Anda di halaman 1dari 11

PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU

MAKALAH

untuk memenuhi tugas matakuliah

Pengantar Ilmu Kependidikan

yang dibina oleh Wildan Zulkarnain, M.Pd

oleh:

Alberty Vieter Riawan : 210521618078

Ardias Kusuma Wardana : 210521618006

Arya Dwi Pramana : 210521618052

Firdaus Situmorang : 210521618040

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

2022
A. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu yang fundamental atau asasi bagi kehidupan
manusia yang bermanfaat untuk meningkatkan nilai kemanusiaan yang lebih tinggi.
Pendidikan memiliki dimensi ruang dan waktu artinya pendidikan dapat diperoleh
dimanapun dan kapanpun, dalam arti lain setiap ada kehidupan pasti ada pendidikan
didalamnya (Driyarkara, 1980).
Pendidikan merupakan bagian dari ilmu pengetahuan. Pendidikan sebagai
ilmu karena 1) Memiliki objek tertentu, metode dan sistematika, 2) Mempunyai
dinamika, 3) Praktis, dan 4) Diabdikan untuk kesejahteraan manusia. Dalam dunia
pendidikan setiap saat selalu muncul tuntutan untuk mengembangkan pendidikan
menjadi lebih baik dan teratur untuk memperluas potensi manusia, sehingga
melatarbelakangi munculnya pemikiran teoritis tentang pendidikan. Teori pendidikan
merupakan kumpulan hipotesis yang telah diverifikasi melalui observasi dan
eksperimen. Teori pendidikan juga memiliki fungsi, P.H. Hirst dalam (Komar, 2016)
menjelaskan fungsi utama pendidikan adalah untuk membimbing praktek pendidikan,
memiliki aspek ilmiah dan aspek normatif, serta merupakan unsur-unsur bangunan
pengetahuan ilmu pendidikan.
B. PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU
1. Pengertian Ilmu Pendidikan
Terdapat banyak versi pengartian ilmu pendidikan dari para ahli, salah satunya
sebagai berikut.
1) Pendidikan adalah suatu ilmu yang mempelajari objek untuk diketahui
keadaan dan hakikatnya serta mempelajari perilaku objek tersebut bertindak
(Langeveld, 1971)
2) Menurut Prof. Brodjonegoro, Ilmu pendidikan adalah tentang teori-teori
pendidikan, perenungan tentang fenomena yang terjadi dalam pendidikan, dan
ilmu yang mempelajari problematika dalam praktek pendidikan (Suwarno,
1985)
3) Ilmu pendidikan adalah ilmu yang membahas masalah-masalah pendidikan
yang umum secara menyeluruh dan abstrak (Barnadib, 1994)
4) Ilmu pendidikan adalah tentang pemikiran ilmiah realitas (kritis, metodis, dan
sistematis) mengenai mendidik dan dididik (Driyarkara, 1980)
Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ilmu pendidikan
adalah ilmu yang mempelajari tentang hakikat dari objek pendidikan serta
1
membahas teori-teori pendidikan yang berguna untuk menyelesaikan
problematika dalam fenomena dunia pendidikan dengan pemikiran ilmiah yang
realistis.
2. Persyaratan Pendidikan Sebagai Ilmu
Umumnya ciri-ciri ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut. 1) Memiliki
uraian yang sistematis dan metodis terhadap masalah mengenai suatu objek, 2)
Adanya kerangka konseptual atau teori yang telah diuji atau dikaji oleh para ahli
dibidang yang sama sehingga diterima secara universal, 3) Merupakan rangkaian
konsep yang saling berkaitan dan berkembang sebagai hasil dari penelitian
lanjutan. Sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, ilmu pendidikan harus
memenuhi syarat-syarat berikut agar bisa dikatakan pendidikan sebagai suatu
ilmu.
a. Memiliki Objek Studi
1) Objek Material
Objek material yang dimaksud disini adalah perilaku manusia. Tidak
hanya ilmu pendidikan yang menggunakan perilaku manusia sebagai objek
material tetapi juga ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, antropologi,
psikologi, dan ilmu-ilmu sosial lainnya. Apabila suatu ilmu memiliki objek
material yang sama dengan ilmu yang lain maka dibutuhkan objek formal
agar menjadi pembeda diantara ilmu-ilmu yang ada.
2) Objek Formal
Dalam ilmu pendidikan objek formal berarti menelaah fenomena
pendidikan dalam perspektif luas dan integratif. Dengan melakukan
penelaahan fenomena pendidikan akan memunculkan kumpulan-kumpulan
hipotesis yang akan divalidasi sehingga dapat menyelesaikan problematika
yang ada dalam pendidikan itu sendiri. Objek formal juga termasuk seluruh
rangkaian kegiatan pendidikan seperti mendidik dan dididik.
b. Memiliki Sistematika
1) Pendidikan Sebagai Gejala Manusiawi
Jika dianalisis dari proses berjalannya pendidikan atau dalam situasi
pendidikan, dapat ditemukan adanya komponen pendidikan yang saling
terkait dan memengaruhi satu sama lain. Komponen-komponen tersebut
akan dijabarkan pada bab selanjutnya.
2) Pendidikan Sebagai Upaya Sadar
2
Pendidikan sebagi upaya sadar berguna untuk mengembangkan
keterampilan dan kepribadian manusia untuk mencapai potensi maksimal.
Muhajir dalam (Kadir, 2015) menjelaskan fungsi dari pendidikan sebagai
berikut.
- Menumbuhkan kreativitas peserta didik
- Menjaga lestarinya nilai-nilai insani
- Menyiapkan tenaga kerja pendidikan yang produktif dan professional

c. Memiliki Metode

Metode yang dipakai dalam ilmu pendidikan menurut (Soedomo,


1990) adalah sebagai berikut.

1) Metode normatif, berkenaan dengan konsep manusia yang ideal dan


penilaian tentang baik dan buruk
2) Metode eksplanatori, yaitu metode untuk mengetahui kondisi dan kekuatan
yang dapat mempengaruhi berhasilnya proses pendidikan
3) Metode teknologis, merupakan metode yang menjabarkan bagaimana cara
agar berhasil mencapai tujuan
4) Metode Deskriptif-Fenomenologis, metode yang menguraikan kenyataan
pendidikan kemudian mengklasifikasikannya
5) Metode Hermeneutis, yaitu metode yang memahami kenyataan pendidikan
yang kongkrit dan historis
6) Metode Analisis Kritis, yaitu metode yang digunakan untuk menganalisis
secara kritis tentang istilah, pernyataan, konsep dan teori dalam pendidikan
3. Sifat Ilmu Pendidikan
Sebagai sebuah ilmu, pendidikan juga mempunyai sifat-sifat yang melekat
pada batang tubuhnya dan menjadi ciri khas dari ilmu pendidikan tersebut. Sifat
ilmu pendidikan diantaranya adalah.
1) Empiris, yaitu objek dari pendidikan dapat ditemukan dalam dunia
pengalaman
2) Rohaniah, memiliki tujuan membawa manusia kearah yang berbudaya
3) Normatif, yaitu berdasarkan pertimbangan baik dan buruk bagi manusia
4) Historis, memberikan uraian teoritis tentang sistem pendidikan secara historis

3
5) Praktis, berisi pemikiran atau kententuan untuk menemukan solusi serta
berbagai bentuk tindakan pendidik yang berkaitan dengan pendidikan
4. Fondasi Ilmu Pendidikan
Fondasi ilmu pendidikan berisi studi tentang fakta-fakta dan prinsip-prinsip
dasar yang melandasi kebijakan dan praktek-praktek pendidikan. Van Cleve
Morris dalam (Siswoyo, 1996) membagi fondasi pendidikan menjadi dua, yaitu.
1) Fondasi historis dan filosofis tentang pendidikan
2) Fondasi sosiologis dan psikologis tentang pendidikan
C. KOMPONEN DAN FUNGSI PENDIDIKAN
1. Komponen Pendidikan
Kegiatan pendidikan adalah sebuah sistem. Sebagai sebuah sistem, pendidikan
terdiri dari beberapa komponen, yaitu tujuan, peserta didik, pendidik, alat
pendidikan, dan lingkungan. Jika salah satu komponen tidak ada maka pendidikan
tidak dapat berfungsi karena keseluruhan komponen tersebut saling terkait dan
memengaruhi. Berikut ini adalah penjelasan tentang berbagai komponen
pendidikan.
a. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan memiliki berbagai tingkatan, mulai dari tujuan umum,
tujuan khusus, tujuan tidak lengkap, tujuan sementara, tujuan intermediet, dan
tujuan insidental (Barnadib, 1984). Ragam tujuan pendidikan tersebut
dijelaskan sebagai berikut.
1) Tujuan Umum
Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai diakhir proses
pendidikan, yaitu tercapainya kedewasaan jasmani dan rohani peserta
didik. Kedewasaan rohani di sini berarti peserta didik sudah mampu
menolong dirinya sendiri, mampu berdiri sendiri, dan mampu bertanggung
jawab atas perbuatannya.
2) Tujuan Khusus
Tujuan khusus adalah tujuan tertentu yang hendak dicapai dan
memiliki kriteria yang beragam seperti usia, jenis kelamin, sifat, bakat,
inteligensi, lingkungan sosial-budaya, tahap-tahap perkembangan, tuntutan
syarat pekerjaan, dan sebagainya.
3) Tujuan Tidak Lengkap

4
Tujuan tidak lengkap adalah tujuan yang hanya berfokus pada sebagian
aspek dalam diri manusia, misalnya tujuan yang pembentukan kecerdasan
saja tanpa diikuti perkembangan aspek yang lain.
4) Tujuan Sementara
Tujuan sementara adalah tahapan-tahapan atau langkah-langkah
menuju tujuan umum. Adanya tujuan sementara ini berfungsi karena
dalam proses mencapai tujuan umum tidak dapat dicapai secara langsung
melainkan melalui tahapan-tahapan.
5) Tujuan Intermediet
Tujuan intermediet adalah tujuan perantara agar nantinya tujuan
lainnya dapat terpenuhi. Misalnya, peserta didik setiap hari jumat
diwajibkan untuk ikut kegiatan pramuka agar nantinya peserta didik
tersebut mempunyai jiwa sosial dan disiplin tinggi.
6) Tujuan Insidental
Tujuan insidental merupakan tujuan yang sementara karena sifatnya
yang spontan dan seketika. Misal, dosen memberikan kuis mendadak dan
tidak diberitahu pada mahasiswa sebelumnya untuk mengetahui apakah
mahasiswa telah memahami isi dari perkuliahan tersebut atau tidak.
b. Peserta Didik
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang sedang mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan
jenis pendidikan tertentu. Peserta didik menurut sifatnya dapat dididik, karena
mereka mempunyai bakat dan disposisi-disposisi yang memungkinkan untuk
diberi pendidikan.
c. Pendidik
Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan
dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat (Undang- undang No. 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen).
d. Alat Pendidikan
Alat pendidikan adalah hal yang dapat membantu terlaksananya pekerjaan
mendidik serta sebagai langkah tercapainya tujuan pendidikan. Abu Ahmadi

5
dalam (Suwarno, 2006) membedakan alat pendidikan ini kedalam beberapa
kategori, yaitu sebagai berikut.
1) Alat Pendidikan Positif dan Negatif
Alat pendidikan positif ditujukan agar anak mengerjakan sesuatu yang
baik, misalnya, memberikan contoh perilaku yang baik agar anak meniru
tindakan tersebut. Alat pendidikan negatif dimaksudkan agar anak tidak
mengerjakan sesuatu yang buruk, misalnya, memberi nasehat.
2) Alat Pendidikan Preventif dan Korektif
Alat pendidikan preventif merupakan alat untuk mencegah anak
mengerjakan sesuatu yang tidak baik, misalnya, peringatan atau larangan.
Alat pendidikan korektif adalah alat untuk memperbaiki kesalahan atau
kekeliruan yang telah dilakukan peserta didik, misalnya, hukuman.
3) Alat Pendidikan yang Menyenangkan dan Tidak Menyenangkan
Alat pendidikan yang menyenangkan merupakan alat yang digunakan
agar peserta didik menjadi senang, Misalnya, dengan hadiah. Alat
pendidikan yang tidak menyenangkan dimaksudkan sebagai alat yang
dapat membuat peserta didik merasa tidak senang. Dalam proses
pendidikan, contoh alat pendidikan tidak menyenangkan adalah hukuman.
e. Lingkungan
Lingkungan pendidikan adalah lingkungan yang melingkupi terjadinya
proses pendidikan. Lingkungan pendidikan meliputi lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat.
1) Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama.
Keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan
kepribadian anak karena sebagian besar kehidupan anak adalah bersama
keluarganya. Untuk mengoptimalkan perkembangan kepribadian anak,
orang tua harus menumbuhkan suasana edukatif di lingkungan
keluarganya, karena lingkungan keluarga adalah sumber belajar bagi anak
untuk diamati, dipahami, dan ditiru. Orang tua harus menciptakan pola
hidup dan tata pergaulan dalam keluarga dengan baik sejak anak dalam
kandungan.
2) Lingkungan Sekolah

6
Sekolah adalah lembaga pendidikan yang secara resmi
menyelenggarakan kegiatan pembelajaran secara sistematis, berencana,
dan terarah. Mulai dari tingkat Kanak-kanak (TK) sampai dengan
Pendidikan Tinggi (PT). Sekolah melakukan pembinaan pendidikan
kepada peserta didik yang didasarkan pada kepercayaan yang diberikan
oleh keluarga dan masyarakat. Kondisi itu muncul karena adanya
keterbatasan dalam lingkungan keluarga dan masyarakat untuk
menyelenggarakan pendidikan yang tidak hanya berfokus pada
pengembangan kepribadian tetapi juga berfokus pada pengembangan
keterampilan.
Sekolah berfungsi untuk meneruskan dan mengembangkan pendidikan
yang telah diperoleh di lingkungan keluarga sebagai lingkungan
pendidikan informal yang telah dikenal anak sebelumnya. Sekolah sebagai
penyelenggara pendidikan formal mempunyai tanggung jawab yang besar
terhadap berlangsungnya proses pendidikan. Seperti yang telah disebutkan
diatas, sekolah mempunyai beberapa jenjang yang bertingkat. Jenjang-
jenjang tersebut adalah sebagai berikut.
- Taman Kanak-kanak (TK)
Pelaksanaan pembelajaran di TK diintegrasikan dalam tiga bidang
pengembangan.
1. Pengembangan moral, budi pekerti, dan nilai-nilai agama
2. Pengembangan sosial dan emosi
3. Pengembangan kemampuan dasar
- Sekolah Dasar
Penyelenggaraan pendidikan di (SD) bertujuan untuk
menghasilkan lulusan yang memiliki dasar-dasar karakter, kecakapan,
keterampilan, dan pengetahuan yang mendasar, sehingga lulusan
berhasil dan mampu dalam melaksanakan pendidikan lanjutan.
- Sekolah Menengah Pertama (SMP), Menengah Atas (SMA), dan
Menengah Kejuruan (SMK)
Penyelenggaraan sekolah menengah ditujukan untuk
menghasilkan lulusan yang memiliki karakter, kecakapan, dan
keterampilan yang kuat untuk mengadakan hubungan timbal balik
dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar, serta
7
mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau
pendidikan lebih lanjut.
3) Lingkungan Masyarakat
Masyarakat adalah kelompok populasi manusia yang tinggal dalam
suatu kawasan dan saling berinteraksi dengan sesama untuk mencapai
tujuan. Anggota masyarakat terdiri dari berbagai ragam pendidikan,
profesi, keahlian, suku bangsa, kebudayaan, agama sehingga menjadi
masyarakat yang majemuk. Baik-buruknya kualitas masyarakat ditentukan
oleh kualitas pendidikan anggotanya, sehingga semakin baik pendidikan
anggotanya, semakin baik pula kualitas masyarakat secara keseluruhan.
Ditinjau dari lingkungan pendidikan, masyarakat disebut sebagai
lingkungan pendidikan informal yang memberikan pendidikan secara
sengaja dan berencana atau tidak sengaja kepada seluruh anggotanya,
tetapi tidak sistematis. Anggota masyarakat selalu diarahkan menjadi
anggota yang sejalan dengan tujuan masyarakat itu sendiri. Pendidik di
masyarakat adalah orang dewasa yang bertanggung jawab terhadap
pendewasaan warga lainnya dan sebagai contoh baik yang harus ditiru
warganya, pendidik dalam masyarakat diantaranya adalah perangkat desa,
tokoh masyarakat, lembaga swadaya, dll.
Masyarakat memberikan pendidikan dalam lingkup yang lebih luas,
termasuk di dalamnya pemahaman terhadap etika dan norma masyarakat.
Secara fungsional dan struktural anggota masyarakat bertanggung jawab
terhadap perilaku warga di lingkungan masing-masing. Secara
konsepsional, tanggung jawab pendidikan yang dibebankan kepada mereka
berupa pengawasan, penyaluran, pembinaan, dan peningkatan kualitas
anggotanya. Pengawasan merupakan tugas untuk mengawasi jalannya nilai
sosial budaya, aturan sosial, dan aturan agama. Penyaluran merupakan
tugas menyalurkan aspirasi dan keinginan masyarakat untuk dapat hidup
bahagia, sejahtera, aman, serta berintegrasi dengan kebijakan pemerintah.
Pembinaan dan peningkatan kualitas warga dilakukan dengan mengadakan
kegiatan yang dapat menunjang terwujudnya keluarga sejahtera.
2. Fungsi Pendidikan
Fungsi utama pendidikan adalah mengembangkan kemampuan dan
membentuk perilaku, kepribadian serta membangun peradaban yang bermartabat.
8
Pendidikan juga berfungsi untuk memanusiakan manusia agar menjadi manusia
yang benar sesuai dengan nilai norma yang dijadikan landasan.
D. PENUTUP
Pendidikan sebagai ilmu adalah tentang bagaimana mempelajari hakikat dari
objek pendidikan serta memunculkan teori-teori pendidikan yang berguna untuk
menyelesaikan persoalan dari fenomena dunia pendidikan dengan pemikiran ilmiah.
Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu pendidikan harus memenuhi syarat-syarat berikut
agar bisa dikatakan pendidikan sebagai suatu ilmu. Syarat-syarat tersebut adalah ilmu
pendidikan harus memiliki objek studi, sistematika, dan metode, dengan adanya tiga
hal tersebut pendidikan sudah dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan. Selain
memiliki syarat-syarat sebagai ilmu pengetahuan, ilmu pendidikan juga mempunyai
sifat dan fondasi yang membedakannya dengan ilmu pengetahuan yang lain. Ilmu
pendidikan bersifat empiris, rohaniah, normatif, historis, dan praktis, sedangkan
fondasi ilmu pendidikan adalah fondasi historis dan filosofis serta fondasi sosiologis
dan psikologis.
Salah satu syarat pendidikan sebagai ilmu adalah memiliki sistematika,
sistematika dalam pendidikan salah satunya adalah menyadari bahwa pendidikan
sebagai gejala manusiawi yang terdapat komponen-komponen didalamnya. Sehingga
dari komponen-komponen tersebut akan mewujudkan sebuah sistem pendidikan yang
mengatur kegiatan pendidikan, komponen-komponen tersebut, yaitu tujuan, peserta
didik, pendidik, alat pendidikan, dan lingkungan. Jika salah satu komponen tidak ada
maka kegiatan pendidikan tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya karena
keseluruhan komponen tersebut saling terkait dan memengaruhi.

DAFTAR RUJUKAN

Barnadib, S. I. (1984). Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis. IKIP Yogyakarta.

Barnadib, S. I. (1994). Filsafat Pendidikan: Sistem dan Metode. Andi Offset.

Driyarkara. (1980). Tentang Pendidikan. Yayasan Kanisisus.

Kadir, A. (2015). Dasar-dasar Pendidikan. Kencana.

Komar, O. (2016). BODY OF KNOWLEDGE PENDIDIKAN DASAR. PEDAGOGIA

Jurnal Ilmu Pendidikan, 12(2), 85. https://doi.org/10.17509/pedagogia.v12i2.3330

Langeveld, M. J. (1971). Paedagogiek Teoretis/Sistematis (Terjemahan). FIP IKIP Jakarta.

9
Siswoyo, D. (1996). ILMU PENDIDIKAN DALAM TANTANGAN (Nomor 1, Tahun XV).

Cakrawala Pendidikan.

Soedomo. (1990). Aktualisasi Pengembangan Ilmu Pendidikan dalam Pembangunan

Nasional. Pidato Pengukuhan Guru Besar, IKIP MALANG.

Suwarno. (1985). Pengantar Umum Pendidikan. Aksara Baru.

Suwarno, W. (2006). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Ar-Ruzz.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. 2007.

Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

10

Anda mungkin juga menyukai