Anda di halaman 1dari 5

OLAHRAGA SEBAGAI AGEN PERDAMAIAN DUNIA

Mata Perkuliahan : Fiqih Olahraga


Dosen Mata Kuliah : Ulil Abshar Abdalla, MA
Oleh : Imam Safi’i
Olahraga merupakan aktivitas gerak yang telah dikenal oleh masyarakat
internasional untuk menguatkan badan dan menyehatkan badan. Dunia internasional
yang terdiri atas berbagai macam negara tentunya memiliki jenis olahraga yang
beragam pula. Jenis olahraga yang tetap eksis hingga saat ini, yakni,sepakbola,
bulutangkis, bola voli, bola basket, renang, lari, dan lempar lembing.
Dalam konteks pembangunan berkelanjutan, olahraga digunakan sebagai alat
pembangunan hak asasi manusia, pembangunan sosial, dan pembangunan ekonomi.
Olahraga sebagai pembangun perdamaian berarti bahwa olahraga tidak hanya
membuat badan kita sehat, tetapi juga berperan sebagai media silaturahmi. Dengan
berolahraga, kita bisa menambah banyak pengalaman dan banyak teman. Selain itu,
tak jarang juga olahraga dijadikan sebagai pekerjaan, media promosi, dan ajang
berkompetisi.
Disis yang lain Olahraga adalah bagian dari tolok ukur keberhasilan
pembangunan nasional. Pembinaan dan pengembangan olahraga harus ditempatkan
dalam pengarusutamaan berbagai kebijakan pemerintah dan pemerintah daerah pada
semua lini dan tingkatan dalam kerangka spirit of the nation. Sejarah perjalanan
bangsa Indonesia membuktikan bahwa olahraga tidak saja sarana peningkatan pola
hidup sehat dan prestasi, tetapi sekaligus sebagai media perjuangan dan sarana
menyatukan bangsa yang besar ini.
Prestasi olahraga menjadi salah satu indikasi pembangunan nasional, sehingga
pembinaan dan pengembangan olahraga harus ditempatkan sebagai alat pemersatu
bangsa. Selain tentunya dalam kehidupan bermasyarakat, olahraga dapat dijadikan
gaya hidup sehat dan bugar manusia Indonesia. Cikal bakal rasa nasionalisme bangsa
yang besar dengan beragamnya suku bangsa yang tersebar dari Sabang sampai
Merauke.
Di tengah kemajemukan bangsa Indonesia dalam ras, suku, etnis, budaya dan
agama tersebut, olahraga merupakan salah satu alat pemersatu bangsa. Dapat kita
amati bagaimana masyarakat kita yang sangat majemuk ini berkompetisi dalam satu
arena, baik saat berlawanan dengan sesama bangsa Indonesia, ataupun dengan

1
bangsa-bangsa lain dari belahan dunia. Semuanya berbaur menjadi satu. Itulah
indahnya olahraga. Kompetisi dilakukan secara sehat, bahkan ketika pesertanya
berasal dari ras, etnis, budaya, agama, latar belakang yang sangat berbeda sekalipun.
Itulah pluralisme Indonesia, itulah Indonesia. Bayangkan bagaimana olahraga dapat
menjadi sarana pemersatu yang sangat pas bagi kemajemukan tersebut. Sehingga
Olahraga tidak hanya menjadikan tubuh yang sehat. Namun, olahraga dapat
menumbuhkan karakter yang baik bagi seseorang seperti jujur, adil, kompetisi yang
sehat, sikap gotong-royong, memiliki rasa persaudaraan yang tinggi, serta dapat
membawa terhadap timbulnya perdamaian,
Peran kompetisi olahraga sebagai media pemersatu bangsa sangat besar
adanya. Seperti yang kita tahu, olimpiade olahraga internasional diikuti oleh negara-
negara di seluruh dunia. Hal ini membuktikan bahwa terjadi hubungan yang baik
antar negara di dunia melalui olimpiade tersebut. Negara harus mengikuti aturan yang
telah ditentukan di setiap olimpiade dan menghargai negara lain sebagai
penyelenggara olimpiade tersebut. Terlebih lagi, negara wajib menghormati negara-
negara lain peserta olimpiade. Dalam pelaksanaan olimpiade olahraga, para atlet tidak
hanya mewakili negaranya sebagai duta olahraga saja, tetapi mereka juga harus
mampu memperkenalkan budaya serta keunikan dari negara masing-masing. Ini
merupakan poin terpenting dimana setiap negara bisa membagi pengetahuan tentang
negaranya dan mengenal negara lain. Dengan adanya perkenalan yang baik, tentunya
akan tercipta persatuan antar negara di dunia. Itulah alasan mengapa olahraga dapat
digunakan sebagai sarana pemersatu negara-negara di dunia
Sebagai ajang olahraga internasional, Asian Games memiliki potensi sebagai
media alternatif menciptakan perdamaian. Namun, hal ini bisa jadi sangat menantang,
baik bagi tuan rumah maupun bagi para peserta.
Saat ini, tercatat ada 17 konflik tengah berlangsung di dalam batas wilayah 45
negara peserta Asian Games. Tiga di antaranya merupakan konflik antar negara,
sedangkan sisanya adalah perang sipil. Di antara konflik-konflik tersebut ada Perang
Korea yang masih berlangsung hingga kini, sengketa wilayah Kashmir antara India
dan Pakistan, serta krisis Yaman yang melibatkan Saudi Arabia dan Yaman.
Selain itu, jangan sampai pula kita melupakan konflik antara Cina dan Taiwan
yang enggan mengakui kedaulatan satu sama lain hingga kini. Walaupun konflik
Cina-Taiwan tidaklah bersifat terbuka, ia tetap menjadi duri di dalam daging bagi
perpolitikan Asia. Untuk meyakinkan bahwa Asian Games dapat mendukung

2
perdamaian global, pertama-tama Indonesia perlu menjaga citra positif sebagai tuan
rumah. Keberhasilan Indonesia menjadi tuan rumah sebuah acara akbar internasional
adalah sebuah konfirmasi awal bahwa Indonesia memiliki daya tawar diplomatik yang
penting. Untuk memelihara citra sebagai negara yang dapat dipercaya, Indonesia perlu
konsisten menyajikan pelayanan terbaik dan menjunjung tinggi sportivitas.
Selain itu, Indonesia mampu memanfaatkan posisinya sebagai tuan rumah
untuk menyediakan lingkungan kondusif bagi negara-negara yang tengah berkonflik.
Presiden Indonesia Joko Widodo telah melakukan pendekatan ini
dengan mengundang secara personal pemimpin negara Korea Utara dan Korea
Selatan untuk berpartisipasi dalam Asian Games.
Baik Korea Selatan maupun Korea Utara merespons positif undangan tersebut.
Kedua tim sepakat untuk membuat tim gabungan dalam tiga cabang olahraga: kano,
mendayung, dan bola basket perempuan. Tim gabungan ini adalah kelanjutan dari
keputusan kedua negara untuk berlaga sebagai satu tim pada Olimpiade Musim
Dingin Februari silam. Tim gabungan ini membuktikan bagaimana olahraga memiliki
potensi untuk menjadi sumber soft power ketika kekerasan tak mampu menjadi solusi.
Oleh karena itu, penulis yakin bahwa ajang-ajang olahraga seperti Asian Games
mampu menawarkan arena bagi negara-negara untuk duduk bersama walau tengah
berkonflik. Inilah hal yang belum tentu dapat dilakukan secara sukses oleh metode
diplomasi konvensional lainnya.
Kompetisi olahraga sudah lama menjadi bagian peradaban manusia. Sejarah
mencatat bahwa ajang olahraga pertama dilaksanakan pada 776 SM, ketika sejumlah
negara-kota di Yunani Kuno menggelar olimpiade pertama. Seiring berjalannya
waktu, dengan negara-bangsa modern menggantikan negara-kota, berbagai upaya
menghidupkan kembali Olimpiade pun dilakukan di berbagai negara. Namun, baru
pada 1895, Olimpiade modern pertama diadakan sebagai ajang olahraga global. Sejak
itu, banyak ajang serupa bermunculan, umumnya diprakarsai oleh federasi regional.
Salah satunya adalah Asian Games yang diinisiasi pada 1951 dan dipimpin oleh
Olympic Council of Asia.
Kini, dengan adanya globalisasi, olahraga perlahan berevolusi menjadi agenda
baru dalam politik internasional. Performa atlet pun dianggap sebagai simbol
kekuatan sebuah negara, sehingga banyak pemimpin berlomba-lomba
memprioritaskan pengembangan olahraga di negara mereka. Hal yang sama pun
dirasakan oleh para warga negara. Mereka mendukung atlet-atlet yang berlaga tanpa

3
kenal lelah. Para pendukung ini menganggap atlet-atlet tersebut setara dengan
pahlawan yang mengharumkan nama bangsa.
Dalam politik internasional, peperangan dan perdamaian adalah dua topik
yang masih dianggap paling penting. Walaupun jumlah konflik bersenjata terus
menurun setelah Perang Dunia II, masih ada sejumlah kawasan di dunia yang terlibat
perang. Ketika cara-cara diplomasi tradisional tak mampu menyelesaikan masalah ini,
olahraga pun diharapkan mampu mengisi kekosongan tersebut.
Karakter universal olahraga, yang tidak mengenal batasan bahasa, telah
menarik para politikus untuk menggunakannya sebagai metode diplomatik yang baru.
Penulis memberikan pendapat bahwa, olahraga menjadi alat mendukung perdamaian,
Ajang olahraga internasional mampu membantu tuan rumah menciptakan citra ramah
bagi negara-negara lain di dunia. Selain itu Olahraga mampu menyediakan tempat
untuk pertukaran budaya secara damai, sehingga mendorong dialog berikutnya. Ajang
olahraga memungkinkan negara-negara partisipan untuk membangun rasa percaya
satu sama lain. Ajang olahraga memungkinkan negara-negara peserta menggalang
perdamaian lewat semangat rekonsiliasi, integrasi, dan anti-rasisme.
Beberapa orang mungkin skeptis terhadap peran olahraga dalam menciptakan
perdamaian. Namun, skeptisisme ini hanya benar ketika kita menganggap ajang
olahraga sebagai sebuah solusi ajaib yang mampu meruntuhkan segala hambatan
untuk mewujudkan perdamaian.
Untuk menghindari pemahaman yang keliru, kita perlu menyepakati bahwa
ajang-ajang olahraga seperti Asian Games, pada hakikatnya, bersifat kompetitif. Di
satu sisi memang ia mampu menjadi sebuah pertemuan yang memunculkan rasa
hormat. Namun, di sisi lain, ia juga berpotensi disalahgunakan sebagai ajang
perselisihan yang bisa menimbulkan rasa nasionalisme secara berlebihan.
Untuk memaksimalkan fungsi Asian Games, para pemimpin perlu
berkomitmen pada pesan universal olahraga untuk menggalang kebersamaan terlepas
dari segala latar belakang yang ada. Tentu saja, Asian Games bukanlah solusi
langsung untuk menciptakan perdamaian. Namun, ketika semua orang berdiri sama
tinggi di hadapan olahraga, bahkan pihak paling berseberangan pun mampu belajar
untuk menghargai satu sama lain. Inilah kelebihan yang dimiliki ajang-ajang olahraga
ketimbang sarana diplomasi tradisional lainnya.
Pada akhirnya, Asian Games sebagai momen ajang silaturrahmi antar negara
yang luar biasa, dimana perhelatan asian games tidak hanya memperlihatkan

4
kompetisi namun juga ada budaya, musik, seni yang lain yang ditampilkan antar
negara di pembukaan dan penutupan asian games yang mampu mengurai ketegangan
sejenak dengan pihak-pihak yang berseteru.

Anda mungkin juga menyukai