Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

DONGENG
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Apresiasi Sastra Indonesia
Dosen Pengampu : Ari Rohmawati S.Pd, M.Pd

KELOMPOK 8 :
DEWI SETIYANINGSIH (2022406405165)
LAILATUL FADILAH (2022406405163)
DECLARA PUSPAMETA SUSILO (2022406405158)
ADELIA WULANDARI (2022406405164)
YONGKI DEO PERMANA (2022406405230)
AKBAR ALMAARUF (2022406405197)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas limpahan
rahmatnya sehingga makalah dengan judul “Dongeng” dapat terseleaikan.
Makalah ini tersusun atas definisi dongeng dan unsur-unsur dongeng.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: Ari


Rohmawati S.Pd, M.Pd selaku pembimbing atas kesediaannya memberikan
bimbingan, saran dan kritik dalam penyelesaian makalah ini.

Akhir kata, penyusun menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna dan
perlu banyak perbaikan, akan tetapi besar harapan kami semoga makalah yang
sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat untuk bagi kita semua.

Pringsewu, 19 Oktober 2022

Kelompok
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR …………………………………………………………. ii

DAFTAR ISI ………………………………………………….…………….…. iii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………. 1

A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………… 1

B. Rumusan Masalah ………………………….………………….……… 2

C. Tujuan Masalah ………………………...……….………………....…. 2

D. Manfaat Penulisan ……………………………………………………. 3

BAB II PEMBAHASAN …………….………………………….……………… 4

A. Pengertian Dongeng …………………………………….……………. 4

1. Manfaat Dongeng Bagi Anak dan Orang Tua …………………… 5


2. Dongeng Dalam Meningkatkan Kepribadian Anak..…………….. 7

B. Unsur-Unsur Dongeng ………………………………………………... 9

BAB III PENUTUP …………………………………………………………… 12

A. Kesimpulan …………………………………………………….……. 12

B. Saran ………………………………………………………………… 12

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………. 13


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dongeng merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran


fiktif dan kisah nyata menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan
moral, yang mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan
makhluk lainnya. Dongeng juga merupakan dunia khayalan dan imajinasi
dari pemikiran seseorang yang kemudian diceritakan secara turun menurun
dari generasi kegenerasi. Menurut Dudung (2015), Dongeng adalah bentuk
sastra lama yang bercerita tentang kejadian luar biasa yang penuh
khayalan (fiksi) dan tidak benar-benar terjadi. Selain itu, Kamisa (dalam
Rusyanti, 2013) menjelaskan bahwa pengertian dongeng adalah cerita
yang dituturkan atau dituliskan yang bersifat hiburan dan biasanya tidak
benar-benar terjadi dalam kehidupan. (Kusuma, D. J., 2017)

Tema dalam dongeng anak-anak berkisar pada pendidikan,


lingkungan, dan persahabatan. Pengarang memilih tema-tema yang lekat
dengan anak-anak seusianya pun tentu memiliki maksud dan tujuan
tertentu. Tunjuannya ialah menuntun anak-anak agar selalu berbuat
kebajikan terhadap sesama di lingkungannya. Sebagaimana di usia
pertumbuhan dan perkembangannya, anak-anak membutuhkan sosok role
model yang bisa dijadikan panutan. Hal tersebut pun bisa mereka temukan
di dalam sebuah dongeng dari tokoh-tokohnya.

Budaya mendongeng mulai tergusur oleh kemajuan teknologi dan


sempitnya kesempatan yang dimiliki oleh orangtua karena kesibukan
bekerja. Di samping itu intensitas pertemuan anak dan orangtua yang
kurang, membuat dongeng kurang diminati. Tak salah lagi banyak
orangtua baru yang tidak lagi tahu tentang dongeng. Dari survei Disney
terungkap, era digital seperti sekarang ini, 67% dari orang tua dan kakek-

1
nenek merasa bahwa teknologi modern sudah menghilangkan tradisi
mendongeng.

Rohinah (2011:48) menjelasan bahwa pada jaman sekarang


kegiatan mondongeng di mata anak anak tidak populer lagi, Sejak bangun
hingga menjelang tidur mereka dihadapkan pada televisi yang menyajikan
beragam acara mulai dari film kartun, kuis, hingga sinetron yang bukan
tontonan yang pas untuk anak. Kalaupun mereka bosan dengan acara yang
disajikan mereka dapat pindah pada permainan lain seperti video game.
Seperti diketahui bahwa minat baca anak-anak untuk membaca saat ini
kondisinya belumlah menggembirakan. Berdasarkan kajian Organisasi
Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO), pada
tahun 2012 mencatat indeks minat baca di Indonesia baru mencapai
0,0001. Itu artinya, bahwa dalam setiap 1000 orang, hanya satu orang yang
punya minat membaca.

Unsur-unsur dalam dongeng seperti tema, alur, tokoh, latar, serta


amanat adalah kerangka penting yang membangun sebuah dongeng.
Segenap unsur-unsur tersebut saling mengisi satu sama lain sehingga
menghasilkan sebuah cerita dengan amanat yang mampu diambil oleh
anak-anak setelah membacanya. Akan tetapi kita tidak bisa menutup mata
terhadap perkembangan IPTEK di masa kini. Seiring dengan
peertumbuhan laju komunikasi yang sangat pesat, sedikit banyak
ditemukan anak-anak yang sudah mulai meninggalkan dongeng. Dalam
menyikapinya, kita sebagai insan yang teredukasi pun mesti bertindak.
Seperti mengadaptasi isu-isu sederhana yang berkembang di lingkungan
anak-anak menjadi tema dongeng yang mudah dicerna dan up to date,
membacakan dongeng sebelum tidur untuk anak dan membiasakan
kepada anak untuk membaca dongeng. Mengenai hal tersebut, makalah ini
akan membahas mengenai dongeng dan unsur-unsur dongeng.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan dongeng?
2. Apa yang dimaksud dengan unsur-unsur dongeng?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan dongeng
2. Mengetahui dan memahami unsur-unsur dongeng

D. Manfaat Penulisan

Berdasarkan tujuan tersebut, maka penulisan makalah ini


bermanfaat untuk:

1. Bagi penulis.
Makalah ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang dongeng
dan unsur-unsur yang membentuknya.
2. Bagi calon pendongeng dan pengarang dongeng.
Makalah ini bermanfaat untuk menjadi referensi sederhana tentang
dongeng dan unsur-unsur yang membentuk dongeng sebagai gambaran
bahwa dongeng merupakan suatu keindahan dari sastra anak dan harus
disesuaikan dengan bagaimana karakteristik anak-anak seharusnya.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Dongeng
Dongeng merupakan cerita yang mengandung nilai-nilai moral dan
sosial yang berguna untuk membentuk karakter anak. Pembentukan
karakter anak dapat dilakukan di lingkungan pembelajaran sekolah dan
lingkungan rumah atau keluarga. Strategi pembentukan karakter anak
dilakukan dengan pemberian contoh, pembiasaan membaca dongeng,
pembiasaan mendengarkan dongeng, dan penciptaan lingkungan baca yang
mendukung.

Dongeng sebagai salah satu dari sastra anak, berfungsi untuk


memberikan hiburan, juga sebagai sarana untuk mewariskan nilai-nilai
yang diyakini kebenarannya oleh masyarakat pada waktu itu. Dongeng
dipandang sebagai sarana untuk mewariskan nilai-nilai, dan untuk
masyarakat lama itu dapat dipandang sebagai satu-satunya cara. Sesuai
dengan keberadaan misi tersebut, dongeng mengandung ajaran moral.
Perlu diperhatikan juga, agar dongeng menarik dan pesan cerita dapat
disampaikan dengan baik, dapat dilakukan dengan berbagai cara
mendongeng. Cara yang dapat dilakukan antara lain dengan membacakan
buku dongeng bergambar, menggunakan peralatan seperti boneka tangan,
dengan gaya bahasa dan gaya tubuh, atau dengan cara menggambar
langsung. Sangat disayangkan memang, bila saat ini jarang sekali guru
atau orang tua yang mau menggunakan dongeng sebagai cara untuk
menyampaikan pesan atau amanat dalam sebuah pembelajaran. Bahkan,
para orang tua pun sudah enggan memakai dongeng untuk meninabobok-
kan anak tercintanya sesaat sebelum tidur.Mendongeng atau story telling

1
adalah kegiatan paling positif bagi perkembangan anak dalam berbagai
aspek. Banyak manfaat yang dapat diambil dari kegiatan tersebut
diantaranya menumbuhkan minat baca anak, dan menanamkan berbagai
pesan moral yang disampaikan melalui sebuah cerita atau dongeng
(Syukria, 2018: 91).

Secara umum pengertian dongeng adalah cerita yang dituturkan


atau dituliskan yang bersifat hiburan dan biasanya tidak benar-benar
terjadi dalam kehidupan. Dongeng merupakan suatu bentuk karya sastra
yang ceritanya tidak benar-benar tejadi (fiktif) yang bersifat menghibur
dan terdapat ajaran moral yang terkandung dalam cerita dongeng tersebut
(Kamisa, 1997: 144).

Tujuan dongeng untuk memberi pesan-pesan moral yang baik,


yang diharapkan bisa diteladani dalam kehidupan sehari hari. Senada
dengan Lezin dalam bukunya Bibliocollège, Charles Perrault mengatakan
bahwa: “Le conte est un court récit d’aventures imaginaires mettant en
scène des situations et des personnages surnaturels”. Arti dari pengertian
dongeng tersebut adalah cerita pendek tentang petualangan khayal dengan
situasi dan tokoh-tokoh yang luar biasa dan gaib.

1. Manfaat Dongeng Bagi Anak dan Orang Tua

Manfaat dongeng bagi anak ketika dongeng tersebut sering dan


menjadi konsumsi bagi mereka. Adapun Manfaatnya antara lain :

a. Sarana Rekreasi dan Bermain Anak.

Dunia anak adalah dunia bermain. Anak-anak sangat senang bermain


dengan mainannya. Mereka sangat menikmati waktu bermain sehingga
lupa makan, lupa belajar bahkan tidak mau melakukan aktivitas lainnya
jika sedang bermain. Hal ini sering kali membuat orang tua menganggap
bahwa anaknya malas belajar dan maunya cuma bermain saja. Seorang
ahli perkembangan manusia, Papalia (1995) dalam bukunya Human
Development, mengatakan bahwa anak berkembang dengan cara bermain.
Dunia anak-anak adalah dunia bermain. Dengan bermain, anak-anak

1
menggunakan otot tubuhnya, menstimulasi indra-indra tubuhnya,
mengeksplorasi dunia sekitarnya, menemukan seperti apa lingkungan yang
dia tinggali dan menemukan seperti apa diri mereka sendiri. Dengan
bermain, anak-anak menemukan dan mempelajari hal-hal atau keahlian
tersebut, serta memuaskan apa yang menjadi kebutuhannya. Lewat
bermain, fisik anak akan terlatih, kemampuan kognitif dan kemampuan
berinteraksi dengan orang lain akan berkembang. Bermain tentunya
merupakan hal yang berbeda dengan belajar dan bekerja

b. Melatih Daya Simak Anak

Para ahli berpendapat bahwa sebagian besar dari pengetahuan seseorang


dan nilai-nilai yang diyakininya diperoleh melalui kegiatan menyimak.
Karena itu sangatlah beralasan bila setiap orang dituntut terampil
menyimak. Begitu juga yang terjadi dalam mendongeng. Anak akan
mendengar, menyimak lalu berusaha menangkap pesan yang sudah
diterjemahkan dalam bentuk bunyi bahasa. Untuk menangkap bunyi
bahasa itu diperlukan telinga yang peka dan perhatian terpusat. Oleh
karena itu, dengan mendongeng berarti orang tua sedang melatih itu semua
untuk sang anak, yaitu melatih anak untuk memberdayakan potensi
menyimak.

c. Meningkatkan Kecerdasan

Saat otak anak menerima, menangkap, memahami, dan menyimpannya di


memori, maka otak anak akan bekerja lebih aktif dan saat itu stimulasi
kecerdasan anak pun berlangsung. Simpul-simpul saraf otak semakin
banyak tersambung sehingga kecerdasan anak berkembang dengan baik.
Dengan mendongeng akan merangsang anak untuk mencerna isi dongeng
tersebut.

d. Menjaga Interaksi Emosional dengan Anak

Melalui kata-kata, pelukan, belaian, senyuman, kontak mata, ekspresi, dan


lainnya akan mempererat hubungan antara anak dan orang tua, dan tentu
saja menciptakan situasi yang baik.

1
e. Perkembangan mental maupun fisiknya, dengan begitu anak akan
tumbuh dan berkembang jauh lebih baik.
f. Pengetahuan Baru Cerita dalam dongeng mengandung banyak
informasi baru dan bermanfaat bagi anak seperti bagaimana sebuah mobil
dapat berjalan, yaitu dengan bahan bakar minyak atau seperti apa rupanya
seekor kelinci, yaitu bertelinga panjang dan berbadan kecil serta dapat
berlari kencang.

Manfaat dongeng tidak hanya terpaut untuk anak-anak, tetapi juga


orang tua yang mendongeng untuk anaknya. Aktivitas mendongeng dapat
mempererat ikatan dan komunikasi yang terjalin antara orang tua dengan
anak. Mengingat begitu pentingnya dongeng bagi perkembangan dan
psikologi anak, semestinya para pendidik di rumah maupun di lembaga
tetap mempertahankan tradisi mendongeng pada anak-anak. Mendongeng
bukanlah hal yang sia-sia jika dilakukan dengan benar dan menarik.
Dongeng juga bisa menjadi media belajar anak baik secara langsung
maupun tidak langsung.

2. Dongeng dalam Meningkatkan Kepribadian Anak

Menurut pakar pendidikan, cerita dongeng dapat membantu


membentuk kepribadian anak. Karenanya, menasihati anak salah satunya
dapat dilakukan dengan cerita atau dongeng. Hal ini cukup efektif, karena
anak akan mampu menyerap dengan mudah gambaran tentang baik dan
buruknya suatu hal melalui isi sebuah cerita. Contoh salah satu dongeng
yang paling terkenal di kalangan anak-anak adalah “Kancil Nyolong
Timun” atau dalam bahasa Indonesia artinya “Kancil Mencuri Mentimun”.
Cerita yang dikisahkan dalam dongeng tersebut menunjukkan karakter
kancil sebagai pencuri yang licik untuk mendapatkan yang dia inginkan.
Karakter licik dari tokoh kancil sangat tertanam kuat dalam diri kancil.
Tidak hanya pada tokoh kancil, tokoh Pak Tani pun tergambar memiliki
karakter yang kuat. Hal ini ditunjukkan ketika Pak Tani mengetahui
mentimunnya dicuri oleh Kancil. Tanpa memberi ampun Pak tani
menghukum Kancil dengan memukulinya dan mengurung Kancil di dalam

1
keranjang. Tokoh Kancil lebih banyak memperlihatkan karakter tercela
yang ditakutkan dapat dicontoh oleh anak. Hal ini dikarenakan anak tidak
dapat langsung menerima nilai yang sebenarnya terkandung di dalam
dongeng. Melainkan yang nyata terlihat adalah karakter nakal,
pembohong, licik, dan banyak tipu muslihat dari tokoh kancil. Sebagai
contoh di dalam dongeng yang lain misalnya “Si Kancil dan Buaya”,
Kancil dengan liciknya membohongi buaya agar bisa menyeberangi
sungai. Namun dari sisi lain sebenarnya dapat pula diambil pesan tentang
kepandaian Kancil untuk melindungi dirinya dari musuh. Kelicikan Kancil
untuk melemahkan musuh-musuhnya dapat dianggap sebagai kepandaian
Kancil dalam me- ngatur strategi. Hanya saja, cara yang digunakan Kancil
dapat dianggap kurang sesuai karena merugikan pihak lain. Hal ini bukan
berarti dongeng si Kancil mengandung makna negatif. Bagi mereka yang
sudah memahami isi cerita dengan baik, maka cerita si Kancil dapat
memiliki nilai-nilai positif seperti pandai, kreatif, inovatif, dan pantang
menyerah. Selain itu si Kancil dapat dianggap sebagai tokoh panutan yang
dapat dijadikan pedoman dalam mengambil keputusan ketika mereka
dihadapkan pada masalah.

Rohinah (2011 : 56) menjelaskan bahwa kegiatan mendongeng


merupakan sarana pembinaan keakraban hubungan antara orang tua dan
anak. Selain itu,kegiatan mendongeng dapat juga menjadi ajang
peningkatan pengetahuan anak,sekaligus melatih berpikir divergen
(pencarian berbagai alternatif solusi pemecah masalah ). Kegiatan
mendongeng dapat dilakukan dengan anak TK atau SD sampai orang tua.

B.Unsur-Unsur Dongeng
Dongeng merupakan sebuah cerita atau narasi baik itu secara lisan
maupun tulisan yang sudah ada dari tahun ke tahun (Huck, Hepler, dan
Hickman, dalam Ardini, 2012). Dongeng biasanya diwariskan secara turun
temurun dari satu generasi ke generasi lainnya. Dalam proses
penyebarluasannya, dongeng biasanya diceritakan secara lisan atau secara
tulisan. Sebuah dongeng terkadang tidak sama persis alur ceritanya karena
adakalanya dongeng ditambahkan atau dikurangi jalan ceritanya

1
tergantung masyarakat yang menyebarluaskannya. Cerita dibentuk oleh
dua bagian besar unsur yaitu instrinsik dan unsur ekstrinsik dimana unsur
instrinsik disebut sebagai unsur dalam yang membentuk suatu cerita
sedangkan unsur ekstrinsuk disebut unsur luar yaitu unsur-unsur
oendukung terciptanya suatu cerita.
Prinsip mengembangkan cerita anak berbasis psikologi
perkembangan berdasarkan hasil sinkronisasi karakteristik data dari hasil
analisis kebutuhan cerita anak pada usia dini serta pedoman
mengembangankan cerita anak berbasis psikologi perkembangan. Prinsip
tersebut selanjutnya dispesifikasi menjadi kaidah-kaidah teknis, sehingga
dapat dijadikan acuan dalam mengembangankan cerita anak berbasis
psikologi perkembangan. Adapun prinsip-prinsip tersebut meliputi
struktur, unsur intriksik, dan unsur ekstrinsik. Hal tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut.
1. Struktur

Bagian ini berisi prinsip pengembangan struktur dalam menulis cerita


anak. Struktur yang wajib hadir dalam cerita anak adalah orientasi,
komplikasi, resolusi, dan koda. Gambaran mengenai prinsip
pengorganisasian struktur yaitu sebagai berikut.

a. Orientasi
b. Berisi pengenalan tokoh yang akan diceritakan dalam cerita.
c. Komplikasi
d. Konflik dalam cerita dibentuk dari permasalahan kehidupan sehari- hari
yang sederhana. Permasalahan digambarkan dengan konflik batin, dan
tidak berkaitan dengan konflik fisik.
e. Resolusi
Resolusi berisi penyelesaian konflik. Penyelesian ini dirangkai melalui
peristiwa dari sudut pandang anak yang sederhana.
f. Koda.
Koda berisi simpulan nilai-nilai positif yang dapat diambil dari cerita.
Koda ini disampaikan secara tersurat di akhir cerita.

1
2. Unsur Intrinsik
Bagian ini berisi prinsip pengembangan unsur intrinsik dalam menulis
cerita anak. Gambaran mengenai pengembangan unsur intriksik dapa
dijelaskan yaitu sebagai berikut.
a. Tema

Pemilihan tema pada penulisan cerita anak diarahkan pada tema realistis
yang berisi proses pemahaman dan pengenalan kehidupan yang nyata.

b. Alur
Tahapan alur yang digunakan adalah alur maju. Seluruh rangkaian alur
digambarkan dengan peristiwa yang positif, tidak kompleks, dan
menunjukkan hubungan sebab akibat yang diungkap secara jelas.
c. Plot
Sudut pandang dalam cerita anak disesuaikan dengan karakteristik
gambaran peristiwanya dan menggunakan sudut pandang orang ketiga.
d. Setting
Penggambaran setting disesuaikan kedekatannya dengan kehidupan anak.
e. Tokoh
Tokoh manusia dengan jumlah tidak lebih dari enam tokoh.
f. Penokohan
Karakterisasi tokoh dilakukan dengan tegas dan langsung menggambarkan
wataknya dengan dilengkapi oleh penggambaran fisik dengan cara yang
jelas.
g. Gaya bahasa
Teknik penyajian cerita dengan cara naratif menggunakan kata dan gaya
bahasa yang kongkret sesuai dengan perkembangan kognitif anak. Gaya
bahasa inimengacu pada pengertian yang tersurat. Teknik penuturan latar
dan tokoh lebih banyak digunakan teknik adegan dilengkapi dengan dialog
atau penggambaran dan penuturan berdasarkan kesan dan observasi yang
tersaji secara asosiatif.

3. Unsur Ekstrinsik

1
Bagian ini berisi prinsip pengembangan unsur ekstrinsik dalam menulis
cerita anak. Gambaran mengenai pengembangan unsur ekstrinsik dapat
dijelaskan dalam bagan berikut.
a. Nilai-nilai

Nilai-nilai yang dimasukkan dalam cerita merupakan nilai konkret yang


bersumber dari kehidupan anak sehari-hari.

b. Latar belakang pengarang

Menghubungkan pengalaman pengarang yang memililiki nilaipositif


dengan dunia anak.

Dongeng sebagai salah satu sarana menanamkan pendidikan


karakter diharapkan dapat menjadi perantara untuk meningkatkan
kompetensi anak terutama dalam menghadapi tantangan di abad 21.
Berkaitan dengan hal tersebut, Wagner (2010) mengidentifikasi
kompetensi dan keterampilan yang diperlukan oleh anak dalam
menghadapi kehidupan, dunia kerja, dan kewarganegaraan di abad ke-21
ditekankan pada tujuh keterampilan berikut:
a. kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah,
b. kolaborasi dan kepemimpinan,
c. ketangkasan dan kemampuan beradaptasi,
d. inisiatif dan berjiwa entrepeneur,
e. mampu berkomunikasi efektif baik secara oral maupun tertulis,
f. mengakses dan menganalisis informasi, dan
g. memiliki rasa ingin tahu dan imajinasi.
Oleh karena itu, dongeng harus dibangun dan dibuat dengan prinsip
yang sesuai, yaitu berdasarkan dengan psikologi perkembangan anak.
Ketiga prinsip tersebut dijadikan dasar untuk mengembangkan sebuah
dongeng yang telah mempertimbangkan psikologi perkembangan anak.
Harapannya,dengan mendasarkan pada prinsip tersebut anak mampu
memahami isi dongeng dengan baik sehingga dapat meningkatkan
kempetensinya.

1
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dongeng merupakan cerita yang mengandung nilai-nilai budi pekerti atau
nilai moral dan sosial yang berguna untuk membentuk karakter anak.
Pembentukan karakter anak tidak hanya dilakukan dalam pembelajaran di
sekolah, tetapi juga dapat dilakukan di lingkungan rumah atau keluarga.
Strategi pembentukan karakter yang dapat dilakukan di sekolah adalah siswa
wajib membaca dongeng yang ada di perpustakaan dimulai; siswa mencatat
nilai moral dalam dongeng yang telah dibaca; guru menugasi siswa membuat
rigkasan dari dongeng yang telah dibaca; dan siswa membuat kliping 28
dongeng semiggu sekali. Pembentukan karakter dalam lingkungan keluarga
dapat dilakukan dengan cara orangtua atau saudara membacakan dongeng
sebelum tidur atau di waktu luang; menyediakan bacaan-bacaan dongeng di
rumah untuk menarik minat baca anak; orangtua mengajukan pertanyaan
kepada anak untuk melihat pemahaman dan ingatan anak tentang isi dongeng;
orangtua mengajak anak ke toko buku dan memberikan kesempatan pada
anak untuk membeli buku yang disukainya, termasuk dongeng.

B. Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan
makalah di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna.
Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah
itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa
membangun dari para pembaca.

1
DAFTAR PUSTAKA

Cahyani, I. & Rosmana, I.A. (2006). Pendidikan bahasa Indonesia.

Habsari, Zakia. (2017). Dongen Sebagai Pembentuk Karakter Anak. Jurnal Kajian
Perpustakaan Dan Informasi. Vol 1 (1) hlm. 21-29.

H, Hanafi. (2018). Pembentukan Karakter Anak Melalui Dongen. Jurnal


Pendidikan Karakter Jawara (Jujur, Adil, Wibawa, Amamnah,
Religius, Akuntabel. Vol 3 (2) hlm. 629-630.

Husnaini, Nani. (2011). Budaya Dongeng demi Kemajuan Teknologi dan Orang
Tua. Vol 10 (2) hlm. 78-84.

Kamisa. 1997. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Kartika. Hlm, 144.

Neina, Ayu Qurrota. 2018. Moderinisasi Sastra Anak Berbasis Psikologi Perkembangan.
Jurnal Bahasa dan Sastra, Fakultas Seni, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia. Vol 7(3) hlm 209-210.

Sulastrim, Asih. 2010. Peningkatan Kemampuan Mengindetifikasi Unsur-Unsur


Intrinsik Dongeng Dengan Metode Jigsaw pada siswa kelas V
SDN Bandawungi 03 Tawamangu Tahun Ajaran 2009/2010. hlm.
18-19.

S, Syofiani. 2020. Budaya Literasi Melalui Teks Dongeng Sebagai Upaya


Meningkatkan Karakter Siswa SD Islam Khaira Ummah. Jurnal
Cerdas Proklamator. Vol 8 (2), hlm. 61-66

Syukria, S., & Siregar, N.S.S (2018). Buku Cerita si Kancil dan Perilaku Meniru
Siswa Taman Kanak-Kanak. Gondong: Jurnal Seni dan Budaya,
2(2), HLM, 90-102.

13

Anda mungkin juga menyukai