LAPORAN BAB
diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Bimbingan Kelompok yang
diampu oleh Dr. Nandang Rusmana, M.Pd. dan Dadang Sudrajat, M.Pd.
oleh:
1. Identitas Buku
Judul Buku : Group Work Processes and Application
Penulis : Bradley T. Erford
Halaman : 368 Lembar
Tahun : 2011
Lembaga : Library of Congres Cataloging-in-Publication Data
No. Laporan : ISBN-10: 0-13-171410-4
ISBN-13: 978-0-13-171410-6
Penerbit : Pearson Education, Inc, New Jersey
Cetakan : Pertama
BAB I PENDAHULUAN
Selasa, 13 Februari
2018
Regita Yusma
Menyusun Makalah
Rabu, 14 Februari Deajeng K
2018
Rabu, 28 Februari
2018 Regita Yusma
Revisi Makalah
Deajeng K
Jum’at, 9 Maret 2018
Preview
Keluarga, pasangan, T-Groups, dan pendekatan Self-help menggabungkan terapi
kelompok dan model terapi lainnya untuk memfasilitasi perubahan pada anggota
kelompok. Masing-masing pendekatan untuk kerja kelompok ini akan dibahas,
termasuk prinsip dasar, jenis kelompok, peran pemimpin, tahapan perkembangan, dan
berbagai teknik.
1. Kesimpulan Umum
Kerja kelompok keluarga dan pasangan membantu anggota untuk lebih
memahami asal masalah keluarga, para pemimpin mengambil peran aktif, terdiri
dari tahap pertama yang mencakup keamanan, penerimaan, tanggung jawab,
pekerjaan, dan penghentian, teknik yang digunakan dalam kelompok keluarga:
reaksi, interaksi, dan keterampilan berbasis tindakan, dan membantu anggota
memperbaiki hubungan dan menyadari pola interaksi mereka.
T-Groups fokus beralih dari pelatihan dinamika kelompok ke penekanan
pada pengembangan kepekaan, mengalihkan tanggung jawab untuk menyusun,
memahami, dan mengendalikan aktivitas kelompok kepada peserta itu sendiri, dan
selama tahap kerja, perhatian lebih diarahkan pada anggota yang berinteraksi satu
sama lain dan memberi umpan balik tentang persepsi dan perasaan. Pada tahap
akhir, penutupan tercapai, dan pembelajaran baru dibahas dan diperkuat.
Self-help Groups untuk berbagai masalah medis, psikologis, atau stress,
anggota mengenalkan diri mereka, bergiliran menceritakan kisah mereka, dan
saling menawarkan dukungan satu sama lain.
2. Implikasi Terhadap Guru Bimbingan dan Konseling
Bimbingan keluarga merupakan upaya pemberian bantuan kepada para
individu sebagai pemimpin/anggota keluarga agar merka mampu menciptakan
keluarga yang utuh dan harmonis, memberdayakan diri secara produktif, dapat
meciptakan dan menyesuaikan diri dengan norma keluarga, serta
berperan/berpartisipasi aktif dalam mencapai kehidupan yang bahagia. Bimbingan
keluarga juga membantu individu yang akan berkeluarga memahami tugas dan
tanggung jawabnya sebagai anggota keluarga sehingga individu siap menghadapi
kehidupan keluarga. Bimbingan keluarga juga membantu anggota keluarga dengan
berbagai strategi dan teknik berkeluarga yang sukses, harmonis, dan bahagia
(Nurihsan, 2009, hlm. 17).
Dalam perspektif hubungan, konselor keluarga tidak menghilangkan
signifikansi proses interpsikis yang sifatnya individual, tetapi menempatkan
perilaku individual dalam pandangan yang lebih luas. Perilaku individu itu
dipandang sebagai suatu yang terjadi dalam sistem sosial keluarga. Konselor
keluarga lebih memfokuskan pemahaman proses keluarga daripada mencari
penjelasan-penjelasan yang sifatnya linear. Dalam kerangka kerja seperti ini,
simptom yang ditunjukkan pasien dipandang sebagi cermin dari sistem keluarga
yang tidak seimbang (Nurihsan, 2009, hlm. 99-100).
Nathan Acherman berpandangan bahwa ketidakberfungsian keluarga akibat
hilangnya peran yang saling melengkapi di antara para anggota, akibat konflik
yang tepat tidak terselesaikan, dan akibat korban yang merugikan. James Framo,
konselor keluarga generasi pertama, meyakini bahwa konflik intrapsikis yang
tidak terselesaikan di bawa dari keluarganya, diteruskan dalam bentuk proyeksi ke
dalam hubungan-hubungan yang terjadi pada saat ini, seperti hubungan suami istri
atau anak (Nurihsan, 2009, hlm. 103).
Dalam bab ini membahas tentang sistem kelompok kerja dalam kelurga. Dan
melalui terapi kelompok keluarga dapat membantu anggota untuk lebih memahami
asal masalah keluarga. Kelompok kerja keluarga yang terpusat dapat membantu
anggota memperbaiki hubungan dan menyadari pola interaksi mereka.
Kelompok kerja dalam keluarga ini berupaya membantu para keluarga dan
pasangan sebagai pemimpin atau anggota keluarga agar mereka dapat memahami
tanggung jawab diri, dapat menyesuaikan diri, dan mampu menghadapi kehidupan
keluarga. Selain itu juga pemimpin atau anggota keluarga dapat menciptakan
keluarga yang bahagia.
Menurut Sugiyanto (tt, hlm. 1) menyatakan bahwa T-Groups bertujuan
untuk memperbaiki interpersonal skill, belajar mengamati proses yang terjadi pada
dirinya, mampu menerapkan dinamika kelompok dan hubungan antar pribadi
dalam suasana hidup dan bekerja. Dalam kelompok ini difokuskan pada proses
kelompok itu sendiri dan mencakup studi tentang dinamika kelompok melalui
pengalaman konkret dalam interaksi satu dengan yang lainnya dalam kelompok.
Menurut Sayekti (2013) menyatakan bahwa rendahnya tingkat kompetensi
sosial, mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam menjalani hidupnya, jadi
perlunya mencari solusi dan memecahkan masalah dalam hal ini. Cara efektif
untuk meningkatkan kompetensi sosial siswa adalah dengan menerapkan pelatihan
konseling kelompok. T-Groups memberikan kontribusi yang penting dalam
meningkatkan kompetensi sosial, terlebih masalah kompetensi sosial merupakan
masalah yang banyak dialami oleh siswa sehingga mengefisiensikan waktu
konseling kelompok dimungkinkan lebih efektif dibandingkan layanan konseling
individual.
Dalam melaksanakan bimbingan self-help groups dapat membuat anggota
kelompok menemukan penyelesaian masalahanya secara lebih baik dengan cara
berbagi perasaan dan pengalaman, memberikan kesempatan untuk berbicara
tentang permasalahan yang dihadapi dan memilih apa yang akan dilakukan, saling
mendengarkan satu sama lain, membantu para peserta untuk berbagi informasi,
dapat meningkatkan kepdulian antar sesama peserta, dan tercapainya perasaan
aman dan sejahtera mengetahui bahwa dirinya tidak sendiri.
Tujuan dan manfaat dari self-help groups adalah memberikan support
emosional setiap peserta kelompok, belajar koping yang baru, menemukan strategi
untuk mengatasi suatu kondisi dan membantu yang lain ketika mereka perlu
bantuan (Utami, 2008, hlm. 36).
Self-help groups dirancang untuk menciptakan sistem pendukung bagi
orang-orang yang memiliki masalah atau dilema yang sama. Self-help group bisa
dipakai sebagai salah satu teknik bimbingan dan konseling kelompok, karena
metode yang digunakan ialah dengan cara mengelompokkan orang berdasarkan
satu masalah atau satu kondisi yang sama-sama ingin mencapai satu tujuan, yang
di dalamnya terdapat helper untuk membantu.
Self-help group ini memberikan kontribusi pada bimbingan kelompok yang
dilakukan. Dengan adanya self-help group ini dapat mengembangkan emphaty
diantara sesama anggota kelompok dimana para anggota dapat saling memberikan
penguatan untuk membentuk koping yang adaptif.
DAFTAR PUSTAKA
Erford, T, B. (2011). Group Work Processes And Applications. United States: Pearson
Education, Inc. New Jersey.
Nurihsan, A.J. (2009). Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan.
Bandung: Refika Aditama.