(LIFE-LONG EDUCATION)
by: Nurin
~o~
….
“Pendidikan Seumur Hidup”/”Life-Long Education” (bukan “long life education”)
adalah makna yang seharusnya benar-benar terkonsepsikan secara jelas serta
komprehensif dan dibuktikan dalam pengertian, dalam sikap, perilaku dan dalam
penerapan terutama bagi para pendidik di negeri kita.
…
Pendidikan seumur hidup atau belajar seumur hidup bukan berarti kita harus
terus sekolah sepanjang hidup kita. Sekolah banyak diartikan oleh masyarakat
sebagai tugas belajar yang terperangkap dalam sebuah “ruang” yang bernama
kelas, bukan itu yang dimaksud. Paradigma belajar seperti ini harus segera kita
rubah. Pengertian belajar bukan hanya berada dalam ruangan tapi belajar disemua
tempat, semua situasi dan semua hal.
…
Pendidikan seumur hidup bersifat holistik, sedangkan pengajaran bersifat
spesialistik, terutama pengajaran yang terpilih dan terinferensikan dalam pelbagai
bentuk kelembagaan belajar.
…
Holistik memiliki arti lebih mengarah kepada pengutuhan atau penyempurnaan.
Manusia selalu berusaha uintuk mencapai titik kesempurnaan dalam segala hal,
namun seberapa besar usahapun kita tidak akan sampai pada kesempurnaan itu.
Karena kesempurnaan hanya milik Sang Pencipta Alam.
…
Belajar berarti memfungsikan hidup, orang yang tidak belajar berarti telah
kehilangan hidupnya, paling tidak telah kehilangan hidupnya sebagai manusia.
Karena hidup manusia itu bukan hanya individu dalam dirinya saja tapi juga
interaksi dengan sesamanya, dengan antar generasi dan kehidupan secara
universal..
…
Dalam Pendidikan atau Belajar terdapat interaksi antara tantangan (challenge)
dari alam luar diri manusia dan balasan (response) dari daya dalam diri manusia.
Dalam belajar juga terjadi interaksi komunikasi antara manusia dan
berlangsungnya kesinambungan antar generasi serta belajar melestarikan hidup,
mengamankan hidup dan menghindari pengrusakan hidup. Belajar berarti
menghargai hidup kita.
…
Dalam agama sering kita dengar kalimat ” Belajarlah (tuntutlah ilmu) dari ayunan
sampai liang lahat”.
Belajar merupakan tugas semua manusia, tua-muda, besar-kecil, kaya-miskin
semua mempunyai tugas tersebut. Kita belajar mengetahui apapun yang ada di
dunia ini untuk kemajuan individu atau universal. Belajar memberi, belajar
menerima, belajar bersabar, belajar menghargai, belajar menghormati dan belajar
semua hal.
http://pendidikanuntuksemua.wordpress.com/2008/11/18/pendidikan-seumur-hidup/
Asas pendidikan seumur hidup merumuskan bahwa proses pendidikan merupakan suatu
proses kontinu yang bermula sejak seseorang dilahirkan hingga meninggal dunia.
Dasar
1. . Menurut GBHN 1978 dinyatakan bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup dan
pemerintah..
2. Secara yuridis formal konsepsi pendidikan seumur hidup dituangkan dalam Tap MPR
No. IV/MPR/1973 jo Tap MPR No. IV/MPR/1978 tentang GBHN, dengan prinsip-
jangka panjang).
2. Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam keluarga, sekolah
dan masyarakat.
3. Konsepsi manusia Indonesia seutuhnya merupakan konsepsi dasar tujuan pendidikan
nasional (UU Nomor 2 tahun 1989 Pasal 4) yakni pendidikan nasional bertujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan.
Asas pendidikan seumur hidup merumuskan bahwa proses pendidikan merupakan suatu
proses kontinu yang bermula sejak seseorang dilahirkan hingga meninggal dunia
Pembahasan tentang konsep pendidikan seumur hidup ini akan diuraikan dalam dua
bagian yaitu ditinjau dari dasar teoritis/ religios dan dasar yuriditisnya.
1. Dasar Teoritis/ Religious
Konsep pendidikan seumur hidup ini pada mulanya dikemukakan oleh filosof dan
pendidik Amerika yang sangat terkenal yaitu John Dewey. Kemudian dipopulerkan oleh
Paul Langrend melalui bukunya : An Introduction to Life Long Education. Menurut John
Dewey, pendidikan itu menyatu dengan hidup. Oleh karena itu pendidikan terus
berlangsung sepanjang hidup sehingga pendidikan itu tidak pernah berakhir.
Konsep pendidikan yang tidak terbatas ini juga telah lama diajarkan oleh Islam,
sebagaimana dinyatakan dalam Hadits Nabi Muhammad Saw. yang berbunyi :
c. Di dalam UU Nomor 2 Tahun 1989, penegasan tentang pendidikan seumur hidup,
dikemukakan dalam Pasal 10 Ayat (1) yang berbunyi : “penyelenggaraan pendidikan
dilaksanakan melalui dua jalur, yaitu pendidikan luar sekolah dalam hal ini termasuk di
dalamnya pendidikan keluarga, sebagaimana dijelaskan pada ayat (4), yaitu : “pendidikan
keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan
dalam keluarga dan yang memberikan agama, nilai budaya, nilai moral dan
keterampilan”.
Dasar pemikiran yang menyatakan bahwa long life education adalah sangat penting.
Dasar pemikiran tersebut ditinjau dari berbagai aspek, diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. Tinjauan Ideologis
1. Tinjauan Ekonomis
Melalui pendidikan, merupakan cara paling efektif untuk keluar dari suatu lingkaran yang
menyeret kepada kebodohan dan kemelaratan. Pendidikan seumur hidup dalam konteks
ini memungkingkan seseorang untuk :
1. Meningkatkan produktifitasnya
2. Memelihara dan mengembangkan sumber-sumber daya dimilikinya
3. Memungkinkan hidup dalam lingkungan yang lebih sehat dan menyenangkan
4. Memiliki motivasi dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya secara tepat,
sehingga pendidikan keluarga menjadi sangat penting dan besar artinya.
5. Tinjauan Sosiologis
1. Tujuan Filosofis
1. Tinjauan Teknologis
Di era globalisasi seperti sekarang ini, tampaknya dunia dilanda oleh eksplosi ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dengan berbagai produk yang dihasilkannya. Semua
orang, tak terkecuali para pendidik, sarjana, pemimpin dan sebagainya dituntut selalu
memperbaharui pengetahuan dan keterampilannya seperti apa yang terjadi di negara
maju.
Perkembangan IPTEK sangat pesat mempunyai dampak dan pengaruh besar terhadap
berbagai konsep, teknik dan metode pendidikan. Disamping itu, perkembangan tersebut
juga makin luas, dalam dan kompleks, yang menyebabkan ilmu pengetahuan tidak
mungkin lagi diajarkan seluruhnya kepada anak didik di sekolah.
Oleh karena itu, tugas pendidikan jalur sekolah yang utama sekarang ialah mengajarkan
bagaimana cara belajar, menanamkan motivasi yang kuat dalam diri anak untuk belajar
terus sepanjang hidupnya, memberikan skill kepada anak didik secara efektif agar dia
mampu beradaptasi dalam masyarakat yang cenderung berubah secara cepat. Berkenaan
dengan itulah, perlu diciptakan suatu kondisi yang merupakan aplikasi asas pendidikan
seumur hidup atau lifelong education.
Demikian keadaan pendidikan seumur hidup yang dilihat dari berbagai aspek dan
pandangan. Sebagai pokok dalam pendidikan seumur hidup adalah seluruh individu harus
memiliki kesempatan yang sistematik, terorganisisr untuk belajar disetiap kesempatan
sepanjang hidup mereka. Semua itu adalah tujuan untuk menyembuhkan kemunduran
pendidikan sebelumnya, untuk memperoleh skill yang baru, untuk meningkatkan
keahlian mereka dalam upaya pengertian tentang dunia yang mereka tempati, untuk
mengembangkan kepribadian dan tujuan-tujuan lainnya.
Adapun strategi dalam rangka pendidikan seumur hidup sebagaimana diinventarisir Prof.
Sulaiman Joesoef, meliputi hal-hal berikut :
Pendidikan seumur hidup bagi anak, merupakan sisi lain yang perlu memperoleh
perhatian dan pemenuhan oleh karena anak akan menjadi “tempat awal” bagi orang
dewasa artinya dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Pengetahuan dan
kemampuan anak, memberi peluang besar bagi pembangunan pada masa dewasa. Dan
pada gilirannya masa dewasanya menanggung beban hidup yang lebih ringan.akar
pendidikan yang juga mantan Menteri pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Fuad
Hassan berpendapat, pendidikan dalam arti luas merupakan ikhtiar yang ditempuh
melalui tiga pendekatan, yaitu pembiasaan, pembelajaran, dan peneladanan. Ketiga aspek
itu berlangsung sepanjang perjalanan hidup manusia.Demikian Fuad Hassan saat menjadi
pembicara kunci pada seminar nasional "Rekonstruksi dan Revitalisasi pendidikan
Indonesia Menuju Masyarakat Madani", di Widya Graha Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) Jln. Gatot Subroto Jakarta, Kamis (2/9).Hadir dalam cara itu, pengamat
pendidikan Arief Rachman dan Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan
Kemanusiaan LIPI, Dewi Fortuna Anwar.
Menurut Fuad, anggapan bahwa pembiasaan hanya efektif pada masa kanak-kanak jelas
keliru karena pada usia dewasa dan lanjut usia pun pembiasaan masih terjadi. Misalnya,
melalui kegiatan hobi dalam masa pensiun, kebiasaan makan yang berkenaan dengan
pemeliharaan kesehatan, kebiasaan olah raga, dan lainnya yang dibentuk pada masa
tua.Halnya mengenai pembelajaran yang juga meliputi pelatihan, dikatakan Fuad, itu
merupakan pendekatan yang terutama mengemuka melalui jalur pendidikan formal.
"Melalui jalur ini, sesuatu program pembelajaran jelas cakupannya dari awal hingga
akhir. Pendekatan ini lazim dilaksanakan melalui pendekatan klasikal dan kurikuler
dalam sistem persekolahan," jelasnya.Selanjutnya, yang sering dilupakan adalah
pendidikan dalam arti luas yang meliputi juga peneladanan, yaitu melalui terpaan citra
yang memikat untuk ditiru perilakunya atau bahkan menjadi model identifikasi diri bagi
pengamatnya.
Dikemukakan Fuad, secara umum dapat dikatakan bahwa teladan dijadikan pedoman
berperilaku. Di sisi lain, perilaku yang diamati sebagai teladan juga bisa berpengaruh
sebagai penentu pola dan kecenderungan (patern and trend setter). Teladan pun
ditemukan melalui sosok yang dianggap memperagakan model peran (role model).Fuad
juga menilai, peneladanan merupakan penjelmaan yang bisa berdampak kuat dalam
proses pendidikan, terutama bagi anak-anak dan remaja, serta kaum muda um
umnya."Pada usia yang masih rentan untuk dibentuk oleh berbagai faktor eksternal ini,
peneladanan bisa memengaruhi arah perkembangan para remaja dan kaum muda menuju
kedewasaan," tuturnya.Di tempat sama, pengamat pendidikan yang lain, Arief Rachman
mengungkapkan hal senada. Potret pendidikan yang ada seolah-olah pendidikan itu ada di
sekolah. Padahal, lingkungan luar sangat berperan.Ia menilai, pendidikan memang
persyaratan awal. Akan tetapi, jangan direduksi di sekolah, tetapi juga di masyarakat,
rumah tangga, dan media.
Berkaitan dengan lokakarya atau workshop yang berlangsung pada Jumat (3/9), Arief
menyebutkan, adanya sejumlah usulan. Antara lain, menyangkut visi masyarakat madani,
memproses pendidikan di masyarakat, serta apa yang disebut sukses pendidikan,
misalnya apakah sebatas dilihat dari produk memenuhi target, atau juga perlu
pemahaman menyangkut moral, hak asasi manusia, dan gender
BAB I. PENDIDIKAN
A. PENGERTIAN PENDIDIKAN
Hassan Langgulung juga merumuskan pengartian pendidikan itu sebagai menambah dan
memindahkan nilai kebudayaan kepada individu dalam masyarakat. Proses pemindahan
nilai budaya itu ialah, pertama, pemindahan nilai-nilai budaya melalui pengajaran. Ia
boleh diartikan sebagai pemindahan pengetahuan atau knowledge. Jadi, apabila seseorang
memindahkan pengetahuan tersebut maka berlakulah proses pengajaran. Kedua, proses
pendidikan merupakan satu latihan. Ia bermaksud apabila seseorang itu membiasakan diri
dalam melakukan pekerjaan
Hakikatnya dapat dimengarti bahwa pendidikan itu didapati melalui proses yang terdapat
di dalam sesuatu masyarakat dan individu yang ada didalamnya. Akibat daripada proses
tersebut. pendidikan boleh dikategorikan dalam dua bentuk utama iaitu dalam bentuk
formal dan bentuk tidak formal.
Pendidikan yang berbentuk formal dikelolakan oleh satu yayasan atau institusi yang
berfalsafah, berorganisasi, berstruktur, bermatlamat dan bersistem. Contohnya sekolah
atau pusat pengajian pendidikan.
Pendidikan yang tidak formal tidak mempunyai falsafah, organisasi, struktur, matlamat
dan sistem yang tertentu. Contohnya ialah didikan dalam sebuah keluarga.
Munculnya istilah ini, dalam dunia pendidikan, banyak menimbulkan dorongan atau
pemikiran kritis terhadap pengartian pendidikan yang telah ada. Misalnya, tujuan
pendidikan adalah pencapaian kedewasaan, sekolahan terutama berjenjang akademik
bukanlah satu-satunya sistem pendidikan, dan pendidikan hendaknya lebih menonjolkan
sifatnya sebagai self initiative dan self education.
Namun, jangan dimaknai pendidikan di sekolah formal tidak perlu. Dalam kenyataaannya
pun jalur pendidikan ini tetap ada, malah semakin banyak bagai jamur di musim hujan.
Hal ini disebabkan jalur pendidikan yang terlembagakan (formal), adanya keteraturan
tentang perencanaaan dan pelaksanaaan pendidikan, juga memberikan rasa optimis bagi
para peminatnya dengan jangka waktu yang relatif pendek.
Adanya pendidikan seumur hidup, merupakan sebuah angin segar apabila kita mengamati
pada beberapa asas yang melekat (inheren) pada gagasan pendidikan seumur hidup itu
sendiri. Separti sistem pendidikan semakin demokratis, pendidikan dapat meningkatkan
kualitas hidup, dan pengintegrasian sekolah dengan ke hidupan di lingkungan
masyarakat.
Hanya, bisa saja angin segar pendidikan seumur hidup menjadi angin surga alias utopia
baru dalam bidang pendidikan, apabila hanya sebatas konsep tanpa implementasi.
Konsepsi pendidikan seumur hidup di Indonesia telah beberapa kali tercantum dalam
GBHN, tapi implementasinya sering berubah-ubah. Konsep di dalam GBHN masih amat
luas pengartiannya, sehingga sering terjadi "keluwesan" menafsirkan yang berbeda.
Misalnya dalam mengambil sikap antara beberapa pengartian pendidikan satu jalur
(single track) dan pendidikan multijalur (multitrack). Demikian pula dengan pendidikan
yang bersifat akademik ilmiah dan operasional-teknik, maupun antara pendidikan formal
dan nonformal.
Jauh sebelum PBB pada tahun 1970-an memprakarsai “pendidikan seumur hidup-PSH”
(Lite Long Integrated Education), dalam Islam pada abad ketujuh telah ditegaskan:
Uthlub al’ilma min al-mahdi ila al-lahdi (tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat).
Sayangnya, kepopuleran ajaran pendidikan seumur hidup dari Rasulullah SAW itu tidak
sempat menggugah perhatian kita untuk memprakarsainya menjadi word program.
Drs H Fuad Ihsan (1996:44-45) dalam buku Dasar-dasar Kependidikan, menulis beberapa
dasar pemikiran --ditinjau dari beberapa aspek-- tentang urgensi pendidikan seumur
hidup, antara lain: Aspek ideologis, setiap manusia yang dilahirkan ke dunia ini memiliki
hak yang sama untuk memperoleh pendidikan, meningkatkan pengetahuan dan
menambah keterampilannya. pendidikan seumur hidup akan membuka jalan bagi
seseorang untuk mengembangkan potensi diri sesuai dengan kebutuhan hidupnya.
Aspek ekonomis, pendidikan merupakan cara yang paling efektif untuk dapat keluar dari
“Lingkungan Setan Kemelaratan” akibat kebodohan. pendidikan seumur hidup akan
memberi peluang bagi seseorang untuk meningkatkan produktivitas, memelihara dan
mengembangkan sumber-sumber yang dimilikinya, hidup di lingkungan yang
menyenangkan-sehat, dan memiliki motivasi dalam mendidik anak-anak secara tepat
sehingga pendidikan keluarga menjadi penting.
Aspek teknologis, pendidikan seumur hidup sebagai alternatif bagi para sarjana, teknisi
dan pemimpin di negara berkembang untuk memperbaharui pengetahuan dan
keterampilan seperti dilakukan negara-negara maju. Aspek psikologis dan pedagogis,
sejalan dengan makin luas, dalam dan kompleknya ilmu pengetahuan, tidak mungkin lagi
dapat diajarkan seluruhnya di sekolah. Tugas pendidikan sekolah hanya mengajarkan
kepada peserta didik tentang metode belajar, menanamkan motivasi yang kuat untuk
terus-menerus belajar sepanjang hidup, memberikan keterampilan secara cepat dan
mengembangkan daya adaptasi. Untuk menerapkan pendidikan seumur hidup perlu
diciptakan suasana yang kondusif.
B. TAMBAHAN ILMU
Bila kita melakukan investigasi, maka tak satu doa pun dari doa-doa dalam Alquran dan
Alhadits yang berisi “permintaan tambahan”, kecuali dalam hal doa: Rabbi zidni ‘ilman
(QS Thaha, 20:114), wa ziyadatan fi al-’ilmi (Alhadits). Dalam hal rezeki, yang diminta
bukan tambahan, tetapi barakah: wa barakatan fi ar-rizqi. Dalam hal dunia adalah
keselamatan: fi ad-dunya hasanah, bukan lain-lain, demikianlah selanjutnya (baca:
Syarqawi Dhafir, Berilmu).
Menambah ilmu setiap saat sangat signifikan bagi ke hidupan manusia. Rasulullah SAW
sampai bersumpah: Demi Allah seandainya aku tidak dapat menambah ilmu sehari saja,
maka lebih baik aku tidak melihat matahari saat itu. Ini adalah isyarat bila kita
menginginkan ke hidupan yang lebih baik maka manhaj-nya adalah dengan menambah
ilmu-pengetahuan: Man arada ad-dunya fa’alaihi bi al-’ilmi wa man arada al-akhira
fa’alaihi bi al-’ilmi wa man aradahuma fa’alaihi bi al-’ilmi (Alhadits).
Sebagai upaya penyadaran umat untuk rajin menuntut ilmi, maka penulis perlu
memaparkan beberapa janji Allah SWT dan pesan Rasul, di antaranya: mengistimewakan
mereka dari yang tidak berilmu (QS al-Zumar, 39:9), memberi derajat yang lebih tinggi
(QS al-Mujadilah, 58:11), mempermudah jalan menuju surga (HR Muslim), menyamakan
kedudukan mereka dengan orang yang berjuang di jalan Allah (HR Turmudzi), memberi
keistimewaan yang lebih dari orang yang hanya beribadah, ilmu dijadikan sebagai
warisan yang terus menerus memproduksi amal kebajikan yang tak putus karena
kematian (HR Muslim).
Dalam meningkatkan ‘ubudiyah kepada Allah harus berlandaskan ilmu (‘ala ilmin) untuk
dapat memahami kebesaran dan kekuasaan-Nya: Innama yakhsa Allah min ‘ibadihi
al-’ulama. Artinya, sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-Nya
hanyalah ulama (QS Fathir, 35:28). Berarti ilmu merupakan pelita-obor yang dapat
menerangi jalan menuju Tuhan. Tanpa ilmu, dapat dipastikan ibadah yang kita lakukan
nilainya rendah dan boleh jadi tidak sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya.
C. TERUS BELAJAR
Tidak ada istilah “tua” untuk belajar, never old to leam. Konsekuensi doa yang kita
panjatkan harus sejalan dengan amaliyah nyata melalui kegiatan belajar yang terus-
menerus. Nabi Muhammad SAW sekalipun telah mencapai puncak, masih tetap juga
diperintahkan untuk selalu memohon (berdoa) sambil berusaha untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan (M Quraish Shihab, 1999:178). Bukankah Allah Ta’ala telah menyatakan:
Dan orang-orang yang berjuang di jalan Kami pastilah akan Kami tunjukkan kepada
mereka jalan Kami (QS al-’Ankabut, 29:69).
Orang-orang yang banyak belajar akan semakin membuka mata kepala (‘ain al-bashar)
dan mata hati (‘ain al-bashirah) untuk semakin tunduk, patuh dan taat kepada manhaj
Rabbani. Untuk itu kita harus banyak membaca, karena membaca sebagai kunci untuk
membuka “gudang ilmu-pengetahuan”, yaitu buku.
Dalam Islam, landasan pendidikan seumur hidup terdapat dalam ayat-ayat Alquran dan
hadis Rasul, antara lain "Sesungguhnya dalam kejadian langit dan bumi, serta pertukaran
malam dan siang, terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi mereka yang mempunyai
(mempergunakan) akalnya". (QS. Ali Imran: 190). Dan pepatah arab "Tuntutlah ilmu dari
buaian sampai ke liang lahat".
Kesadaran akan pentingnya pendidikan seumur hidup menjadi mendalam dengan adanya
sejumlah firman Allah SWT dan hadis Nabi Muhammad yang mendasarinya.
Persoalannya, tinggal bagaimana menjabarkan dan mengimplementasikannya
KESIMPULAN
ý Fuad Hassan berpendapat, pendidikan dalam arti luas merupakan ikhtiar yang ditempuh
melalui tiga pendekatan, yaitu pembiasaan, pembelajaran, dan peneladanan. Ketiga aspek
itu berlangsung sepanjang perjalanan hidup manusia.
ý Pendidikan merupakan suatu proses berkelanjutan yang mengandungi unsur-unsur
pengajaran, latihan, bimbingan dan pimpinan dengan tumpuan khas kepada pemindahan
berbagai ilmu, nilai agama dan budaya serta kemahiran yang berguna untuk diaplikasikan
oleh individu (pengajar atau pendidik) kepada individu yang memerlukan pendidikan.
ý Jauh sebelum PBB pada tahun 1970-an memprakarsai "pendidikan seumur hidup-PSH”
(Lite Long Integrated Education), dalam Islam pada abad ketujuh telah ditegaskan:
Uthlub al’ilma min al-mahdi ila al-lahdi (tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat)
http://blog.unsri.ac.id/riski02/pengantar-pendidikan-/pendidikan-seumur-hidup/
mrdetail/14530/