveyor menuju hopper.
b. Tripper
Fungsi : untuk menumpuk material ke tempat penyimpanan.
a. Gypsum (CaSO4.2H2O)
Fungsi dari penambahan gypsum pada terak adalah sebagai
retarder yaitu memperlambat waktu pengerasan (setting time) semen.
Gypsum ditambahkan pada bagian akhir sekitar 4-5%, dengan kadar air
maksimal 10%. Di samping itu penambahan gypsum yang terlalu banyak
dalam semen juga dapat menyebabkan terjadinya pemuaian (sulfate
expansion) pada semen akan digunakan, sehingga dalam penambahan
gypsum harus dipertimbangkan sesuai dengan kadar alkali C 3A dan
kehalusan dari semen tersebut.Gypsum diperoleh dari Gresik Jawa Timur.
b. Trass
Trass merupakan suatu jenis bahan galian yang berasal dari bahan
pelapukan deposit vulkanik. Trass pertama kali ditemukan oleh bangsa
romawi kuno. Bahan galian trass yang terdapat di alam umumnya berasal
dari batuan piroklastik dengan komposisi andesit yang telah mengalami
pelapukan secara intensif sampai dengan derajat tertentu. Trass
mengandung oksida silika, besi dan alumunium yang tidak mempunyai
sifat penyemenan, akan tetapi dalam bentuk serbuk halus jika dicampur
dengan air dapat bereaksi dengan kalsium hidroksida (Ca(OH)2) pada suhu
ruangan dan membentuk senyawa kalsium silikat hidrat yang mempunyai
sifat mengeras dan setelah mengeras tidak larut dalam air (ASTM C618,
2008).
1. Sistem pemasaran
2. Strategi pemasaran
Harga semen ditetapkan oleh pusat yang berada di Jakarta, yaitu bagian
marketing yang ditetapkan melalui provenue (harga yang diterima
konsumen) dan berbagai komponen lain hingga mennjadi harga produk
semen dan klinker.
Untuk PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk plant 12 Tarjun, masalah
pemasaran dikelola oleh Dispatch department. Produk yang telah
diproduksi didistribusikan kepada konsumen yang sebagian besar bekerja
sama dengan perantara pemasaran. Maksudnya produk sebelum sampai ke
konsumen harus melalui lembaga penyalur seperti distributor, agen,
dealer, pedagang besar, pengecer dan lain-lain.
PROSES PRODUKSI
Bila specific gravity dari material limestone + 2,0 dihasilkan + 252 ton
limestone per lubang. Pekerjaan pengeboran dengan menggunakan Tam
Rock CHA 660 dengan kemampuan 0,7 m/min, rata-rata setiap hari
dihasilkan minimal 44 lubang bor atau sama dengan produksi minimal
11.300 ton material limestone.
d. Blasting (peledakan)
Tujuannya adalah untuk membongkar batuan kapur yang memiliki
kekerasan tinggi. Bahan peledak dan perlengkapan yang sering
digunakan yaitu :
1) Dinamit (damotin), sebagai bahan peledak.
2) Ammonium Nitrate Fuel Oil (ANFO) yang merupakan campuran
NH4NO3 (95-96%) dan solar (4-5%), sebagai bahan peledak.
3) Detonator listrik, sebagai pemicu ledakan.
4) Cable, untuk menyalurkan arus dari blasting machine ke detonator
listrik.
5) Blasting ohmmeter, alat pengetes rangkaian peledakan.
6) Blasting machine, penimbul arus listrik untuk meledakkan detonator.
e. Loading (pemuatan) dan hauling (pengangkutan)
Memuat batu kapur hasil peledakan ke atas alat angkut untuk
dimasukkan ke dalam limestone crusher.
f. Crushing (penghancuran)
Alat yang digunakan untuk menghancurkan batu kapur adalah
limestone crusher (hammer crusher) dengan kapasitas 1.800 ton/jam.
Ukuran limestone yang masuk crusher maksimal 80 cm dan ukuran
limestone yang keluar dari crusher adalah maksimal 8 cm. Laterite dan
clay dihancurkan di additive crusher dengan kapasitas 500 ton/jam.
g. Conveying (pengiriman)
Merupakan kegiatan pengiriman batu kapur menuju ke tempat
penyimpanan dan diangkut ke plant site menggunakan Overland Belt
Conveyor (OBC) sepanjang 24,172 km (dengan 4 section) dengan
kapasitas 2580 ton/jam.
2. Penambangan tanah liat, pasir besi dan pasir silika
Kebutuhan tanah liat dan pasir besi dipenuhi dengan melakukan
penambangan di daerah Desa Simpang Tiga Kecamatan Kelumpang
Hulu. Sedangkan untuk kebutuhan pasir silika dipenuhi dengan
melakukan penambangan di Desa warga Kecamatan Simpang Hulu.
Tahap-tahap penambangannya adalah sebagai berikut :
a. Pengerukkan (loosening)
Merupakan pekerjaan pembongkaran tanah liat, pasir besi dan pasir
silika. Alat yang digunakan adalah buldozer.
b. Pemuatan dan pengangkutan (loading)
Memuat tanah liat dan pasir besi hasil pengerukkan ke atas alat
angkut untuk dimasukkan ke dalam additive crusher.
c. Pengecilan ukuran
Dilakukan dengan menggunakan double roll crusher berkapasitas
500 ton/jam.
d. Pengiriman
Merupakan kegiatan pengangkutan tanah liat, pasir besi dan pasir
silika ke pabrik dengan menggunakan belt conveyor sepanjang
24,172 km dengan 2.580 ton/jam. Khusus untuk material clay,
ditransportasikan dalam bentuk campuran dengan limestone
mengingat sifat clay yang jika kandungan airnya > 15% mudah
lengket pada Belt Conveyor dan < 5% akan berdebu. Pada umumnya
clay dan limestone dicampur dengan perbandingan 1 : 4,
perbandingan ini ditentukan oleh Quality Control sesuai dengan
kandungan materialnya. Campuran antara clay dan limestone ini
disebut mix material. Kemudian material ini dibawa oleh OBC
menuju storage di plant site. Selain ditransportasikan sebagai mix
material, limestone juga ditransportasikan sendiri sebagai pure
limestone. Material yang dibawa ke storage dikumpulkan oleh
Tripper dengan kapasitas 2.300 ton/jam (pada kondisi kering) pada
storage yang berkapasitas 50.000 ton (pada kondisi basah) setiap
pilenya dimana PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk plant 12
memiliki 2 stok pile. Tripper ini berjalan bolak-balik mengatur
material dengan tumpukan secara longitudinal dimana material
ditumpuk menjadi beberapa tumpukan yang terdiri dari banyak alur
paralel. Pada saat dituangkan dari alat pengangkut ke dalam storage
terjadi penyeragaman awal komposisi kimia dan ukuran butir.
Selama pengambilan, pemotongan dilakukan secara melintang
terhadap alur penyimpanan sehingga terjadi proses homogenisasi.
Penimbangan material dilakukan dengan menggunakan Belt Scale.
Dari storage, material dikumpulkan dan dibawa ke Dozing House
dengan menggunakan Reclaimer (tipe bridge yang berkapasitas 700
ton/jam) dan Belt Conveyor.
Untuk pure limestone dibawa oleh Belt Conveyor dan selanjutnya
dikumpulkan oleh Tripper yang berkapasitas 1.800 ton/jam (pada
kondisi kering) pada storage yang berkapasitas 10.000 ton/jam (pada
kondisi basah) setiap pilenya. Dari storage, material dibawa ke bin
dengan menggunakan Reclaimer tipe semibridge dengan kapasitas
200 ton/jam. Bahan baku yang lain adalah laterite dan silica yang
dibawa oleh Belt Conveyor serta Tripper dengan kapasitas 500
ton/jam. Kapasitas storage untuk laterite adalah 2.500 ton, sedangkan
untuk silica adalah 6.000 ton.
Di atas Belt Conveyor ditambahkan peralatan Magnetic Separator
dan Metal Detector yang berfungsi untuk menarik potongan-
potongan logam yang bisa ditangkap oleh magnet yang mungkin
terdapat di atas Belt Conveyor agar tidak ikut terbawa untuk
kemudian dibuang.
3. Penyediaan gypsum
Dalam pembuatan portland cement, supaya semen tidak cepat
mengeras perlu ditambahkan gypsum ke dalam klinker. Kebutuhan
gypsum dipenuhi dengan cara membeli gypsum dari Petrokimia Gresik.
2.2.2. Oprasional Proses Produksi
Operasional proses produksi ini dilaksanakan oleh Departemen Produksi.
pada proses produksi ini dibagi menjadi 3 tahap, yaitu :
Crusher Crusher
Mix Pure
Material Limestone
1. Water Treatment Plant
Fungsi WTP ini sama halnya dengan Cantung WTP, tetapi kapasitas
pabrik.
Jumlah Silinder : 12
Tegangan : 400 V
Frekuensi : 50 Hz
Tenaga listrik yang harus disediakan saat black out ialah untuk
Tegangan : 3 Kv
Frekuensi : 50 Hz
Fungsi utama PLTD ini ialah untuk menyediakan listrik bagi alat-
PLTU ini terdiri dari turbin uap 55 MW dengan uap yang disuplai
a. Turbin Inlet
b. Condensor
c. Electrical Output
d. Boiler plant
kegiatan:
a. Pengiriman/pengapalan produk
b. Pengiriman/pembongkaran bahan bakar (coal, IDO)
c. Pengiriman/pembongkaran gypsum
TUGAS KHUSUS
2. Dust
Dust return di calsiner : 7%
Dust di EP Fan : 3%
Suhu Keluar ILC : 360 oC
Suhu Keluar SLC : 346,9 oC
Suhu Keluar EP Fan : 353,45 oC
3. Batubara
Kiln : 12490 kg/h
ILC : 6470 kg/h
SLC : 18450 kg/h
Net Heat Value : 5803,4 kcal/kg
Suhu masuk : 50 oC
Tabel 3.2 Analysys coal
Technical Analysis Ultimate Analysis Analysis of Ash
Komponen % Komposisi % Komposisi %
Fixed Carbon 42,39 C 61,54 SiO2 30,26
Volattile matter 43,88 H 4,58 Al2O3 13,67
Ash 6,88 O 31,2 Fe2O3 12,54
Inherent - N 0,98 CaO 24,6
Moisture 6,15 S 0,7 MgO 2,39
4. Calsiner ILC
% Kiln Feed masuk : 60,9%
Derajat kalsinasi (C1) : 81,3%
Kadar O2 dalam gas ecxhaust : 1,98%
Blower : Volume velocity : 25 m3/min
Suhu udara masuk : 50 oC
5. Calsiner SLC
% Kiln Feed masuk : 39,1%
Derajat kalsinasi (C1) : 95,3%
Kadar O2 dalam gas ecxhaust : 4,22%
Blower : Volume velocity : 115 m3/min
Suhu udara masuk : 50 oC
6. Kiln
Kadar O2 dalam gas ecxhaust : 5,31%
Suhu keluar klinker : 99,8 oC
Suhu gas buang Cooler : 229,3 oC
Blower : Volume velocity : 115 m3/min
Suhu udara masuk : 50 oC
7. Axial Blower
Volume velocity : 136,2 m3/min
Suhu udara masuk : 35 oC
8. Radial Blower
Volume velocity : 121,28 m3/min
Suhu udara masuk : 35 oC
9. AQC
Volume velocity : 10804 m3/min
Suhu udara masuk : 35 oC
10. Udara
Kelembaban : 95% T: 35oC
3.4.2 Data literatur
1. Densitas dan kandungan uap air
Kandungan uap air dalam udara :
Dari Perry fig 12-5 : 0,06 kg.H2O/kg.Udara
Dari Perry fig 12-2 : 0,039 kg.H2O/kg.dryair
Densitas Udara :
Untuk T : 35oC ⍴ : 1,1465 kg/m3
Untuk T : 50oC ⍴ : 1,0948 kg/m3
2. Kapasitas Panas
Cp N2 : 0,25 kkal/kgoC
Cp H2O : 1 kkal/kgoC
Cp SO2 : 0,15 kkal/kgoC
(Perry P.3-12)
3. Panas penguapan dan konstanta A,B, C
Panas penguapan H2O menurut F.L Smidth : 539 kkal/kg
Tabel 3.3 Harga Konstanta A,B, dan C
No Material A B C
1 Raw mix 0,206 101 -0,307
2 Klinker 0,186 54 0
3 Batubara 0,262 390 0
4 Udara 0,237 23 0
5 CO2 0,196 118 -43
6 O2 0,218 30 0
7 H2O 0,443 39 -28
8 N2 0,25 0 0
9 SO2 0,15 0 0
Sumber : Hanbook F. L. Smidth
1
3
1
2
2 2
4
2 5
BM CO2 BM CO2
CO 2 = (( BM CaO
x %CaO +
BM MgO )(
x MgO )) x (KF tersaring- H O) 2
.......................................................................................................(3.13)
2
1
Gambar 3.5 Model aliran neraca panas
Rumus yang digunakan meliputi:
Seperti halnya pada neraca massa, algoritma perhitungan neraca
energi dimulai dari sistem global yang meliputi neraca energi yang
masuk dan keluar sistem yang terdiri dari suspension preheater, kilm
dan grade cooler.
1. Neraca energi masuk
Beberapa harga (Cp.T) untuk material dan gas yang terlibat dalam
proses dapat ditulis secara umum :
(Cp.T) = AT + BT2.10-6 + CT3.10-9...........................................(3.14)
dimana harga temperature harus dinyatakan dalam derajat celcius.
Panas sensible yang dibawa oleh aliran massa masuk sistem.
Secara umum panas sensible :
Q = m x Cp x T ........................................................................(3.15)
Panas sensible yang dibawa aliran massa masuk sistem kiln secara
global terdiri dari :
a. Panas sensible udara pendingin (AQC)
b. Panas sensible dari udara bocor (false air)
c. Panas sensible bahan bakar kering
d. Panas sensible cangkang
e. Panas sensible kiln feed kering
f. Panas sensible udara primer yang masuk kiln
g. Panas sensible uap air yang dikandung kiln feed dan bahan bakar
h. Panas laten bahan bakar yang masuk ke kiln dan SP adalah :
Q = NHV batubara x massa batubara .......................................(3.16)
Dimana NHV batubara adalah nilai kalor batubara. Jumlah
panas yang masuk ke kiln dan SP ini sebenarnya yang disebut
dengan specific heat consumption.
2. Neraca energi keluar
Rumus yang digunakan sama dengan neraca massa input neraca
energi yang keluar meliputi :
a. Panas sensible yang dibawa aliran massa keluar dari sistem terdiri
atas :
1) Panas sensible gas keluar dari siklon atas bail SLC maupun
ILC
2) Panas sensible klinker keluar dari cooler
3) Panas sensible dust return
4) Panas sensible EP Fan
b. Panas penguapan air yang terkandung di dalam kiln feed dan
bahan bakar. Menurut F.L Smidth, panas penguapan untuk air
bebas sekitar 539 kcal/kg air.
c. Panas total pembentukan klinker dan panas kalsinasi
Dalam sistem kiln, jumlah energi (panas) yang masuk sama
dengan jumlah energi (panas) yang keluar. Selama proses terdapat
panas yang hilang (heat loss), dimana heat loss ini dapat terjadi
melalui proses konduksi, konveksi maupun radiasi. Panas yang
hilang dapat juga terjadikarena adanya kebocoran (isolasi yang
kurang baik) pada alat. Hal ini juga disebabkan oleh feed yang
masuk sedikit (tidak kapasitas maksimal) sehingga udara pendingin
di grate cooler yang digunakan untuk mendingikan satu satuan
kilogram klinker yang terbentuk menjadi besar. Hal tersebut
mengakibatkan panas yang hilang juga besar.
BAB IV
c. Massa udara yang masuk ke dalam sistem kiln terdiri dari massa udara primer
yang diinjeksikan ke main burner di kiln dan massa udara pendingin. Massa
udara pendingin dihasilkan oleh beberapa fan pada grate cooler. Udara yang
dibutuhkan untuk pembakaran yaitu udara pembakaran teoritis yang
didefinisikan sebagai udara minimum yang dibutuhkan untuk pembakaran
batubara, yang diestimasi berdasarkan kandungan C, H, N, S dan O dari
batubara. Udara yang diperlukan untuk pembakaran pasti mengandung udara
berlebih (excess air). Excess air merupakan parameter yang sangat penting
dalam penentuan suplai bahan bakar dan kebutuhan udara pembakaran serta
untuk perhitungan energi gas hasil pembakaran.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kerja praktik di PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk
plant 12 maka dapat diambil beberapa kesimpulan berikut :
a. Dari hasil perhitungan jumlah massa input dan massa output sebesar
1323412,2965 kg/h.
b. Dari hasil perhitungan Neraca Massa didapatkan jumlah False Air
sebesar 36675,4985 kg/h atau sejumlah 2,7713%. Disebabkan karena
adanya kebocoran pada sambungan alat dan sealing system.
c. Dari hasil perhitungan jumlah panas input dan panas output sebesar
794,9237 kcal/kg.
d. Dari perhitungan Neraca panas didapatkan jumlah Heat Loss sebesar
68,8301 kcal/kg atau sejumlah 8,6587%. Disebabkan oleh adanya
perpindahan panas secara radiasi, konveksi dan konduksi.
5.2 Saran
a. Dilakukan pemeliharaan dan perbaikan alat penangkapan debu
diharapkan menjadi salah satu prioritas, mengingat proses prodksi di
pabrik ini adalah pembuatan semen proses kering, sehingga debu yang
dihasilkn sedikit lebih banyak.
b. Perlunya perawatan dan pemeriksaan alat-alat secara berkala supaya
kerja alat tetap optimal, karena sedikit banyaknya hal ini dapat
memperkecil false air serta Heat Loss, terutama pada sistem kiln
DAFTAR PUSTAKA
Duda, Walter H., 1995, Cement Data Book 1st edition, Bouverlag GmbH
Duda, Walter H., 1995, Cement Data Book 2nd edition, Bouverlag GmbH
Perry, G.H., 1997, Chemical Engineering Handbook 7th Edition, McGraw Hill,
New York.
https://www.engineeringtoolbox.com/air-density-specific-weight-d_600.html,
Yaws, Carl L., 1999, Chemical Properties Handbook, McGraw-Hill, New York.