Anda di halaman 1dari 11

Tugas cbm

Disusun sebagai salah satu syarat untuk kelulusan mata kuliah geologi batu bara
Program Studi Sarjana Teknik Gologi
Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti

Oleh
Kafi akbar
072.16.018

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2020
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Daftar Isi

I. Pendahuluan
I.1 latar belakang
II. Pembahasan
II.1pengertian CBM
II.2Karakteristik Reservoar dan Sistem CBM
II.3Produksi CBM
II.4Potensi CBM di Indonesia
II.5Pengertian Gasifikasi
II.6Faktor yang mempengaruhi Gasifikasi
II.7Proses Proses Reaktor Gasifikasi
III. Penutup
III.1 Kesimpulan

Daftar Pustaka
I.PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Pemakaain energi minyak dan gas bumi saat ini masih menjadi energi utaman untuk menjadi
roda energi ekonomi perekonomian untuk skala industry atau rumah tangga. Tingkat produksi
minyak dan gas bumi di Indonesia terus mengalami peningkatan ,sedangkan upaya eksporasi
minyak dan gas bumi belum mendapat kabar menggembirakan. Untuk itu di perlukan sebuah
terobosan energi baru. Batubara di Indonesia cadangannya masih banyak. Namun dilain hal
mahalnya produksi dan eksplorasi sangat menghambat perkembangannya. CBM merupakan
energi nonkonvensional dari batubara yang yang menggunkan metode dengan memanfaatkan gas
dari batubara tersebut. Dari segi evisiensi pengembangan metode ini sangat ekonomis dan ramah
lingkungan. Selain itu Gasifikasi atau pembakaran batubara juga merupakan salah satu metode
pamnfaatan batubara, namun belum di manfaatkan di Indonesia. Untuk itu di perlukan suata
pemahamn yang tepat akan keberkangsungan energi nonkonvensional ini.
II. Pembahasan

1.1 Pengertian Coalbed Methane CBM


Gas Metana Batubara(CMB) adalah gasalam dengan dominan gas metana dan
disertai sedikit hidrokarbon lainnya dan gasnon-hidrokarbon dalam batubara hasil
daribeberapa proses kimia dan fisika. CMB sama seperti gas alam conventional yang kita
kenal saat ini, namun perbedaannya adalah CMB berasosiasi dengan batubara sebagai
source rock dan reservoir-nya. Sedangkan gas alam yang kita kenal,walaupun sebagian ada
yang bersumber dari batu bara, diproduksikan dari reservoir pasir, gamping maupun rekahan
batuan beku. Hal lain yang membedakan keduanya adalah cara penambangannya dimana
reservoir GMB harus direkayasa. Terlebih dahulu sebelum gasnya dapat di produksi.
Selama proses pembatubaraan material organic akan mengeluarkan air, CO2, gas metana
dan lainnya. Kandungan gas pada GMB sebagian besar berupa gas metana dengan sedikit
gas hidrokarbon dan gas non hidrokarbon lainnya.

1.2 Karakteristik Reservoar dan Sistem CBM


CBM merupakan gas metana yang terseimpan didalam reservoir batubara. Adapun bebrapa
karakterisrik reservoarnya yaitu
Berbeda dengan system yang terdapat pada minyak bumi, yang membutuhkan batuan sumber
( source rock ), batuan penyimpan ( source rock ) dan batuan penutup ( seal) pada litologi dan
umur yang berbeda. Pada system CBM membutuhkan satu kompoinen yaitu batubara itu sendiri.
Batubara bertindak sebagai batuan sumber , batuan penyimpan dan batubara juga sebagai
penutup atau cap rocknya. Hal ini di karenkan gas methane yang terdapat pada batubara adalah
gas yang terserap dan menempel di permukaan batubara dan berpindah melaui media bidang
belah ( cleat) . pada batubara bukan gas bebas yang bias bermigrasi seperti yang terdapat dalam
system minyak bumi.

Gmbr : proses pembentukan gas methane

Gas methane batubara ini sebagian besar terbentuk akibat adanya perubahan sususan kimia yang
di akibatkan oleh adanya pengaruh suhu dibawah permukaan tanah ( thermogenesis ). Sedangkan
untuk kelas brown coal yaitu batubara yang terdapat pada kedalaman kurang dari 200m, gas
metane ini terbentuk dari mikroorganisme anaerobe

2.3. Produksi Caolbed Methane

Pekerjaan memproduksi CBM bukan perkara yang gampang, karena reservoir CBM
mempunyai karakteristik yang khas dan memerlukan persyaratan tertentu. Oleh karena itu CBM
di produksi dengan syarat syarat sebagai berikut :

1. Kandungan gas minimal 15 m3 sampai dengan 30 m3.

2. Permeabilitas umumnya berkisar 30 mD– 50 mD.

3. Reservoir kurang dari 1000 meter (±4000 feet), karena lebih dari itu dimungkinkan
reservoir akanmempunyai tekanan yang besar yang dapat menyebabkan struktur cleat
menutup sehingga permeabilitasnyamenjadi sangat kecil.

4. Coal rank antara bituminous sampai dengan anthracite.

Dalam produksi Coalbed Methane terdapat 3 tahap utama, yaitu

1. Dewatering stage ; dimana tahap memproduksi air di sertai dengan sejumlah kecil gas
metana
2. Stable production stage ;merupakan tahap produksi stabil diaman jumlah gas metana
yang di produksika akan meningkat seiring dengan jumlah produksi air yang menurun
3. Decline stage; merupakan tahapan penurunan jumlah gas yang di produksikan dengan
jumlah air yang di produksi tetap rendah

Setelah air dan gas di produksi sampai ke permukaan melalui pompa pada proses dewatering
maka fluida tersebut akan harus di alirkan ke tangka tangka timbun air yang terproduksi di
alirkan melalui separator kemudian masuk kedalam tangkai setdangkan gas yang terproduksi
setelah melweati separator bias lngsung ke gas plant. Oleh karena itu penentuan perencanaan
surface facility sumur menjadi kebutuhan yang sangat mendasar dalam mengelolah sumur GMB.
Pertimbangan untuk membangun surfacikities pada lapangan GMB antara lain
1. Kondisi reservoir
2. Produktifitas sumur
3. Tekanan alir dasar sumur
4. Kandungan pasir dan kotoran
5. Temperature
6. Biaya inventasi dan biaya operasi

1.3 Potensi CBM Indonesia

Indonesia memiliki potensi CBM yang sangat prospektif , yangvtersebra berada di pulau
Sumatera yaitu cekungan Sumatera selatan dengan total sumberdaya cadangan di perkirakan
sebesar 183 tcf dan Kalimantan pada cekungan Barito sebesar 101,6 tcf . pada dasarnya batubara
di Indoesia memiliki umur yang realtif muda ( miosen ) deposit yang sangat tebal dan kadar abu
rendah ( <5% ). Lapisan batubara di Indonesi memiliki peringkat termal yang relative rendah dan
memiliki kandungan gas rendah sampai sedang permeabiitas yang cukup tinggi. Eksplorasi dan
pengembangan CBM telah meningkat di Indonesia dalam bebrapa tahun terahkir , terutama sejak
pertama kontrak bagi hasil yang diberikan pada tahun 2008. Pada saat yang sama harga gas telah
meningkat tajam menjadi $11/mcf di Sumatera Tengah dan $ 15 Mcf di Kalimantan timur.
Banyak catatan yang menjelaskan bahwa gas di Indonesia dihargai 5 sampai 10 kali lebih tinggi
daripada di Amerika Utara. berdasarkan presentasi setiawan ( 2013 ) selaku ahli geologi
pengembangan CBM dari VICO Indonesia, pada bulan Maret 2011 BP dan ENI ( VICO )
memulai prodiksi CBM komersial pertama di Indonesia

1.4 Pengertian Gasifikasi Batubara

Gasifikasi merupakan proses yang menggunakan panas untuk merubah biomassa padat
atau padatan berkarbon lainnya menjadi gas sintetik “seperti gas alam“ yang mudah terbakar.
Melalui proses gasifikasi, kita bisa merubah hampir semua bahan organik padat menjadi gas bakar
yang bersih, netral. Gas yang dihasilkan pada gasifikasi disebut gas produser yang kandungannya
didominasi oleh gas CO, H2, dan CH4.
Bahan bakar yang umum digunakan pada gasifikasi adalah bahan bakar padat, salah satunya
adalah batubara. Jika ditinjau dari produk yang dihasilkan, pengolahan batubara dengan gasifikasi
lebih menguntungkan dibandingkan pengolahan dengan pembakaran langsung. Dengan teknik
gasifikasi, produk
pengolahan batubara lebih bersifat fleksibel karena dapat diarahkan menjadi bahan bakar gas atau
bahan baku industri yang tentunya memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Untuk melangsungkan
gasifikasi diperlukan suatu reaktor. Reaktor tersebut berfungsi sebagai tungku tempat
berlangsungnya proses gasifikasi dimana terjadi kontak antara bahan bakar dengan medium
penggasifikasi di dalam gasifier

1.5 Faktor factor yang mempengaruhi Gasifikasi


1. Suhu Bed
Tingkat gasifikasi serta kinerja keseluruhan gasifier adalah tergantung suhu.Semua reaksi
gasifikasi biasanya reversibel dan titik ekuilibrium dari setiap reaksi dapat digeser dengan
mengubah suhu.
2. Tekanan Bed
Tekanan Bed telah dilaporkan memiliki efek yang signifikan pada proses gasifikasi. Nandi dan
Onischak (1985) menemukan penurunan berat badan selama devolatilization residu tanaman di
N2suasana di 815oC, menurun dengan peningkatan tekanan.
3. Tinggi Bed
Pada suhu reaktor tertentu, waktu tinggal yang lebih lama (karena ketinggian bedyang lebih tinggi
) meningkat berjumlah hasil gas. Sadaka et al. (1998) menunjukkan bahwa ketinggian bed yang
lebih tinggi menghasilkan lebih efisiensi konversi serta suhu bed lebih rendah karena efek fly-
wheel bed
material.
4. Kecepatan fluidisasi
Kecepatan fluidisasi memainkan peran penting dalam pencampuran partikel dalam fluidized bed.
Dalam sistem gasifikasi udara, semakin tinggi kecepatan fluidisasi semakin tinggi suhu bed dan
semakin rendah menghasilkan nilai kalor gas akibat peningkatan jumlah oksigen dan nitrogen
dalam gas inlet kesystem
5. Rasio Kesetaraan
Rasio kesetaraan memiliki pengaruh kuat pada kinerja gasifiers karena itu mempengaruhi suhu
bed, kualitas gas, dan efisiensi termal. Peningkatan rasio kesetaraan mengakibatkan tekanan
rendah baik di bed padat dan daerah freeboard ketika gasifier dioperasikan pada kecepatan
fluidisasi yang berbeda dan ketinggian bed.
6. Kadar air dari bahan
Kadar air dari bahan pakan mempengaruhi suhu reaksi karena energidiperlukan untuk menguapkan
air dalam bahan bakar. Oleh karena itu, proses gasifikasi berlangsung pada suhu rendah .
7. Ukuran partikel
Ukuran partikel secara signifikan mempengaruhi hasil gasifikasi.Ukuran partikel kasar akan
menghasilkan lebih banyak tar dan kurang tar yang mereka hasilkan. Tingkat difusi termal dalam
partikel menurun dengan peningkatan ukuran partikel, sehingga mengakibatkan tingkat pemanasan
yang
1.6 Proses Proses Pada Reactor Gasifikasi
Gasifikasi secara sederhana dapat dijelaskan sebagai proses pembakaran bertahap. Hal ini
dilakukan dengan membakar bahan bakar padat dengan ketersediaan oksigen yang terbatas
sehingga gas yang terbentuk dari hasil pembakaran masih memiliki potensi untuk terbakar. Bahan
bakar gasifikasi dapat berupa material padatan berkarbon biasanya biomassa (kayu atau limbah
berselulosa) atau batubara. Semua senyawa organic mengandung atom karbon.
✔ Pengeringan
Pada pengeringan, kandungan air pada bahan bakar padat diuapkan oleh
panas yang diserap dari proses oksidasi. Proses pengeringan ini sangat penting
dilakukan agar pengapian pada burner dapat terjadi lebih cepa dan lebih stabil.
✔ Pirolisis
Pirolisis adalah proses pemecahan struktur bahan bakar dengan menggunakan
sedikit oksigen melalui pemanasan menjadi gas. Pada pirolisis,pemisahan volatile
matters (uap air, cairan organik, dan gas yang tidak terkondensasi) dari arang atau
padatan karbon bahan bakar juga menggunakan panas yang diserap dari proses
oksidasi.
✔ Oksidasi ( Pembakaran )
Oksidasi atau pembakaran arang merupakan reaksi terpenting yang terjadi
di dalam gasifier. Proses ini menyediakan seluruh energi panas yang dibutuhkan
pada reaksi endotermik.
✔ Reduksi ( Gasifikasi )
Reduksi atau gasifikasi melibatkan suatu rangkaian reaksi endotermik yang
disokong oleh panas yang diproduksi dari reaksi pembakaran. Produk yang
dihasilkan pada proses ini adalah gas bakar, seperti H2, CO, dan CH4. Reaksi
berikut ini merupakan empat reaksi yang umum telibat pada gasifikasi.

III. PENUTUP

3.1. kesimpulan

Kesimpulan yang dapat di peroleh dari pembahsan makalah di atas yaitu, eksplorasi akan
sumber cadangan energi baru perlu di optimalkan. Keberadaan batubara sangat strategis. Namun
di lain hal dari segi finansial dan lingkungan penambangan batubara tidak efisien. Oleh karena
itu perlu sebuah metode baru untuk produksinya. CBM dan Gasifikasi merupakan salah satu
metode pemanfaatan batubara perlu di tingkatakan , apalagi poternsinya di Indonesia sangat
besar. Namun di lain hal, tantangan teknologi untuk produksi dengan metode ini perlu di pelajari
lagi dan pengembangan yang intensif.

Anda mungkin juga menyukai