Anda di halaman 1dari 30

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA


FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI

TUGAS GEOKIMIA
HUBUNGAN MANUSIA DAN SIKLUS KARBON

DISUSUN OLEH :

TEGAR HERMAWAN T. (22/504673/TK/55211)


DWI SULISTYO NUGROHO (22/504326/TK/55157)
MAHARANI LUTFI PRATIWI (22/503966/TK/55099)
NABILA AIDA ROYANISA (22/494402/TK/54225)
ANINDITO HAFIZH AKYELA N (22/493278/TK/54029)
CAESAR AHMAD SYA'DAN (22/504646/TK/55209)

YOGYAKARTA
AGUSTUS
2023
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................. 5

1.1. Konsep Siklus Karbon ............................................................................................ 5

1.2. Siklus Karbon dalam Ekosistem dan Geologi ........................................................ 5

1.3. Siklus Karbon dan Manusia .................................................................................... 6

BAB 2 SIKLUS KARBON ALAMIAH ...................................................................... 7

2.1. Siklus Karbon dalam Alam ..................................................................................... 7

2.2. Proses-proses dalam Siklus Karbon ........................................................................ 7

2.2.1. Fotosintesis ..................................................................................................... 8


2.2.2. Respirasi.......................................................................................................... 8
2.2.3. Dekomposisi ................................................................................................... 9
2.2.4. Sedimentasi ..................................................................................................... 9
2.2.5. Pembakaran Bahan Bakar Fosil ...................................................................... 9
2.2.6. Pertukaran Karbon Antar Reservoir.............................................................. 10
2.3. Keterkaitan Antar Organisme, Atmosfer, Tanah, dan Laut pada Siklus Karbon . 10

BAB 3 PENGARUH AKTIVITAS MANUSIA PADA SIKLUS KARBON .......... 11

3.1. Emisi Karbon dari Pembakaran Bahan Bakar Fosil ............................................. 11

3.1.1. Pengaruh pada Peningkatan Konsentrasi CO2 di Atmosfer ......................... 11


3.2. Deforestasi dan Penggundulan Hutan ................................................................... 12

3.2.1. Dampak pada Pelepasan Karbon di Hutan.................................................... 13


3.3. Perubahan Penggunaan Lahan .............................................................................. 14

3.3.1. Konversi Lahan Alami Menjadi Lahan Pertanian atau Pemukiman ............. 14
3.3.2. Dampak Pada Penyimpanan Karbon Dalam Tanah ...................................... 15
3.4. Industri dan Proses Produksi................................................................................. 15

3.4.1. Emisi CO2 dalam Proses Industri ................................................................. 16


3.5. Pengelolaan Limbah.............................................................................................. 17

3.5.1. Emisi Gas Rumah Kaca dari Pengelolaan Limbah ....................................... 18


3.6. Pengaruh Pertanian dan Peternakan ...................................................................... 18

3.6.1. Penggunaan Pupuk dan Emisi Metana .......................................................... 19

BAB 4 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DAN PERUBAHAN KARBON DI


ATMOSFER 20

4.1. Pemanasan Global dan Efek Rumah Kaca............................................................ 20

4.2. Peningkatan Konsentrasi CO2 dan Perubahan Iklim ............................................ 20

4.3. Dampak pada Ekosistem dan Kehidupan Manusia ............................................... 21

BAB 5 UPAYA PENANGANAN DAN MITIGASI ................................................. 22

5.1. Langkah-langkah Untuk Mengurangi Emisi CO2 ................................................ 22

5.2. Peran Energi Terbarukan dalam Mengurangi Emisi ............................................. 22

5.2.1. Panas Bumi (Geothermal) ............................................................................. 23


5.2.2. BioEnergi ...................................................................................................... 23
5.2.3. Energi Air...................................................................................................... 23
5.2.4. Energi Surya.................................................................................................. 23
5.2.5. Energi Angin ................................................................................................. 23
5.2.6. Energi Laut.................................................................................................... 23
5.3. Konservasi Hutan dan Pengelolaan Lahan yang Berkelanjutan ........................... 24

5.4. Praktik Pertanian yang Ramah Lingkungan ......................................................... 24

5.5. Penggunaan Teknologi Bersih dan Ramah Lingkungan ....................................... 25

5.5.1. Energi terbarukan .......................................................................................... 25


5.5.2. Kendaraan Listrik.......................................................................................... 26
5.5.3. Teknologi Hemat Energi ............................................................................... 26
5.5.4. CCUS ............................................................................................................ 26

BAB 6 KESIMPULAN ............................................................................................... 27


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2.1 Ilustrasi Siklus Karbon ................................................................................... 8


Gambar 3.1.1 Emisi Karbon berdasarkan sumber bahan bakar fosil .................................. 12
Gambar 3.1.2 Emisi karbon dalam kurun waktu yang lama ............................................... 12
Gambar 3.2.1 Luas deforestasi pada peta dunia .................................................................. 14
Gambar 3.3.1 Emisi dunia dari konversi lahan ................................................................... 15
Gambar 3.4.1 Emisi karbon dioksida berdasarkan jenis industri ........................................ 16
Gambar 3.4.2 Emisi yang dihasilkan dari industri .............................................................. 17
Gambar 4.1.1 Emisi penggunaan lahan dengan jangka waktu yang lama .......................... 20
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Konsep Siklus Karbon


Siklus Karbon adalah siklus biogeokimia yang terjadi pada bumi mulai dari jutaan
tahun yang lalu. Konsep Siklus Karbon adalah cara di mana karbon, salah satu unsur kimia
yang sangat penting bagi kehidupan di Bumi, bergerak dan berubah-ubah antara berbagai
bentuk dalam lingkungan kita. Dan merupakan suatu proses alam yang kompleks.
• Karbondioksida di Udara: Siklus karbon dimulai dengan karbondioksida (CO2) yang
ada di atmosfera Bumi.
• Tanaman: Tanaman sangat penting dalam siklus ini. Mereka menggunakan karbon
dioksida dari udara saat mereka melakukan fotosintesis. Fotosintesis adalah cara
tanaman membuat makanan mereka sendiri. Mereka mengambil CO2 dari udara dan
menggunakan sinar matahari untuk mengubahnya menjadi makanan.
• Makanan untuk Hewan: Hewan-hewan seperti sapi, kambing, dan lainnya makan
tanaman. Jadi, mereka juga mendapatkan karbon dari tanaman ini dalam makanan
mereka. Ini adalah bagaimana karbon berpindah dari tanaman ke hewan.
• Hewan dan Manusia: Kami, manusia, dan hewan lainnya juga menghirup oksigen dan
mengeluarkan karbon dioksida saat kita bernapas.
• Decay dan Kembali ke Tanah: Ketika tumbuhan atau hewan mati, mereka akan
membusuk. Selama proses pembusukan, karbon yang ada dalam tubuh mereka kembali
ke tanah.
• Batu dan Fosil: Selama jutaan tahun, beberapa karbon bisa tenggelam dalam tanah
dalam bentuk batu dan fosil. Itu berarti karbon tersebut tidak akan terlibat dalam siklus
untuk waktu yang sangat lama.
• Siklus Terus Berlanjut: Setelah karbon berada dalam batu atau fosil untuk waktu yang
lama, bisa saja akhirnya karbon itu kembali ke siklus karbon dengan berbagai cara
seperti letusan gunung berapi atau erosi tanah.

1.2. Siklus Karbon dalam Ekosistem dan Geologi


Siklus Karbon adalah siklus biogeokimia yang terjadi pada bumi mulai dari jutaan
tahun yang lalu.
• Siklus Karbon dalam ekosistem adalah proses alam yang melibatkan pergerakan dan
pertukaran karbon antara organisme hidup dan komponen non-hidup (seperti udara,
tanah, dan air) dalam suatu wilayah atau lingkungan tertentu. Ini adalah bagaimana
karbon, yang merupakan unsur penting bagi semua makhluk hidup, berpindah-pindah
dalam ekosistem.
• Siklus Karbon dalam geologi adalah bagaimana karbon dapat terperangkap dalam
batuan dan fosil selama jutaan tahun. Ini terkait dengan bagaimana karbon bergerak
dalam skala geologis. Siklus Karbon dalam geologi berlangsung dalam skala waktu
yang sangat panjang, jauh lebih lama daripada siklus dalam ekosistem. Proses ini
melibatkan pemendapan, tekanan, dan panas yang membutuhkan jutaan tahun untuk
mengubah bahan organik menjadi batuan dan bahan bakar fosil.

1.3. Siklus Karbon dan Manusia


Siklus Karbon adalah siklus biogeokimia yang terjadi pada bumi mulai dari jutaan
tahun yang lalu. Manusia memiliki pengaruh besar pada Siklus Karbon, terutama dalam dua
cara:
• Penggunaan Bahan Bakar Fosil: Ketika kita menggunakan banyak bahan bakar fosil,
seperti mengemudi mobil atau menghasilkan listrik dari batu bara, kita melepaskan lebih
banyak CO2 ke udara. Ini dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi CO2 di atmosfer,
yang merupakan salah satu penyebab perubahan iklim global.
• Deforestasi: Ketika kita menebang hutan-hutan besar atau membakarnya, itu
menghilangkan pohon-pohon yang biasanya membantu menangkap CO2. Tanpa pohon-
pohon ini, lebih banyak CO2 tetap di atmosfer dan iklim bisa berubah lebih panas.
BAB 2
SIKLUS KARBON ALAMIAH

2.1. Siklus Karbon dalam Alam


Karbon merupakan salah satu unsur yang paling melimpah di alam semesta. Karbon
dapat dengan mudah ditemukan di sekitar kita, bahkan di dalam tubuh kita sendiri. Di dalam
tubuh manusia, karbon memiliki proporsi sebesar 18,5% dan menjadi unsur paling banyak
kedua setelah oksigen (Campbell et al., 2005). Di alam semesta (universe), karbon menjadi
unsur yang paling melimpah keempat setelah hidrogen, helium dan oksigen (Pierson,1993;
Crosswell, 1996).
Karbon di alam tidaklah diam, namun mengalami suatu siklus yang menyebabkan
karbon mengalami pertukaran (exchange) antar satu reservoir dengan reservoir lainnya.
Reservoir merupakan tempat karbon terakumulasi membentuk stok karbon (carbon stock)
dan tinggal selama kurun waktu tertentu. Terdapat empat reservoir utama karbon di bumi
yaitu atmosfer, hidrosfer (laut), biosfer dan litosfer (Falkowsky et al., 2000). Namun
demikian, reservoir atmosfer dan hidrosfer merupakan reservoir utama dalam sistem siklus
karbon yang melibatkan fitoplankton. Aliran pertukaran karbon (exchange flux) antar
reservoir dapat memakan waktu bulanan bahkan hingga jutaan tahun (Ciais et al., 2013;
Rackley, 2017).

2.2. Proses-proses dalam Siklus Karbon


Gambar 2.2.1 Ilustrasi Siklus Karbon

2.2.1. Fotosintesis
Organisme yang menggunakan karbondioksida sebagai sumber karbon dikenal sebagai
autotrof. Banyak organisme ini juga menggunakan sinar matahari sebagai sumber energi
untuk mereduksi karbon dioksida; karenanya, mereka sering disebut sebagai fotoautotrof.
Proses fiksasi karbon dioksida dilakukan oleh fitoplankton di laut, dengan tanaman darat
(terutama pohon), dan dengan banyak mikroorganisme. Sebagian besar proses ini dilakukan
oleh tumbuhan darat.
Proses fotosintesis dapat diringkas dengan persamaan berikut:
CO2 + air + energi → karbohidrat + oksigen

2.2.2. Respirasi
Respirasi merupakan kebalikan dari fotosintesis. Semua organisme yang
menggunakan oksigen, termasuk manusia, melaksanakan proses ini. Namun, terutama
dekomposisi humus oleh mikroorganisme yang mengembalikan sebagian besar karbon ke
atmosfer. Tergantung pada mikroorganisme tertentu, karbon dalam bentuk baik karbon
dioksida atau metana (CH4). Respirasi umumnya diwakili oleh persamaan:
Karbohidrat + oksigen → karbon dioksida + air + energi

2.2.3. Dekomposisi
Dekomposisi adalah salah satu proses penting dalam siklus karbon yang terjadi di
alam. Ini adalah proses biogeokimia di mana materi organik yang sudah mati, seperti daun,
ranting, organisme, dan bahan organik lainnya, mengalami degradasi dan perubahan kimia
menjadi bentuk yang lebih sederhana. Selama dekomposisi, karbon yang terkandung dalam
materi organik ini dilepaskan kembali ke lingkungan dalam bentuk karbon dioksida (CO2)
atau metana (CH4).
Dekomposisi adalah bagian integral dari ekosistem Bumi yang memungkinkan
peredaran karbon antara berbagai reservoir dalam siklus karbon. Memahami proses ini
penting dalam konteks pelestarian lingkungan dan perubahan iklim, karena perubahan dalam
dekomposisi dapat memengaruhi kadar CO2 dalam atmosfer dan dampaknya pada
perubahan iklim global.

2.2.4. Sedimentasi
Sedimentasi adalah salah satu proses yang penting dalam siklus karbon, terutama
dalam konteks pengendalian konsentrasi karbon dioksida (CO2) dalam atmosfer dan
pengikatan karbon dalam bentuk kalsium karbonat (CaCO3) dalam sedimen laut.
Sedimentasi dalam siklus karbon memiliki peran yang signifikan dalam mengatur
konsentrasi CO2 dalam atmosfer dan dalam membantu menjaga keseimbangan karbon
dalam lingkungan global. Ini adalah proses alami yang memainkan peran penting dalam
menjaga keseimbangan karbon di planet Bumi dan memiliki dampak besar pada geologi,
kimia, dan ekologi laut. Pemahaman tentang sedimentasi dalam siklus karbon juga penting
dalam konteks perubahan iklim global karena perubahan dalam laju sedimentasi laut dapat
mempengaruhi konsentrasi CO2 atmosfer.

2.2.5. Pembakaran Bahan Bakar Fosil


Pembakaran bahan bakar fosil adalah salah satu tahapan penting dalam siklus karbon
yang memiliki dampak besar pada iklim dan lingkungan. Bahan bakar fosil, seperti batu
bara, minyak bumi, dan gas alam, mengandung karbon yang terperangkap dalam bentuk
organik. Saat bahan bakar fosil dibakar untuk menghasilkan energi, karbon dioksida (CO2)
dan gas-gas lainnya dilepaskan ke atmosfer. Berikut adalah beberapa aspek penting dari
pembakaran bahan bakar fosil dalam siklus karbon:
Pembakaran bahan bakar fosil adalah salah satu penyebab utama perubahan iklim dan
tantangan lingkungan global. Upaya untuk mengurangi emisi CO2 dari pembakaran bahan
bakar fosil adalah bagian penting dari solusi untuk mengatasi perubahan iklim dan
meminimalkan dampak negatifnya pada planet kita.

2.2.6. Pertukaran Karbon Antar Reservoir


Pertukaran karbon antar reservoir adalah fenomena penting dalam siklus karbon yang
mengatur pergerakan karbon di antara berbagai komponen lingkungan Bumi, termasuk
atmosfer, litosfer, hidrosfer, dan biosfer. Ini adalah proses alami yang memungkinkan
karbon berpindah dari satu reservoir ke reservoir lainnya melalui berbagai mekanisme.
Berikut adalah beberapa contoh pertukaran karbon antar reservoir dalam siklus karbon
Pertukaran karbon antar reservoir sangat penting dalam menjaga keseimbangan karbon
di Bumi dan mengatur konsentrasi CO2 dalam atmosfer, yang memiliki dampak langsung
pada perubahan iklim. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme pertukaran
ini, ilmuwan dapat memprediksi dan mengatasi perubahan dalam siklus karbon yang dapat
mempengaruhi lingkungan global.

2.3. Keterkaitan Antar Organisme, Atmosfer, Tanah, dan Laut pada Siklus Karbon
Siklus karbon adalah proses alami di mana karbon berpindah antara atmosfer, tanah,
laut, dan berbagai organisme di Bumi. Keterkaitan antara semua elemen ini sangat penting
dalam menjaga keseimbangan karbon di planet kita. Berikut adalah penjelasan tentang
keterkaitan antar organisme, atmosfer, tanah, dan laut dalam siklus karbon:
Keseluruhan, keterkaitan antara organisme, atmosfer, tanah, dan laut dalam siklus
karbon adalah apa yang menjaga keseimbangan karbon di Bumi. Perubahan dalam satu
reservoir karbon dapat mempengaruhi keseimbangan keseluruhan dan berdampak pada iklim
dan lingkungan global. Oleh karena itu, pemahaman dan pengelolaan siklus karbon yang
baik sangat penting untuk menjaga kelestarian lingkungan Bumi.
BAB 3
PENGARUH AKTIVITAS MANUSIA PADA SIKLUS KARBON

3.1. Emisi Karbon dari Pembakaran Bahan Bakar Fosil


Proses pembakaran bahan bakar menciptakan jejak karbon. Ketika kita bepergian
dengan mobil pribadi, hal ini menyebabkan peningkatan emisi gas (CO2), terutama jika kita
terjebak kemacetan. Saat mesin mobil memanas, ia melepaskan gas buang ke udara. Dengan
meningkatnya penggunaan kendaraan berbahan bakar fosil, semakin banyak pula emisi
karbon dioksida yang dilepaskan ke atmosfer.
Seperti halnya konsumsi energi listrik yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari,
seperti televisi, AC, lampu, lemari es, mesin cuci, microwave, dan berbagai peralatan listrik
lainnya sebenarnya berbanding lurus dengan besarnya emisi gas yang dihasilkan. Mengapa
demikian? Jawabannya terletak pada sumber energi listrik yang kita gunakan. Mayoritas
energi listrik masih berasal dari pembakaran bahan bakar fosil di pembangkit listrik.
Begitu juga dengan penyalahgunaan air. Pengelolaan air bersih memerlukan energi
yang besar, yang masih diperoleh melalui penggunaan bahan bakar fosil. (KSDM, 2022).

3.1.1. Pengaruh pada Peningkatan Konsentrasi CO2 di Atmosfer


Emisi karbon dioksida yang terkait dengan energi dan produksi industri dapat berasal
dari berbagai jenis bahan bakar. Kontribusi masing-masing sumber tersebut telah berubah
secara signifikan seiring berjalannya waktu, dan masih menunjukkan perbedaan yang besar
menurut wilayah. Pada grafik tersebut kita melihat kontribusi emisi CO2 berdasarkan
sumber bahan bakar fosilnya.
Pada tingkat global kita melihat bahwa industrialisasi awal didominasi oleh
penggunaan bahan bakar padat—hal ini paling baik diamati dengan beralih ke pandangan
'relatif' pada grafik.
Pembangkit listrik tenaga batu bara dalam skala industri pertama kali muncul di Eropa
dan Amerika Utara pada tahun 1700-an. Baru pada akhir tahun 1800-an kita mulai melihat
peningkatan emisi dari produksi minyak dan gas. Satu abad berlalu sebelum emisi dari
pembakaran dan produksi semen dimulai.
Gambar 3.1.1 Emisi Karbon berdasarkan sumber bahan bakar fosil

Emisi karbon di atmosfer dalam kurun waktu yang panjang :

Gambar 3.1.2 Emisi karbon dalam kurun waktu yang lama

3.2. Deforestasi dan Penggundulan Hutan


Deforestasi adalah proses penghilangan atau pengurangan tutupan hutan secara
permanen. Faktor penyebabnya meliputi perluasan lahan pertanian, pertambangan, dan
penebangan hutan untuk bahan bakar. Kehilangan tutupan hutan memiliki dampak signifikan
pada lingkungan. Salah satunya adalah terganggunya siklus karbon. Hutan memainkan peran
penting dalam menyerap dan menahan gas karbon yang berlebih dalam atmosfer. Kehilangan
tutupan hutan mengurangi kemampuan hutan untuk menyerap gas karbon sehingga
meningkatkan tingkat gas karbon dalam atmosfer. Ini berpotensi meningkatkan efek rumah
kaca dan pemanasan global.

3.2.1. Dampak pada Pelepasan Karbon di Hutan


Karbon berpindah dari atmosfer ke reservoir biomassa melalui fotosintesis. Dalam
proses ini, tanaman menyerap karbon dioksida dan sinar matahari untuk menghasilkan bahan
bakar yang dibutuhkan untuk pengembangan strukturnya, termasuk batang pohon, akar,
cabang, dan daun.
Hutan merupakan penyerap karbon yang penting karena mampu menampung 861
gigaton karbon . Pada pepohonan dan benda padat yang kaya karbon, hutan menyimpan
emisi karbon buatan manusia yang setara dengan empat hingga lima tahun, yaitu hingga 200
gigaton karbon. Namun, akibat deforestasi yang terus-menerus dan peningkatan tajam
kebakaran hutan, hutan kini mengeluarkan lebih banyak karbon dioksida daripada yang
diserapnya.
Pelepasan karbon dari biosfer kembali ke atmosfer dapat terjadi pada kecepatan yang
berbeda-beda. Misalnya, dengan pembakaran menyebabkan pelepasan karbon secara
langsung. Namun, ranting, dahan, dan banyak komponen biomassa hutan lainnya yang
tersisa akan membusuk seiring berjalannya waktu, sehingga melepaskan karbon yang
tersimpan kembali ke atmosfer dalam proses yang jauh lebih lambat dan dapat memakan
waktu bertahun-tahun.
Gambar 3.2.1 Luas deforestasi pada peta dunia

3.3. Perubahan Penggunaan Lahan


Ruang hijau yang terbuka pada ekosistem hutan menyerap karbon dioksida (CO2) dan
mengubah menjadi karbon (C) pada pepohonan, semak belukar dan tanah. Hutan menyerap
karbon dioksida (CO2) dari atmosfer melalui fotosintesis dan menyimpannya dalam bentuk
biomassa hutan. Biomassa hutan mengandung sekitar 80% karbon di atas permukaan tanah
dan sekitar 40% karbon di bawah permukaan tanah. Konversi lahan, deforestasi, degradasi
hutan dan reboisasi dapat mengubah sifat tutupan lahan, sehingga menyebabkan perubahan
komposisi biomassa terestrial. (Kurniawati, 2021)

3.3.1. Konversi Lahan Alami Menjadi Lahan Pertanian atau Pemukiman


Emisi yang dihasilkan dari konversi lahan dunia menurun dalam kurung waktu 60
tahun terakhir.
Gambar 3.3.1 Emisi dunia dari konversi lahan

3.3.2. Dampak Pada Penyimpanan Karbon Dalam Tanah


Konversi lahan alami sering melibatkan penebangan hutan atau penghilangan vegetasi
alami, seperti padang rumput atau semak belukar yang mengakibatkan menurunnya
kemampuan lahan untuk menyerap karbon dari atmosfer melalui fotosintesis. Lahan alami
sering memiliki lapisan tanah yang kaya akan materi organik dan karbon. Konversi lahan
dapat mengganggu tanah dalam menyimpan karbon dalam tanah. Pertanian intensif dan
pengolahan tanah yang tidak berkelanjutan dapat mengurangi kandungan karbon organik
dalam tanah. Penggunaan pupuk kimia, pengolahan tanah yang berlebihan, dan pengelolaan
tanah yang buruk dapat meningkatkan degradasi karbon tanah.

3.4. Industri dan Proses Produksi


Hampir seperempat (23%) emisi gas rumah kaca AS berasal langsung dari sumber
industri seperti manufaktur, pengolahan makanan, pertambangan, dan konstruksi. Emisi
langsung ini berasal dari berbagai proses, termasuk pembakaran bahan bakar fosil untuk
menghasilkan panas dan listrik, penggunaan bahan bakar fosil non-energi, dan proses kimia
yang terlibat dalam pembuatan besi, baja, dan semen.
Selain itu, industri menyebabkan emisi tidak langsung dari listrik yang dihasilkan
secara terpusat yang dikonsumsinya. Sektor industri menyumbang sekitar seperempat dari
seluruh penjualan listrik AS. Dengan menggabungkan emisi langsung dan tidak langsung,
sektor industri merupakan sektor penghasil emisi terbesar dalam perekonomian AS,
menyumbang 29,6% dari total emisi.

Gambar 3.4.1 Emisi karbon dioksida berdasarkan jenis industri

3.4.1. Emisi CO2 dalam Proses Industri


Sebagian besar industri menggunakan bahan bakar fosil untuk menghasilkan listrik
dan menghasilkan gas karbon dioksida sebagai emisi. Belum lagi proses kimia di industri
mengeluarkan karbon dioksida dan berkontribusi terhadap pemanasan global. Hal ini
didukung oleh fakta bahwa kadar karbon dioksida meningkat drastis sejak era industri sekitar
tahun 1750-an. Seiring kemajuan industri, jumlah emisi gas karbon dioksida dari industri
terus meningkat. (Utami, 2022)

Gambar 3.4.2 Emisi yang dihasilkan dari industri

3.5. Pengelolaan Limbah


Global Methane Initiative memperkirakan bahwa pada tahun 2020, emisi limbah padat
merupakan 11% dari semua emisi global. Meskipun masih ada industri yang lebih besar yang
mengeluarkan lebih banyak CO2, emisi limbah terutama berasal dari metana - gas rumah
kaca yang 84 kali lebih kuat daripada karbon dioksida selama periode dua puluh tahun.
Gas ini dilepaskan sebagai bahan yang perlahan terurai secara anaerob di TPA.
Penyebab utama dari ini adalah limbah organik – makanan, kertas, dan bahan alami lainnya
– yang tidak dapat terurai dengan benar tanpa oksigen. Sementara metana menguap lebih
cepat di atmosfer daripada CO2, itu melakukan banyak kerusakan dalam jangka pendek.
Sementara pembuangan limbah adalah perhatian utama emisi limbah secara
keseluruhan, ada pertimbangan emisi lain dalam proses limbah. Salah satu sumber emisi
adalah karbon yang digunakan untuk membuat atau menumbuhkan produk sejak awal. Jika
produk tersebut hanya digunakan sekali, atau makanan tidak pernah dimakan, maka karbon
dipancarkan secara tidak perlu. Itulah mengapa penting untuk mengurangi limbah sejak awal
dan hanya membeli dan menggunakan apa yang Anda butuhkan.
Selain itu, karbon dioksida dilepaskan pada sejumlah titik dalam proses pengumpulan
limbah, menambah jejak karbon limbah. Salah satu titik emisi karbon adalah dalam
pengumpulan dan pengangkutan limbah. Sebagian besar limbah masih diangkut dengan
kendaraan bertenaga bensin, yang mengeluarkan karbon dalam jumlah besar setiap hari.

3.5.1. Emisi Gas Rumah Kaca dari Pengelolaan Limbah


Proses dekomposisi limbah organik pada timbunan sampah atau menghasilkan emisi
gas rumah kaca berupa biogas yang terdiri atas gas metana dan gas karbon dioksida. Ini
adalah salah satu penyumbang utama gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global.
Limbah organik yang membusuk dalam kondisi anaerobik (tanpa oksigen), seperti
yang terjadi di tempat pembuangan sampah yang tidak terkelola dengan baik, dapat
menghasilkan gas metana yang jauh lebih kuat dalam menangkap panas daripada CO2 dalam
jangka pendek. Proses pengomposan dan pembusukan limbah organik juga dapat
menghasilkan emisi dioksida nitrogen (N2O), yang merupakan gas rumah kaca yang kuat.

3.6. Pengaruh Pertanian dan Peternakan


Pertanian dan peternakan merupakan sumber emisi gas rumah kaca yang penting dan
berkontribusi terhadap perubahan iklim, namun fungsi penyerap karbon dari lahan pertanian
dan padang rumput memainkan peran penting dalam mitigasi perubahan iklim. Berdasarkan
metodologi jejak ekologis, penelitian ini secara komprehensif mempertimbangkan emisi
karbon dan penyerapan karbon untuk menghitung jejak karbon dari pertanian dan
peternakan, serta menganalisis distribusi spatiotemporal emisi karbon, penyerapan karbon,
dan jejak karbon di QTP. Hasilnya menunjukkan bahwa selama periode 1990–2015, emisi
karbon dari sektor pertanian dan peternakan pada QTP meningkat masing-masing sebesar
163% dan 41%. Penyerapan karbon pertanian menunjukkan tren peningkatan dengan laju
pertumbuhan sebesar 45%, dan penyerapan karbon peternakan menunjukkan peningkatan
sebesar 40% pada periode 1990–2005 dan kemudian menurun sebesar 28% pada periode
2005–2015. Jejak karbon sektor pertanian berkurang sebesar 23% dari tahun 1990 hingga
1995, kemudian meningkat sebesar 112% dari tahun 1995 hingga 2015, dan jejak karbon
peternakan berkurang sebesar 18% dari tahun 1990 hingga 2005, kemudian meningkat
sebesar 71% dari tahun 2005 hingga 2015.
3.6.1. Penggunaan Pupuk dan Emisi Metana
Penggunaan pupuk kimia dalam pertanian, seperti pupuk nitrogen (N), fosfor (P), dan
kalium (K), dapat meningkatkan produktivitas tanaman dengan cepat. Namun, produksi,
transportasi, dan aplikasi pupuk kimia memerlukan energi, yang sering berasal dari bahan
bakar fosil. Proses ini menghasilkan emisi CO2 ke atmosfer. Hal ini dapat terjadi ketika
pupuk nitrogen diberikan dalam jumlah yang berlebihan atau ketika tanaman tidak dapat
menyerap semua nitrogen yang diberikan.
Peternakan adalah sumber utama emisi metana, terutama dari pencernaan hewan
ternak seperti sapi dan domba. Proses pencernaan ruminansia melibatkan mikroorganisme
dalam lambung hewan yang menghasilkan metana selama pencernaan serat. Di lingkungan
pertanian berair, seperti sawah, metana juga dilepaskan selama proses dekomposisi
anaerobik tanaman air dan bahan organik dalam air. Metana yang dilepaskan selama proses
ini dapat menjadi kontributor utama emisi metana di sektor pertanian.
BAB 4
DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DAN PERUBAHAN KARBON DI ATMOSFER

4.1. Pemanasan Global dan Efek Rumah Kaca


Aktivitas manusia telah mengubah sebagian bentuk muka bumi melalui pembukaan
lahan untuk pertanian, perkebunan, dan pemukiman. Hal ini dapat mempengaruhi siklus
biogeokimia, kandungan atmosfer, dan perubahan ekosistem. Manusia dapat meningkatkan
gas rumah kaca dilepaskannya CO2 dan metana dari kegiatan pembukaan hutan dan irigasi
sawah. Simulasi akumulasi pelepasan karbon dari penggunaan lahan oleh manusia dalam
6000 tahun terakhir.

Gambar 4.1.1 Emisi penggunaan lahan dengan jangka waktu yang lama

4.2. Peningkatan Konsentrasi CO2 dan Perubahan Iklim


Sejak pertengahan abad ke-19, konsentrasi CO2 di atmosfer telah meningkat sebesar
40 - 50 ppm dibandingkan dengan periode pra industri dan mencapai angka 338 ppm pada
1981. Pada tahun 1977, konsumsi migas terkondensasi dunia mencapai 3,11 x 106 Tg C, naik
sebesar 5% dari tahun 1976. Total emisi CO2 ke atmosfer akibat pembakaran bahan bakar
fosil hingga tahun 1976 diperkirakan sekitar 5000 x 106 Tg, dimana 85% berupa minyak
bumi dan sisanya berupa batubara, pasir tar, dan gas. (Perry & Landsberg, 1977). Antara
tahun 1974 – 1980, terjadi kenaikan harga minyak yang kemungkinan menyebabkan laju
peningkatan CO2 di atmosfer mengalami penurunan. Pembakaran bahan fosil ikut andil
Sebagian dalam peningkatan konsentrasi CO2 di atmosfer, sebagian lagi disebabkan
aktivitas manusia. Kenaikan konsentrasi CO2 juga menyebabkan kenaikan temperatur di
bumi.

4.3. Dampak pada Ekosistem dan Kehidupan Manusia


Perubahan siklus karbon seperti meningkatnya CO2 di atmosfer menyebabkan
kenaikan suhu bumi. Hal ini berdampak pada kehidupan seperti kekeringan dan
berkurangnya sumber air bersih, mencairnya es di kutub, terjadinya cuaca ekstrem,
perubahan produksi rantai makanan, serta perubahan dan kerusakan ekosistem laut karena
laut menyerap emisi gas CO2 hingga 40%.
BAB 5
UPAYA PENANGANAN DAN MITIGASI

5.1. Langkah-langkah Untuk Mengurangi Emisi CO2


Salah satu sumber utama emisi gas rumah kaca adalah CO2. Gas ini sebagian besar
dikeluarkan sebagai konsumsi energi dan menyebabkan pemanasan global, berbagai upaya
dilakukan untuk menguranginya. Upaya pengurangan emisi CO2 adalah sebagai berikut:
• Penggunaan energi terbarukan
• Konservasi Hutan dan Pengelolaan Lahan yang Berkelanjutan
• Praktik Pertanian yang Ramah Lingkungan
• Penggunaan Teknologi Bersih dan Ramah Lingkungan
Selain itu, dukungan pemerintah juga dibutuhkan dalam mengurangi emisi CO2
dengan memberikan tindakan dan kebijakan. Kemudian, pentingnya edukasi untuk diri
sendiri dan orang lain mengenai perubahan iklim dan cara mengurangi emisi CO2.

5.2. Peran Energi Terbarukan dalam Mengurangi Emisi


Konsumsi energi fosil berdampak negatif terhadap emisi CO2, sehingga peningkatan
konsumsi energi fosil di Indonesia akan menyebabkan peningkatan emisi CO2. Oleh karena
itu, diperlukan energi alternatif pengganti energi fosil yaitu energi terbarukan.
Energi terbarukan adalah energi yang berasal dari sumber terbarukan seperti panas
bumi, angin, bioenergi, sinar matahari, arus air dan air terjun, pergerakan lapisan lautan dan
perbedaan suhu. Energi terbarukan menggunakan sumber energi yang bersih, ramah
lingkungan, tidak mencemari lingkungan dan tidak berkontribusi terhadap perubahan iklim
atau pemanasan global. Hal ini karena energi yang kita peroleh berasal dari proses alam
berkelanjutan seperti tenaga surya, angin, air, biofuel, dan energi panas bumi. Dibandingkan
dengan sumber energi fosil, energi terbarukan ini mengeluarkan polutan yang jauh lebih
sedikit sehingga mengurangi emisi CO2.
Meskipun Indonesia mempunyai potensi besar dalam pengembangan energi
terbarukan, namun pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia masih terbatas dan sangat
rendah. Oleh karena itu, penggunaan energi terbarukan harus dioptimalkan. Ada beberapa
cara yang dapat dilakukan, antara lain dengan pengembangan pembangkit listrik tenaga
angin dan air serta pemberian subsidi untuk pengembangan energi baru dan terbarukan.
Potensi Energi Terbarukan di Indonesia

5.2.1. Panas Bumi (Geothermal)


Indonesia memiliki sumber panas bumi yang sangat melimpah. Namun, pemanfaatan
panas bumi untuk pembangkitan tenaga listrik, saat ini masih rendah.

5.2.2. BioEnergi
Indonesia sebagai negara agraris yang terletak di daerah khatulistiwa merupakan
negara yang kaya akan potensi bioenergi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar
dalam bentuk cair (biodiesel, bioethanol), gas (biogas), padat maupun sebagai bahan bakar
pembangkit listrik.

5.2.3. Energi Air


Indonesia memiliki potensi besar untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga air.
Itu disebabkan kondisi topografi Indonesia bergunung dan berbukit. Dialiri oleh banyak
sungai dan daerah-daerah tertentu mempunyai danau maupun waduk. Semuanya ini
berpotensi sebagai sumber energi air.

5.2.4. Energi Surya


Indonesia yang merupakan negara tropis memiliki potensi energi surya yang sangat
besar karena wilayahnya yang terbentang melintasi garis khatulistiwa. Energi surya
dikonversi langsung dan bentuk aplikasinya dibagi menjadi dua jenis, yaitu solar thermal
untuk aplikasi pemanasan dan solar photovoltaic untuk pembangkitan listrik.

5.2.5. Energi Angin


Potensi energi angin di Indonesia relatif kecil karena terletak di daerah khatulistiwa.
Namun demikian, ada daerah-daerah yang secara geografi merupakan daerah angin karena
merupakan wilayah nozzle effect atau penyempitan antara dua pulau atau daerah lereng
gunung antara dua gunung yang berdekatan. Sumber energi bayu berasal dari pergerakan
udara akibat perubahan temperatur udara karena pemanasan dari radiasi matahari.

5.2.6. Energi Laut


Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki wilayah laut terbesar.
Energi laut terdiri dari energi pasang surut, gelombang, arus laut.

5.3. Konservasi Hutan dan Pengelolaan Lahan yang Berkelanjutan


Perlindungan hutan dan lahan yang efektif memberikan kontribusi yang signifikan
dalam upaya melawan perubahan iklim. Hal ini membantu meningkatkan penyerapan emisi
gas rumah kaca. Konservasi hutan adalah upaya memulihkan, melestarikan, dan
meningkatkan fungsi hutan guna menjamin kelestarian seluruh bentuk ekosistem kehidupan
di dalam dan yang terkait dengan hutan, termasuk untuk generasi sekarang dan mendatang.
Pencegahan emisi gas rumah kaca di sektor kehutanan dapat dilakukan melalui
substitusi kayu, substitusi biomassa, modifikasi kebakaran hutan, dan penghindaran
pengalihan lahan. Di sisi lain, gas rumah kaca di atmosfer dapat dikurangi dengan menyerap
vegetasi hutan dan menyimpannya selama produksi kayu.
Hutan mempunyai daya serap yang besar dan menyimpan karbon dalam jumlah besar.
Hal ini dapat dicapai melalui strategi mitigasi yang memanfaatkan hutan dan hasil hutan
untuk menyerap karbon, menyediakan energi melalui biomassa, dan menghindari emisi
karbon. Strategi untuk mengurangi emisi (mitigasi) melalui tiga cara: strategi pertama yaitu
menunda waktu panen dan mengurangi kebakaran dan serangan hama. Strategi kedua
disebut strategi sekuestrasi, dimana hutan menyerap CO dari atmosfer melalui dua tiga cara.
Tambahkan karbon dan terapkan pengendalian inventaris yang menghasilkan produksi dan
penggunaan kayu yang lebih tahan lama. Yang ketiga adalah memanfaatkan energi
terbarukan.

5.4. Praktik Pertanian yang Ramah Lingkungan


Gas CO2 pada lahan pertanian merupakan hasil proses biokimia di dalam tanah,
khususnya proses penguraian sisa tanaman dan bahan organik tanah. Proses ini penting untuk
memperoleh energi bagi pertumbuhan mikroba sekaligus menyediakan karbon untuk
pembentukan sel. Atas dasar ini, emisi CO2 bergantung pada ekologi tanah dan
mempengaruhi aktivitas mikroba tanah. Gas CO2 yang ada menjadi bagian dari siklus
karbon dan tersedia bagi tanaman untuk digunakan dalam proses fotosintesis. Namun jika
dilepaskan ke atmosfer akan menjadi gas rumah kaca dan dapat menyebabkan pemanasan
global.
Sektor pertanian secara langsung menyumbang 10-12% emisi gas rumah kaca
sehingga menyebabkan perubahan iklim global dan berpotensi berdampak pada produksi
pertanian. Salah satu kegiatan pertanian yang dapat berkontribusi terhadap peningkatan
konsentrasi metana di atmosfer adalah penanaman padi di sawah. Sawah menyediakan
lingkungan yang ideal untuk produksi metana, dan batang padi berperan sebagai saluran
metana ke atmosfer. Selain itu, peningkatan jumlah sapi dan kerbau juga merupakan sumber
produksi metana. Ini karena metana diproduksi di perut dan dilepaskan saat bersendawa dan
buang air besar. Limbah kayu hasil pengolahan pertanian dan kehutanan dalam jumlah besar
biasanya tidak diolah dengan baik. Alih-alih dibakar, sampah hanya ditimbun, kemudian
diangkut dengan truk sampah kota dan dibuang di TPA. Pembakaran limbah kayu
meningkatkan emisi CO2 dan berkontribusi terhadap pemanasan global.
Upaya mitigasi petani terkait dampak gas rumah kaca yang dihasilkan dari kegiatan
pertanian antara lain dengan pembuatan pupuk nabati dari daun-daunan, kompos hewan dari
kotoran sapi, serta pestisida organik dari bawang putih dan daun pepaya.

5.5. Penggunaan Teknologi Bersih dan Ramah Lingkungan


5.5.1. Energi terbarukan
• Energi surya: Pembangkit listrik tenaga fotovoltaik (PLTS) merupakan salah satu
teknologi pembangkit listrik yang dapat digunakan di semua wilayah. PLTS sangat
mudah dipasang, dioperasikan, dan dipelihara sehingga mudah diadopsi oleh
masyarakat. Kendala utama pasar PLTS adalah biaya investasi per watt energi yang
dihasilkan masih relatif tinggi dan sebagian bahan baku komponen PLTS khususnya
sel surya masih harus diimpor. Oleh karena itu, pertumbuhan industri tenaga surya
lokal memiliki kepentingan strategis yang besar bagi pengembangan PLTS di masa
depan.
• Energi angin: Pembangkit listrik tenaga angin (PLTB) merupakan pembangkit listrik
energi terbarukan dengan pertumbuhan tercepat di berbagai negara maju. Teknologi
turbin angin modern belum sepenuhnya matang di Indonesia, sehingga masih
diperlukan penelitian intensif untuk mengembangkan turbin angin yang sesuai dengan
kondisi potensi energi angin Indonesia.
• Energi air : Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) adalah pembangkit
listrik tenaga air yang memanfaatkan waduk, bendungan, sungai dan air terjun tanpa
adanya waduk.

5.5.2. Kendaraan Listrik


Kendaraan listrik dapat membantu mengatasi masalah polusi udara kota.
Pengembangan kendaraan listrik dan sepeda motor listrik berpotensi mengurangi emisi
polutan (CO, NOx, HC, SO2, PM) secara signifikan akibat penggunaan bahan bakar minyak
pada kendaraan bermotor.

5.5.3. Teknologi Hemat Energi


Teknologi yang mengurangi konsumsi energi, seperti penggunaan teknologi
pencahayaan LED untuk menghemat daya.

5.5.4. CCUS
CCS merupakan salah satu cara untuk mencegah masuknya CO2 dalam jumlah besar
ke atmosfer dari berbagai industri, khususnya industri minyak dan gas. Ia menangkap CO₂
di atmosfer, mengompresnya, mengangkutnya, dan memasukkannya ke dalam formasi
batuan yang sangat dalam. Hal ini juga dapat digunakan untuk meningkatkan produksi
minyak dan gas Indonesia serta mengurangi polusi. Indonesia perlu mendorong penelitian
dan pengembangan CCS dan sebaiknya negara ini dapat mendukung produksi energi
berkelanjutan secara lebih efisien sebagai bagian dari penerapan CCS.
BAB 6
KESIMPULAN

Berdasarkan data yang diperoleh, beberapa aktivitas manusia terbukti mempengaruhi


siklus karbon dalam jangka panjang. Mulai dari pembakaran bahan fosil oleh manusia yang
terbukti menyebabkan peningkatan besar dalam laju oksidasi bahan organik dan kenaikan
suhu dapat melepaskan sejumlah besar karbon yang tersimpan ke atmosfer, sehingga
memperburuk dampak siklus karbon jangka panjang. Perubahan penggunaan lahan, seperti
penggundulan hutan, dapat secara langsung melepaskan karbon ke atmosfer melalui
dekomposisi dan kebakaran. Melalui peternakan, perubahan penggunaan lahan juga dapat
berkontribusi terhadap pelepasan metana dan gas rumah kaca yang kuat. Proses pengambilan
material, produksi, distribusi, dan proses pemasakan bahan makanan, semuanya berpotensi
menghasilkan gas emisi berjumlah besar. Makanan yang telah dikonsumsi juga dapat
menjadi gunungan sampah atau masuk dalam kategori food waste. Penggunaan batu bara
juga menimbulkan peningkatan konsentrasi karbondioksida di atmosfer. Maka dari itu, dapat
disimpulkan bahwa manusia sangat mempengaruhi siklus karbon jangka panjang.
DAFTAR PUSTAKA

Ade Ulfa Z., Hadi Sasana, Yustirania Septiani. (2020). Analisis Determinasi Emisi CO2 Di
Indonesia Tahun 1990-2018. Diakses pada 7 September 2023 dari
https://jom.untidar.ac.id/index.php/dinamic/article/view/1384/684

Ahmad Wisnu P., Jaka Windarta. (2022). Pemanfaatan Teknologi Carbon Capture Storage (CCS)
dalam Upaya Mendukung Produksi Energi yang Berkelanjutan. Diakses pada 7 September
2023 dari https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/jebt/article/view/14509/8170

Anonim. 2015. Proses dan Tahapan Siklus Karbon. http://budisma.net/2015/01/proses-dan-


tahapan-siklus-karbon.html. (Diakses pada 7 September 2023.

Budy Rahmat. (2020). Konversi Limbah Pertanian Menjadi Produk Bermanfaat Dalam Menunjang
Pertanian Berkelanjutan. Diakses pada 7 September 2023 dari
https://www.researchgate.net/profile/Budy-
Rahmat/publication/353678168_KONVERSI_LIMBAH_PERTANIAN_MENJADI_PRO
DUK_BERMANFAAT_DALAM_MENUNJANG_PERTANIAN_BERKELANJUTAN/li
nks/610a0c0b169a1a0103daf11e/KONVERSI-LIMBAH-PERTANIAN-MENJADI-
PRODUK-BERMANFAAT-DALAM-MENUNJANG-PERTANIAN-
BERKELANJUTAN.pdf

Center for Climate and Energi Solutions. (2021). Controlling Industrial Greenhouse Gas
Emissions. Artikel pada situs web : https://www.c2es.org/content/regulating-industrial-
sector-carbon-emissions (diakses pada 7 September 2023).

Ciais, P., S. Chris, B. Govindasamy, L. Bopp, V. Brovkin, J. Canadell, A. Chhabra, R. Defries, J.


Galloway, M. Heimann, C. Jones, C. Le Quere, R.B. Myneni, S. Piao, P. Thornton. (2013).
Carbon and other biogeochemical cycles. Climate Change 2013: The Physical Science
Basis: 465-570. (Diakses pada 7 September 2023).

Kementerian ESDM Republik Indonesia. (2022). Jejak Karbon dalam Kehidupan. Dikutip dari
situs resmi Kementerian ESDM RI : https://ppsdmaparatur.esdm.go.id/berita/jejak-karbon-
dalam-kehidupan (diakses pada 7 September 2023). Pusat Pengembangan Sumber Daya
Manusia Aparatur, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia ESDM, Kementerian
ESDM Republik Indonesia.

Kurniawati, Ummi Fadlilah. (2021). Dampak Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Besaran
Stok Karbon di Kota Surabaya. Surabaya : Departemen Perencanaan Wilayah Kota, Institut
Teknologi Sepuluh November.

Lai, Charlie. (2022). How Does Deforestation Affect the Carbon Cycle?. Diakses pada 7
September 2023 dari https://earth.org/how-does-deforestation-affect-the-carbon-cycle/

Method. (2023). The Effects of Waste on Your Carbon Footprint. Jurnal terpublikasi secara daring
di : https://methodrecycling.com/nz/journal/the-effects-of-waste-on-your-carbon-footprint.
(diakses pada 7 September 2023).

Nurul Amri K., Yuni Yolanda, Syamsul Hidayat, Pramudya Bagas U., Chairul Anam A., Beata
Ratnawati, Rifqi Rahmat H, Leonard Dharmawan. (2022). Edukasi Pertanian Ramah
Lingkungan Sebagai Upaya Mitigasi Efek Gas Rumah Kaca di Desa Pungka, Kabupaten
Sumbawa. Diakses pada 7 September 2023 dari
https://journal.uii.ac.id/JAMALI/article/view/25404

Partahi H. Lumbangaol. (2007). Energi Terbarukan Untuk Pembangunan Berkelanjutan Di


Indonesia. Diakses pada 7 September 2023 dari
https://www.uhn.ac.id/files/akademik_files/1905061558_2017_Jurnal%20Fakultas%20Tek
nik%20Volume%20II%20Nomor%202_ENERGI%20TERBARUKAN%20UNTUK%20P
EMBANGUNAN%20BERKELANJUTAN%20DI%20INDONESIA.pdf

Retno W., Alvi Syahrin, Hidayati, Delvian, Chairudin. (2011). Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup untuk Pembangunan Berkelanjutan. Diakses pada 7 September 2023 dari
http://repository.lppm.unila.ac.id/37919/1/document.pdf

Ritchei, Hannah & Roser, Max. (2020). CO₂ and Greenhouse Gas Emissions : CO2 by Fuel.
Terpublikasi secara daring di OurWorldInData.org : https://ourworldindata.org/emissions-
by-fuel (diakses pada 7 September 2023). Our World in Data.
Rosyid Ridlo Al Hakim. (2020). Model Energi Indonesia, Tinjauan Potensi Energy Terbarukan
Untuk Ketahanan Energi Di Indonesia: Literatur Review. Diakses pada 7 September 2023
dari https://jurnal.umitra.ac.id/index.php/ANDASIH/article/download/374/253

Tigor Butarbutar. (2009). Inovasi Manajemen Kehutanan Untuk Solusi Perubahan Iklim Di
Indonesia. Diakses pada 7 September 2023 dari http://ejournal.forda-mof.org/ejournal-
litbang/index.php/JAKK/article/view/333/0

Utami, Silmi Nurul. (2022). 5 Penghasil Emisi Gas Karbon Dioksida yang Mendorong Pemanasan
Global. Berita harian Kompas.com :
https://www.kompas.com/skola/read/2022/06/03/112915769/5-penghasil-emisi-gas-
karbon-dioksida-yang-mendorong-pemanasan-
global?page=all#:~:text=Menjadi%20Lahan%20Industri-
,Kegiatan%20industri,turut%20serta%20menyumbang%20pemanasan%20global. (diakses
pada 7 September 2023)

Anda mungkin juga menyukai