Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS KEBIJAKAN JOGO TONGGO MELALUI PERSPEKTIF

COMPREHENSIVE RATIONALITY

Zhulfikar Akbar Fahlevi, Refi Faisal Ardhana, Angga Putri Utami


Jurusan Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Brawijaya

Di awal tahun 2020, dunia digemparkan dengan menyebarnya virus jenis baru dari
(SARS CoV-2) yang disebut sebagai Coronavirus disease 2019 (COVID-19). Direktur
Jenderal WHO mengumumkan kondisi kegawatdaruratan kesehatan dunia pada tanggal 30
Januari 2020, yang mengisyaratkan bahwa COVID-19 ini berpotensi menyebar ke negara lain.
Pandemi ini dapat menimbulkan berbagai permasalahan dari segala aspek kehidupan baik di
bidang keamanan, ekonomi, sosial-budaya, serta bidang pemerintahan di berbagai belahan
dunia. Hal ini kemudian direspon pemerintah Indonesia dengan menetapkan COVID-19
sebagai bencana nasional yang telah disahkan di dalam Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun
2020 tentang Penetapan Bencana Non Alam Penyebaran Coronavirus Disease 2019 (COVID-
19). Dalam keadaan krisis karena bencana nasional, penanganan COVID-19 harus
dilaksanakan dengan cepat. Maka dari itu, salah satu kebijakan yang diambil oleh pemerintah
pusat adalah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sebagai langkah awal memutus rantai
penyebaran COVID-19 sebagaimana telah diatur dalam PP Nomor 21 Tahun 2020.

Pada pelaksanaannya, PP Nomor 21 Tahun 2020 tetap mengacu kepada regulasi


sebelumnya yakni UU Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan. Di dalam
regulasi ini, pemerintah pusat lebih memberikan kewenangan dan tanggung jawab secara luas
kepada pemerintah daerah dalam hal desentralisasi kebijakan pencegahan dan penanganan
COVID-19 di tingkat daerah/lokal. Selaras dengan pernyataan dari Bachtiar (2020) yang
berpendapat bahwa keberadaan pemerintah daerah harus mampu menjaring kepentingan
masyarakat lokal, karena pada dasarnya entitas pemerintah daerah dianggap mampu untuk
berinteraksi lebih dekat dengan rakyat. Pemerintah daerah harus mampu mengupayakan
penyelenggaraan karantina wilayah yang optimal agar penularan COVID-19 dapat dicegah di
setiap daerah.

Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang
memiliki sebuah inovasi kebijakan unik dalam memutus mata rantai penyebaran COVID-19,
kebijakan ini bernama Jogo Tonggo. Program Jogo Tonggo ini merupakan kebijakan
pemerintah daerah dalam percepatan penanganan pandemi COVID-19 melalui konsep yang
berbasis di tingkat Rukun Warga (RW) dengan melibatkan masyarakat secara langsung untuk
saling menjaga tetangga dari penyebaran COVID-19 berskala lokal serta membantu
masyarakat yang terdampak pandemi secara ekonomi. Kebijakan Jogo Tonggo juga merupakan
mitigasi bencana COVID-19 berbasis kearifan lokal yang menjadi alternatif pilihan beberapa
Kabupaten dan Kota di Jawa Tengah sebelum adanya kebijakan PSBB.

Jogo Tonggo berasal dari bahasa Jawa. “Jogo” berarti menjaga, dan “Tonggo” artinya
tetangga. Jogo Tonggo memiliki satuan yang bertugas menjaga tetangganya untuk memastikan
warga secara bergotong royong melawan penyebaran dan penularan COVID-19 di wilayahnya
sekaligus memastikan dukungan dari luar wilayahnya untuk melawan COVID-19 secara tepat
sasaran. Pembentukan Satuan Tugas Jogo Tonggo berlandaskan pada Instruksi Gubernur Jawa
Tengah Selaku Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di Provinsi Jawa
Tengah No. 1 Tahun 2020 tentang Pemberdayaan Masyarakat Dalam Percepatan Penanganan
COVID-19 di Tingkat Rukun Warga (RW) melalui Pembentukan “Satgas Jogo Tonggo” yang
diberlakukan sejak tanggal 22 April 2020. Kebijakan Jogo Tonggo memiliki 10 bidang struktur
anggota, yaitu:

1. Karang Taruna 6. Pendamping Desa


2. Dasa Wisma 7. Warga
3. Pendamping PKH 8. Bidan Desa
4. Posyandu 9. Linmas
5. PPL (Pertanian) 10. Organisasi Lainnya

Sepuluh bidang tersebutlah yang akan membantu pemerintah dalam penanganan


COVID-19. Kebijakan ini memiliki prinsip kerja antara lain; berkemanusiaan, non permanen,
gotong royong, transparan, serta melibatkan semua pihak. Selain itu, kebijakan Jogo Tonggo
juga memiliki bidang tugas guna menangani penyebaran yang meliputi bidang kesehatan,
bidang ekonomi, bidang sosial dan masyarakat, serta bidang hiburan.

Analisis Kebijakan

Pada dasarnya, proses kebijakan selalu mengaitkan kegiatan membuat pilihan beserta
tahapannya, yang mempertimbangan juga berbagai faktor dalam lingkungan kebijakan.
Menurut pandangan David Easton (dalam Dye, 1972) ketika pemerintah membuat kebijakan
publik, ketika itu pula pemerintah mengalokasikan nilai-nilai kepada masyarakat karena setiap
kebijakan mengandung seperangkat nilai di dalamnya. Oleh karena itu, dalam setiap
pembuatan kebijakan akan selalu bersinggungan dengan kepentingan publik yang sangat
kompleks. Konsekuensi dari hal ini adalah para aktor pembuat kebijakan (policy maker) harus
selalu melibatkan peran dari publik baik itu pola komunikasi dalam pembuatan kebijakan
maupun pemikiran apa saja dampak dan pengaruh kebijakan yang dibuatnya kepada publik.

Selaras dengan pandangan Easton, tujuan Gubernur Ganjar Pranowo sebagai policy
maker dari kebijakan Jogo Tonggo adalah ingin mencegah penularan COVID-19 di Jawa
Tengah dengan mengangkat nilai-nilai kearifan lokal dan budayanya. Jogo Tonggo sendiri
pada awalnya merupakan kearifan lokal dan budaya yang telah ada dalam kehidupan
masyarakat Jawa yang kini dihidupkan kembali di masa pandemi COVID-19 sebagai bentuk
mitigasi pemutusan rantai penyebaran COVID-19 di Jawa Tengah. Karena lahir dan besar di
Jawa Tengah, Gubernur Ganjar Pranowo sebagai aktor pembuat kebijakan (policy maker)
sudah memahami betul lingkungan-lingkungan kebijakannya. Oleh karena itu, Gubernur
Ganjar Pranowo ingin memasukkan nilai-nilai kearifan lokal dan budaya masyarakat Jawa
Tengah ke dalam kebijakan Jogo Tonggo agar implementasi kebijakan dari pemerintah daerah
dapat dipahami dengan mudah dan dilaksanakan dengan baik oleh seluruh lapisan masyarakat
Jawa Tengah. Contoh nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Jawa Tengah yang diinginkan
masuk ke dalam kebijakannya seperti nilai kemasyarakatan dan gotong-royong, dan lain
sebagainya. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya prinsip kerja Satuan Tugas Jogo Tonggo
yang mengharuskan Satgas untuk: 1) kerja kemanusiaan, 2) kerja non-permanen, 3) tidak
korupsi dan tidak ngapusi, 4) kerja berbasis gotong-royong, 5) serta melibatkan semua pihak.

Selain memasukkan nilai-nilai yang dipahaminya, policy maker juga berusaha untuk
memaksimalkan power yang dimilikinya agar dapat memberikan manfaat yang optimal bagi
masyarakat dalam sebuah kebijakan yang dibuat. Sebagai seorang Gubernur, Bapak Ganjar
Pranowo memiliki legitimasi kuat dalam merumuskan kebijakan Jogo Tonggo dan berhak
memberikan instruksi kepada seluruh masyarakat Jawa Tengah mulai dari tingkat provinsi
hingga tingkat terendah Rukun Warga (RW) guna mencegah penyebaran COVID-19 serta
memberikan bantuan kepada masyarakat yang terdampak pandemi, sehingga pelaksanaan
kebijakan Jogo Tonggo harus dilaksanakan tidak hanya di tingkat wilayah provinsi, tetapi juga
harus diimplementasikan sampai di tingkat terendah yakni Rukun Warga (RW). Karena
berhasil memanfaatkan dengan baik legitimasi yang dimilikinya, Gubernur Ganjar Pranowo
juga menjadi sorotan publik atas kinerjanya sebagai kepala daerah dalam merancang strategi
serta merumuskan kebijakan penanganan COVID-19 sehingga dapat meningkatkan citranya
sebagai kepala daerah yang dekat dan dapat mengerti dengan kebutuhan masyarakat pada masa
pandemi saat ini.

Selain itu, dapat dianalisis bahwa langkah kebijakan yang diambil oleh Gubernur
Ganjar Pranowo termasuk bersifat radical. Karena pandemi COVID-19, pemerintah pusat
maupun daerah dituntut untuk membuat sebuah kebijakan baru guna mencegah dan menangani
penyebaran COVID-19. Dengan kebijakan Jogo Tonggo, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa
Tengah berhasil merumuskan kebijakan publik dan inovasi baru guna menangani pertumbuhan
COVID-19 di Jawa Tengah serta membantu masyarakat yang terdampak pandemi.
Dikarenakan kebijakan Jogo Tonggo ini termasuk sebuah kebijakan baru (prescriptive) yang
bersifat radikal, maka dari itu masih terdapat adanya kekurangan dalam
pengimplementasiannya kepada seperti komunikasi penyampaian pelaksanaan program Jogo
Tonggo di tingkat RW yang kurang bisa tersampaikan dengan baik, fakta lapangan di tingkat
RW banyak yang merasa kebingungan dalam pelaksanaan Jogo Tonggo sehingga penyebaran
COVID-19 di Jawa Tengah tergolong tinggi dalam perbandingan angka nasional positif
COVID-19 dengan provinsi lain walaupun kebijakan ini sudah dijalankan selama beberapa
bulan.

Kesimpulan

Kebijakan Jogo Tonggo merupakan salah satu inovasi kebijakan Pemerintah Provinsi
Jawa Tengah berbasis masyarakat di tingkat Rukun Warga (RW) dalam upaya penanganan
COVID-19. Tujuan Gubernur Ganjar Pranowo sebagai policy maker dari kebijakan Jogo
Tonggo adalah ingin mencegah penularan COVID-19 dengan mengangkat kembali nilai-nilai
kearifan lokal dan budaya Jawa Tengah. Gubernur Ganjar Pranowo sebagai pembuat kebijakan
berhasil memasukkan nilai-nilai yang dipahami dan diinginkannya ke dalam kebijakan Jogo
Tonggo seperti nilai-nilai kemasyarakatan dan gotong-royong. Gubernur Ganjar Pranowo juga
berhasil memaksimalkan legitimasi yang dimilikinya dengan menginstruksikan seluruh elemen
masyarakat Jawa Tengah untuk berperan aktif dalam menangani penyebaran COVID-19, serta
mengoptimalkan nilai kebermanfaatan kebijakannya terutama bagi masyarakat yang
terdampak. Selain itu, dapat diketahui bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mampu
membuat inovasi melalui kebijakan Jogo Tonggo. Dikarenakan kebijakan ini bersifat baru,
masih terdapat kekurangan dalam menjalankan program tersebut. Salah satunya yaitu
komunikasi program Jogo Tonggo yang kurang tersampaikan dengan baik, sehingga
menyebabkan kebingungan yang berakibat pengimplementasian program yang kurang
maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Nasruddin, Rindam & Ismaul Haq. (2020). Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)
dan Masyarakat Berpenghasilan Rendah. SALAM : Jurnal Sosial & Budaya Syar-i.Vol 7 No.7.
Rani, Nur & Elvira Yenistika Safarinda. (2020). Evaluasi Kebijakan Jogo Tonggo
Dalam Pennaganan Covid-19 di Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Mahasiswa Administrasi
Negara. Vol.4 No.2.

Roudo, Mohammad & Rizqi Bachtiar. (2016). Regional Proliferation in Indonesia:


Benefits, Cost and Possibbility of Amalgamation. University of Birmingham, UK.

Sulistiani, Kurnia & Kaslam. (2020). Kebijakan Jogo Tonggo Pemerintah Provinsi
Jawa Tengah dalam Penanganan Pandemi Covid-19. Jurnal Vox Populi. Vol 3 NO.1

Instruksi Gubernur Jawa Tengah Selaku Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan
COVID-19 Di Provinsi Jawa Tengah No 1 Tahun 2020 Tentang Pemberdayaan Masyarakat
Dalam Percepatan Penanganan COVID-19 Di Tingkat Rukun Warga (RW) Melalui
Pembentukan “Satgas Jogo Tonggo”

Anda mungkin juga menyukai