Anda di halaman 1dari 8

KEMATANGAN INTLEKTUAL

TAHAP PENGENALAN
Standar Kompetensi : Mempelajari Cara-cara
Pengambilan Keputusan dan Pemecahan Masalah
A. Pengambilan Keputusan
Menurut George R. Terry, definisi
pengambilan keputusan adalah pemilihan
alternatif perilaku dari dua alternatif atau
lebih.Sementara menurut Siagian, pengambilan
keputusan adalah suatu pendekatan terhadap
hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta
dan data, penentuan yang matang dari alternatif
yang dihadapi, dan pengambilan tindakan yang
menurut perhitungan merupakan tindakan yang
paling tepat (Anggraeny, 2016).
Dari kedua pengertian di atas maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa keputusan itu diambil
dengan sengaja, tidak secara kebetulan, dan tidak
boleh sembarangan. Masalahnya terlebih dahulu
harus diketahui dan dirumuskan dengan jelas,
sedangkan pemecahannya harus didasarkan
pemilihan alternatif terbaik dari alternatif yang ada
(Anggraeny, 2016).
B. Struktur Pengambilan Keputusan
Menurut Prajudi (1984) struktur dan sistem
dari kerangka pengambilan keputusan tergantung
dari (Anggraeny, 2016):
1. Posisi atau Kedudukan.
Setiap orang berada di dalam posisi atau
kedudukan yang berubah-ubah, tergantung
dari apa dan siapa yang dia hadapi pada waktu
itu. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
posisi atau kedudukan seseorang selalu
ditentukan oleh lingkungannya. Hal tersebut
perlu disadari sepenuhnya oleh setiap orang
yang sedang menghadapi masalah
pengambilan keputusan, jangan sampai salah
tanggap dan salah berpikir. Di dalam
kerangka pengambilan keputusan, seseorang
harus sadar akan posisinya, apakah dirinya
sebagai pembuat keputusan atau
pengambil/penentu keputusan.
2. Problema
Masalah atau problema adalah apa
yang menjadi penghalang untuk tercapainya
sebuah tujuan, yang merupakan
penyimpangan dari apa yang diharapkan,
direncanakan, dan dikehendaki. Problema
tidak selalu dapat dikenali dengan segera. Ada
yang memerlukan analisa, adapula yang
memerlukan research tersendiri.
3. Situasi
Situasi adalah keseluruhan faktor-faktor
dalam suatu keadaan, yang berkaitan satu
sama lain, dan yang secara bersama-sama
memancarkan pengaruh terhadap apa yang
hendak kita perbuat.
4. Kondisi
Kondisi adalah keseluruhan dari faktor-
faktor yang secara bersama-sama menentukan
daya gerak, daya berbuat, dan kemampuan.
5. Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai, baik tujuan
perorangan maupun kelompok, tujuan tersebut
harus bersifat objektif

C. Proses Pengambilan Keputusan


Banyak para ahli yang berpendapat mengenai
proses pengambilan suatu keputusan, namun pada
intinya proses pengambilan keputusan dapat
disimpulkan sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi masalah
Apabila menghadapi permasalahan lebih
dulu harus dibuat jelas apakah itu memang
masalah (problem) atau sekedar isu (issue) belaka.
Yang dimaksud dengan masalah disini adalah
persoalan yang harus dipecahkan sedangkan isu
adalah persoalan yang perlu dibicarakan (tidak
harus dipecahkan)
2. Menganalisis masalah
Untuk mengetahui penyebab timbulnya
masalah, lebih dahulu harus diperoleh data dan
informasinya.. Data tersebut kemudian diolah
menjadi informasi tentang penyebab timbulnya
masalah.
3. Membuat beberapa alternatif pemecahan masalah
Untuk dapat membuat alternatif-alternatif
pemecahan masalah, maka lebih dahulu harus
diketahui penyebab timbulnya masalah.
Selanjutnya dibuatlah beberapa alternative
pemecahannya. Dalam pembuatan beberapa
alternative, maka masing-masing alternatif harus
ditunjukkan kekurangan dan kelebihannya.
4. Penilaian dan pemilihan alternative
Setelah berbagai alternatif diidentifikasi,
kemudian dilakukan evaluasi terhadap masing-
masing alternatif yang telah dikembangkan dan
dipilih sebuah alternatif yang terbaik. Alternatif-
alternatif tindakan dipertimbangkan berkaitan
dengan tujuan yang ditentukan, apakah dapat
memenuhi keharusan atau keinginan..
5. Melaksanakan keputusan
Jika salah satu dari alternatif yang terbaik
telah dipilih, maka keputusan tersebut kemudian
harus diterapkan. Sekalipun langkah ini sudah
jelas, akan tetapi sering kali keputusan yang baik
sekalipun mengalami kegagalan karena tidak
diterapkan dengan benar..
6. Evaluasi dan Pengendalian
Setelah keputusan diterapkan, pengambil
keputusan tidak dapat begitu saja menganggap
bahwa hasil yang diinginkan akan tercapai.
Mekanisme sistem pengendalian dan evaluasi
perlu dilakukan agar apa yang diharapkan dari
keputusan tersebut dapat terealisir. Penilaian
didasarkan atas sasaran dan tujuan yang telah
ditetapkan
TAHAP AKOMODASI
Standar Kompetensi : Menyadari Adanya Resiko Dari
Pengambilan Keputusan
A. Kondisi dalam Pengambilan Keputusan
1. Kondisi Pasti (Certainty). Kondisi pasti
(Certainty) adalah kondisi dimana pihak
manajemen atau manajer memiliki informasi
yang cukup untuk mengetahui hasil keputusan
sebelum keputusan tersebut dibuat. Manajer
mengetahui dengan jelas alternatif yang tersedia
serta kondisi dan konsekuensi dari tindakan
pengambilan keputusan tersebut. Kemungkinan
kesalahan dalam pengambilan keputusan dalam
kondisi pasti ini relatif kecil.
2. Kondisi Risiko (Risk)
Ketika seorang Manajer tidak memiliki
informasi yang lengkap dalam mengambil suatu
keputusan maka timbulah risiko (Risk). Manajer
yang bersangkutan mungkin memahami
permasalahan yang terjadi dan juga memiliki
alternatifnya, namun manajer tidak dapat
memastikan apakah alternatif-alternatif yang
diberikan tersebut dapat menyelesaikan
permasalahan yang terjadi sesuai dengan hasil
yang diharapkannya. Dalam situasi risiko ini,
manajer harus menentukan probabilitas yang
terkait dengan setiap alternatif atas dasar
informasi yang tersedia dan juga berdasarkan
pengalamannya.
3. Kondisi Tidak Pasti (Uncertainty)
Dibawah kondisi Tidak Pasti, Keputusan
yang diambil penuh dengan ketidakpastian,
probabilitas hasil dari pengambilan keputusan
tersebut tidak diketahui. Kondisi tidak pasti ini
bisa saja timbul dikarenakan minimnya
informasi yang diterima. Manajer yang
mengambil keputusan dalam kondisi tidak pasti
ini harus membuat asumsi tertentu tentang
situasi yang dihadapi untuk memberikan
kerangka yang wajar untuk pengambilan
keputusan. Intuisi, penilaian dan pengalaman
B. Resiko dalam Pengambilan Keputusan
Merujuk pengalaman, tatkala pengambilan
keputasan diambil, terdapat tiga situasi dan kondisi
(sikon) tergelar di depan kita, yakni:
1. Pengambilan keputasan dengan kepastian sikon,
dimana cuma ada satu hasil yang akan terjadi.
Entah implikasi ataupun kontribusi bagi si
pengambilan keputasan (subyek) maupun si
obyek itu sendiri;
2. Pengambilan keputasan dengan risiko. Ini bisa
berdampak pada si subyek, atau obyek ataupun
sikon yang ada namun dapat diukur probabilitas
dan/atau perkiraan dampak dari pengambilan
keputasan tersebut;
3. Pengambilan keputasan dengan ketidakpastian.
Ini yang rawan, apabila si pengambilan
keputasan tidak punya gambaran/perkiraan
tentang apa yang akan terjadi usai pengambilan
keputasan dijatuhkan. Harus dihindari jika tidak
ingin blunder. Kenapa? Bahwa hakikat
pengambilan keputasan adalah proses memilih
berbagai alternatif berbasis data, informasi,
analisis, dan lain-lain sesuai kriteria yang
diperoleh si pengambilan keputasan.
TAHAP TINDAKAN
Standar Kompetensi : Mengambil Keputusan Berdasarkan
Pertimbangan Resiko yang Mungkin Terjadi
A. Pengambilan Keputusan Kelompok
PENGAMBILAN KEPUTUSAN SECARA
KELOMPOK
Proses pengambilan keputusan kelompok adalah
salah satu corak proses pengambilan keputusan
dalam organisasi. Ciri dari prosesnya ditandai
dengan keterlibatan dan partisipasi orang banyak.
Sering kali keputusan semacam ini dianggap ideal
dan dipergunakan secara luas dalam organisasi.
1. Keunggulan keputusan kelompok
Keputusan individual dan kelompok ini
masing – masing memiliki kekuatan sendiri –
sendiri, karenanya masing – masing juga tidak
selalu ideal untuk semua situasi. Namun
beberapa keunggulan keputusan kelompok
dibandingkan dengan keputusan individual
adalah sebagai berikut:
2. Informasi dan pengetahuan lebih lengkap.
Dalam
menghimpun sumber daya dari sejumlah
individu , berarti lebih banyak masukan yang
dipakai dalam proses pembuatan keputusan
3. Keragaman pandangan lebih banyak. Selain
masukan yang banyak, kelompok dapat
membawa serta heterogenitas mereka kedalam
proses keputusan. Hal ini membuka peluang bagi
lebih banyak pendekatan dan alternatip yang
akan menjadi pertimbangan.
3. Penerimaan keputusan lebih besar. Banyak
solusi yang ternyata gagal setelah keputusan
diambil, karena orang – orang tidak dapat menerima
hasil keputusan tersebut. Akan tetapi , bila orang
yang akan dikenai oleh keputusan itu dan orang
tersebut dapat ambil bagian dalam proses
pembuatanya, maka mereka lebih cenderung untuk
menerimanya, dan bahkan akan mendorong orang
lain untuk menerimanya.
4. Legitimasi keputusan lebih kuat. Masyarakat
kita menghargai metode – metode yang demokratis.
Proses pengambilan keputusan kelompok yang
konsisten dengan sikap demokratis dipandang lebih
memiliki keabsahan dari pada keputusan yang
dibuat oleh seorang individu.

b. Kekurangan keputusan kelompok


Disamping keunggulan – keunggulanya. Sudah
barang tentu keputusan kelompok juga mengandung
kelemahan. Beberapa kekurangan keputusan
kelompok antara lain:
1. Memakan waktu.Untuk membentuk suatu
kelompok sudah jelas membutuhkan waktu
tersendiri. Proses interaksi yang terjadi begitu
kelompok terbentuk juga sering sekali tidak efisien.
Akhirnya kelompok membutuhkan waktu yang
lebih lama untuk mencapai kesepakatan terhadap
sebuah solusi dari pada yang dapat dilakukan
seorang individu. Hal ini tentu saja membatasi
kemampuan manajemen untuk bertindak cepat pada
saat diperlukan.
2. Tekanan untuk sependapat. Keinginan
anggota kelompok untuk diterima dan
dipertimbangkan sebagai aset bagi kelompok akan
mengakibatkan adanya penekanan pada pihak yang
berbeda pendapat, dan mendorong persesuaian
diantara sejumlah pandangan. Keadaan seperti ini
juga mmendorong terjadinya pemikiran kelompok
( groupthink ) akan dimana tekanan kelompok
mengarah pada menurunya efisiensi mental,
minimnya uji realitas, dan kurangnya pertimbangan
moral.

3. Dominasi oleh minoritas. Boleh jadi


didominasi oleh satu atau beberapa anggota Jika
koalisi dominasi ini juga terdiri anggota yang
berkemampuan rendah dan menengah, maka
efektifitas kelompok secara keseluruhan akan
mengalami gangguan.

4. Tanggung jawab yang kabur. Anggota


kelompok sama berbagi ( share ) tanggung jawab,
tetapi tak jelas siapa yang bertanggung jawab,
sedangkan pada keputusan kelompok tanggung
jawab dari setiap anggota diabaikan.

Anda mungkin juga menyukai