Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH REMEDIASI LINGKUNGAN

“Buangan Industri”

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Remediasi Lingkungan

Dosen Pengampu : Dra. Siti Chadijah M.Si

OLEH :

KELOMPOK I

HAJAR ASWAD : 60500120002

AMALIAH KARTIKA SABRI : 60500120069

A. ILHAM RAMADHAN : 60500117050

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2023
KATA PENGANTAR

‫ٱلر ۡح َٰم ِن ه‬
‫ٱلر ِح ِيم‬ ‫ِب ۡس ِم ه‬
‫ٱَّللِ ه‬
Assalamu’ Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji atas kebesaran Sang Khalik yang telah menciptakan alam

semesta dalam suatu keteraturan hingga dari lisan terpetik berjuta rasa syukur atas

kehadirat Allah Swt. Karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nyalah sehingga

makalah yang berjudul “Remediasi Air pada Buangan Industri” ini dapat

terselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun bertujuan untuk memenuhi tugas

pada mata kuliah Remediasi Lingkungan.


Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada semua pihak

terkhusus kepada dosen yang senantiasa membimbing dan mengarahkan dalam

penyusunan makalah ini, tak lupa pula kepada orang tua yang selalu memberi

dukungan dan do’a serta teman-teman sekalian yang telah membantu sehingga

makalah ini dapat terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan. Harapan yang

paling besar dari penyusunan makalah ini ialah semoga apa yang kami susun

memberikan manfaat baik untuk pribadi, teman-teman, serta semua orang.

Gowa, 18 Mei2023

Penyusun

Kelompok I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................

DAFTAR ISI...........................................................................................................

BAB I

A. Latar Belakang...............................................................................................

B. Tujuan pencapaian.............................................................................................

BAB II

A. Jenis-Jenis Buangan Industri.............................................................................

B. Metode Remediasi Tanah pada Buangan Industri...............................................

C. Studi Kasus Remediasi Air pada Limbah Industri...........................................

BAB III

A. Kesimpulan ...................................................................................................

B. Saran...............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanah sebagai bagian yang penting dalam menunjang kehidupan makhluk

hidup di bumi. Seperti kita ketahui rantai makanan bermula dari tumbuhan.

Manusia dan hewan hidup dari mengonsumsi tumbuhan. Memang ada tumbuhan

dan hewan yang hidup di laut, tetapi sebagian besar dari makanan kita berasal dari

permukaan tanah. Oleh sebab itu, sudah menjadi kewajiban kita menjaga

kelestarian tanah sehingga tetap dapat mendukung kehidupan di muka bumi ini.

Pencemaran air dan udara, pencemaran tanah pun akibat kegiatan manusia

juga. Seiring berjalannya waktu, kesuburan yang dimiliki oleh tanah Indonesia

semakin menurun karena banyak digunakan tanpa memperhatikan dampak jangka

panjang yang dihasilkan dari pengolahan tanah tersebut. Salah satu diantaranya

adalah Pembangunan kawasan industri yang menyebabkan pencemaran tanah dan

terganggunya kenyamanan serta kesehatan manusia atau makhluk hidup lain

(Fidiastuti, 2019: 12).

Tanah yang terkontaminasi dapat menyebabkan masalah pada manusia

melalui sistem pernapasan, kulit, maupun sistem pencernaan. Melalui sistem

pernapasan tanah, yang tercemar bisa menyebabkan bau yang tidak sedap terhirup

oleh manusia atau adanya partikel pada udara menyebabkan kesehatan pernapasan

jadi memburuk. Melalui kulit, tanah yang tercemar akan membuat air tanah ikut

terkontaminasi bahan berbahaya dan bila digunakan untuk mandi, air initentu akan

membuat masalah pada kulit (Nasir, 2015: 3).

1
2

Hal ini telah dijelaskan dalam Qs. Al-Baqarah ayat/2: 11 yang berbunyi:

           
Terjemahnya:
“Dan bila dikatakan kepada mereka: "Janganlah kamu membuat kerusakan
di muka bumi". mereka menjawab: "Sesungguhnya Kami orang-orang
yang Mengadakan perbaikan".
Islam mengajarkan pada umatnya untuk tidak menggunakan sesuatu

dengan tidak berlebih-lebihan atau serakah karena hal itu akan membuat

kerusakan. Sama juga dalam hal penggunaan sampah jangan sampai berlebihan.

Di dalam Islam juga kita di haruskan untuk memelihara lingkungan sekitar kita

dan berlombalomba dalam hal kebaikan. Kerusakan secara antropogenik adalah

kerusakan alam yang disebabkan oleh perbuatan manusia. Kerusakan alam jenis

ini adalah kerusakan yang paling banyak disebutkan dalam Al-Qur’an. Sampah

juga salah satu akibat dari kerusakan yg ada di bumi ini, kata kerusakan di dalam

Al-Qur’an telah di sebutkan tidak kurang dari 47 kali. Kata “kerusakan di bumi“

dalam Al-qur’an lebih banyak menunjuk atau menitik beratkan kepada suatu “

intreraksi “, suatu “ makna “ atau suatu “ hasil yang diperoleh “dari keterkaitan

hubungan antara kejadian dengan kejadian lain atau suatu perbuatan dengan

perbuatan lain. Oleh karena itu untuk mengatasi kerusakan tersebut dilakukanlah

remediasi lingkungan.
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang

tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in situ atau on site dan ex situ atau

on site. pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih

murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan, penting injeksi dan

bioremediasi pembersihan onsite meliputi penggalian tanah yang tercemar dan

kemudiandibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah

tersebutdibersihkan dari zat pencemar. Bioremediasi adalah proses pembersihan


3

pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme jamur, bakteri.

Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi

bahan yang kurang beracunatau tidak beracun karbon dioksida dan air

(Sulistiyoningrum, 2018: 10). Berdasarkan latar belakang tersebut maka dibuat

makalah ini utnuk mengetahui jenis-jenis buangan industri dan metode remediasi

tanah terdampak buangan industri secara fisik, kimia dan biologi.

B. Tujuan Pencapaian
Tujuan pada makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui jenis-jenis buangan industri

2. Mengetahui metode remediasi tanah pada buangan industri secara fisik,

kimia dan biologi.

3. Mengetahui kasua-kasus pencemaran tanah akibat buangan industri.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Jenis-Jenis Buangan Industri


Limbah industri pada umumnya dihasilkan akibat dari sebuah proses

produksi yang menghasilkan bahan baku/produk yang dapat dimanfaatkan

langsung oleh konsumen. Pengertian limbah sendiri merupakan zat atau bahan

buangan yang dihasilkan dari proses produksi baik industri maupun domestik

(rumah tangga), yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak

dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Pengertian limbah

industri menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 adalah sisa suatu

kegiatan dan/atau proses produksi industri.

1. Anorganik

Berdasarkan pengertian secara kimiawi, limbah anorganik meliputi limbah

limbah yang tidak mengandung unsur karbon, seperti logam (misalnya besi dari

mobil bekasatau perkakas dan aluminium dari kaleng bekas atau peralatan rumah

tangga), kaca dan pupuk anorganik (misalnya yang mengandung unsur nitrogen

dan fosfor). Limbah-limbah ini tidak memiliki unsur karbon sehingga tidak dapat

diurai oleh mikroorganisme.

Seperti halnya limbah organik, pengertian limbah organik yang sering


diterapkandi lapangan umumnya limbah anorganik dalam bentuk padat (sampah).

Agak sedikit berbeda dengan pengertian di atas secara teknis, limbah anorganik

didefinisikansebagai segala limbah yang tidak dapat atau sulit terurai/busuk secara

alami olehmikroorganisme pengurai. Dalam hal ini, bahan organik seperti plastic,

kertas dan karet juga dikelompokkan sebagai limbah anorganik. Bahan-bahan

tersebut sulitdiurai oleh mikroorganisme sebab unsur karbonnya membentuk


rantai kimia yang kompleks dan panjang (polimer). Contoh limbah anorganik

4
5

hasil kegiatan industri yaitu sisa cairan pewarna pakaian, sisa cairan pengawet,

kandungan besi pada air, serta sisa sisa bahan kimia, sisa bahan pakaian, sampah

plastik, potongan kayu, sisa bubur kertas, kabel, sisa bubur semen dan besi.

2. Organik

Limbah organik memiliki defenisi berbeda yang penggunaannya dapat

disesuaikan dengan tujuan penggolongannya. Berdasarkan pengertian secara

kimiawi limbah organik merupakan segala limbah yang mengandung unsur

karbon (C), sehingga meliputi limbah dari mahluk hidup (misalnya kotoran hewan

danmanusia, sisa makanan dan sisa-sisa tumbuhan mati), kertas, plastik dan karet.

Namun, secara teknis sebagian besar orang mendefinisikan limbah organik

sebagai limbah yang hanya berasal dari mahluk hidup (alami) dan sifatnya mudah

busuk. Artinya, bahan-bahan organic alami namun sulit membusuk/terurai,

sepertikertas dan bahan organic sintetik (buatan) yang juga sulit

membusuk/terurai, seperti plastik dan karet, tidak termasuk dalam limbah organic.

Hal ini berlaku terutamaketika orang memisahkan limbah padat (sampah) di

tempat pembuangan sampahuntuk keperluan pengolahan limbah.

Limbah organik yang berasal dari mahluk hidup mudah membusuk karena

padamahluk hidup terdapat unsure karbon (C) dalam bentuk gula (karbohidrat)

yangrantai kimianya relative sederhana sehingga dapat dijadikan sumber nutrisi

bagimikroorganisme, seperti bakteri dan jamur. Hasil pembusukan limbah organik

oleh mikroorganisme sebagian besar adalah berupa gas metan (CH4) yang juga

dapatmenimbulkan permasalahan lingkungan. Contoh limbah organik dari

kegiatan industri yaitu sisa limbah tempe, limbah tahu, air cuci bahan produksi

dan sisa cairan pewarna makanan.


6

B. Metode remediasi tanah pada buangan industri

Kontaminasi tanah oleh buangan industri merupakan isu lingkungan yang

sangat serius di seluruh dunia. Kegagalan mitigasi buangan industri seperti logam

berat yang terkonsentrasi di tanah akan mengakibatkan mobilisasi logam berat ke

flora, fauna dan juga mangganggu kesehatan manusia. Berbagai cara yang

dilakukan untuk mencari metode yang efektif, murah dan ramah lingkungan untuk

mengimobilisasi buangan industri yang terkontaminasi di tanah. Salah satu

metode yang dilakukan adalah remediasi. Remediasi berasal dari kata remedial

yang artinya pembersih atau membersihkan permukaan tanah maupun air yang

tercemar. Remediasi tanah bertujuan untuk mendegradasi polutan sampai bersih

atau tidak beracun. Remediasi dapat dilakukan secara fisik, kimia, maupun biologi

(Hamzah, dkk, 2019:15).

a. Remediasi fisik

1. Pengolahan dengan Koagulasi-Flokulasi

Metode ini melibatkan penggunaan bahan kimia koagulan seperti

aluminium sulfat atau besi klorida untuk membentuk flok-flok yang

mengumpulkan partikel-partikel terlarut dan tersuspensi dalam air. Flokulasi

kemudian terjadi dengan penggunaan bahan kimia flokulan seperti polimer, yang

membantu menggumpalkan partikel-partikel menjadi flok yang lebih besar dan

mudah diendapkan atau dihilangkan melalui proses penyaringan.

2. Proses Pengendapan

Pengendapan merupakan metode umum yang melibatkan pemisahan

partikel-partikel padat dalam air dengan memanfaatkan gravitasi. Air yang

tercemar limbah industri dikumpulkan dalam tangki pengendapan yang

memungkinkan partikel-partikel yang lebih berat mengendap di dasar. Air yang


7

jernih dapat diambil dari bagian atas. Untuk meningkatkan efisiensi pengendapan,

penggunaan bahan kimia pengendap seperti polielektrolit juga dapat diterapkan.

3. Flotasi Udara Terkompresi

Metode ini melibatkan pengenalan gelembung udara terkompresi ke dalam

air tercemar limbah industri untuk mengapungkan kontaminan yang lebih ringan

dari air. Partikel-partikel terapung seperti minyak, lemak, atau padatan organik

lainnya akan naik ke permukaan dan dapat dihapus. Air yang tersisa di bawahnya

kemudian dapat melalui proses penyaringan untuk menghilangkan flok-flok dan

kontaminan terlarut.

4. Filtrasi dengan Media Pasir

Media pasir digunakan sebagai filter untuk menyaring partikel-partikel

terlarut dan tersuspensi dalam air limbah industri. Air yang tercemar dialirkan

melalui lapisan media pasir dan partikel-partikel terperangkap di permukaan pasir

atau di dalam pori-porinya. Metode ini efektif untuk menghilangkan partikel-

partikel kasar dan mencegah kontaminan yang terperangkap kembali ke dalam air.

5. Reverse Osmosis (Osmosis Balik)

Reverse osmosis melibatkan penggunaan tekanan untuk mendorong air

tercemar melalui membran semi-permeabel yang dapat menyaring molekul-

molekul terlarut dan zat-zat terlarut dalam air. Proses ini sangat efektif untuk

menghilangkan garam, bahan kimia, logam berat dan kontaminan organik yang

larut dalam air.

6. Distilasi atau Destilasi

Distilasi melibatkan pemanasan air limbah industri hingga menjadi uap,

kemudian mengkondensasikannya kembali menjadi air murni dengan

menghilangkan kontaminan. Proses ini efektif untuk menghilangkan kontaminan


8

terlarut dan menghasilkan air yang sangat bersih, tetapi juga membutuhkan energi

yang cukup besar.

b. Remediasi Kimia

1. Pengendapan Kimia

Metode ini melibatkan penggunaan bahan kimia pengendap untuk

mengendapkan partikel-partikel terlarut atau tersuspensi dalam limbah cair. Bahan

kimia pengendap seperti kalsium hidroksida, natrium sulfida, atau polielektrolit

digunakan untuk menghasilkan endapan yang lebih berat yang dapat diendapkan

dengan gravitasi atau dihilangkan melalui proses penyaringan.

2. Oksidasi Kimia

Metode ini melibatkan penggunaan bahan kimia oksidasi seperti hidrogen

peroksida, ozon, atau klorin untuk mengoksidasi kontaminan dalam limbah cair.

Proses oksidasi ini dapat mengubah sifat kontaminan menjadi bentuk yang lebih

mudah dihilangkan atau kurang beracun. Metode ini sering digunakan untuk

menghilangkan senyawa organik yang sulit terdegradasi.

3. Penetrasi Membran

Metode ini melibatkan penggunaan membran semipermeabel untuk

memisahkan dan menghilangkan kontaminan dari limbah cair. Proses penetrasi

membran, seperti osmosis terbalik atau ultrafiltrasi, memungkinkan air atau

molekul-molekul kecil melewati membran sementara kontaminan atau partikel

yang lebih besar ditahan. Metode ini efektif dalam menghilangkan kontaminan

terlarut dan menghasilkan air yang lebih bersih.

4. Penyaringan Aktif

Metode ini melibatkan penggunaan bahan adsorben seperti arang aktif atau

resin pertukaran ion untuk menyerap kontaminan dalam limbah cair. Bahan

adsorben ini memiliki kemampuan untuk menarik dan mengikat kontaminan pada
9

permukaannya. Proses ini efektif dalam menghilangkan senyawa organik, logam

berat dan bahan kimia lainnya dari limbah cair.

c. Remediasi Biologi

1. Bioremediasi

a. Bioreaktor

Bioremediasi dengan bioreaktor digunakan untuk pengolahan limbah cair,

uap dan padat (dalam bentuk slurry atau lumpur). Teknik ini dapat menggunakan

mikroorganisme tunggal atau kombinasi; populasi mikroba asli (indigen); kultur

mikroba murni yang diisolasi; atau mikroorganisme hasil rekayasa genetika yang

dirancang khusus menangani masalah yang dihadapi. Mikroorganisme yang

digunakan dalam teknik ini harus dapat hidup dengan atau tanpa tambahan

oksigen atau akseptor elektron lainnya (nitrat, karbon dioksida, sulfat, logam

teroksidasi) dan nutrisi (nitrogen, fosfor, atau mineral tertentu). Variabel lain yang

harus diperhitungkan meliputi tingkat pencemaran, pH dan suhu. Kelebihan

bioreaktor dibandingkan dengan teknik bioremediasi lainnya adalah dapat

dikendalikan dan prosesnya dimodelkan secara matematis dengan ketepatan yang

tinggi.

b. Bioremediasi In Situ

Metode in situ adalah aplikasi bioremediasi pada lingkungan yang tercemar secara

langsung di lokasi tanpa memindahkan objek yang tercemar. Bioremediasi jenis

ini umumnya dilakukan pada area yang terkontaminasi bahan kimia atau

radioaktif. Metode ini adalah yang paling sering digunakan karena menghemat

biaya transportasi dan umumnya menggunakan mikroba yang tidak

membahayakan lingkungan. Metode in situ umumnya digunakan untuk mengurai

polutan pada tanah dan air. Terdapat beberapa teknik bioremediasi in situ yaitu

teknik pump and treat, flooding, bioventing dan bioslurping.


10

Teknik pump and treat digunakan untuk membersihkan seluruh air yang

terkontaminasi dari tanah atau lokasi pencemaran. Proses bioremediasi dapat

dilakukan didalam atau diluar tempat pengolahan (plant) untuk kemudian air yang

sudah diolah dialirkan kembali ke lokasi pencemaran Teknik pump and treat

adalah teknik remediasi paling tradisional yang pernah digunakan. Teknik ini

sudah jarang digunakan karena dianggap sangat tidak efektif. Alasannya adalah

teknik ini memerlukan investasi yang mahal dan waktu yang sangat panjang.

Namun, kelebihan dari teknik ini adalah dapat membersihkan seluruh kontaminan

selama jenis polutannya adalah polutan yang larut dalam air. Secara umum,

kekurangan dari metode in situ adalah cenderung memerlukan waktu yang lebih

lama dibandingkan metode Yang lain, selain itu metode ini juga berpotensi

adanya variasi Aktivitas mikroba di lokasi karena terdapat faktor lingkungan yang

Tidak terkontrol. Kesuksesan bioremediasi ditentukan oleh keberadaan nutrisi dan

energi untuk mikroba sehingga apabila mikroba Bioremedian tidak mendapat

nutrisi yang cukup akibat adanya Kompetisi dengan mikroba alami maka metode

in situ menjadi Kurang efektif untuk digunakan.

2. Fitoremediasi

Fitoremediasi merupakan salah satu teknologi konvensional yang

bertujuan membersihkan atau menyaring bahan beracun (polutan) dengan

menggunakan tanaman. Fitoremediasi berasal dari gabungan bahasa Yunani dan

latin, yaitu “phyto” artinya tanaman dan “remidium” artinya memperbaiki.

Pengertian diatas menggambarkan suatu sistem di mana beberapa tanaman bekerja

bersama-sama dengan mikroorganisme tanah, merubah polutan menjadi tak

berbahaya.

Fitoremediasi merupakan sebuah teknologi yang muncul dengan

menggunakan variasi tanaman untuk mendegadasi, mengekstrak, atau


11

mengimobilisasi polutan dari tanah dan air yang tercemar. Teknologi ini telah

diterapkan beberapa tahun lalu untuk memindahkan logam berat yang mencemari

tanah dan air. Keuntungan dari fitoremediasi adalah dapat bekerja pada senyawa

organik dan anorganik, prosesnya dapat dilakukan secara in-situ dan ex-situ,

mudah diterapkan dan biayanya murah. Teknologi ramah lingkungan seperti ini

juga bersifat mampu menghadirkan nilai estetik bagi lingkungan. Selanjutnya

mampu mereduksi kontaminan dalam jumlah yang besar/ Keuntungan lain dari

teknologi ini dibandingkan dengan teknologi remediasi yang lain adalah

kemampuan penyerapan pada rizosfer untuk mencegah pelepasan polutan. Polutan

yang telah berhasil diremediasi oleh tanaman termasuk petrolium hidrokarbon,

pelarut klorinat, logam, radio nukleides dan unsur hara seperti nitrogen dan fosfor.

Mekanisme pengambilan polutan sama dengan proses pemanfaatan unsur hara

yaitu menyerap air dan unsur hara melalui akar, transpirasi air melalui daun dan

memetabolisme bahan organik. Peristiwa ini dapat merubah bahan berbahaya

menjadi tidak berbahaya. Evapotranspirasi selama proses pertumbuhan juga dapat

memindahkan dan mengeliminir polutan dalam air tanah karena tanaman

mengambil polutan selain diambil dalam bentuk biomasa tanaman juga

dimetabolisme dalam bentuk volatil dan ditranspirasi.

a. Fitoremediasi

Fitoremediasi merupakan salah satu teknologi konvensional yang

bertujuan membersihkan atau menyaring bahan beracun (polutan) dengan

menggunakan tanaman. Fitoremediasi berasal dari gabungan bahasa Yunani dan

latin, yaitu “phyto” artinya tanaman dan “remidium” artinya memperbaiki.

Pengertian diatas menggambarkan suatu sistem di mana beberapa tanaman bekerja

bersama-sama dengan mikroorganisme tanah, merubah polutan menjadi tak

berbahaya.
12

Fitoremediasi merupakan sebuah teknologi yang muncul dengan

menggunakan variasi tanaman untuk mendegadasi, mengekstrak, atau

mengimobilisasi polutan dari tanah dan air yang tercemar. Teknologi ini telah

diterapkan beberapa tahun lalu untuk memindahkan logam berat yang mencemari

tanah dan air. Keuntungan dari fitoremediasi adalah dapat bekerja pada senyawa

organik dan anorganik, prosesnya dapat dilakukan secara in-situ dan ex-situ,

mudah diterapkan dan biayanya murah. Teknologi ramah lingkungan seperti ini

juga bersifat mampu menghadirkan nilai estetik bagi lingkungan. Selanjutnya

mampu mereduksi kontaminan dalam jumlah yang besar/ Keuntungan lain dari

teknologi ini dibandingkan dengan teknologi remediasi yang lain adalah

kemampuan penyerapan pada rizosfer untuk mencegah pelepasan polutan. Polutan

yang telah berhasil diremediasi oleh tanaman termasuk petrolium hidrokarbon,

pelarut klorinat, logam, radio nukleides dan unsur hara seperti nitrogen dan fosfor.

Mekanisme pengambilan polutan sama dengan proses pemanfaatan unsur hara

yaitu menyerap air dan unsur hara melalui akar, transpirasi air melalui daun dan

memetabolisme bahan organik.

C. Studi Kasus
“Efisiensi pengolahan air limbah detergen menggunakan sistem upflow

anaerobic filter dengan aklimatisasi lumpur aktif “

Mencuci merupakan kegiatan seharihari yang dilakukan dalam rumah

tangga, tetapi ada sebagian masyarakat yang menjual jasa mencuci pakaian dan

mendapatkan penghasilan yang memadai dari usaha tersebut dan kegiatan ini

dikenal dengan jasa laundry. Proses laundry terdiri dari beberapa tahapan yaitu

pencucian, pembilasan, pemerasan, pengeringan dan penyetrikaan. Limbah

deterjen mempunyai kondisi awal berwarna putih keruh, berbau dan berbusa.

Limbah cair mengandung deterjen yang dibuang ke lingkungan akan mengganggu


13

karena dapat menaikkan pH air sehingga mengganggu organisme dalam air, bahan

antiseptik yang ditambahkan ke dalam deterjen dapat mengganggu kehidupan

mikroorganisme dalam air, bahkan sampai mematikan dan ada sebagian bahan

deterjen yang tidak dapat didegradasi oleh mikroorganisme yang ada di dalam air

(Wardhana, 1995). Selain itu, menyebabkan terjadi peningkatan COD, BOD dan

angka permanganate. Pengolahan yang cocok untuk limbah deterjen ini adalah

menggunakan sistem biologi. Ditinjau dari pemanfaatan oksigennya, proses

biologi dibagi ke dalam dua kelompok utama, yaitu proses aerobik dan proses

anaerobik.

Proses pengolahan limbah deterjen dilakukan dengan cara melakukan

preparasi terhadap air limbah dengan mengkondisikan pH menjadi 7, kemudian

dimasukkan ke dalam bak anaerob dan ditutup rapat. Pada bak upflow anaerobic

filter dilakukan proses inokulasi dengan cara memasukkan air limbah yang

mengandung deterjen dan lumpur aktif dengan perbandingan 1:1 dan dibiarkan

selama 6 hari. Perkembangan mikroorganisme dipengaruhi oleh beberapa faktor

seperti faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik meliputi cahaya, tempertur,

tekanan dan turbiditas. Faktor biotik meliputi kompetisi nutrient, vitamin dan

antibiotik serta keberadaan mikroorganisme lainnya. Media yang digunakan untuk

pertumbuhan mikroorganisme pada bak upflow anaerobic filter adalah batu kerikil

yang berfungsi sebagai penyaring (filter). Untuk memperoleh hasil yang maksimal
14

dengan mempertimbangkan sifat mikroorganisme perlu diperhatikan kondisi agar

mikroorgansime dapat berkembang dengan baik sesuai dengan lingkungannya.

Untuk keberhasilan proses aklimatisasi maka faktor penting yang harus dijaga

adalah suhu yang berkisar antara 37oC –40oC, karena pada suhu tersebut bakteri

mampu hidup dan berkembang biak untuk beradaptasi di dalam reaktor.

Keberhasilan proses aklimatisasi ditandai dengan adanya gas yang berupa uap

dalam bak dan kemudian bakteri siap digunakan sebagai media pencerna pada

proses anaerob. Setelah proses aklimatisasi, kemudian air limbah dalam bak

anaerob dialirkan ke dalam bak upflow anaerobic filter melalui dasar bak dan

melewati lapisan agregat (saringan batu kerikil) mengalir keatas dan keluarkan

melalui saluran pada bagian atas bak.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kontaminasi tanah oleh buangan industri merupakan isu lingkungan yang

sangat serius di seluruh dunia. Kegagalan mitigasi buangan industri seperti logam

berat yang terkonsentrasi di tanah akan mengakibatkan mobilisasi logam berat ke

flora, fauna dan juga mangganggu kesehatan manusia. Berbagai cara yang

dilakukan untuk mencari metode yang efektif, murah dan ramah lingkungan untuk

mengimobilisasi buangan industri yang terkontaminasi di tanah. Salah satu

metode yang dilakukan adalah remediasi. Remediasi berasal dari kata remedial

yang artinya pembersih atau membersihkan permukaan tanah maupun air yang

tercemar. Remediasi tanah bertujuan untuk mendegradasi polutan sampai bersih

atau tidak beracun. Remediasi dapat dilakukan secara fisik, kimia, maupun

biologi.
DAFTAR PUSTAKA

Fidiastuti, Hasminar, dkk. Bioremediasi limbah Industri. Malang: Forind, 2019.


Irianto, Ketut. Sistem Teknologi Pengolahan Limbah. Denpasar: Warmadewa
University Press, 2018.
Nasir, dkk. “Manajemen Pengolahan limbah Industri”. Managemen dan Bisnis 19,
no. 2 (2015): h. 143-149.
Madonna. “Tinjauan Singkat Bio-Elektrokinetik Remediasi pada Tanah Tercemar
Hidrokarbon Minyak Bumi”. Reka Lingkungan 10, no. 3 (2022):
h. 175-187
Sulistyoningrum, Dewi. “Studi Literatur Remediasi Tanah Tercemar lindi di
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Menggunakan Mixed
Terrestrial Plants”. Skripsi. Surabaya: Departemen Teknik Lingkungan
Fakultas Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember, 2018.

Anda mungkin juga menyukai