Anda di halaman 1dari 49

Komunikasi Antar Budaya Pada Film Bienvenue Chez Les Ch'tis

Karya Dany Boon (2008)

Putri Cantika Nabilah

1204619008 - 3A

Proposal yang dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan

Penulisan Karya Ilmiah semester 116

Payung Penelitian : Kebudayaan

Usulan Dosen Pembimbing :

1. DP 1 : Evi Rosyani Dewi, S.S, M. Hum

2. DP 2 : Yusi Asnidar, S.Pd., M.Hum

PENDIDIKAN BAHASA PRANCIS

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA


Kata Penghantar

Pertama-tama kami panjatkan puja dan puji syukur atas rahmat dan
kehadiran Allah SWT, karena tanpa rahmat serta ridhonya, kami tidak dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan selesai tepat watu dengan berjudul
“Komunikasi Antar Budaya Pada Film Bienvenue Chez Les Ch'tis”

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ninuk Lustyantie,
M.Pd selaku dosen pengampu pada mata kuliah Pengembangan Penulisan Karya
Ilmiah (PPKI) yang membimbing penulis dalam pengerjaan tugas Skripsi
Proposal ini. Penulis sangat berharap semoga proposal ini dapat menambah
pengetahuan serta pengalaman bagi para pembaca.

Meskipun telah berusaha menyelesaikan proposal penelitian ini sebaik


mungkin, penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih ada kekurangan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca guna menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan
proposal penelitian ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga proposal penelitian ini berguna bagi
para pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Jakarta, 21 februari 2022

Putri Cantika Nabilah

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Penghantar..........................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................3
ABSTRAK....................................................................................................4
BAB I.............................................................................................................5
PENDAHULUAN........................................................................................5
A. Latar Belakang Masalah......................................................................5
B. Fokus dan Sub fokus..........................................................................15
C. Rumusan Masalah..............................................................................15
D. Manfaat Penelitian.............................................................................15
E. Manfaat Teoritis.................................................................................16
BAB II.........................................................................................................17
KAJIAN PUSTAKA..................................................................................17
1. Landasan Teori..................................................................................17
A. Komunikasi........................................................................................17
B. Pengertian Budaya.............................................................................18
C. Komunikasi Antar Budaya................................................................20
D. Proses komunikasi antar budaya........................................................23
E. Prinsip-Prinsip Komunikasi Antarbudaya.........................................31
F. Hambatan komunikasi antar budaya..................................................32
G. Film....................................................................................................33
H. Jenis-Jenis Film.................................................................................34
2. Penelitian Relavan.............................................................................35
3. Kerangka Berpikir.............................................................................40
BAB III....................................................................................................42
METODOLOGI PENELITIAN...............................................................42
A. Tujuan Penelitian............................................................................42
B. Lingkup Penelitian.........................................................................42

3
C. Waktu dan Tempat.........................................................................42
D. Prosedur Penelitian.........................................................................43
E. Teknik Pengumpulan Data.............................................................44
F. Teknik Analisis Data......................................................................45
G. Kriteria Analisis.............................................................................45
Daftar Pustaka...........................................................................................47

ABSTRAK

Putri Cantika Nabilah . 2022. Komunikasi Antar Budaya Pada Film Bienvenue

Chez Les Ch'tis Karya Dany Boon (2008). Proposal Skripsi. Program Studi

Pendidikan Bahasa Prancis, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta.

Proposal skripsi ini mengangkat permasalahan tentang “Komunikasi Antar

Budaya Pada Film Bienvenue Chez Les Ch'tis Karya Dany Boon” Latar belakang

masalah penelitian ini adalah bagaimana proses komunikasi antarbudaya antara

warga perancis selatan dan warga perancis utara . Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui proses bagaimana komunikasi antarbudaya berjalan dengan baik atau

tidak antara warga perancis utara dan warga perancis selatan. Metode penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi yang bersifat kualitatif,

dan teknik penelitian berup analisis isi dengan melakukan isi kalimat komunikasi

dalam suatu media. Dalam pengumpulan data, peneliti memperoleh data dari film

Bienvenue Chez Les Ch'tis berupa gambar dan juga kalimat dan disesuaikan

dalam 3 proses komunikasi efektif pada film tersebut dan melakukan kesimpulan

dari hasil analisis

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dan budaya sangatlah terikat yang dimana budaya tanpa

pendidikan pun tidak akan tersebar nilai-nilai budaya, dan pendidikan tanpa

budaya norma-norma dan aturan tidak akan ada pada kehidupan manusia.

Pendidikan dan kebudayaan memiliki peran penting masing-masing dan saling

berkesinambungan, yang dimana nilai-nilai budaya bisa disalurkan melalui proses

Pendidikan. Oleh sebab itu, Pewarisan nilai-nilai budaya akan tersalurkan dari

generari ke generasi muda, agar nilai-nilai budaya tersebut dapat dipelihara.

Budaya tersalurkan dari generasi ke generasi karena adanya komunikasi.

Dalam Hal ini dalam buku oleh James Carey, komunikasi sebagai budaya :

Essays on Media and Society (1989) que la communication et la culture sont

devenues, d’un point de vue purement théorique, des synonymes. Dans son livre,

Carey, qui a toujours défendu la nécessité de réécrire l’histoire de la

communication en dehors des chantiers du modèle émetteur/ récepteur, démontre

la coexistence de deux visions de la discipline celle du télégraphe et celle du

rituel

( Esai tentang Media dan Masyarakat (1989) bahwa komunikasi dan budaya telah

menjadi, dari sudut pandang teoretis murni, sinonim. Dalam bukunya, Carey,

5
yang selalu membela kebutuhan untuk menulis ulang sejarah komunikasi di luar

bidang model pemancar/penerima, menunjukkan koeksistensi dua visi disiplin,

yaitu telegraf dan ritual.)

Pada kutipan diatas disimpulkan bahwa komunikasi dan budaya sudah terikat

dan telah menjadi teoritis murni, sinonim. Hal tersebut membutikan komunikasi

dan budaya saling bertahan. Dari hal tersebut membutikan komunikasi sangat

penting bahkan komunikasi juga merupakan budaya dalam buku james carey.

Berkomunikasi merupakan kebutuhan yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan

manusia. Nilai-nilai budaya pun akan tersampaikan jika adanya komunikasi.

Komunikasi juga terjadi senantiasa melintasi batas suku, etnis, ras, agama, warna

kulit, jenis kelamin, usia hingga bangsa dan negara. Singkatnya, adanya

komunikasi manusia bisa hidup bersama, saling melengkapi. Komunikasi juga

memiliki peran yang penting dalam pengajaran. Manfaat komunikasi di era

globalisasi saat ini dalam dunia Pendidikan diantaranya; membantu proses belejar

mengajar agar tercapainya tujuan belajar, mendapatkan informasi dengan mudah

dan lain-lain. Menurut Saundra Hybels dan Richard L. Weafer II menjelaskan

bahwa komunikasi merupakan setiap proses pertukaran informasi, gagasan dan

perasaan, baik yang disampaikan lewat lisan, tulisan, bahasa tubuh, gaya dan

penampilan maupun menggunakan alat bantu yang ada. Dapat disimpulkan,

bahwa untuk berkomunikasi terhadap seseorang bisa melalui 2 yaitu dengan verba

maupun non verbal . Secara umum komunikasi terbagi menjadi 2 yaitu

komunikasi verbal dan non verbal. Pada komunikasi verbal seseorang akan

mengutarakan apa yang ingin disampaikan melalui lisan. Sedangkan komunikasi

6
nonverbal disampaikan melalui simbol-simbol ataupun kebiasaan yang ada dalam

suatu masyarakat.

Dalam kehidupan bermasyarakat komunikasi akan berbeda antara satu dengan

kelompok lainnya. Dalam komunikasi tersebut maka dinamai komunikasi antar

budaya. Menurut Andrea L.Rich dan Dennis M. Ogawa menyatakan komunikasi

antarbudaya adalah komunikasi antar orang-orang yang berbeda kebudayaan,

misalnya antara suku bangsa, etnis, ras dan suku sosial. Komunikasi antarbudaya

(Intercultural Communication) adalah proses pertukaran pikiran dan makna antara

orang-orang berbeda budaya. Komunikasi antar budaya mencakup dari

komunikasi kelompok-kelompok yang berbeda. Kajian komunikasi antar budaya

tidak hanya inividu yang berbeda namun juga kelompok yang berbeda.

Keberagaman terhadap komunikasi dalam suatu kelompok masyarakat

menandakan bahwa manusia memiliki banyak keberagaman. keberagaman budaya

tersebut akan menentukan cara berkomunikasi masing-masing. Keberagaman

pada Perbedaan Etnis, agama, latar belakang sosial, ekonomi, politik, pendidikan

dan sebagainya akan membuat setiap orang berbeda dalam anutan nilai yang

dipercayai dan digunakan. Menurut Sir David Cannadine (2013) posits six

forms of regulators of human life and identity: religion, nation, class, gender,

race, and civilization.

“Sir David Cannadine (2013) mengemukakan enam bentuk pengaturan

kehidupan dan identitas manusia: agama, bangsa, kelas, jenis kelamin, ras, dan

peradaban. Dapat disimpulkan bahwa enam identitas manusia yang dimana pasti

7
berbeda beda pada setiap manusia dan hal tersebut nilai budaya yang berbeda

itulah yang akan menuntun setiap orang dalam berkomunikasi dan membangun

hubungan antar sesama. Nilai dan anutan itulah yang membolehkan atau tidak

membolehkan cara komunikasi tertentu dilakukan, baik dalam memilih simbol

dan lambang komunikasi, menentukan bentuk dan pola komunikasi yang dipakai.

Demikian pula komunikasi antar ras kulit hitam dan kulit putih di amerika serikat,

ras arab dengan non arab, Islam dengan Kristen, Hindu dengan budha dan

sebagainya. Setiap komunitas dan kelompok budaya memiliki cara komunikasi

masing-masing yang berbeda, sebagaimana budaya tuntunan dan aturan dalam

kehidupan sosial dan budaya mereka.

Sebagai contoh, ada kasus yang dikemukakan oleh deddy Mulyana

mengungkapkan proses komunikasi antar budaya antara seorang warga negara

dengan seorang warga negara Indonesia yang baru pertama kali menginjak kaki di

india (Deddy Mulyana, 2003). Dengan sedikit perubahan nama tokoh, secara

subtansi penulis (deddy) dapat disampaikan ceritanya sebagai berikut :

“Sebut saja Eko Warga Negara Indonesia yang hendak melanjutkan studi

S3nya di India. Ketika pesawat yang ditumpanginnya dari Jakarta tiba di india, ia

langsung memesan taksi untuk menghantarkannya ke sebuah penginapan yang

sudah ditentukan dengan jelas sebagaimana tertulis lengkap dalam secarik kertas

yang ia sodorkan kepada sopir taksi (maklum ya belum bisa berbahasa india

dengan baik) Ketika sopir membaca alamat yang dimaksud, sopir taksi tersebut

langsung memberikan syarat bahwa ia kenal alamat yang dimaksud dan bisa

menghantarkan ke alamat tersebut. Maka naiklah Eko ke sebuah taksi hingga

8
tibalah taksi Eko pada tempat dimaksud. Taksi-pun berhenti, dan Eko melangkah

keluar dengan penuh suka ria karena telah tiba di India tepat pada alamat yang

ditujunya. Karena eko tidak begiu mengerti bahasa india, eko yang tidak bisa

menanyakan berapa bayaran yang mesti dia berikan, eko langsung saja

memberikan uang sejumlah tertentu kepada sopir taksi dengan asumsi jumlah

bayaran yang telah eko tentukan menurut perhitungannya. Begitu eko

memberikan uangnya kepada supir taksi india dengan senyum sopir taksi

menggelengkan kepalanya. Melihat hal tersebut, eko mengira kurang bayarannya

yang sehingga eko menambahkan lagi bayarannya untuk sopir tersebut tetapi

sopir taksi india tetap menggelengkan kepalanya yang sehingga merasa heran

dengan supir taksi tersebut dan dia berpikir kenapa masih kurang padahal

bayarannya sudah ditambah dan eko langsung bayar dan tinggal begiu saja.

Setiba di rumah, eko pun cerita pengalaman tersebut dengan

temannya.Dengan senyum teman eko mengatakan bahwa menggelengkan kepala

di India dan di Indonesia. Bagi orang india menggelengkan kepala adalah

penerimaan, persetujuan, kepuasan dan ungkapan terima kasih. Bukan penolakan

seperti di Indonesia dan awal pemberian bayaran eko kepada supir india baginya

sudah cukup dan ketika eko menambah lagi pembayaran itu, sopir india tersebut

makin seneng, bahagia dan juga berterima kasih. Begitulah penjelasan teman eko

terhadap pengalaman eko dengan supir india tersebut”.

Dari cerita tersebut, terlihat sangat jelas bagaimana perbedaan budaya antara

negara India dengan negara Indonesia yang dimana budaya sangat menentukan

pola dan cara komunikasi seseorang yang berbeda. Perbedaan simbol dan makna

9
yang sama juga merupakan hal yang berbeda terkait pesan dan makna yang

terkandung didalamnya, sebagaimana contoh diatas “menggelengkan kepala” di

Indonesia merupakan hal penolakan tetapi di India merupakan suatu persetujuan,

penerimaan dan juga berterima kasih. Terjadi juga pada fenomena lainnya yang

terjadi pada mahasiswa Pendidikan bahasa prancis yaitu ketika dalam proses

pembelajaran mahasiswa diajarkan budaya bahasa prancis denga “ Faire la bise”

yang dimana merupakan simbol komunikasi non verbal yang berbeda antara

Indonesia dan prancis, faire la bise yang dilakukan di Prancis dilakukan secara 5

kali karena sudah menjadi budaya mereka Pria atau wanita Prancis biasa

melakukan hal tersebut pada teman akrab mereka. Ciuman ini juga biasa

diberikan pada orang baru yang diperkenalkan dalam lingkungan mereka,

misalnya perkenalan karyawan baru. Tetapi di Indonesia hal itu tidak serupa yang

dimana faire la bise jarang dijumpai bahkan terhadap orang baru jadi bisa

disimpulkan bahwa komunikasi secara non verbal hanya “ Faire la bise” antara di

Indonesia dan Prancis sangatlah berbeda yang dimana hal tersebut terjadi

komunikasi antar budaya pada contoh tersebut.

Komunikasi antar budaya masih sering terjadi di kalangan masyarakat dan

bahkan sering kita jumpai dalam jurnal Wacana Sarjana 93124-ID-komunikasi-

antarbudaya-di-kalangan-mahas.pdf (neliti.com) pernah melakukan penelitian yang

berjudul Komunikasi Antar Budaya Di Kalangan Mahasiswa Etnik Papua dan

Etnik Manado di universitas Sam Ratulangi Manado, tahun 2016,

mengungkapkan bahwa mahasiswa antara etnik Papua yang sedang melakukan

studi di Universitas Sam Ratulangi Manado Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

10
(FISPOL) memiliki hambatan komunikasi antar budaya dengan etnik Manado

yang dimana memiliki hambatan yang ditemui dalam komunikasi antar budaya

untuk mengetahui pesan komunkasi baik secara verbal maupun non verbal dan

juga mengalami perbedaan latar belakang baik dari segi penampilan, gaya hidup,

adat istiadat, cara berinteraksi, bahasa dan dialek. Masalah tersebut memberikan

kesulitan terhadap etnik papua untuk memahami silabus dalan kuliah dan juga

berkomunikasi dengan pelajar etnik manado. Jurnal Internasional

https://doi.org/10.1093/pch/pxx159 “Les communications interculturelles – des

outils pour travailler auprès des familles et des enfants” meneliti tentang

komunikasi antar budaya secara efektif yang dimana tentang seorang anak

Aborigin, yang kedua adalah tentang seorang anak di luar negeri dan yang terakhir

adalah tentang pendatang baru. Masalah yang diteliti yaitu komunikasi antar

budaya bagaimana proses komunikasi yang efektif bagi seorang anak yang dari

luar negeri dan juga pendatang baru dengan terjadinya perbedaan bahasa serta

latar belakang budaya. Jurnal lainnya juga terjadi pada np SKRIPSI AHMAD TRI

HANDOKO (L100134006).pdf (ums.ac.id) yang berjudul INTERCULTURAL

COMMUNICATION BETWEEN JAVANESE AND MALAYAN TRADERS (An

Ethnography Study on Javanese and Malayan Traders at Sukadamai Market

Tanjung Lago District, Banyuasin, South Sumatra) , tahun 2019, penelitian

tersebut mengungkapkan hambatan perilaku komunikasi antar budaya pada

pedagang etnis Jawa dan etnis Melayu terjadi kesulitan untuk berkomunikasi baik

secara verbal maupun non verbal yang akhirnya menunjukkan hasil penelitian

bahwa bentuk-bentuk komunikasi antar budaya Etnis Jawa dan Etnis Melayu di

11
Pasar Sukadamai adalah untuk komunikasi verbal, para pedagang etnis Jawa dan

pembeli etnis Melayu menggunakan bahasa Indonesia karena lebih fleksibel.

Sedangkan, komunikasi nonverbal digunakan sebagai penyempurna saat

berinteraksi satu sama lain agar bisa saling mengerti dan tidak ada salah faham.

komunikasi antar budaya juga terjadi pada mahasiswa pada penelitian dari Zulfa

Prima Wahyuningrum (2017) https://eprints.uns.ac.id/id/eprint/40755 peneliti dari

beliau berjudul Komunikasi Antar Budaya Di Kalangan Mahasiswa (Studi tentang

Proses Komunikasi Antar Budaya Mahasiswa Asal Lampung di Universitas

Sebelas Maret Surakarta). Beliau meneliti mahasiswa perantau asal Lampung di

lingkungan baru yakni UNS, yaitu terdapat hambatan antara mahasiswa lampung

untuk melakukan proses komunikasi antar budaya seperti adanya perbedaan

persepsi antara komunikator dan komunikan dalam menyampaikan pesan, gaya

personal seseorang dalam menyampaikan pesan seperti logat dan intonasi yang

berbeda. Bahkan hambatan berupa bahasa yang akan menimbulkan perbedaan

makna. Maka dari itu beliau meneliti pentingnya untuk mahasiswa perantau untuk

mengetahui proses komunikasi antarbudaya berserta hambatan agar bisa menjalin

hubungan dengan budaya baru tersebut. Dan juga sama hal serupa penelitian dari

Ihsana El Khuluqo, Dadan Anugrah (2016) Students Intercultural Communication

Competence (Thailand Pattani Students in Indonesian Campus State Islamic

University of Sunan Gunung Jati Bandung).pdf (uhamka.ac.id) penelitian beliau

berjudul Students intercultural communication competence (thailand pattani

students in indonesia cmpus state islamic university of sunan gunung jati

bandung) penelitian ini menjelaskan bagaimana proses komunikasi antarbudaya

12
pada pandangan mahasiswa Pattani tentang orang Indonesia serta mahasiswa

Pattani memanfaatkan media massa sebagai sarana internalisasi nilai-nilai budaya

Indonesia dan mengetahui proses perilaku siswa Pattani saat berkomunikasi

dengan mahasiswa Indonesia di UIN Sunan Gunung Jati Bandung.

Pentingnya proses komunikasi antar budaya di era sekarang, agar mahasiswa

yang merantau dapat dengan baik memahami budaya negara yang akan ia tempati

yaitu dengan cara melalui media sosial seperti, youtube, Instagram, google dan

sebagainya. Banyak cara yang dapat diakses dengan mudah agar dapat belajar

budaya baru tersebut. Proses komunikasi antarbudaya diperlukan cara efektif agar

proses komunikasi antarbudaya berjalan dengan lancer.

Komunikasi antarbudaya penting dalam kehidupan agar tidak terjadi

kesalahpahaman dalam komunikasi yang sehingga hal tersebut dapat terlihat juga

daari berbagai media, salah satunya adalah film. Film merupakan sebuah

gambaran dari gejala sosial yang terjadi di lingkungan masyarakat, dapat

diungkapkan bahwa di dalam sebuah film terdapat banyak informasi tentang

keadaan masyarakat, kecenderungan sosial, dan masalah-masalah sosial yang

mungkin terkandung di dalamnya.

Film bienvenue chez les ch’tis. Film Bienvenue chez les ch’tis Welcome to

the Sticks ini adalah sebuah film karya Dany Boon yang dirilis tahun 2008. Film

ini dibintangi oleh Dany Boon, Kad Merad dan Zoé Félix. Film ini telah meraih

sukses yang sangat besar, bahwa film Bienvenue Chez Les Ch’tis karya Dany

Boon ini telah memecahkan rekor box office di Prancis. Selain itu film ini juga

13
merupakan film Prancis terlaris yang telah ditonton oleh 20,5 juta penonton dalam

tempo 23 minggu sehingga menghasilkan pemasukan terbesar dalam sejarah.

Philippe melakukan segalanya untuk mendapatkan pekerjaan di sebuah kantor di

pantai Mediterania untuk membuatnya bahagia. Karena posisi yang diinginkan ini

hanya akan diberikan kepada penyandang disabilitas, Abrams berpura-pura dan

ketahuan oleh manajemen. Sebagai hukuman, dia dibuang selama dua tahun ke

Bergues, sebuah kota dekat Dunkirk di utara Prancis tempat yang dingin dan

hujan yang dihuni oleh ch'tis yang tidak canggih dan juga berbicara dengan dialek

aneh. Dia harus menghabiskan malam pertamanya di rumah Antoine, salah satu

stafnya. Saat pelanggannya menemui Abrams untuk meminta sarannya, Abrams

hanya terdiam karena tidak paham dengan apa yang pelanggannya bicarakan.

Akhirnya Abrams memanggil Annabelle (anak buahnya) untuk membantu

pelanggan tersebut. Abrams hanya terdiam karena tidak paham dengan apa yang

pelanggannya bicarakan. Akhirnya Abrams memanggil Annabelle (anak buahnya)

untuk membantu pelanggan tersebut. Kesulitan beradaptasi Bahasa sangat

berpengaruh oleh Abrams, karena bahasanya yang sangat berbeda dengan Bahasa

asal Abrams.

Berdasarkan alasan di atas maka peneliti memperdalam proses komunikasi

antar budaya yang efektif yaitu Menurut Bezzari (2017) yang mengutip terdiri

dari 3 yaitu Dimension cognitive, Dimension affective, Dimension

comportementale dengan metode deskriptif Kualitatif, dan pendekatan analisis isi

bagaimana komunikasi antarbudaya dalam film Bienvenue Chez Les Ch’tis. Data

14
yang dikumpulkan berupa ujaran-ujaran yang mengandung proses Komunikasi

anta budaya pada film Bienvenue Chez Les Ch’tis karya Dany Boon.

B. Fokus dan Sub fokus

Fokus penelitian ini adalah Komunikasi Antar Budaya film Bienvenue Chez

Les Ch’tis karya Dany Boon. Sedangkan untuk subfokus penelitian adalah proses

komunikasi antar budaya dalam film Bienvenue Chez Les Ch’tis karya Dany

Boon.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dapat dirumuskan

masalah yaitu “ Bagaimanakah proses komunikasi antar budaya yang meliputi

tahapan proses Dimension cognitive, Dimension affective, Dimension

comportementale?”

D. Manfaat Penelitian

Penelitian sastra ini dapat memberikan pengetahuan tentang proses

komunikasi antar budaya yang terkandung dalam film Bienvenue Chez Les

Ch’tis karya Dany Boon, juga sebagai referensi penelitian selanjutnya

mengenai kajian komunikasi antar budaya.

15
E. Manfaat Teoritis

Hasil survei ini akan membantu memberikan informasi tambahan kepada

guru dan siswa di semua bidang pembelajaran. Hasil penelitian ini juga

diharapkan menjadi bidang pengetahuan di semua bidang pembelajaran.

16
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1. Landasan Teori

A. Komunikasi

Ada banyak definisi yang diberikan oleh para ilmuwan mengenai arti dari

komunikasi, dari yang sederhana memandang komunikasi sebagai pertukaran

informarsi dan pesan antara 2 orang atau lebih. Tanpa adanya komunikasi, sejarah

peradaban manusia tidak dapat maju sebagaimana tidak ada hubungan yang

memungkinkan informasi atau pesan dapat dibagi kepada orang lain yang

membuat informasi, wawasan, pesan dapat tersampaikan. Komunikasi menurut

liliweri (2003) komunikasi adalah informasi yang dialihkan diantara para

pengguna, atau proses menyatakan persetujuan atas perjanjian; bagian dari

teknologi yang berkaitan dengan refresentasi, peralihan, interpretasi dan

pemprosesan data diantara manusia; komunikasi adalah mesin. Lebih lanjut

menurutnya komunikasi merupakan proses ritual yang mengemukakan informasi

melalui dua model, transmisi dan kebersamaan. Sementara menuru Karlfreed

Knapp mendefinisikan komunikasi sebagai interaksi antar pribadi yang

menggunakan sistem symbol linguistik, seperti verbal, paraverbal dan nonverbal

yang dapat disosialisasikan secara langsung atau tatap muka atau melalui media.

17
Dari definisi dari berbagai ahli maka dapat disimpulkann bahwa komunikasi

merupakan sebuah proses yang dimana terjadi pertukaran informasi baik secara

verbal maupun non verbal atau terjadi perpindahan pesan dari pengirim ke

penerima yang melibatkan proses penafsiran makna dengan tujuan tertentu.

B. Pengertian Budaya

Konsep “Budaya” merupakan kesempuranaan dari kata budaya yang ditambah

imbuhan (ke dan an). Banyak orang mempelajari budaya melalui interaksi dengan

orang tua, orang lain, keluarga, teman dan sebagainya yang merupakan bagian

dari budaya. Budaya dipelajari bukan hanya Ketika sedang dalam proses

pembelajaran melainkan Ketika berinteraksi dan bersosialisasi. Di Prancis ,

kebanyakan anak ditanya sejak usia dini untuk membuat keputusan tentang apa

yang mereka sukai dan apa yang mereka lakukan tetapi berbeda di Indonesia anak

usia dini masih dibimbing dan dituntun untuk menjenjang Pendidikan kedepannya

yang dimana masih belum diberi kebebasan oleh orang tua di Indonesia. Edward

B. Taylor sebagaimana dikutip Musa Asy`ari (2002 : 19) menyatakan bahwa

budaya adalah keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya meliputi ilmu

pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, tradisi dan semua kemampuan

yang dibutuhkan manusia sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu, istilah

budaya dapat digunakan untuk menggambarkan seluruh kreativitas manusia di

segala bidang. Ini adalah penciptaan, publikasi dan pemurnian nilai-nilai

kemanusiaan, yang berarti peradaban (civilisation). Istilah « Peradaban » telah

digunakan dalam berbagai metode bahasa dari tahun 1970 hingga 1980 sejak

munculnya metode tradisional dalam konteks sekolah. Menurut para ahli lainnya

18
seperti Larry A. Samovar dan Richard E. porter memberikan pengertian

kebudayaan sebagai simpanan akumulatif dari pengalaman, pengetahuan,

kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, pilihan waktu, peranan, relasi

ruang, konsep yang luas dan objek material atau kepemilikan yang dimiliki dan

dipertahankan oleh sekelompok orang atau suatu generasi. Dan menurut pakar

lain Hall memberikan definisi budaya sebagai The Total way of life of a people,

composed of their learned and shared behavior patterns, values, norms, and

material objeks, sehingga ia menyimpulkan bahwa kebudayaan adalah

komunikasi, dan komunikasi adalah kebudayaan, Culture is Communication and

Communication is Culture (Edward T. Hall). Menurut (Liliweri, 2009:13) dan

Koentjaraningrat (2002: 204), mengatakan ada Tujuh unsur yang dapat disebut

sebagai isi pokok dari tiap kebudayaan di dunia adalah; bahasa, sistem

pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata

pencaharin hidup, sistem religi, dan sistem kesenian. Tiap-tiap unsur kebudayan

universal dibagi lagi dalam tiga wujud kebudayaan, yaitu sistem budaya, sistem

sosial, dan unsur-unsur kebudayaan fisik. Komunikasi dan budaya merupakan dua

hal yang tidak dapat dipisahkan.

Dari berbagai penjelasan definisi diatas menurut parah ahli bisa disimpulkan

bahwa pengertian budaya, ada 2 hal yang bisa dipahami pada Sebagian definisi

besar yang terdapat diatas. Pertama, budaya mencakup seluruh nilai anutan,

norma, dan pegangan hidup yang dijaga dengan membentuk sikap manusia.

Kedua, budaya adalah struktur nilai yang membimbing dan membentuk cara

manusia berkomunikasi dengan orang lain dan membentuk hubungan sosial. Ini

19
menunjukkan hubungan yang tidak terpisahkan antara budaya dan komunikasi.

Budaya menjadi berkelanjutan melalui komunikasi. Komunikasi, di sisi lain, juga

dapat membangun budaya atau mengikuti definisi budaya itu sendiri. Itulah yang

disebut Edward T. Hall sebagai Culture is Communication and Communication is

Culture “budaya adalah komunikasi, komunikasi adalah budaya”

C. Komunikasi Antar Budaya

Komunikasi antar budaya terutama mengacu pada fenomena komunikasi

dalam situasi pluralisme etnis dan budaya. Hal tersebut mempengaruhi negara

atau masyarakat imigrasi dan didukung oleh tiga tantangan : Komunikasi antar

budaya adalah komunikasi antara seseorang dengan berbeda latar belakang

budaya. Lebih memperjelas berikut beberapa definisi mengenai komunikasi

antarbudaya oleh para ahli. Menurut Andrea L.Rich dan Dennis M. Ogawa

menyatakan komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antar orang-orang yang

berbeda kebudayaan, misalnya antara suku bangsa, etnis, ras dan suku sosial.

(Haluani,2010) Intercultural communication is defined as the symbolic exchange

process whereby individuals from two (or more) different cultural communities

attempt to negotiate shared meanings in an interactive situation within an

embedded societal system . pengertian diatas yang di maksud Haluani

mengungkapkan komunikasi antarbudaya meliputi komunikasi yang melibatkan

peserta komunikasi yang mewakili pribadi, antarpribadi atau kelompok dengan

tekanan pada perbedaan latar belakang kebudayaan yang mempengaruhi perilaku

20
komunikasi para peserta. Dan komunikasi antarbudaya dari penelitian lain

menyatakan “la définition de la communication interculturelle de E.T. Hall, Porter

et Samovar, comme « rencontre entre porteurs de cultures différentes. »

Komunikasi antarbudaya didasarkan pada keterkaitan manusia dari berbagai

budaya yang berbeda pada situasi interaksi baik verbal maupun non-verbal. Dalam

komunikasi antarbudaya beberapa dasar yang harus dipertimbangkan.

 Peran dan status sosial terhadap lawan bicara, sifat hubungan yang dimiliki,

subjek komunikasi, dan lain-lain. Yang merupakan pilihan linguistik pada hal

tertentu dalam hal sapaan, aturan kesopanan, ucapan konvensional, dan ritual

tertentu kelompok sosial.

 Pertukaran tersebut juga diselingi oleh kiasan budaya yang menyampaikan

konten implisit dalam bentuk ekspresi atau permainan kata-kata yang

menunjukkan bahwa pembicara milik komunitas tempat pembicara berasal.

Kiasan dan konotasi adalah bagian dari jaringan referensi budaya yang tidak

ada habisnya yang dibagikan oleh anggota komunitas yang sama.

 Pertemuan budaya dalam komunikasi bukan hanya verbal melainkan ada non

verbal. Setiap pesan verbal disertai dengan Gerakan tubuh, ekspresi wajah,

postur dan sebagainya. Tanda-tanda tersebut bervariasi dari budaya ke budaya.

Beberapa dipaksakan oleh norma-normal sosial yang lain adalah bagian

warisan dari budaya. Dalam situasi komunikasi antarbudaya, suatu gestur

yang sama antara dua budaya asing, tetapi memiliki makna yang berbeda

dalam kedua budaya tersebut, dapat membingungkan penutur asing yang dapat

21
salah mengartikan gestur tersebut karena tidak dapat memecahkan kode

tersebut, inilah yang disebut sebuah "homonimi antarbudaya". Orang asing

juga dapat mengaitkan makna yang salah dengan suatu sikap, ketika hal ini

tidak ada dalam budaya asalnya.

 faktor kedekatan seperti ruang dan waktu juga berperan penting dalam

interaksi antarbudaya, tergantung pada variabel budaya. Misalnya, orang-

orang di Mediterania berdiri di dekat lawan bicara saat berbicara. Di sisi lain,

bahkan budaya Skandinavia dan Prancis menjaga jarak fisik tertentu dan tidak

menekankan kontak taktil.

 Terakhir, bahwa ada banyak negara yang memiliki bahasa dan budaya yang

sama. Gangguan komunikasi juga bisa berasal dari budaya. Namun, pelatihan

lebih baik dari elemen paralinguistik bahasa asing hanya dapat

mempromosikan komunikasi antarbudaya. Kode etik dan pengetahuan dan

kesadaran perilaku pertukaran memungkinkan untuk menghindari hambatan

tertentu untuk interaksi.

Dari teori komunikasi antarbudaya oleh beberapa ahli yaitu, Andrea

L.Rich dan Dennis M. Ogawa, Haluani, E.T. Hall, Porter dan Samova, bisa

disimpulkan komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang dilakukan

dengan seseorang yang berbeda latar belakangnya, hal tersebut sangat jelas

bahwa komunikasi antarbudaya merupakan komunikasi dari berbeda

budayanya.

22
D. Proses komunikasi antar budaya

Berbeda budaya berarti berbeda dalam menyampaikan ide, gagasan, dan

berbeda dalam perilaku keseharian. Berbeda budaya berarti berbeda dalam strategi

komunikasi. Seseorang yang hanya mengerti bahasa daerah tidak akan bisa

mengerti bila menerima pesan dalam bahasa kita sendiri. Proses komunikasi

antarbudaya mempengaruhi bagaimana komunikasi seseorang dalam berbeda latar

budaya. Jika salah satu proses komunikasi antarbudaya tidak terlaksanakan maka

tidak akan terjali komunikasi antarbudaya.

Proses Komunikasi yang berlangsung antara orang-orang yang berbeda

budaya tersebut biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti yang

dikemukaka oleh David Kenneth Berlo yang mengutip 4 faktor yang

mempengaruhi proses komunikasi yang efektif :

1. Sender atau Source (Sumber)

Sender atau source adalah entitas yang menjadi asal suatu informasi.

Sebagai pengirim pesan perlu memperhatikan beberapa faktor seperti:

- Keterampilan komunikasi

Penguasaan individu akan cara berkomunikasi seperti membaca,

menulis, mendengarkan, berbicara dan lainnya merupakan unsur yang

mempengaruhi proses komunikasi. Komunikasi yang efektif dapat terjadi saat

pengirim pesan memiliki keterampilan komunikasi yang baik.

23
- Sikap

Sikap yang ditampilkan oleh pengirim dalam menyampaikan informasi

dapat berdampak pada pesannya. Makna yang terkandung dalam pesan dapat

berubah apabila sumber menunjukkan perangai yang kurang baik.

- Pengetahuan

Keberagamanan wawasan yang dimiliki individu sebagai penyampai

pesan memiliki kecenderungan lebih terhadap penerimaan khalayak. Ketika

seseorang dengan pengetahuan yang baik perihal subjek tertentu dapat

membuat pesan lebih mudah tersampaikan.

- Sistem sosial

Aspek nilai, norma, kepercayaan, agama yang berkembang dalam

lingkungan masyarakat tempat sender tinggal sangat mempengaruhi cara

individu tersebut dalam menyampaikan pesan. Sistem sosial seperti di atas

berefek pada seseorang lantaran hal itu sangat berkaitan dengan rutinitas

sehari-hari.

- Budaya

Turut tergabung dalam sistem sosial, aspek budaya memiliki peran yang

sama besar dalam mempengaruhi seorang narasumber dalam mengirimkan

pesan kepada receiver. Suatu budaya yang diyakini oleh sender dapat saja

berbeda dengan budaya yang penerima pesan anut.

24
2. Message (Pesan)

Pesan adalah produk yang dikirim oleh pengirim atau sumber. Pesan bisa

berupa suara, teks, video, atau media lainnya. Setiap pesan yang dikirim ada

beberapa elemen yang mempengaruhi, seperti:

 Isi atau materi yang terkandung dalam pesan yang ingin disampaikan

guna menyampaikan tujuannya.

 Elemen melibatkan aspek non-verbal seperti bahasa, gerak tubuh,

bahasa tubuh, dan sebagainya.

 Perawatan mengacu pada cara informasi dikemas. Cara pesan dikirim

dapat berpengaruh pada respon balik yang diberikan oleh penerima

pesan.

 Struktur yang dimaksud dalam susunan pesan. Jika strukturnya

berantakan, ada risiko pesan tidak tersampaikan dengan baik.

 Kode yang digunakan untuk menyampaikan pesan harus sama. Jika

tidak, kesalahan akan muncul dalam proses interpretasi.

3. Channel (Saluran)

Saluran komunikasi atau metode penyampaian yang digunakan untuk

mengirim pesan. Media yang digunakan berbeda-beda tergantung pada target

audiensnya.

Namun, secara umum, saluran komunikasi yang paling besar pengaruhnya

terhadap efektivitas penyampaian pesan adalah panca indera manusia;

pendengaran, penglihatan, penciuman, rasa dan sentuhan.

25
4. Receiver (Penerima)

Penerima adalah orang yang menerima pesan yang dikirim. Seperti halnya

pengirim pesan, penerima pesan juga memiliki sejumlah elemen yang dapat

mempengaruhi penerimaan informasi. Berikut adalah beberapa faktor yang

dimaksud.

- Keterampilan Komunikasi

Keterampilan komunikasi yang dimiliki oleh penerima pesan yang

meliputi mendengarkan, menulis, membaca, berbicara, dan menentukan

kualitas informasi yang diterima.

- Sikap

Tanggapan yang ditunjukkan setelah pesan melalui perubahan sikap

saat dan menerima pesan.

- Pengetahuan

Ketika suatu pesan disampaikan oleh seseorang yang memiliki

pengetahuan yang baik, maka diperlukan adanya pendengar yang memiliki

pemahaman yang sama agar isi pesan tersebut memiliki makna yang sama.

26
- Sistem Sosial

Respons berbeda-beda yang ditunjukkan receiver akan suatu informasi

dapat dipengaruhi sejumlah aspek dalam sistem sosial seperti nilai, norma,

kepercayaan, agama, budaya dan sebagainnya.

- Budaya

Internalisasi yang berbeda terhadap informasi dapat dipengaruhi oleh

aspek yang berbeda dari sistem sosial, termasuk nilai, norma, kepercayaan,

agama, dan budaya.

Bisa disimpulkan pada proses diatas bahwa Antara Source dengan

Receiver yang diperlihatkan adalah kemampuan berkomunikasi, sikap,

pengetahuan, sistem sosial dan kebudayaan. Pada Message diperhatikan isi,

perlakuan pesan dan perlambangannya. Pada Chanel tergantung pilihan saluran

apakah dengan melihat, mendengarkan, meraba atau memegang, membaui dan

27
mengecapi. Dengan demikian maka latar belakang kebudayaan sangat penting

kontribusinya terhadap perilaku komunikasi seorang termasuk untuk memahami

makna makna yang dipersepi dari kebudayaan yang berbeda (Liliweri 1997:20).

Proses komunikasi antarbudaya lainnya yakni bagaiamana kemampuan

komunikasi antarbudaya dari (Cohen-Emerique, 2011) « Il ne peut se réduire

«aux capacités à communiquer avec des personnes de cultures différentes, à

surmonter les échecs dans la communication » ou «à l’ensemble des attitudes,

traits de personnalité, connaissances et aptitudes qui permettent à l’individu de

faciliter sa communication ou son interaction avec des individus venant d’autres

environnements culturels» (Barmeyer, 2012,) dari makna diatas terdapat aspek

reduktif dari CCI. Hal tersebut berkaitan dengan definisi dengan kondisi yang di

perlukan untuk memungkinkan berbicara tentang ICC. Lussier (2007) telah

mengembangkan kerangka kerja konseptual untuk ICC dengan nama “Référentiel

des competences communicatives interculturelles”. Ini menyajikan komponen

CCI dalam bentuk domain dengan dimensi dan sub-dimensi yang sesuai dengan

pengetahuan, pengetahuan dan keterampilan interpersonal. Repositorinya tentu

penting untuk memahami kompleksitas CCI dan memfasilitasi akuisisi tersebut.

Definisi CCI (Compétences communicatives interculturelles) terinspirasi dari

Chen dan Starosta (1996) dan Cohen Emerique (2011). Dan gamabr yang

disajikan oleh (Bezzari,2017) yang menetapkan definisi CCI :

28
Ketiga komponen ini keterampilan komunikasi antarbudaya dapat dijelaskan

sebagai berikut:

 La connaissance de la culture de soi ( Pengetahuan tentang budaya diri

sendiri) : menentukan tingkat kesadaran masalah budayanya sendiri

melalui pengetahuan yang dimiliki individu budayanya dan perbedaannya

dengan budaya lain.

 La décentration de soi et la (re)connaissance de la culture de l’altérité

(Desentralisasi diri dan (kembali) pengetahuan tentang budaya

Keberbedaan) : didasarkan pada keterbukaan pikiran individu, sikap tidak

menghakimi dan bahwa tidak hanya belajar tentang budaya keberbedaan,

tetapi juga mengenalinya sebagai hal .

 La capacité à être un médiateur interculturel (Kemampuan menjadi

mediator antar budaya ) : merupakan kemudahan antarbudaya

menentukan kemampuan individu dalam penggunaan kode budaya,

29
kemampuan berintegrasi, fleksibilitas perilaku dan pengungkapan diri

yang memadai.

Dari proses tersebut terdapat bahwa proses komunikasi antarbudaya bisa

terjalan jika dengan adanya keterampilan pada komunikasi antarbudaya, jika tidak

adanya keterampilan maka proses komunikasi tersebut tidak berjalan lancar. Yang

sehingga akan membuat proses komunikasi antarbudaya tidak berjalan dengan

baik.

Dari uraian di muka dapat disimpulkan bahwa proses komunikasi terjadi

begitu banyak menurut para ahli. Proses komunikasi antarbudaya tiap para ahli

berbeda dari bezzari (2017) , Chen dan Starosta (1996) dan Cohen Emerique

(2011) sama dengan mengemukakan proses komunikasi antarbudaya dengan CCI

(Compétences communicatives interculturelles) yang mana bagi mereka untuk

proses komunikasi antarbudaya harus mempunyai kemampuan dalam komunikasi

antar budaya sedangkan menurut David Kenneth Berlo dan Liliweri untuk

komunikasi yang efektif agar proses komunikasi antarbudaya terjalin maka

disusunlan dengan teori bezzari (2017) Dimension cognitive, Dimension affective,

Dimension comportementale. Dan Setiap para ahli memaparkan proses

komunikasi antarbudaya kedalam beberapa kategori. Penelitian ini menggunakan

teori Bezzari (2017) sebagai kriteria analisis untuk meneliti Komunikasi

antarbudaya pada film Bienvenue Chez Les Ch’Tis Karya Dany Boon

30
E. Prinsip-Prinsip Komunikasi Antarbudaya

Dalam hal berkomunikasi perlu diperhatikan pokok-pokok berkomunikasi

dengan orang yang berbeda latar belakang budayanya baik secara verbal maunpun

non verbal dari budaya yang berbeda. Sebagai simbol utama komunikasi, bahasa

merupakan ciri khas yang membedakan antara manusia dan hewan, dari satu suku

ke suku lainnya, dan dari satu negara ke negara lainnya. Bahasa merupakan “peta

kasar” yang menggambarkan ekspresi budaya, termasuk pandangan dunia (world

view), kepercayaan (belief), nilai (values), pengetahuan dan pengalaman

(knowledge and experience) ( Deddy Mulyana, 2004: 73)

Dapat disimpulkan bahwa Prinsip-Prinsip Komunikasi menurut ( Deddy

Mulyana, 2004: 73) terdiri dari menggambarkan ekspresi budaya, (world view),

kepercayaan (belief), nilai (values), pengetahuan dan pengalaman (knowledge and

experience) yang mana hal tersebut merupakan hal penting atau prinsip pada dasar

komunikasi Antarbudaya.

F. Hambatan komunikasi antar budaya

Dalam teori komunikasi , hambatan atau gangguan disebut noise. Noise

sendiri merupakan faktor yang hampir tidak dapat dihindari dalam proses

komunikasi. Oleh karena itu, ahli komunikasi menganggap halangan (noise) ini

sebagai salah satu unsur komunikasi. Hampir setiap orang butuh untuk

mengadakan kontak sosial dengan orang lain. Kebutuhan ini dipenuhi melalui

saling pertukaran pesan yang bisa menghubungkan individu-individu agar tidak

terisolir pesan-pesan terwujud melalui perilaku manusia.

31
Schram menjelaskan kondisi yang harus dipenuhi jika pesan yang

disampaikan bisa mendapatkan respon yang diinginkan. Hal tersebut dapat

dirumuskan sebagai berikut :

1. Pesan harus dibuat dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat

menarik perhatian komunikan

2. Pesan harus menggunakan simbol tertuju kepada seseorang yang

mempunyai pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan

sehingga sama-sama saling mengerti.

3. Pesan harus membangkitkan dan menyarankan kebutuhan pribadi dan

menyarankan beberapa cara untuk mencapai kebutuhan tersebut.

4. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi

yang layak bagi situasi kelompok di mana komunikan berada pada saat ia

digerakkan untuk memberikan yang dikehendaki. (Effendy. 2003: 41-42)

Perilaku dapat disadari atau tidak disadari. Perilaku tidak sadar, terutama

dalam ranah nonverbal. Perilaku sering terjadi tanpa ada maksud tertentu, tetapi

dirasakan dan bermakna bagi orang lain. Dengan kata lain, makna komunikasi

secara garis besar dapat dirumuskan sebagai berikut: sesuatu yang terjadi ketika

makna itu dikaitkan dengan suatu tindakan atau akibat dari tindakan itu. Dapat

disimpulkan bahwa Hal tersebut tidak mengharuskan kita untuk menentukan

apakah suatu tindakan disengaja atau tidak disengaja, dengan maksud atau tanpa

maksud , setiap kali seseorang memperhatikan tindakan atau konsekuensi dari

tindakan kita dan memahaminya, itu berarti komunikasi telah terjadi. Jika Anda

berpikir lebih hati-hati, tampaknya tidak mungkin untuk berperilaku. Dan

32
tentunya jika perilakunya komunikatif, kita juga tidak mungkin untuk

berkomunikasi.

G. Film

Menurut Arsyad (2003:45) film merupakan kumpulan dari beberapa gambar

yang berada di dalam frame, dimana frame demi frame diproyeksikan melalui

lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu menjadi

hidup. Film bergerak dengan cepat dan bergantian sehingga memberikan daya

tarik tersendiri. Dalam kamus besar bahasa Indonesia film diartikan dalam 2 hal

yaitu, film dimaknai sebagai tempat penyimpanan gambar dan juga film diartikan

sebagai drama atau gambar yang hidup. Dapat dikatakan bahwa film merupakan

media audio visual yang menggabungkan dari beberapa video dan gambar yang

memilki suara sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pesan kepada para

penonton.

Film memiliki pengaruh besar bagi penonton, yaitu peniruan. Peniruan

tersebut diakibatkan oleh anggapan bahwa apa yang dilihat wajar dan pantas

untuk dilakukan setiap orang. Dengan demikian, jika pesan atau isi film tidak

termasuk nilai dan norma suatu masyarakat tertentu, hal tersebut dapat berdampak

buruk atau negatif terhadap keseluruhan aspek pada kehidupan manusia.

33
H. Jenis-Jenis Film

Banyak jenis film yang dapat dibedadakan berdasarkan cara bertutur maupun

pengolahannya. Adapun jenis-jenis film yang umumnya dikenal sampai saat ini

yaitu:

1. Film cerita (story films)

Ciri utama dari film jenis yaitu, lazim diputar atau sering ditampilkan di

bioskop. Jenis film ini dibuat dan didistribustikan ke public. Tema cerita yang

ditampilkan dalam jenis film ini biasanya berupa cerita fiktif atau nyata

dimodifikasi agar memiliki unsur menarik baik dari cerita maupun citra yang

lebih artistik. Film cerita biasanya diklasifikasikan sebagai film pendek yang

berdurasi kurang dari 60 menit, sedangkan 60 film menit diklasifikasikan sebagai

film layar lebar. Film yang ditayangkan di bioskop biasanya termasuk dalam film

layar lebar yang berdurasi 90-100 menit.

2. Film dokumentar (documentary film)

John Grierson mendefinisikan film dokumenter sebagai sebagai karya cipta

mengenai terhadap realitas (creative treatment of actuality). Film dokumenter

berdasarkan fakta atau peristiwa yang telah terjadi. Film dokumenter berpedoman

pada kata-kata.

34
3. Film Berita (news reel)

Sama halnya film dokumenter, film berita atau news reel berpedoman pada

sebuah fakta dan peristiwa yang telah atau bener-bener terjadi. Karena sifat berita,

mengandung nilai besar (news value). Utamanya cara penyajian dan durasi

berbeda antara film berita dan film dokumenter.

4. Film Kartun (cartoon films)

Kartun banyak digemari bukan hanya anak-anak melainkan dewasa juga

menggemari jenis film kartun. Film kartun dapat mengubah lukisan menjadi

terlihat begitu hidup. Titik berat untuk pembuatan film kartun yaitu seni lukis dan

setiap lukisan tersebut perlu adanya ketelitian. Bagian per bagian dilukis secara

seksama untuk dipotret. Hasil pemotretan tersebut kemudia dirangkai dan diputar

dalam proyektor film sehingga dapat memunculkan efek hidup lukisan dan juga

bergerak yang sehingga menarik para penonton dari anak-anak hingga dewasa.

2. Penelitian Relavan

Berkaitan dengan penelitian ini, maka ada beberapa penelitian sebelumnya

yang menjadi refrensi bagi penulis. Penulis dari Amirullah (2018) meneliti

tentang efektif terhadap komunikasi antarbudaya pada buku Inside The Kingdom,

Kisah Hidupku di Arab Saudi Karya Carmen Bin Ladin. Dari hasil peneliu Inside

The Kingdom, Kisah Hidupku di Arab Saudi banyak menyinggung masalah

peraturan-peraturan yang diterapkan di Arab Saudi, terutama peraturan yang ketat

35
terhadap gerak wanita dalam bersosialisasi, seperti cara berbusana, cara

berinteraksi di tempat umum bahkan cara berbakti kepada suami dan klannya, dan

peraturan-peraturan Islam lainnya yang diterapkan oleh pemerintah Arab

Sauditian menjelaskan bahwa komunikasi antarbudaya yang terjadi pada buku

Inside The Kingdom, Kisah Hidupku di Arab Saudi. Kaitannya dengan penelitian

ini adalah sama sama mengkaji komunikasi antar budaya yang berbeda latar

belakang budaya. Teknik pengumpulan data juga melakukan deksriptif isi.

Sedangkan perbedaan pada penelitian ini yaitu sumber primer merupakan buku

sedangkan sumber primer yang diteliti saat ini yaitu film dan penelitian

sebelumnya memfokuskan bagaimana gambaran isi pada buku tersebut sedangkan

penelitian saat ini yaitu bagaimana proses komunikasi antarbudaya pada film

Bienvenue Chez Les Ch’Tis. Dalam jurnal internasional yaitu dari Min-Sun

Kim & Amy S. Ebesu Hubbard (2007) Intercultural Communication in the

Global Village: How to Understand “The Other” hasil penelitian tersebut

meneliti tentang bagaimana komunikasi antarbudaya di sebuah desa yang dimana

mengalami demografi yang terjadi di amerika serikat. Situasi sosial yang berubah

yang dimana komunikasi di teorikan, menutut cara berpikir tentang komunikasi

yang baru. Perbedaan pada penelitian ini berbeda secara Teknik yang dimana pada

penelitian ini menggunakan Teknik observasi sedangkan penelitian saat ini

menggunakan Teknik analisis isi. Penelitian selanjutnya pada jurnal nasional dari

Eko Saputra (2019) meneliti tentang Komunikasi Antarbudaya Etnis Lokal

Dengan Etnis Pendatang: Studi Pada Mahaiswa/Mahasiswi Fakultas Adab

dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. penelitian tersebut

36
mengkaji tentang perilaku, interaksi, dan akulturasi antarbudaya komunikasi

dengan mahasiswa Fakultas Adab dan Ilmu Budaya Universitas Islam Negeri

Sunan Kalija ga Yogyakarta (UIN-SUKA). Hasil penelitian teersebut menunjukan

bahwa komunikasi antarbudaya pada penelitian tersebut sangat intensif dengan

teman-temannya yang berbeda budaya. Mereka berkomunikasi antarbudaya

diruang kelas, aula, kantin dan sebagainya. Kontribusi penelitian tersebut adalah

memberikan literatur kepada pembaca tentang komunikasi antarbudaya dengan

mahasiswa baru yang memiliki perbedaan budaya. Persamaan pada penelitian

tersebut adalah bahwa penelitian sama-sama mengkaji tentang komunikasi

antarbudaya dengan meneliti komunikasi dengan orang yang berbeda latar

belakang budayanya sedangkan perbedaanya menggunakan Teknik observasi

wawancara sedangkan penelitian yang diteliti menggunakan analisis isi dan juga

sumber primer yang berbeda seperti pada penelitian tersebut sumber primernya

mahasiswa sedangkan sumber primer yang diteliti saat ini adalah film.

Selengkapnya studi-studi sebelumnya yang membahas tentang komunikasi

antarbudaya yang telah dibahas Lubis (2012: 286-294) dalam artikel lain

membahas tentang komunikasi antarbudaya Tionghoa dan Pribumi dalam

penggunaan bahasa. Hasil studinya menunjukan bahwa keragaman bahasa di

Medan unik, terbuka dan toleran. Masyarakat tidak akan mempermasalahkan

bahasa selagi pihak-pihak yang terlibat merasa nyaman, tidak diganggu, tidak

membuat keributan dan memahami pesan-pesan yang disampaikan. Pada

persamaan penelitian tersebut yaitu membahas bahasa atau komunikasi

antarbudaya yang berbeda yang dimana penelitian tersebut membahas komunikasi

37
antar tionghoa dan pribumi di kota Medan, sedangkan peneliti yang diteliti

membahas tentang komunikasi antar budaya terhadap perancis selatan dan

perancis utara. Selain perbedaan tersebut sumber primenya juga berbeda yang

mana sumber primer pada penelitian lubis yaitu masyarakat tionghoa dan pribumi

sedangkan sumber primer yang dibahas oleh peneliti yaitu film Bienvenue Chez

Les Ch’tis. Persamaan pada penelitian sebelumnya yaitu membahas komunikasi

antarbudaya dengan bahasa atau aksen yang berbeda. Penelitian yang dilakukan

oleh skripsi Fidayanti Afrilia Putri (2018). Program Studi Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Universitas Negeri Jakarta . Penelitian ini berjudul

“Komunikasi antarbudaya etnis Tionghoa dengan nasyarakat pribumi : studi kasus

di Kawasan Pecinan, Pasar Lama - Kota Tangerang” Hasil dari penelitian ini,

yaitu menunjukkan bahwa proses komunikasi antarbudaya etnis Tionghoa dengan

masyarakat pribumi di kawasan Pecinan Pasar Lama Kota Tangerang ini cukup

kompleks. Terlihat dari sejarah asal mula kedatangan etnis Tionghoa yang kurang

diterimanya masyarakat Tionghoa di Tangerang, serta berbagai macam peristiwa

yang pernah terjadi sebelumnya. Tak jarang dalam suatu komunikasi yang

dilakukan oleh dua masyarakat yang berbeda budaya ini juga mengalami

hambatan dalam komunikasi. Seperti adanya sikap etnosentrisme, strereotip, dan

akhirnya menimbulkan prasangka pada salah satu pihak .Persamaan dengan

penelitian ini adalah sama-sama menggunakan penelitian kualitatif dan metode

kualitatif. Namun yang membedakan dari penelitian ini, yakni pada Teknik

pengumpulan data . Penelitian tersebut menggunakan observarsi, wawancara dan

dokumentasi. sedangkan penelitian ini menggunakan analisis isi , sumber primer

38
pun berbeda yang dimana Penelitian tersebut sumber primernya mahasiswa etnis

tionghoa dengan masyarakat pribumi sedangkan penelitian yang sedang diteliti

saat ini yaitu film “ Bienvenue Chez Les Ch’Tis”.

3. Kerangka Berpikir

Kerangka awal yang dilakukan pada penelitian ini yaitu proses komunikasi

antar budaya pada film “ Bienvenue Chez Les Ch’Tis Karya Danny BOON”

dengan menggunakan teori eksistensi Sartre. Penelitian ini menggunakan film

Bienvenue Chez Les Ch’Tis Karya Danny Boon sebagai sumber data penelitian,

dan berfokus pada komunikasi antara warga Perancis Utara dan Perancis Selatan

pada film tersebut. Selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi

guna memberi informasi tentang komunikasi dengan wilayah yang berbeda dalam

sebuah film. Setelah sebelumnya diuraikan beberapa teori mengenai komuikasi

antarbudaya dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi antarbudaya adalah

komunikasi dengan latar belakang budaya yang berbedaa. Dari penjelasan yang

telah dilakukan sebelumnya, ditemukan proses komunikasi yang kemudian

dijadikan sub fokus dalam penelitian ini. Proses komunikasi itulah yang dikenal

yang dikemukakan oleh Bezzari (2017) Dimension cognitive, Dimension

affective, Dimension comportementale. Adapun langkah penyusunan penelitian

dimulai dengan mendalami komunikasi antarbudaya. Alhasil, ditemukanlah teori

Bezzari (2017) yang secara jelas menerangkan Proses komunikasi yaitu

Dimension cognitive, Dimension affective, Dimension comportementale .

Kemudian penulis menonton film Bienvenue Chez Les Ch’Tis dengan seksama.

Penulis selanjutnya menonton selama 1 jam 40 menit sehingga mendapatkan

39
pemahaman secara menyeluruh terkait jalan cerita pada film tersebut. Setelah

menonton fim tersebut peneliti kemudian menyadari bahwa terdapat hal menarik

terkait tentang komunikasi pada film tersebut antara orang Prancis Selatan dengan

Prancis Utara. Hal ini kemudian membuat peneliti tertarik untuk meneliti

komunikasi antar budaya secara efekttif pada film tersebut. Oleh sebab itu

dibuatlah penelitian untuk melihat lebih lanjut komunikasi antarbudaya yang

terdapat pada film Bienvenue Chez Les Ch’tis karya Danny Boon. Setelah

mendapatkan teori utama dan membaca keseluruhan jalan film tersebut, maka

disusunlah penelitian ini. Adapun metode yang digunakan adalah metode analisis

isi . Metode analisis isi digunakan untuk dapat mengidentifikasi dengan

komunikasi antarubudaya, Penelitian ini kemudian dilanjutkan dengan mencari

data hingga ditemukannya temuan-temuan melalui komunikasi antarbudaya pada

film Bienvenue Chez Les Ch’Tis. Setelah menemukan data, penelitian dilanjutkan

dengan menganalisis temuan data dan menyimpulkannya. Berikut disajikan bagan

alur kerangka berpikir penelitian

40
41
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah penelitian dan teori-teori yang sudah diuraikan pada

bab-bab sebelumnya, maka penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman

mengenai proses yang terjadi pada film “Bienvenue Chez Les Ch’Tis” Karya Danny

Boon. Adapun Komunikasi Antarbudaya yang diteliti yaitu berfokus pada proses

pada film tersebut yang telah ditemukan pada data dalam sumber data.

B. Lingkup Penelitian

Lingkup penelitian yang akan digunakan akan menjadikan penelitian ini

terarah dengan baik, maka lingkup penelitian ini dibatasi pada lima proses

komunikasi antarbudaya yang terdapat pada film “Bienvenue Chez Les Ch’Tis”

yang terdiri dari Dimension cognitive, Dimension affective, Dimension

comportementale.

C. Waktu dan Tempat

Penelitian ini terlah dilaksanakan terhitung sejak Januari 2022. Adapun tempat

pelaksanannya penelitian ini bersifat variable dan tidak terikat terhadap tempat-

tempat tertentu untuk mendapatkan data beserta refrensi-refrensi yang terkait untuk

membantu data dan analisis data. Penelitian ini dapat dilaksanakan di berbagai

tempat serta rumah peneliti yang terletak di wilyah kota Jakarta Utara.

42
D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakann metode analisis ini (Content Analysis) dengan

menggunakan pendekatan kualitatif. Analisis ini dilakukan pada film yang

berfokus pada proses komunikasi antarbudaya seperti kata, frasa, dan kalimat

yang mengandung unsur proses tersebut.

Prosedur pelaksanaan penelitian kualitatif bersifat fleksibel sesuai dengan

kebutuhan, serta situasi dan kondisi lapangan. Setelah data-data yang didapatkan

maka perlu adanya analisis, yaitu :

1. Persiapan

Tahap ini adalah memilih dilakukan pemilihan data sehingga hanya tersisa

data yang digunakan. Langkah persiapan ini dimaksudkan untuk

membersihkan data agar bersih dan rapi, dan hanya perlu diolah atau

dianalisis.

2. Tabulasi

Pada tahap ini, data disusun dalam format tabel dengan membuat tabel

yang berisi data sesuai dengan kebutuhan analisis.

3. Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian

Hal yang tidak kalah penting yaitu penting dalam langkah analisis data

Adalah sesuai dengan pendekatan penelitian. Data yang diperoleh yaitu

menggunakan rumus-rumus atau aturan -aturan yang ada karena akan

menentukan apakah analisis statisik dengan data kualitatif atau data yang

dikuatifikasikan.

43
E. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan tujuan penelitian ini maka untuk memperoleh data yang

diperlukan dalam penelitian, penulis menggunkan teknik pengumpulan data

kualitatif berupa kalimat-kalimat yang diperoleh dari film “Bienvenue Chez Les

Ch’Tis karya Danny Boon. Kemudian data tersebut akan dipilih mana yang

mempunyai keterkaitan dengan rumusan masalah yang digunakan dalam penelitian.

Tabel 3.1 Tabel Analisis Kerja

Proses Komunikasi
Ket
No. Kutipan AntarBudaya
DC DA DC

Keterangan :

DA : Dimension cognitive

DA : Dimension affective

DC : Dimension comportementale

44
F. Teknik Analisis Data

Setelah penulis mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian

ini, maka penulis akan mengolah dan menganalisa dengan menggunakan metode

analisis deskriptif isi , yaitu data yang telah terkumpul kemudian dijabarkan

dengan memberikan Analisa-analisa dengan proses-proses komunikasi

antarbudaya pada film tersebut. Setelah itu penulis mengambil kesimpulan akhir,

agar penulis mengetahui bagaimana komunikasi antarbudaya yang terjadi pada

film “Bienvenue Chez Les Ch’Tis karya Danny Boon (2008)”. Dalam penelitian

ini penulis akan menjabarkan gambar sebagai bukti dengan menit permenitnya

serta kalimat deksripsi pada percakapan komunikasi antara Perancis Selatan dan

Perancis Utara pada film tersebut.

G. Kriteria Analisis

Kriteria analisis digunakan sebagai media dalam penelitian agar dalam

pelaksanaanya data yang dianalisis terarah dan jelas serta spesifik. Pada penelitian

proses komunikasi antarbudaya pada film Bienvenue Chez Les Ch’Tis Karya

Danny Boon, kriteria analisis yang digunakan adalah proses komunikasi

antarbudaya. Proses tersebut mengacu kepada proses komunikasi antarbudaya

dalam penelitian yang dimana ada 3 tipe proses untuk mempresentasikan proses

komunikasi yang efektif pada film tersebut yaitu Dimension cognitive, Dimension

affective, Dimension comportementale. Berikut ini disajikan masing-masing

indikator Proses Komunikasi Antarbudaya berdasarkan 3 Proses Komunikasi

Antarbudaya menurut Bezzari (2017).

45
Tabel 3.2 Indikator Proses Komunikasi

No. Unsur -Unsur Indikator ( Ciri-Ciri )

Proses Komunikasi

1. Dimension cognitive - Memahami budaya sendiri dan

budaya orang lain

- Mengetahui perbedaan budaya serta

pengetahuan yang dimiliki.

2. Dimension affective - Belajar Budaya Orang lain

- Empati terhadap Budaya orang lain

- Mengakui budaya orang lain

3. Dimension - kemampuan individu dalam

comportementale penggunaan kode budaya

- kemampuan berintegrasi

- fleksibilitas perilaku

46
Daftar Pustaka

Ibrahim. (2017). Komunikasi Antar Budaya .

Mulyani. (2008). Komunikasi Efektif. Bandung.

Tina, K. (2013). Komunikasi Antar Budaya (Definisi, Teori, Aplikasi Peneliitian).


Lombok.

Windmüller, F. (2011). Français langue étrangère (FLE). Paris: Berlin.

Martin, J. dan Thomas, N. 2007. Intercultural Communication in Contexts. New


York: Mc Graw Hill InternationaL

Rich, Andrea L., & Dennis M. Ogawa (1982). “Intercultural and Interracial
Communication: An Analytical Approach.” In Larry A. Samovar and
Richard E. Porter (Eds.), Intercultural Communication: A Reader (3rd
ed.) Belmont, Calif.: Wadsworth.

Graziani, S. (2000). La communication culturelle de l'état.Paris: Presses Univ de


France.

Apriandi Tamburaka, Literasi Media: Cerdas Bermedia Khalayak Media Massa


(Jakarta Rajawali Pers, 2013), 112.

Sri Wahyuningsih, Film Dan Dakwah:Memahami Representasi Pesan-Pesan


Dakwah Dalam Film Melalui Analisis Semiotika (Surabaya: Media
Sahabat Cendikia, 2019)

Liliweri, Alo. (2003). Makna Budaya Dalam Komunikasi Antarbudaya.


Yogyakarta.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010)

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta; Rajawali Pers, 2013)

Rinjani Bahri, M.Sos, Komunikasi Lintas Budaya. (Sulawesi ; Unimal Press,


2017)

Putri, F., 2022. Mengenal SMCR, Model Komunikasi yang Dipelopori David
Kenneth Berlo.

Bahri, R., 2017. Komunikasi Lintas Budaya. 1st ed. Sulawesi: Unimal Press.

47
Mulyana, D., 2010. Komunikasi Lintas Budaya. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

BEZZARI, S., 2019. La place des compétences communicatives interculturelles


dans les dispositifs d’apprentissage en milieu de travail : le cas du
Maroc. FRANCISOLA, 4.

48
49

Anda mungkin juga menyukai