Anda di halaman 1dari 24

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP

(LIFE-LONG EDUCATION)
by: Nurin
~o~
….
“Pendidikan Seumur Hidup”/”Life-Long Education” (bukan “long life education”)
adalah makna yang seharusnya benar-benar terkonsepsikan secara jelas serta
komprehensif dan dibuktikan dalam pengertian, dalam sikap, perilaku dan dalam
penerapan terutama bagi para pendidik di negeri kita.

Pendidikan seumur hidup atau belajar seumur hidup bukan berarti kita harus
terus sekolah sepanjang hidup kita. Sekolah banyak diartikan oleh masyarakat
sebagai tugas belajar yang terperangkap dalam sebuah “ruang” yang bernama
kelas, bukan itu yang dimaksud. Paradigma belajar seperti ini harus segera kita
rubah. Pengertian belajar bukan hanya berada dalam ruangan tapi belajar disemua
tempat, semua situasi dan semua hal.

Pendidikan seumur hidup bersifat holistik, sedangkan pengajaran bersifat
spesialistik, terutama pengajaran yang terpilih dan terinferensikan dalam pelbagai
bentuk kelembagaan belajar.

Holistik memiliki arti lebih mengarah kepada pengutuhan atau penyempurnaan.
Manusia selalu berusaha uintuk mencapai titik kesempurnaan dalam segala hal,
namun seberapa besar usahapun kita tidak akan sampai pada kesempurnaan itu.
Karena kesempurnaan hanya milik Sang Pencipta Alam.

Belajar berarti memfungsikan hidup, orang yang tidak belajar berarti telah
kehilangan hidupnya, paling tidak telah kehilangan hidupnya sebagai manusia.
Karena hidup manusia itu bukan hanya individu dalam dirinya saja tapi juga
interaksi dengan sesamanya, dengan antar generasi dan kehidupan secara
universal..

Dalam Pendidikan atau Belajar terdapat interaksi antara tantangan (challenge)
dari alam luar diri manusia dan balasan (response) dari daya dalam diri manusia.
Dalam belajar juga terjadi interaksi komunikasi antara manusia dan
berlangsungnya kesinambungan antar generasi serta belajar melestarikan hidup,
mengamankan hidup dan menghindari pengrusakan hidup. Belajar berarti
menghargai hidup kita.

Dalam agama sering kita dengar kalimat ” Belajarlah (tuntutlah ilmu) dari ayunan
sampai liang lahat”.
Belajar merupakan tugas semua manusia, tua-muda, besar-kecil, kaya-miskin
semua mempunyai tugas tersebut. Kita belajar mengetahui apapun yang ada di
dunia ini untuk kemajuan individu atau universal. Belajar memberi, belajar
menerima, belajar bersabar, belajar menghargai, belajar menghormati dan belajar
semua hal.
http://pendidikanuntuksemua.wordpress.com/2008/11/18/pendidikan-seumur-hidup/

Konsep Pendidikan Seumur Hidup


1. Pengertian

Asas pendidikan seumur hidup merumuskan bahwa proses pendidikan merupakan suatu
proses kontinu yang bermula sejak seseorang dilahirkan hingga meninggal dunia.

Dasar

1. .  Menurut GBHN 1978 dinyatakan bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup dan

dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat sehingga

pendidikan seumur hidup merupakan tanggung jawab keluarga, masyarakat dan

pemerintah..
2.   Secara yuridis formal konsepsi pendidikan seumur hidup dituangkan dalam Tap MPR
No. IV/MPR/1973 jo Tap MPR No. IV/MPR/1978 tentang GBHN, dengan prinsip-

prinsip pembangunan nasional :


 1. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia

Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia (arah  pembangunan

jangka panjang).
2. Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam keluarga, sekolah
dan masyarakat.

3.   Konsepsi manusia Indonesia seutuhnya merupakan konsepsi dasar tujuan pendidikan
nasional (UU Nomor 2 tahun 1989 Pasal 4) yakni pendidikan nasional bertujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan.

2.Tujuan Pendidikan Seumur Hidup


Tujuan pendidikan manusia seutuhnya dan seumur hidup :
1. Mengembangkan potensi kepribadian manusia sesuai dengan kodrat dan hakikatnya,
yakni seluruh aspek pembaurannya seoptimal mungkin.
2. Dengan mengingat proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia
bersifat hidup dinamis, maka pendidikan wajar berlangsung seumur hidup.

3. Pendidikan Seumur Hidup Dalam Berbagai Perspektif


Dasar-dasar pemikiran long life education
1. Tinjauan ideologis
Setiap manusia hidup mempunyai hak asasi yang sama dalam hal pengembangan diri,
untuk mendapatkan pendidikan seumur hidup untuk peningkatan pengetahuan dan
ketrampilan hidup.
2. Tinjauan ekonomis
Pendidikan seumur hidup dalam tinjauan ekonomi memungkinkan seseorang untuk :
a. Meningkatkan produktivitasnya
b. Memelihara dan mengembangkan sumber-sumber yang dimilikinya
c. Memungkinkan hidup dalam lingkunganyang sehat dan menyenangkan
d. Memiliki motivasi dalam mengasuh dan mendidik anak secara tepat
3. Tinjauan sosiologis
Pendidikan seumur hidup yang dilakukan oleh orangtua merupakan solusi untuk
memecahkan masalah pendidikan. Dengan orang tua bersekolah maka anak-anak mereka
juga bersekolah.
4. Tinjauan Filosofis
Pendidikan seumur hidup secara filosofi akan memberikan dasar bagi kehidupan
berbangsa dan bernegara.
5. Tinjauan Teknologis
Semakin maju jaman semakin berkembang pula ilmu pengetahuan dan teknologinya.
Dengan teknologi maka pendidikan seumur hidup akan semakin mudah. Begitu pula
sebaliknya.
6. Tinjauan Psikologis dan Paedagogis
Pendidikan pada dasarnya dipandang sebagai pelayanan untuk membantu pengembangan
personal sepanjang hidup yang disebut development. Konseptualisasi pendidikan seumur
hidup merupakan alat untuk mengembangkan individu-individu yang akan belajar
seumur hidup agar lebih bernilai bagi masyarakat.

4. Implikasi Konsep Pendidikan Seumur Hidup pada Program


Pendidikan
Implikasi diartikan sebagai akibat langsung atau konsekuensi dari suatu keputusan
tentang pelaksanaan pendidikan seumur hidup.
Menurut W.P Guruge dalam buku Toward Better Educational Management, implikasi
pendidikan seumur hidup pada program pendidikan adalah :
1. Pendidikan baca tulis fungsional
Pendidikan baca tulis sangatlah penting bagi masyarakat, baik negara maju maupun
negara berkembang. Realisasi baca tulis fungsional memuat :
a. Memberikan kecakapan membaca, menulis, menghitung (3M) yang fungsional bagi
anak didik.
b. Menyediakan bahan-bahan bacaan yang diperlukan untuk mengembangkan lebih lanjut
kecakapan yang telah dimilikinya tersebut.
2. Pendidikan vokasional
Pendidikan vokasional sebagai program pendidikan di luar sekolah bagi anak di luar
batas usia sekolah atau sebagai program pendidikan formal dan non formal dalam rangka
‘apprentice ship training merupakan salah satu program dalam pendidikan seumur hidup.
Namun pendidikan vokasional tidak boleh dipandang sebagai jalan pintas tetapi tetap
dilaksanakan secara kontinu.
3. Pendidikan profesional
Sebagai realisasi pendidikan seumur hidup, dalam tiap profesi hendaklah tercipta built in
mechanism yang memungkinkan golongan profesional terus mengikuti berbagai
kemajuan dan perubahan menyangkut metodologi, perlengkapan, terminologi, dan sikap
profesionalnya.
4. Pendidikan ke arah perubahan dan pembangunan
Pendidikan bagi anggota masyarakat dari berbagai golongan usia agar mereka mampu
mengikuti perubahan sosial dan pembangunan juga merupakan konsekuensi penting dari
asas pendidikan seumur hidup.
5. Pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan politik
Pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan politik perlu diberikan dalam pendidikan
seumur hidup bagi kehidupan berbangsa dan bernegara baik menjadi rakyat maupun
pimpinan.
6. Pendidikan kultural dan pengisian waktu senggang
Pendidikan kultural dan pengisian waktu senggang perlu diberikan secara konstruktif
sebagai bagian konsep long life education. Dengan cara ini waktu senggang dapat
dimanfaatkan berbasis budaya yang baik sehingga pendidikan seumur hidup dapat
berjalan menyenangkan.

5. Beberapa Kepentingan Pendidikan Seumur Hidup


Perlunya pendidikan seumur hidup dalam beberapa hal :
1. Pertimbangan ekonomi
Menurut pandangan tokoh pendidikan seumur hidup, pembentukan sistem pendidikan
berfungsi sebagai basic untuk memperoleh ketrampilan ekonomis berharga dan
menguntungkan. Tidak berarti mereka menekankan bahwa pendidikan seumur hidup
akan dapat meningkatkan produktivitas pekerja dan akan meningkatkan keuntungan, tapi
hal terpenting adalah untuk meningkatkan kualitas hidup, memperbesar pemenuhan diri,
melepaskan dari kebodohan, kemiskinan, dan eksplorasi.
2. Keadilan
Keadilan dalam memperoleh pendidikan seumur hidup diusahakan oleh pemerintah.
Dalam konteks keadilan pendidikan seumur hidup pada prinsipnya bertujuan untuk
mengeliminasi pesanan sekolah sebagai alat untuk melestaikan ketidakadilan.
3. Faktor peranan keluarga
Coleman dalam “Review of Educational Research mengemukakan keluarga berfungsi
sebagai sentral sumber pendidikan pada waktu silam. Pendidikan seumur hidup dapat
memperlengkapi kerangka organisasi yang memungkinkan pendidikan mengambil alih
tugas yang dulunya ditangani keluarga. Dalam masalah ini harus diperhatikan bahwa
penekanan peranan pendidikn seumur hidup sebagai pembantu keluarga, berarti akan
memperluas sistem pendidikan agar dapat menjangkau anak-anak awal dan orang
dewasa.
4. Faktor perubahan peranan sosial
Pendidikan seumur hidup harus berisi elemen penting yang kuat dan memainkan peranan
sosial yang amat beragam untuk mempermudah individu melakukan penyesuaian
terhadap perubahan hubungan antara mereka/orang lain.
5. Perubahan teknologi
Pertumbuhan teknologi menyebabkan peningkatan penyediaan informasi yang berakibat
pada meningkatnya usia harapan hidup dan menurunnya angka kematian. Semakin
banyaknya tersedia kekayaan materi yang berakibat kenudiaan dan materialisme
menjiwai nilai-nilai budaya dan spiritual serta berakibat pula kerenggangan dan
keterasingan manusia satu dengan lainnya.
6. Faktor vocational
Pendidikan vocational diberikan untuk mempersiapkan tenaga kejuruan yang handal,
trampil untuk menghadapi tantangan masa depan.
7. Kebutuhan-kebutuhan orang dewasa
Orang dewasa mengalami efek cepatnya perubahan dalam bidang ketrampilan yang
mereka miliki, maka diupayakan sistem pendidikan yang mampu mendidik orang
dewasa. Secara radikal perubahan pandangan mengenai kapan seseorang harus
disekolahkan dan sekolah apa yang dalam hal ini memerlukan politik pendidikan seumur
hidup.
8. Kebutuhan anak-anak awal
Para ahli mengakui bahwa masa anak-anak awal merupakan fase perkembangan yang
mempunyai karakteristik tersendiri bukan semata-mata masa penantian untuk memasuki
periode anak-anak, remaja dan dewasa.
Masa anak-anak awal merupakan basis untuk perkembangan kejiwaan selanjutnya
meksipun dalam tingkat tertentu pengalaman-pengalaman yang datang belakangan dapat
memodifikasi perkembangan yang pondasinya sudah diletakkan oleh pengalaman
sebelumnya.

6. Strategi Pendidikan Seumur Hidup


Menurut Prof. Soelaiman Joesoef strategi dalam rangka pendidikan seumur hidup :
1. Konsep-konsep kunci pendidikan seumur hidup :
a. Konsep pendidikan seumur hidup itu sendiri
Pendidikan seumur hidup diartikan sebagai tujuan atau ide untuk pengorganisasian dan
penstrukturan pengalaman-pengalaman pendidikan, yang meliputi seluruh rentangan usia
ini.
b. Konsep belajar seumur hidup
Konsep ini menyatakan bahwa pelajar belajar karena respon terhadap keinginan yang
didasari untuk belajar dan angan-angan pendidikan menyediakan kondisi-kondisi yang
membantu belajar. Belajar menunjukkan kegiatan yang dikelola walaupun tanpa
organisasi sekolah dan kegiatan ini justru mengarah pada penyelenggaraan asas
pendidikan seumur hidup.
c. Konsep metode belajar seumur hidup
Sistem pendidikan (metode belajar) bertujuan membantu perkembangan orang-orang
secara sadar dan sistematik respons untuk beradaptasi dengan lingkungan seumur hidup.
d. Kurikulum yang membantu pendidikan seumur hidup
Kurikulum dirancang atas dasar prinsip pendidikan seumur hidup yang praktis untuk
mencapai pendidikan dan mengimplementasi prinsip-prinsip pendidikan seumur hidup.
2. Arah pendidikan seumur hidup
a. Pendidikan seumur hidup kepada orang dewasa
Pemuda atau orang dewasa memerlukan pendidikan seumur hidup dalam rangka
pemenuhan self interest yang merupakan tuntutan hidup mereka self interest antara lain :
kebutuhan baca tulis, latihan dan ketrampilan.
b. Pendidikan seumur hidup bagi anak
Pendidikan seumur hidup bagi anak merupakan hal yang sangat penting karena anak akan
menjadi tempat awal bagi orang dewasa nantinya. Program yang kegiatan yang disusun
buat anak antara lain : kecakapan baca tulis, ketrampilan dasar dan mempertinggi daya
pikir anak sehingga memungkinkan anak terbiasa belajar berpikir kritis dan mempunyai
pandangan kehidupan yang dicita-citaka

Konsep Pendidikan Seumur Hidup


1. Pengertian

Asas pendidikan seumur hidup merumuskan bahwa proses pendidikan merupakan suatu
proses kontinu yang bermula sejak seseorang dilahirkan hingga meninggal dunia

Pembahasan tentang konsep pendidikan seumur hidup ini akan diuraikan dalam dua
bagian yaitu ditinjau dari dasar teoritis/ religios dan dasar yuriditisnya.
1.  Dasar Teoritis/ Religious

Konsep pendidikan seumur hidup ini pada mulanya dikemukakan oleh filosof dan
pendidik Amerika yang sangat terkenal yaitu John Dewey. Kemudian dipopulerkan oleh
Paul Langrend melalui bukunya : An Introduction to Life Long Education. Menurut John
Dewey, pendidikan itu menyatu dengan hidup. Oleh karena itu pendidikan terus
berlangsung sepanjang hidup sehingga pendidikan itu tidak pernah berakhir.

Konsep pendidikan yang tidak terbatas ini juga telah lama diajarkan oleh Islam,
sebagaimana dinyatakan dalam Hadits Nabi Muhammad Saw. yang berbunyi :

?????? ?????? ???? ???????? ????? ??????

“Tuntutlah ilmu sejak dari buaian sampai liang lahad”

2.   Dasar Yuridis

Konsep pendidikan seumur hidup di Indonesia mulai dimasyarakatkan melalui kebijakan


negara yaitu melalui :

a.   Ketetapan MPR No. IV/MPR/1973 JO TAP. NO. IV/MPR/1978 tentang GBHN


menetapkan prinsip-prinsip pembangungan nasional, antara lain :

~  pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia


seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia (Arah Pembangunan Jangka
Panjang)

~  Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam keluarga (rumah


tangga), sekolah dan masyarakat. Karena itu, pendidikan adalah tanggung jawab bersama
antara keluarga, masyarakat dan pemerintah (Bab IV GBHN Bagian Pendidikan).

b.   UU No. 2 Tahun 1989 Pasal 4 sebagai berikut :

“Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan


manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.

c.   Di dalam UU Nomor 2 Tahun 1989, penegasan tentang pendidikan seumur hidup,
dikemukakan dalam Pasal 10 Ayat (1) yang berbunyi : “penyelenggaraan pendidikan
dilaksanakan melalui dua jalur, yaitu pendidikan luar sekolah dalam hal ini termasuk di
dalamnya pendidikan keluarga, sebagaimana dijelaskan pada ayat (4), yaitu : “pendidikan
keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan
dalam keluarga dan yang memberikan agama, nilai budaya, nilai moral dan
keterampilan”.

B.  Pendidikan Seumur Hidup dalam Berbagai Perspektif

Dasar pemikiran yang menyatakan bahwa long life education adalah sangat penting.
Dasar pemikiran tersebut ditinjau dari berbagai aspek, diantaranya adalah sebagai
berikut :

1. Tinjauan Ideologis

Pendidikan seumur hidup atau lifelong education akan memungkingkan seseorang


mengembangkan potensi-potensinya sesuai dengan kebutuhan hidupnya, sebab pada
dasarnya semua manusia dilahirkan ke dunia mempunyai hak sama, khususnya untuk
mendapatkan pendidikan dan peningkatan pengetahuan dan keterampilannya (skill).

1. Tinjauan Ekonomis

Melalui pendidikan, merupakan cara paling efektif untuk keluar dari suatu lingkaran yang
menyeret kepada kebodohan dan kemelaratan. Pendidikan seumur hidup dalam konteks
ini memungkingkan seseorang untuk :

1. Meningkatkan produktifitasnya
2. Memelihara dan mengembangkan sumber-sumber daya dimilikinya
3. Memungkinkan hidup dalam lingkungan yang lebih sehat dan menyenangkan
4. Memiliki motivasi dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya secara tepat,
sehingga pendidikan keluarga menjadi sangat penting dan besar artinya.
5. Tinjauan Sosiologis

Pada umumnya di negara-negara sedang berkembang ditemukan masih banyaknya para


orang tua yang kurang menyadari akan pentingnya pendidikan formal bagi anak-anaknya.
Oleh karena itu, banyak anak-anak mereka yang kurang mendapatkan pendidikan formal,
putus sekolah atau tidak bersekolah sama sekali. Dengan demikian pendidikan seumur
hidup kepada orang akan merupakan solusi dari masalah tersebut.

1. Tujuan Filosofis

Di negara demokrasi, menginginkan seluruh rakyat menyadari pentingnya hak memilih


dan memahami fungsi pemerintah, DPR, MPR dan sebagainya.

1. Tinjauan Teknologis

Di era globalisasi seperti sekarang ini, tampaknya dunia dilanda oleh eksplosi ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dengan berbagai produk yang dihasilkannya. Semua
orang, tak terkecuali para pendidik, sarjana, pemimpin dan sebagainya dituntut selalu
memperbaharui pengetahuan dan keterampilannya seperti apa yang terjadi di negara
maju.

1. Tinjauan Psikologis dan Paedagogis

Perkembangan IPTEK sangat pesat mempunyai dampak dan pengaruh besar terhadap
berbagai konsep, teknik dan metode pendidikan. Disamping itu, perkembangan tersebut
juga makin luas, dalam dan kompleks, yang menyebabkan ilmu pengetahuan tidak
mungkin lagi diajarkan seluruhnya kepada anak didik di sekolah.

Oleh karena itu, tugas pendidikan jalur sekolah yang utama sekarang ialah mengajarkan
bagaimana cara belajar, menanamkan motivasi yang kuat dalam diri anak untuk belajar
terus sepanjang hidupnya, memberikan skill kepada anak didik secara efektif agar dia
mampu beradaptasi dalam masyarakat yang cenderung berubah secara cepat. Berkenaan
dengan itulah, perlu diciptakan suatu kondisi yang merupakan aplikasi asas pendidikan
seumur hidup atau lifelong education.

Demikian keadaan pendidikan seumur hidup yang dilihat dari berbagai aspek dan
pandangan. Sebagai pokok dalam pendidikan seumur hidup adalah seluruh individu harus
memiliki kesempatan yang sistematik, terorganisisr untuk belajar disetiap kesempatan
sepanjang hidup mereka. Semua itu adalah tujuan untuk menyembuhkan kemunduran
pendidikan sebelumnya, untuk memperoleh skill yang baru, untuk meningkatkan
keahlian mereka dalam upaya pengertian tentang dunia yang mereka tempati, untuk
mengembangkan kepribadian dan tujuan-tujuan lainnya.

Konseptualisasi pendidikan seumur hidup yang merupakan alat untuk mengembangkan


individu-individu akan belajar seumur hidup agar lebih bernilai bagi masyarakat.

C.  Implikasi Konsep Pendidikan Seumur Hidup pada Program-Program


Pendidikan

1. Pendidikan baca tulis fungsional

Realisasi baca tulis fungsional memuat dua hal, yaitu :

1. Memberikan kecakapan membaca, menulis, menghitung (3 M) yang fungsional


bagi anak didik.
2. Menyediakan bahan-bahan bacaan yang diperlukan untuk mengembangkan lebih
lanjut kecakapan yang telah dimilikinya
3. Pendidikan Vokasional. Pendidikan vokasional adalah program pendidikan di luar
sekolah bagi anak di luar batas usia.
4. Pendidikan Profesional

D.  Beberapa Kepentingan Pendidikan Seumur Hidup

Hal yang mendasari perlunya pendidikan seumur hidup :


1. Pertimbangan ekonomi. Masih banyaknya masyarakat yang masih berada di
bawah garis kemiskinan.
2. Keadilan. Tuntutan akan adanya persamaan dan kesempatan yang sama untuk
memperoleh pendidikan.
3. Faktor peranan keluarga.
4. Faktor perubahan peranan sosial
5. Perubahan teknologi
6. Faktor-faktor vocational
7. Kebutuhan-kebutuhan orang dewasa
8. Kebutuhan anak-anak awal

E.  Strategi Pendidikan Seumur Hidup

Adapun strategi dalam rangka pendidikan seumur hidup sebagaimana diinventarisir Prof.
Sulaiman Joesoef, meliputi hal-hal berikut :

1. Konsep-konsep Kunci Pendidikan Seumur Hidup


1. Konsep pendidikan seumur hidup itu sendiri. Sebagaimana suatu konsep,
maka pendidikan seumur hidup diartikan sebagai tujuan atau ide formal
untuk pengorganisasian dan penstrukturan pengalaman-pengalaman
pendidikan.
2. Konsep belajar seumur hidup. Dalam pendidikan seumur hidup berarti
pelajar belajar karena respons terhadap keinginan yang didasari untuk
belajar dan angan-angan pendidikan menyediakan kondisi-kondisi yang
membantu belajar.
3. Konsep Belajar Seumur Hidup. Belajar seumur hidup dimaksudkan adalah
orang-orang yang sadar tentang diri mereka sebagai pelajar seumur hidup,
melihat belajar baru sebagai cara yang logis untuk mengatasi peroblema
dan terdorong tinggi sekali untuk belajar di seluruh tingkat usia, dan
menerima tantangan dan perubahan seumur hiudp sebagai pemberi
kesempatan untuk belajar baru.
4. Kurikulum yang membantu pendidikan seumur hidup. Dalam konteks ini,
kurikulum didesain atas dasar prinsip pendidikan seumur hidup betul-betul
telah menghasilkan pelajar seumur hidup yang secara berurutan
melaksanakan belajar seumur hidup.
5. Arah Pendidikan Seumur Hidup

a. Pendidikan seumur hidup kepada orang dewasa

Sebagai generasi penerus, para pemuda ataupun dewasa membutuhkan pendidikan


seumur hidup dalam rangka pemenuhan sifat “Self Interest” yang merupakan tuntunan
hidup sepanjang masa. Diantaranya adalah kebutuhan akan baca tulis bagi mereka pada
umumnya dan latihan keterampilan bagi pekerja.

b.  Pendidikan seumur hidup bagi anak

Pendidikan seumur hidup bagi anak, merupakan sisi lain yang perlu memperoleh
perhatian dan pemenuhan oleh karena anak akan menjadi “tempat awal” bagi orang
dewasa artinya dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Pengetahuan dan
kemampuan anak, memberi peluang besar bagi pembangunan pada masa dewasa. Dan
pada gilirannya masa dewasanya menanggung beban hidup yang lebih ringan.akar
pendidikan yang juga mantan Menteri pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Fuad
Hassan berpendapat, pendidikan dalam arti luas merupakan ikhtiar yang ditempuh
melalui tiga pendekatan, yaitu pembiasaan, pembelajaran, dan peneladanan. Ketiga aspek
itu berlangsung sepanjang perjalanan hidup manusia.Demikian Fuad Hassan saat menjadi
pembicara kunci pada seminar nasional "Rekonstruksi dan Revitalisasi pendidikan
Indonesia Menuju Masyarakat Madani", di Widya Graha Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) Jln. Gatot Subroto Jakarta, Kamis (2/9).Hadir dalam cara itu, pengamat
pendidikan Arief Rachman dan Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan
Kemanusiaan LIPI, Dewi Fortuna Anwar.
Menurut Fuad, anggapan bahwa pembiasaan hanya efektif pada masa kanak-kanak jelas
keliru karena pada usia dewasa dan lanjut usia pun pembiasaan masih terjadi. Misalnya,
melalui kegiatan hobi dalam masa pensiun, kebiasaan makan yang berkenaan dengan
pemeliharaan kesehatan, kebiasaan olah raga, dan lainnya yang dibentuk pada masa
tua.Halnya mengenai pembelajaran yang juga meliputi pelatihan, dikatakan Fuad, itu
merupakan pendekatan yang terutama mengemuka melalui jalur pendidikan formal.
"Melalui jalur ini, sesuatu program pembelajaran jelas cakupannya dari awal hingga
akhir. Pendekatan ini lazim dilaksanakan melalui pendekatan klasikal dan kurikuler
dalam sistem persekolahan," jelasnya.Selanjutnya, yang sering dilupakan adalah
pendidikan dalam arti luas yang meliputi juga peneladanan, yaitu melalui terpaan citra
yang memikat untuk ditiru perilakunya atau bahkan menjadi model identifikasi diri bagi
pengamatnya.

Dikemukakan Fuad, secara umum dapat dikatakan bahwa teladan dijadikan pedoman
berperilaku. Di sisi lain, perilaku yang diamati sebagai teladan juga bisa berpengaruh
sebagai penentu pola dan kecenderungan (patern and trend setter). Teladan pun
ditemukan melalui sosok yang dianggap memperagakan model peran (role model).Fuad
juga menilai, peneladanan merupakan penjelmaan yang bisa berdampak kuat dalam
proses pendidikan, terutama bagi anak-anak dan remaja, serta kaum muda um

umnya."Pada usia yang masih rentan untuk dibentuk oleh berbagai faktor eksternal ini,
peneladanan bisa memengaruhi arah perkembangan para remaja dan kaum muda menuju
kedewasaan," tuturnya.Di tempat sama, pengamat pendidikan yang lain, Arief Rachman
mengungkapkan hal senada. Potret pendidikan yang ada seolah-olah pendidikan itu ada di
sekolah. Padahal, lingkungan luar sangat berperan.Ia menilai, pendidikan memang
persyaratan awal. Akan tetapi, jangan direduksi di sekolah, tetapi juga di masyarakat,
rumah tangga, dan media.

Berkaitan dengan lokakarya atau workshop yang berlangsung pada Jumat (3/9), Arief
menyebutkan, adanya sejumlah usulan. Antara lain, menyangkut visi masyarakat madani,
memproses pendidikan di masyarakat, serta apa yang disebut sukses pendidikan,
misalnya apakah sebatas dilihat dari produk memenuhi target, atau juga perlu
pemahaman menyangkut moral, hak asasi manusia, dan gender

BAB I. PENDIDIKAN

A. PENGERTIAN PENDIDIKAN

Pendidikan merupakan suatu proses berkelanjutan yang mengandungi unsur-unsur


pengajaran, latihan, bimbingan dan pimpinan dengan tumpuan khas kepada pemindahan
berbagai ilmu, nilai agama dan budaya serta kemahiran yang berguna untuk diaplikasikan
oleh individu (pengajar atau pendidik) kepada individu yang memerlukan pendidikan itu.
Justeru, pendidikan itu merujuk kepada manusia sebagai objek utama dalam proses
pendidikan. Dalam hal ini, berbagai definisi diberikan berhubung istilah pendidikan.
Antara lain :
1. Pandangan pakar pendidikan dari Amerika iaitu John Dewey. John Dewey
berpandangan bahwa pendidikan ialah satu proses membentuk kecenderungan asas yang
berupa akaliah dan perasaan terhadap alam dan manusia. Lihat Abdul Halim el-
Muhammady, Januari 1984. pendidikan Islam Skop Dan Matlamatnya, Jurnal
pendidikan, Tahun 1, bil. 1, ABIM, Selangor, hlm.10 dan lihat juga John Dewey, 1910.
Democracy and Education, Mac Millan & Co., New York, hlm. 1-2.
2. Prof. Horne, Beliau juga merupakan tokoh pendidik di Amerika. Beliau berpendapat
bahwa pendidikan merupakan proses abadi bagi menyesuaikan perkembangan diri
manusia yang merangkumi aspek jasmani, alam, akliah, kebebasan dan perasaan manusia
terhadap Tuhan sebagaimana yang ternyata dalam akliah, perasaan dan kemahuan
manusia. Lihat Hermen Harrel Horne, 1939. The Democratic Philosophy of Education,
Mac Millan & Co., New York, hlm. 6. Lihat juga Mook Soon Sang, 1988. pendidikan di
Malaysia, Kumpulan Budiman, Kuala Lumpur, hlm. 414.]
3. Herbert Spencer, Beliau merupakan ahli falsafah Inggeris (820-903 M). Beliau
berpendapat bahwa pendidikan ialah mempersiapkan manusia supaya dapat hidup dengan
ke hidupan yang sempurna. Lihat Herbert Spencer, 1906. Education: Intelectual, Moral
and Physical, Wiiliam and Nongete, hlm. 84.
Berdasarkan definisi-definisi itu, dapat difahamkan bahwa pendidikan ialah proses
melatih akaliah, jasmaniah dan moral manusia untuk melahirkan warganegara yang baik
serta menuju ke arah kesempurnaan bagi mencapai tujuan hidup.

Hassan Langgulung juga merumuskan pengartian pendidikan itu sebagai menambah dan
memindahkan nilai kebudayaan kepada individu dalam masyarakat. Proses pemindahan
nilai budaya itu ialah, pertama, pemindahan nilai-nilai budaya melalui pengajaran. Ia
boleh diartikan sebagai pemindahan pengetahuan atau knowledge. Jadi, apabila seseorang
memindahkan pengetahuan tersebut maka berlakulah proses pengajaran. Kedua, proses
pendidikan merupakan satu latihan. Ia bermaksud apabila seseorang itu membiasakan diri
dalam melakukan pekerjaan

B. PENDIDIKAN FORMAL DAN TIDAK FORMAL

Hakikatnya dapat dimengarti bahwa pendidikan itu didapati melalui proses yang terdapat
di dalam sesuatu masyarakat dan individu yang ada didalamnya. Akibat daripada proses
tersebut. pendidikan boleh dikategorikan dalam dua bentuk utama iaitu dalam bentuk
formal dan bentuk tidak formal.

Pendidikan yang berbentuk formal dikelolakan oleh satu yayasan atau institusi yang
berfalsafah, berorganisasi, berstruktur, bermatlamat dan bersistem. Contohnya sekolah
atau pusat pengajian pendidikan.

Pendidikan yang tidak formal tidak mempunyai falsafah, organisasi, struktur, matlamat
dan sistem yang tertentu. Contohnya ialah didikan dalam sebuah keluarga.

Berdasarkan pengartian pendidikan itu, ia merupakan proses kesinambungan yang dialui


oleh manusia dengan cara bimbingan, latihan dan didikan khususnya berkaitan dengan
perkembangan intelek, kerohanian, jasmani, sosial dan estetika. Dengan arti kata lain,
pendidikan juga dipandang sebagai pewarisan kebudayaan dan pengembangan potensi-
potensi pada diri manusia untuk menjadikan dirinya sebagai manusia yang berilmu,
berakhlak, sihat, berbudaya, berseni, berguna dan bertanggungjawab.

BAB II. PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP

A. AKTUALITA PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP

Banyak ahli pendidikan di berbagai mancanegara menyadari pendidikan, terutama


sekolah (formal), kurang mampu memenuhi tuntutan ke hidupan. Karena itu, dalam
pertemuan internasional yang diprakarsai Badan PBB Urusan pendidikan dan
Kebudayaan (UNESCO), mereka sepakat soal perlunya pendidikan seumur hidup.

Munculnya istilah ini, dalam dunia pendidikan, banyak menimbulkan dorongan atau
pemikiran kritis terhadap pengartian pendidikan yang telah ada. Misalnya, tujuan
pendidikan adalah pencapaian kedewasaan, sekolahan terutama berjenjang akademik
bukanlah satu-satunya sistem pendidikan, dan pendidikan hendaknya lebih menonjolkan
sifatnya sebagai self initiative dan self education.

Jalur pendidikan formal memiliki banyak kelemahan jika dibandingkan dengan


pendidikan nonformal. Kelemahan pendidikan formal, antara lain, terlalu menekankan
pada aspek kognitif pada anak-anak didik. Anak didik seolah-olah hidup terisolasikan
selama mengalami dan menjalani pendidikan.

Namun, jangan dimaknai pendidikan di sekolah formal tidak perlu. Dalam kenyataaannya
pun jalur pendidikan ini tetap ada, malah semakin banyak bagai jamur di musim hujan.
Hal ini disebabkan jalur pendidikan yang terlembagakan (formal), adanya keteraturan
tentang perencanaaan dan pelaksanaaan pendidikan, juga memberikan rasa optimis bagi
para peminatnya dengan jangka waktu yang relatif pendek.

Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, dan agar pendidikan seumur hidup


dapat benar-benar berada dalam sistem, diperlukan aspek lain, yakni aspek horizontal.
Aspek ini bermakna efisiensi pendidikan. Separti sistem persekolahan, ia akan tercapai
bila memperhatikan lingkungan, misalnya keluarga, tempat bermain, tempat kerja, atau
lingkungan masyarakat secara luas.

]B. PENDIDIKAN DIDUNIA BERKEMBANG

Di negara-negara berkembang, kompleksitas pendidikan bisa kait-mengait antara sistem,


kurikulum, dukungan ekonomi, dan lain-lain sehingga sering mengaburkan prinsip,
tujuan atau bahkan sistem pendidikan itu sendiri. Sehingga sistem dan tujuan pendidikan
sering disalahartikan dan disalahgunakan.

Adanya pendidikan seumur hidup, merupakan sebuah angin segar apabila kita mengamati
pada beberapa asas yang melekat (inheren) pada gagasan pendidikan seumur hidup itu
sendiri. Separti sistem pendidikan semakin demokratis, pendidikan dapat meningkatkan
kualitas hidup, dan pengintegrasian sekolah dengan ke hidupan di lingkungan
masyarakat.

Hanya, bisa saja angin segar pendidikan seumur hidup menjadi angin surga alias utopia
baru dalam bidang pendidikan, apabila hanya sebatas konsep tanpa implementasi.
Konsepsi pendidikan seumur hidup di Indonesia telah beberapa kali tercantum dalam
GBHN, tapi implementasinya sering berubah-ubah. Konsep di dalam GBHN masih amat
luas pengartiannya, sehingga sering terjadi "keluwesan" menafsirkan yang berbeda.

Misalnya dalam mengambil sikap antara beberapa pengartian pendidikan satu jalur
(single track) dan pendidikan multijalur (multitrack). Demikian pula dengan pendidikan
yang bersifat akademik ilmiah dan operasional-teknik, maupun antara pendidikan formal
dan nonformal.

Asas pendidikan seumur hidup yang mengandung kemungkinan diversifikasi sistem


pendidikan, tampaknya konsepsi satu jalur kurang begitu tepat dan efektif. pendidikan
satu jalur baru lebih efektif bila wajib belajar lebih tinggi dari yang ada sekarang.
BAB III. PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP DALAM PANDANGAN ISLAM

Jauh sebelum PBB pada tahun 1970-an memprakarsai “pendidikan seumur hidup-PSH”
(Lite Long Integrated Education), dalam Islam pada abad ketujuh telah ditegaskan:
Uthlub al’ilma min al-mahdi ila al-lahdi (tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat).
Sayangnya, kepopuleran ajaran pendidikan seumur hidup dari Rasulullah SAW itu tidak
sempat menggugah perhatian kita untuk memprakarsainya menjadi word program.

Dalam GBHN termaktub: “pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di


dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Karena itu, pendidikan ialah
tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah”. Berarti setiap
insan Indonesia dituntut selalu berkembang sepanjang hidupnya. Sementara itu
masyarakat dan pemerintah harus menciptakan suasana untuk selalu belajar. Sebab masa
sekolah (formal) bukanlah masa “satu-satunya”, tetapi hanya sebagian dari waktu belajar
yang berlangsung sepanjang hidup.

A. URGENSI PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP

Drs H Fuad Ihsan (1996:44-45) dalam buku Dasar-dasar Kependidikan, menulis beberapa
dasar pemikiran --ditinjau dari beberapa aspek-- tentang urgensi pendidikan seumur
hidup, antara lain: Aspek ideologis, setiap manusia yang dilahirkan ke dunia ini memiliki
hak yang sama untuk memperoleh pendidikan, meningkatkan pengetahuan dan
menambah keterampilannya. pendidikan seumur hidup akan membuka jalan bagi
seseorang untuk mengembangkan potensi diri sesuai dengan kebutuhan hidupnya.

Aspek ekonomis, pendidikan merupakan cara yang paling efektif untuk dapat keluar dari
“Lingkungan Setan Kemelaratan” akibat kebodohan. pendidikan seumur hidup akan
memberi peluang bagi seseorang untuk meningkatkan produktivitas, memelihara dan
mengembangkan sumber-sumber yang dimilikinya, hidup di lingkungan yang
menyenangkan-sehat, dan memiliki motivasi dalam mendidik anak-anak secara tepat
sehingga pendidikan keluarga menjadi penting.

Aspek sosiologis, di negara berkembang banyak orangtua yang kurang menyadari


pentingnya pendidikan sekolah bagi anak-anaknya, ada yang putus sekolah bahkan ada
yang tidak sekolah sama sekali. pendidikan seumur hidup bagi orang tua merupakan
problem solving terhadap fenomena tersebut. Aspek politis, pendidikan kewarganegaraan
perlu diberikan kepada seluruh rakyat untuk memahami fungsi pemerintah, DPR, MPR,
dan lembaga-lembaga negara lainnya. Tugas pendidikan seumur hidup menjadikan
seluruh rakyat menyadari pentingnya hak-hak pada negara demokrasi.

Aspek teknologis, pendidikan seumur hidup sebagai alternatif bagi para sarjana, teknisi
dan pemimpin di negara berkembang untuk memperbaharui pengetahuan dan
keterampilan seperti dilakukan negara-negara maju. Aspek psikologis dan pedagogis,
sejalan dengan makin luas, dalam dan kompleknya ilmu pengetahuan, tidak mungkin lagi
dapat diajarkan seluruhnya di sekolah. Tugas pendidikan sekolah hanya mengajarkan
kepada peserta didik tentang metode belajar, menanamkan motivasi yang kuat untuk
terus-menerus belajar sepanjang hidup, memberikan keterampilan secara cepat dan
mengembangkan daya adaptasi. Untuk menerapkan pendidikan seumur hidup perlu
diciptakan suasana yang kondusif.

B. TAMBAHAN ILMU

Bila kita melakukan investigasi, maka tak satu doa pun dari doa-doa dalam Alquran dan
Alhadits yang berisi “permintaan tambahan”, kecuali dalam hal doa: Rabbi zidni ‘ilman
(QS Thaha, 20:114), wa ziyadatan fi al-’ilmi (Alhadits). Dalam hal rezeki, yang diminta
bukan tambahan, tetapi barakah: wa barakatan fi ar-rizqi. Dalam hal dunia adalah
keselamatan: fi ad-dunya hasanah, bukan lain-lain, demikianlah selanjutnya (baca:
Syarqawi Dhafir, Berilmu).
Menambah ilmu setiap saat sangat signifikan bagi ke hidupan manusia. Rasulullah SAW
sampai bersumpah: Demi Allah seandainya aku tidak dapat menambah ilmu sehari saja,
maka lebih baik aku tidak melihat matahari saat itu. Ini adalah isyarat bila kita
menginginkan ke hidupan yang lebih baik maka manhaj-nya adalah dengan menambah
ilmu-pengetahuan: Man arada ad-dunya fa’alaihi bi al-’ilmi wa man arada al-akhira
fa’alaihi bi al-’ilmi wa man aradahuma fa’alaihi bi al-’ilmi (Alhadits).

Sebagai upaya penyadaran umat untuk rajin menuntut ilmi, maka penulis perlu
memaparkan beberapa janji Allah SWT dan pesan Rasul, di antaranya: mengistimewakan
mereka dari yang tidak berilmu (QS al-Zumar, 39:9), memberi derajat yang lebih tinggi
(QS al-Mujadilah, 58:11), mempermudah jalan menuju surga (HR Muslim), menyamakan
kedudukan mereka dengan orang yang berjuang di jalan Allah (HR Turmudzi), memberi
keistimewaan yang lebih dari orang yang hanya beribadah, ilmu dijadikan sebagai
warisan yang terus menerus memproduksi amal kebajikan yang tak putus karena
kematian (HR Muslim).
Dalam meningkatkan ‘ubudiyah kepada Allah harus berlandaskan ilmu (‘ala ilmin) untuk
dapat memahami kebesaran dan kekuasaan-Nya: Innama yakhsa Allah min ‘ibadihi
al-’ulama. Artinya, sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-Nya
hanyalah ulama (QS Fathir, 35:28). Berarti ilmu merupakan pelita-obor yang dapat
menerangi jalan menuju Tuhan. Tanpa ilmu, dapat dipastikan ibadah yang kita lakukan
nilainya rendah dan boleh jadi tidak sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya.

C. TERUS BELAJAR

Tidak ada istilah “tua” untuk belajar, never old to leam. Konsekuensi doa yang kita
panjatkan harus sejalan dengan amaliyah nyata melalui kegiatan belajar yang terus-
menerus. Nabi Muhammad SAW sekalipun telah mencapai puncak, masih tetap juga
diperintahkan untuk selalu memohon (berdoa) sambil berusaha untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan (M Quraish Shihab, 1999:178). Bukankah Allah Ta’ala telah menyatakan:
Dan orang-orang yang berjuang di jalan Kami pastilah akan Kami tunjukkan kepada
mereka jalan Kami (QS al-’Ankabut, 29:69).

Siapapun yang punya suatu cita-cita dan ia bersungguh-sungguh berusaha


mendapatkannya maka pasti akan ia dapatkan. Siapapun yang terus menerus mengetuk
pintu untuk mencapai yang dicita-citakan maka pasti akan terbuka. Apa pun yang kamu
inginkan bergabung kepada seberapa besar keinginanmu itu (Az-Zarmuji, 1994:29): Bi
qadri ma ta’tani tanalu ma tatamanna.
Walaupun secara formal kita telah menyelesaikan pendidikan tinggi (S1, S2 dan S3)
bukan berarti selesailah tugas belajar. Demikian juga seorang guru atau dosen tidak boleh
merasa cukup dengan kemampuan yang dimiliki: “masih banyak yang belum kita
ketahui”. Bukankah Imam al-Ghazali (1058-1111 M) --penulis buku Ilya ‘Ulum al-Din,
dikenal dengan hujjah al-Islam-- pernah mengatakan: Kulllama izdada ‘ilmi izdada jahli,
setiap kali bertambah ilmuku, bertambah pula kebodohanku.

Orang-orang yang banyak belajar akan semakin membuka mata kepala (‘ain al-bashar)
dan mata hati (‘ain al-bashirah) untuk semakin tunduk, patuh dan taat kepada manhaj
Rabbani. Untuk itu kita harus banyak membaca, karena membaca sebagai kunci untuk
membuka “gudang ilmu-pengetahuan”, yaitu buku.

Dalam Islam, landasan pendidikan seumur hidup terdapat dalam ayat-ayat Alquran dan
hadis Rasul, antara lain "Sesungguhnya dalam kejadian langit dan bumi, serta pertukaran
malam dan siang, terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi mereka yang mempunyai
(mempergunakan) akalnya". (QS. Ali Imran: 190). Dan pepatah arab "Tuntutlah ilmu dari
buaian sampai ke liang lahat".

Kesadaran akan pentingnya pendidikan seumur hidup menjadi mendalam dengan adanya
sejumlah firman Allah SWT dan hadis Nabi Muhammad yang mendasarinya.
Persoalannya, tinggal bagaimana menjabarkan dan mengimplementasikannya

KESIMPULAN

ý Fuad Hassan berpendapat, pendidikan dalam arti luas merupakan ikhtiar yang ditempuh
melalui tiga pendekatan, yaitu pembiasaan, pembelajaran, dan peneladanan. Ketiga aspek
itu berlangsung sepanjang perjalanan hidup manusia.
ý Pendidikan merupakan suatu proses berkelanjutan yang mengandungi unsur-unsur
pengajaran, latihan, bimbingan dan pimpinan dengan tumpuan khas kepada pemindahan
berbagai ilmu, nilai agama dan budaya serta kemahiran yang berguna untuk diaplikasikan
oleh individu (pengajar atau pendidik) kepada individu yang memerlukan pendidikan.

ý Berdasarkan berbagai definisi, dapat difahamkan bahwa pendidikan ialah proses


melatih akaliah, jasmaniah dan moral manusia untuk melahirkan warganegara yang baik
serta menuju ke arah kesempurnaan bagi mencapai tujuan hidup.

ý Asas pendidikan seumur hidup yang mengandung kemungkinan diversifikasi sistem


pendidikan, tampaknya konsepsi satu jalur kurang begitu tepat dan efektif. pendidikan
satu jalur baru lebih efektif bila wajib belajar lebih tinggi dari yang ada sekarang.

ý Jauh sebelum PBB pada tahun 1970-an memprakarsai "pendidikan seumur hidup-PSH”
(Lite Long Integrated Education), dalam Islam pada abad ketujuh telah ditegaskan:
Uthlub al’ilma min al-mahdi ila al-lahdi (tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat)

 http://blog.unsri.ac.id/riski02/pengantar-pendidikan-/pendidikan-seumur-hidup/
mrdetail/14530/

Anda mungkin juga menyukai