Anda di halaman 1dari 13

UJIAN GAS METANA BATUBARA

SIFAT UJIAN : OPEN BOOK, INTERNET, LAPTOP, ANDROID


CLOSE FRIEND (JAGA JARAK)

Nama : Muhammad Al Kindi


Nim : 03021181722015
Kelas :A
Kampus : Inderalaya

1. Jelaskan tentang Gas Metana Batubara (GMB) sebagai berikut :


a. Apa yang disebut Gas Metana Batubara (GMB)
b. Cara terbentuknya GMB
c. Potensi GMB di Indonesa
Penyelsaian :
a. Coal Bed Methane atau Gas Metana Batubara merupakan gas methane yang terjadi
karena dekomposisi zat organik selama proses pembentukan Batubara, yang terserap dan
terperangkap dalam lapisan Batubara. Batubara merupakan batuan induk, sekaligus
reservoir CBM.
CBM digolongkan sebagai "sweet gas" karena tidak mengandung hidrogen sulfida
(H2S). sangat sedikit mengandung hidrokarbon berat seperti propana atau butana, tidak
memiliki kondensat gas alam dan sedikit mengandung beberapa persen karbondioksida.
b. Pembentukan metana dan hidrokarbon lain adalah hasil dari pematangan termal pada
batubara. Batubara dangkal memiliki peringkat rendah belum menghasilkan metana
dalam jumlah besar, lebih dalam batubara ini terkubur, maka akan mengalami tingkat
pematangan dan pembatubaraan lebih tinggi sehingga akan menghasilkan kuantitas
metan lebih banyak daripada batubara dangkal.
Secara umum gas dalam batubara terbentuk dengan 2 cara yaitu secara Biogenik
(Biogenic Gas) dan Termogenik (Thermogenic Gas). Biogenik Gas terutama dalam
bentuk CH4 dan CO2, dimana gas-gas ini dihasilkan dari penguraian bahan organik
bahan organik oleh mikro-organisme yang biasa terbentuk di rawa gambut sebagai cikal
bakal terbentuknya batubara. Biogenic gas bisa terjadi pada 2 tahap yaitu tahap awal dan
tahap akhir.
Pembentukan gas pada tahap awal disebabkan oleh aktivitas organisme awal
coalification, dari gambut - lignit hingga subbituminous (Ro < 0,5%). Pembentukan gas
ini harus disertai dengan proses pengendapan yang cepat, karena jika tidak maka gas akan
menjadi gas bebas yang menguap ke atmosfer. Pembentukan gas pada tahap akhir juga
diakibatkan oleh aktivitas organisme, tetapi setelah lapisan batubara terbentuk. Batubara
pada umumnya merupakan quifer, dimana aktivitas mikro organisme dalam akuifer bisa
memproduksi gas. Proses ini bisa terjadi pada setiap peringkat (rank) batubara.
Thermogenik Gas
Thermogenik Gas adalah gas yang dihasilkan dalam proses pembatubaraan
(coalification) pada batubara yang mempunyai peringkat (rank) lebih tinggi, yaitu pada
subbituminous A - high volatile bituminous ke atas (Ro > 0,6%). Proses pembatubaraan
akan menghasilkan batubara yang lebih kaya akan karbon dengan membebaskan
sejumlah zat terbang utama, yaitu CH4, CO2, dan air. Gas-gas tersebut terbentuk secara
cepat sejak rank batubara mencapai high volatile bituminous hingga mencapai puncaknya
di low bituminous (Ro = 1,6%)Proses terbentuknya gas metana batubara yaitu Batubara
adalah batuan yang kaya karbon berasal dari bahan tumbuhan (gambut) yang
terakumulasi di rawa-rawa dan kemudian terkubur bersamaan dengan terjadinya proses-
proses geologi yang terjadi.
Dengan meningkatnya kedalaman penguburan, bahan tanaman mengalami
pembatubaraan dengan kompaksi / pemampatan, melepaskan zat fluida (air, karbon
dioksida, hidrokarbon ringan, termasuk metana) karena mulai berubah menjadi batubara.
Dengan pembatubaraan batubara menjadi semakin diperkaya dengan karbon dan terus
mengusir zat terbang.
Sebagian metana dalam batubara dihasilkan oleh aktifitas bakteri metanogen. Gas
biogenik dapat diproduksi di setiap saat sepanjang proses pembatubaraan jika hadir
kondisi yang tepat.
c. Cadangan CBM di Indonesia diperkirakan sebesar 453.3 Triliun Cubic Feet (TSCF),
terdapat di 11 cekungan yang tersebar di seluruh Indonesia, dan merupakan terbesar ke 6
di dunia. Cadangan CBM terbesar di Indonesia adalah di Cekungan Sumatera Selatan
(183 TSCF).
Pada saat ini produksi CBM Indonesia hanya 4% dari produksi CBM dunia, lebih
kecil dari produksi India 7%, yang potensi cadangannya jauh dibawah Indonesia (90
TSCF).
2. Jelaskan sebagai berikut
a. Apa yang dimaksud cleat pada batubara
b. Jelaskan tentang face cleat, but cleat, endogenic cleat dan exogenic cleat
c. Hubungan produktifitas GMB, permeabilitas dan characteristic (rank, tipe dan grade)
batubara
Penyelsaian :
a. Cleat adalah kekar di dalam lapisan batubara, khususnya pada batubara bituminous
yang ditunjukkan oleh serangkaian kekar yang sejajar, umumnya mempunyai orientasi
berbeda dengan kedudukan lapisan batubara. Adapun pengertian cleat menurut para ahli,
sebagai berikut:
- Cleat adalah kekar alami mode terbuka dalam lapisan batubara (Busse, dkk., 2016).
- Sistem kekar vertical alami pada seam batubara disebut cleat (McCulloch, dkk.,
1974).
- Cleat adalah kekar alami terbuka pada lapisan batubara (Laubach, dkk., 1998).
- Cleat merupakan rekahan alami yang terbentuk akibat aktivitas struktural ataupun
pembebanan dalam proses pembentukan batubara (Umar, dkk., 2016).
- Cleat adalah kekar alami dalam batubara yang melayani jalan permeabilitas untuk
aliran - Darcy dari gas dan air ke sumur selama produksi (Wang, 2007).
b. Face cleat merupakan cleat yang tegak lurus terhadap bidang perlapisan
sedangkan butt cleat merupakan cleat yang sejajar bidang perlapisan. Hal lain yang
diukur dari cleat ini ialah lebar rekahan (apertur), spasi antar cleat, panjang cleat (face),
kedudukan lapisan batubara, dan material pengisi cleat. Salah satu tujuan pengukurannya
ialah untuk mengetahui permeabilitas dan porositas reservoir gas metana (Coalbed
Methane).
Peneliti terdahulu mengkatagorikan cleat sebagai endogenetic asalnya dari proses
kompaksi dan pembatubaraan (coalification), dan exogenetic asalnya dari gaya tektonik
(McCulloch, dkk., 1974). Pada studi seam batubara bituminous di Pittsburg, gaya
tektonik mengontrol pembentukan cleat. Face cleat terbentuk sebagai extension fracture
selama deformasi structural, butt clate terbentuk sebagai release fraktur selama erosi dan
uplift. Orientasi pada seam batubara bituminous di Virginia Utah, Oklahoma dan Central
Pennsylvania menampakan hubungan serupa terhadap struktur lokal. Arah permeabilitas
dari batubara berhubungan langsung terhadap cleat. Sumur yag dibor perpendicular
terhadap face cleat menghasilkan 2.5 sampai 10 kali melepaskan gas daripada sumur
yang dibor perpendicular terhadap butt cleat (McCulloch, dkk., 1974). Endogenous cleat
dibentuk oleh gaya internal akibat pengeringan atau penyusutan material organik.
Umumnya tegak lurus bidang perlapisan sehingga bidang kekar cenderung membagi
lapisan batubara menjadi fragmen-fragmen tipis yang tabular. Exogenic cleat dibentuk
oleh gaya eksternal yang berhubungan dengan kejadian tektonik. Mekanismenya
tergantung pada karakteristik struktur dari lapisan pembawa batubara. Cleat ini
terorientasi pada arah tegasan utama dan terdiri dari dua pasang kekar yang saling
membentuk sudut

3. Jelaskan mengenai eksplorasi GMB berikut ini :


a. Tahapan eksplorasi GMB
b. Faktor-faktor (teknik dan ekonomi) yang berpengaruh pada pemberdayaan GMB.
c. Teknik eksplorasi GMB.
Penyelsaian :
a. Tahapan eksplorasi gas CBM dimulai dari mendeliniasi cekungan prospek CBM atau
mengedentifikasi daerah yang memiliki prospek sumber daya CBM. Kemudian
dilanjutkan dengan eksplorasi untuk mengetahui ukuran atau cadangan CBM dengan
informasi data geologi dan geofisika akan memberikan data mengenai :
kualitas reservoir, tingkat kematangannya, komposisi gas, volume batubara, volume pori,
gas content, kedalaman gas dan saturasi gas dalam reservoir.
Selanjutnya dilakukan uji pengeboran untuk mengambil data core untuk menggetahui
prospek CBM, untuk mengetahui besar prospek dan keekonomian untuk diproduksi.
Selanjutnya melakukan uji produksi untuk mengetahui besar produksi gas dan air Setelah
uji produksi dengan beberapa sumur dianggap sukses maka selanjutnya masuk ke tahap
penting yaitu tahap produksi komersil dan tahap pengembangan.
Tahapan-tahapan dalam eksplorasi dan pengembangan Gas Metana-B
adalah sebagai berikut :
Tahap 1 : Identifikasi potensi/sumberdaya Gas Metana-B
Tahap 2 : Pemboran evaluasi awal yaitu menentukan ukuran dari sumber daya Gas
Metana-B.
Informasi geologi penting yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :
− Pengumpulan core untuk menentukan gas content dari batubara serta
hubungan antara gas content dan kedalaman
− Kualitas batubara dan tingkat kematangannya
− Volume batubara yang ada dalam parameter-parameter reservoir yang
didefinisikan secara spesifik
− Kapasitas penyerapan dari reservoir batubara yang potensial untuk
menentukan saturasi
− Komposisi gas
− Aspek-aspek geologi awal dari permeabilitas adalah pembentukan cleat, mineralisasi
cleat, in situ stress, kondisi hidrologi. Pemboran eksplorasi dan pengambilan core dari
lapisan-lapisan batubara pada kedalaman yang prospek untuk memperoleh contoh-contoh
batubara sehingga dapat dilakukan analisis yang memadai. Tahap pemboran ini telah
menganggap bahwa sejumlah pengetahuan dan distribusi sumber daya telah diperoleh
melalui program-program eksplorasi sebelumnya, misalnya untuk pengembangan
batubara konvensional.
Tahap 3 : Pemboran Penjajakan (Pilot) atau Kalayakan Tahapan eksplorasi ini yaitu
untuk menentukan kemampuan batubara memproduksikan gas. Pekerjaan pada tahapan
ini adalah membor sumur pada pola pengurasannya dan melakukan tes produksi yang
lengkap untuk menentukan potensi produksi gas. Informasi rekayasa penting yang
dibutuhkan adalah sebagai berikut :
− Sifat-sifat reservoir untuk menentukan tekanan reservoir awal dan
permeabilitas yang dihasilkan, kompresibilitas batubara dan stress
regime
− Kuantitas dan kualitas air formasi
− Pola pressure drawdown dengan menggunakan tes pompa terbatas
− Penilaian awal dari kebutuhan untuk stimulasi
− Interference analysis (komunikasi) antara lubang sumur sehingga
jarak antara lubang sumur dapat diperkirakan
− Kualitas gas yang diproduksikan
− Stabilitas lubang sumur
− Melakukan tes produksi dengan waktu terbatas untuk membuat profil
gas dan air
− Biaya yang dibutuhkan untuk 4-5 lubang sumur termasuk stimulasi
sumur dan tes produksi dengan waktu terbatas dengan analisis adalah
$2 – 2,5 juta.
Tahap 4 : Tes Penjajakan (Pilot) Produksi Skala Penuh
Awalnya 10-25 sumur sekitar daerah prospek yang layak dengan fasilitas
sementara untuk mengevaluasi komersialitas dan mengoptimumkan spasi
sumur. Informasi rekayasa penting yang dibutuhkan adalah sebagai
berikut :
− Profil produksi adalah menentukan produksi air dan gas selama
periode waktu tertentu, efek interference dari spasi sumur dan
penurunan tekanan
− Optimasi spasi sumur dan orientasinya
− Optimasi teknik stimulasi rekahan
− Pemodelan proyek pilot penuh untuk antisipasi pengembangan
komersialitas skala penuh
− Pada tahapan ini juga sudah dilakukan studi rekayasa rinci untuk
infrastruktur permukaan meliputi hal-hal sebagai berikut:
o Sistem pengumpulan pipeline
o Kebutuhan kompresi
o Kebutuhan air
o Perencanaan lapangan komersial untuk spasi sumur dan aksesnya.
Melakukan tes produksi yang lebih lama untuk mengetahui profil
produksi gas dan air.
Tahap 5 : Pengembangan Produksi Komersial
Tahapan ini adalah untuk mengevaluasi pengembangan secara komersial
karena pada tahap ini dibutuhkan dana yang sangat besar.
− Investasi kapital yang besar diperlukan untuk mengetahui kepastian
yang cukup tinggi supaya proyek berhasil.
o Investasi kapital meliputi 50% biaya proyek total
o Perlu keyakinan bahwa pertanyaan teknis telah dijawab sehingga
tidak ada masalah tersembunyi yang berhubungan dengan geologi
dan rekayasa
− Konstruksi utama dari system pengumpul permukaan dan pipa
penjualan
− Sinergi dan penghematan biaya kapital dapat dicapai melalui program
pengembangan dan operasi yang sistematik
o Proses manufaktur pengembangan yang terjadwal
o Diberlakukan kontrak jangka panjang serta komitmen tenaga kerja
dan peralatan dari penyedia jasa
− Pengembangan yang bertahap memungkinkan berbagai elemen proyek diselesaikan
sebelum penyelesaian proyek untuk memungkinkan memulai produksi komersial lebih
cepat (dengan memulai pengurasan air di sumur-sumur sebelum penyelesaian pipa
penjualan). Biasanya semua tahapan-tahapan tersebut di atas membutuhkan waktu 3
sampai 5 tahun dari sumur-sumur evaluasi pertama ke awal produksi, dengan
kemungkinan proyek diberhentikan pada setiap tahap.Keputusan untuk meneruskan atau
tidak dilanjutkan ditentukan pada akhir setiap tahapan, tergantung pada hasil dari
informasi geologi dan rekayasa yang diperoleh.
b. Faktor teknis pada pemberdayaan GMB yaitu meliputi tahap-tahap pengerjaan seperti,
Tahapan eksplorasi mengidentifikasi daerah yang memiliki prospek sumber daya CBM.
Kemudian dilanjutkan dengan eksplorasi untuk mengetahui ukuran atau cadangan CBM
dengan informasi data geologi dan geofisika akan memberikan data mengenai :
• kualitas reservoir, tingkat kematangannya, komposisi gas, volume batubara,
volume pori, gas content, kedalaman gas dan saturasi gas dalam reservoir.
Selanjutnya dilakukan uji pengeboran untuk mengambil data core untuk menggetahui
prospek CBM, untuk mengetahui besar prospek dan keekonomian untuk diproduksi.
Selanjutnya melakukan uji produksi untuk mengetahui besar produksi gas dan air Setelah
uji produksi dengan beberapa sumur dianggap sukses maka selanjutnya masuk ke tahap
penting yaitu tahap produksi komersil dan tahap pengembangan. Perlu diperhatikan juga
yaitu kelakuan pola produksi gas CBM sangat kompleks dan sulit untuk diramalkan
ataupun dianalisis.Terutama pada tahap awal produksi, karena produksi gas dari reservoir
CBM dipengaruhi oleh interaksi yang kompleks atara difusi gas yang melalui sitem
mikropori dengan aliran dua fase yaitu gas dan air, serta melalui sistem makropori yang
secara bersamaan terjadi dalam proses deadsorpsi. Kelakukan reservoir CBM mempunyai
laju alir rata-rata rendah, sekalipun kandungan gas yang tinggi, serta biaya
pengembangan yang relatif tinggi
Selain faktor keteknikan seperti diatas faktor ekonomi sangat penting diperhatikan
seperti potensi pasar CBM baik di dalam maupun di luar negeri, produsen CBM negara
lain, besar investasi yang akan dikeluarkan, biaya produksi dan harga jual CBM. Secara
keekonomian biaya per sumur gas CBM lebih murah daripada biaya gas konvensioanl
yang mana biaya satu sumur gas CBM berkisar US$ 0.5 juta sedangkan biaya satu sumur
gas konvensional berkisar US$ 2.5 juta, akan tetapi untuk menghasilkan volume gas yang
sama jumlah sumur gas CBM lebih banyak bahkan bisa sepuluh kali lipat dari jumlah
sumur gas konvensional sehingga biaya sumur gas CBM untuk volume gas yang sama
lebih besar jika dibandingkan dengan biaya sumur gas konvensional. Masalah lain adalah
regulasi pemerintah dalam mengatur kontrak CBM.
c. Berikut ini merupakan teknik eksplorasi GMB
1. Seismik Refleksi
Eksplorasi seismik refleksi dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu eksplorasi
prospek dangkal dan eksplorasi prospek dalam. Eksplorasi seismik dangkal (shallow
seismic reflection) biasanya diaplikasikan untuk eksplorasi batubara dan bahan tambang
lainnya.Sedangkan seismik dalam digunakan untuk eksplorasi daerah prospek
hidrokarbon (minyak dan gas bumi). Kedua kelompok ini tentu saja menuntut resolusi
dan akurasi yang berbeda begitu pula dengan teknik lapangannya.
Secara umum, metode seismik refleksi terbagi atas tiga bagian penting; pertama adalah
akuisisi data seismik yaitu merupakan kegiatan untuk memperoleh data dari lapangan
yang disurvei, kedua adalah pemrosesan data seismik sehingga dihasilkan penampang
seismik yang mewakili daerah bawah permukaan yang siap untuk diinterpretasikan, dan
yang ketiga adalah interpretasi data seismik untuk memperkirakan keadaan geologi di
bawah permukaan dan bahkan juga untuk memperkirakan material batuan di bawah
permukaan.
2. Remote Sensing : lineament analysis
Remote Sensing merupakan alat bantu yang merekam rona lingkungan bumi
termasuk informasi potensi eksplorasi mineral logam. Tahapan analisa dimulai dari
pengumpulan data spasial (peta) dan non spasial (tabular), analisa interpretasi citra
Landsat dan identifikasi kelurusan zona lemah (lineament) untuk menentukan zona
mineralisasi.

4. Jelaskan mengenai pemboran GMB berkut ini


a. Jelaskan mengenai jenis drilling fluid, jenis bit dalam pengeboran GMB
b. Jelaskan mengenai penyemenan sumur GMB
c. Jelaskan mengenai ‘tree like; horizontal drilling
Penyelsaian :

a. Bit yang biasa digunakan dalam pemboran batubara adalah tri-cone rotary bit. Batubara
lebih lunak dari batugamping atau batupasir. Laju penetrasi horizontal dapat mencapai
100 ft/hari dengan air untuk sirkulasi ke rotary bit.

Drilling Fluid
Pilihan drilling fluid untuk sumur CBM ditentukan setelah review setting geologi dari
batubara. Penggunaan surfaktan minimal, material loss circulation dan polimer akan
mengurangi resiko kerusakan permeabilitas. Air atau mist drilling fluid dapat dipilih,
aditif lainnya diperlukan. Pilihan drilling fluid untuk sumur CBM ditentukan setelah
review setting geologi dari batubara. Penggunaan surfaktan miimal, material loss
circulation dan polimer akan mengurangi resiko kerusakan permeabilitas. Air atau mist
drilling fluid dapat dipilih, aditif lainnya diperlukan. Busa/buih memerlukan tambahan
surfactant untuk mendapatkan pembusaan ketika dicampur dengan udara. Drilling mud
diperlukan untuk memelihara tekanan.
Air drilling dan penggunaan sistem freshwater keduanya ekonomis dan ramah
lingkungan. Air drilling meningkatkan laju penetrasi dan mengurangi biaya sebab tidak
ada lumpur yang digunakan. Banyak sumur dapat dibor sampai TD dalam 1 dan 2 hari.
Masalah loss sirkulasi sangat berkurang dengan air drilling dan cutting lebih sedikit.
Kebanyakan cekungan batubara sekarang diakses dengan dengan unit air drilling.
khhBagian horizontal dibor dengan air dan tri-cone bit, tetapi bagian vertical dari lubang
diringankan dengan injeksi air. Ini untuk mempertahankan underbalance pressure pada
formasi. Operator harus siap untuk memproses dan mengendalikan kenaikan volume
metana yang dibebaskan oleh pengeboran multi lateral horizontal dalam seam batubara.
Beberapa pola pengeboran dapat mencapai 25.000 ft panjang linier lubang horizontal
dalam batubara.

Wing bit terbuat dari sebuah nipple baja yang pada ujung bawahnya diberi sayap, dilass
kuat dengan bahan penguat. Diantara sayap-sayap terdapat lubang nozzle untuk aliran
cairan pemboran menyemprot secara kuat ke arah bawah sehingga membantu
membersihakan dasar lubang bor. Wing bit hanya digunakan untuk mengebor lapisan
tanah yang lunak, biasanya hanya untuk mengebor trayek conductor atau surface casing.
Pemeliharaan pahat ini cukup mudah, karena hanya melakukan rewelding dan rebuilding
apabila pahat telah aus atau rusak.

- Theree Cone Roller Rock Bit


Pahat ini mempunyai 3 buah cone bergigi-gigi yang dapat berputar karena ditumpu
dengan Roller Bearing. Gigi-gigi yang menyatu dengan cone dan diperkeras dengan
bahan pengeras disebut Mill Tooth Bit. Cone yang dipasangi gigi-gigi yang terbuat dari
Tungsten Carbide disebut Insert Bit.
Pahat bor model ini sangat banyak jenisnya, menyesuaikan berbagai macam sifat
batuan, dari lapisan yang lunak sampai yang keras. Pembuatan bit harus sesuai dengan
Standard IADC (International Association Of Drilling Contractors) dengan code
masing-masing yang dapat dikomparasikan.

- Fixed Cutter Bit


Fixed Cutter Bit merupakan bit yang tidak mempunyai cone yang dapat berputar,
bentuknya menyerupai wing bit. Pahat ini dikenal dengan nama PDC Drill Bit
(Polycrystalline Diamond Compact) dan Natural Diamond Drill Bit, mempunyai
performance yang lebih baik dibandingakn dengan Cone Bit, dan dapat menghasilkan
interval pemboran yang panjang karena umur pemakaian juga lebih panjang.
PDC Bit juga dibuat berbagai ukuran, dari 2” - 5½” untuk Slim Hole dan sampai 17½”
pada pemboran biasa, bit jenis ini juga dibuat untuk lapisan tanah yang sangat lunak
sampai lapisan tanah yang sangat keras. Untuk lapisan yang lunak mempunyai cutter
yang besar-besar dan semakin keras lapisannya semakin kecil cutternya. Pada akhir-
akhir ini, pahat jenis ini paling banyak digunakan, interval lubang bor yang terbentuk
oleh tiap pahat lebih panjang sehingga mengurangi jumlah trip rangkaian pemboran
untuk mengganti pahat.

- Coring Bit
Coring bit adalah jenis pahat khusus yang digunakan untuk melakukan pengambilan
contoh batuan dari dasar lubang bor, lazimnya disebut pengintian. Pahat inti ini pada
bagian tengahnya berlubang sehingga ada formasi batuan yang tidak terpotong oleh
pahat dan masuk ke dalam barrel khusus daria lat pengintian dan nantinya akan
terbawa keluar dari lubang bor sewaktu mencabut rangkaian pipa.
Jenis-jenis core bits antara lain Blade core barrel head, Tungsten Carbide Insert Core
Barrel Head, Roller Core Barrel Head, PDC Core Barrel Head, Natural Diamond Core
Barrel Head. Ukuran yang standard untuk core bit adalah : 3½” sampai 6¼”

b.. Penyemenan dalam pemboran CBM adalah sebanding dengan penyemenan pada
sumur gas conventional (migas), kecuali diperlukan pengendalian invasi fluida pada
sistem cleat. Sementara pengeboran lubang harus kondisi underbalance dengan udara
atau sistem fluida ringan, untuk operasi penyemenan harus sedikit overbalance untuk
mencegah migrasi gas bebas kedalam kolom semen.
Untuk mendapatkan laju alir penyemenan optimal harus membersihkan lumpur, drilling
fluid, batubara halus dan material loss sirkulasi (LCM). Umumnya laju pemompaan yang
lebih tinggi dapat membersihkan lubang lebih epektif. Karena sumur CBM dibor dengan
fluida bersih, pembuangan lumpur bukan merupakan factor utama, menempatkan
campuran semen tanpa merusak batubara adalah tujuan medasar. Mengkondisikan sumur
CBM yang dibor vertical dengan lumpur bor termasuk mengurangi viskositas (Pv), Yield
point (Yp) serendah mungkin untuk mendapatkan profile gel strength yang rata. Fluid
loss-control harus rendahkan untuk mengurangi filter cake terhadap zona permeable.
Pada bagian horizontal, viskositas mungkin perlu dinaikkan untuk memperbaiki stabilitas
lubang.
Untuk lubang yang dibor dengan air drilling, sirkulasikan lubang dengan air dan
penyapuan gel untuk membersihkan pertikal halus, dan mebasahi lubang, mengizinkan
untuk penempatan semen. Speser yang reaktif mungkin diperlukan untuk mencegah loss
sirkulasi.

c.. Penyemenan Tree like horizontal well terdiri dari :Lubang mayor untuk mencapai
kedalam seam.Lubang lateral untuk mengontrol area pengurasan. Lubang sub-lateral di
bor dari lubang lateral. Teknik berhasil diaplikasi di Cekungan Qinshui, Shanxi. Satu
sumur lebih dari 10.000 meter panjang lubang

Detilnya :
Lubang mayor seperti batang pohon sebagai jalan yang dominan untuk aliran gas dari
masing-masing lubang lateral dan sub-lateral. Lubang lateral seperti cabang pohon
sabagai saluran dari aliran produksi gas dari sub-lateral dan mengendalian area
desorption gas dan pengurasan.Lubang sub-lateral seperti daun dari pohon, akan
membentuk gua untuk desorption CBM dlm lapisan batubara.
Dengan prinsip itu lubang mayor harus dikonstruksi pada atap atau lantai dari lapisan
batubara yang stabil, dan lubang lateral harus dibor dari lubang mayor kedalam lapisan
batubara, kemudian dibelokkan kesamping untuk sub-lateral.

5. a. Tahapan eksplorasi gas CBM dimulai dari mendeliniasi cekungan prospek CBM atau
mengedentifikasi daerah yang memiliki prospek sumber daya CBM. Kemudian dilanjutkan
dengan eksplorasi untuk mengetahui ukuran atau cadangan CBM dengan informasi data geologi
dan geofisika akan memberikan data mengenai :

6. Jelaskan mengenai penyelesaian sumur GMB berkut ini


a. Dasar pertimbangan dalam penyelesaian sumur
b. Jenis-penyelesaian sumur dan keunggulannya masing-masing.
c. Jelaskan mengenai cara akses ke seam batubara.
7. Jelaskan mengenai evaluasi reservoir GMB
a. Jelaskan mengenai analisa core
b. Jelaskan mengenai analisa log
c. Test-test pada sumur GMB
d. Cara menentukan gas in place.
8. Jelaskan mengenai dampak lingkungan dari pemberdayaan GMB
a. Pada air permukaan dan air tanah.
b. Pada kualitas udara dan kebisingan
c. Pada ruang, lahan dan tanah
d. Pada sumberdaya hayati/biologi

Anda mungkin juga menyukai