Abstrak
Penyakit yang diakibatkan oleh Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) di wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia dan dengan memperhatikan pernyataan resmi
World Health Organization (WHO) yang menyatakan COVID-19 sebagai pandemi
global, pernyataan resmi Presiden Republik Indonesia yang menyatakan penyebaran
COVID-19 sebagai Bencana Nasional (Bencana Non-Alam) dan Keputusan Kepala
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terkait Perpanjangan Status
Keadaan Tertentu Darurat Bencana Wabah Penyakit Akibat Virus COVID-19 di
Indonesia. Pernyataan sebagai pandemi global merupakan suatu isyarat bahwa dalam
menghadapi pandemi ini segala fokus kebijakan yang dilakukan suatu negara harus
memprioritaskan kebijakan penanganan kesehatan dibandingkan kebijakan politik
maupun ekonomi.
Di Bali desa adat dan dinas adalah institusi kebanggan Bali dan telah dikenal
masyarakat dunia tentang keberhasilannya dalam berbagai hal. Dalam situasi pandemi
ini peran desa adat dan dinas sangat diperlukan untuk mengatur setiap dan
mendisiplinkan warga dalam menjalankan protokol pencegahan Covid-19. Setiap
warga di berbagai desa melakukan gotong royong dalam upaya memutus penyebaran
covid-19.
Dalam menghadapi pandemi COVID-19 tidak hanya dapat dilakukan oleh satu pihak
yang menjadi porosnya. Sinergi dan peran aktif pemerintah diperlukan sebagai kendali
pasti dan salah satu garda yang masyarakat Indonesia miliki. Penanganan dan
pencegahan secara aktif dari COVID-19 harus pasti menjagkau seluruh daerah di
Indonesia. Sebagai perpanjangan tangan dari pemerintah pusat, pemerintah daerah
memiliki wewenang untuk memutuskan dan mengimplementasikan kebijakan dengan
tetap memperhatikan kondisi daerahnya masing-masing. Adaptasi kebijakan sebagai
salah satu inovasi penyesuaian pemerintah dan masyarakat dapat diterapkan.
Kata Kunci: COVID19, PERAN DESA DAN DINAS DALAM SITUASI PANDEMI,
KEBIJAKAN PEMERINTAH
Abstract
Disease caused by Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) in the territory of the
Unitary State of the Republic of Indonesia and with regard to the World Health
Organization (WHO) official statement declaring COVID-19 as a global pandemic, an
official statement from the President of the Republic of Indonesia stating the spread of
COVID-19 as a National Disaster (Non-Natural Disaster) and Decree of the Head of
the National Disaster Management Agency (BNPB) related to the Extension of the
Status of Specific Emergency Disasters Outbreaks of the Disease Caused by the
COVID-19 Virus in Indonesia. The statement as a global pandemic is a sign that in
dealing with this pandemic all policy focus by a country must prioritize health
management policies over political and economic policies.
In Bali, traditional villages and offices are Balinese pride institutions and have been
known to the world community for their success in various ways. In this pandemic
situation the role of traditional villages and offices is very necessary to regulate each
and discipline citizens in implementing the Covid-19 prevention protocol. Every
citizen in various villages cooperated in an effort to break the spread of Covid-19.
In dealing with a pandemic COVID-19 can not only be done by one party who
becomes its axis. The synergy and active role of the government is needed as a
definite control and one of the guardians that Indonesian people have. Active handling
and prevention of COVID-19 must definitely protect all regions in Indonesia. As an
extension of the central government, regional governments have the authority to
decide and implement policies while taking into account the conditions of their
respective regions. Adaptation of policies as one of the innovations in adjusting
government and society can be applied.
Keywords: COVID19, THE ROLE OF TRADITIONAL VILLAGE AND OFFICE IN
THE PANDEMIC SITUATIONS, GOVERNMENT POLICY
1. Pendahuluan
Penyakit yang diakibatkan oleh Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan dengan memperhatikan pernyataan resmi World Health
Organization (WHO) yang menyatakan COVID-19 sebagai pandemi global, pernyataan resmi
Presiden Republik Indonesia yang menyatakan penyebaran COVID-19 sebagai Bencana
Nasional (Bencana Non-Alam) dan Keputusan Kepala Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) terkait Perpanjangan Status Keadaan Tertentu Darurat Bencana Wabah
Penyakit Akibat Virus COVID-19 di Indonesia. Pernyataan sebagai pandemi global
merupakan suatu isyarat bahwa dalam menghadapi pandemi ini segala fokus kebijakan yang
dilakukan suatu negara harus memprioritaskan kebijakan penanganan kesehatan dibandingkan
kebijakan politik maupun ekonomi.
Di Bali desa adat dan dinas adalah institusi kebanggan Bali dan telah dikenal masyarakat
dunia tentang keberhasilannya dalam berbagai hal. Dalam situasi pandemi ini peran desa adat
dan dinas sangat diperlukan untuk mengatur setiap dan mendisiplinkan warga dalam
menjalankan protokol pencegahan Covid-19. Setiap warga di berbagai desa melakukan gotong
royong dalam upaya memutus penyebaran covid-19.
2. Pembahasan
2.1 Kebijakan Pemerintah Provinsi Bali
Hingga saat ini jumlah kasus terkonfirmasi di Provinsi Bali mencapai 222 orang
dengan jumlah kesembuhan 113 dan kematian sebanyak 4 kasus (Wikipedia, 2020).
Didapatkan bahwa kejadian terinfeksi merupakan imported case sebanyak 78,15% dan
melalui transmisi lokal sebanyak 21,85%. Pasien terkonfirmasi positif dalam perawatan
berada di 11 rumah sakit rujukan dan dikarantina di Bapelkesmas dan Wisma Bima
(Pemerintah Provinsi Bali, 2020).
Dilansir dari kompas.com, Achmad Yurianto sebagai juru bicara pemerintah untuk
penanganan virus corona mengatakan bahwa dalam membuat kebijakan pemerintah
daerah perlu memperhatikan kebijakan pemerintah pusat. Dalam menanggulangi
wabah virus corona diharapkan pemerintah daerah dapat mengedepankan seinergitas
dalam usahanya. Hal tersebut dilakukan untuk menyatukan irama sehingga
penanganann dapat berjalan lebih efektif dan efisien (Yahya, 2020). Sehingga
pengambilan kebijakan pemerintah provinsi Bali akan menyesuaikan dengan keputusan
pemetintah pusat dan mempertimbangkan kondisi pertumbuhan kasus di 9
kabupaten/kota di Bali. Dalam rangka penanganan COVID-19, pada tahap pertama
Pemerintah Provinsi Bali telah menyiapkan anggaran sebesar Rp.150 Milyar, yang
diperoleh dari revisi anggaran program dalam APBD Semesta Berencana Provinsi Bali
Tahun 2020 sesuai Instruksi Mendagri. Tahap kedua, anggaran akan bertambah sesuai
dengan kebutuhan yang menjadi prioritas penanganan COVID-19, Gubernur
menegaskan dan memastikan sudah sangat siap mengalokasikan anggaran secara
terarah, terukur, dan tepat sasaran dalam penanganan COVID-19.
Dalam rapat, Gubernur selaku Ketua Gugus Tugas secara khusus memberikan
arahan dan penegasan dalam rangka penguatan pencegahan dan penanganan COVID-
19 yakni mendorong masyarakat agar melaksanakan Instruksi Gubernur Bali Nomor
8551 Tahun 2020 dengan tertib dan disiplin. Masih banyak warga termasuk WNA
yang berkeliaran tidak menggunakan masker, menertibkan tempat-tempat hiburan dan
keramaian.
Desa pakraman sebagai salah satu komponen dalam struktur kemasyarakatan Bali
tidak hanya dihuni etnik Bali, melainkan banyak pula etnik lain, sehingga melahirkan
desa adat multietnik dan multi agama. Di Bali selain desa pakraman juga terdapat desa
dinas. Pelaksanaan pemerintahan desa di Bali diibaratkan sebagai ular berkepala dua.
Kedua desa tersebut mempunyai kedudukan, tugas dan fungsi yang berbeda. Dilihat
dari sejarah hidup dan kehidupan bahwa desa dinas memang lebih beruntung bila
dibandingkan desa pakraman karena desa dinas mendapat fasiltas dari
pemerintah/negara, walaupun sebenarnya dia lahir lebih muda. Kehadiran etnik non-
Bali dan agama non-Hindu pada desa pakraman mengakibatkan struktur sosial desa
pakraman terpilah menjadi dua yakni, warga muwed (asli) dan tamiu (pendatang).
Warga muwed acapkali dianggap berkedudukan lebih tinggi daripada warga tamiu.
Hal ini tidak semata-mata bertalian dengan posisi ISSN: 2303-2898 Vol. 3, No. 2,
Oktober 2014 Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 448 sosial, melainkan berkaitan
pula dengan peran kemasyarakatan yang di dalamnya menyangkut siapa yang
memiliki akses, dan siapa yang memiliki wewenang untuk membuat keputusan.
Arogansi desa pakraman membuat sekat yang tajam antara warga desa pakraman
dan desa dinas yang multietnis dan multiagama, sehingga dapat mengganggu
keharmonisan dan integrasi desa pakraman dan desa dinas, warga desa pakraman
dengan warga etnis dan agama non-Hindu. Desa pakraman sesungguhnya sejak awal
telah ditata untuk menjadi desa religius. Hal ini dapat dibuktikan dari realitas historis
yaitu desa pakraman dibentuk berlandaskan konsep-konsep dan nilai-nilai filosofis
agama Hindu. Desa pakraman mengacu kepada kelompok tradisional dengan dasar
ikatan adat- istiadat, dan terikat oleh adanya tiga pura utama yang disebut kahyangan
Tiga atau pura lain yang berfungsi seperti itu, yang disebut kahyangan desa. Dalam
melaksanakan tugas dan kewenangan, desa pakraman berpedoman pada awig- awig.
Awigawig” merupakan pedoman dasar dari desa pakraman dalam pemerintahannya.
Desa pakraman di Bali, sebagaimana juga komunitaskomunitas kecil lainnya, secara
hipotetis-teoretis dapat dikatakan lahir karena tuntutan kodrati manusia sebagai
makhluk sosial, yang tidak mampu memenuhi berbagai kebutuhannya secara
individual, sehingga mereka sepakat untuk hidup bersama-sama dalam suatu ikatan
tertentu, guna mempermudah pencapaian tujuan atau pemenuhan berbagai
kebutuhannya (Ketut Arya Sunu, 2015)
Tugas secara niskala dilakukan seperti Nunas Ica bersama Pemangku di Pura
Kahyangan Tiga Desa Adat dengan cara Nyejer Daksina sampai COVID-19 berakhir
dan terdapat pemberitahuan lebih lanjut. Kemudian memohon kepada Ida Bhatara
Sasuhunan sesuai Dresta Desa Adat setempat agar wabah COVID-19 segera berakhir
demi keharmonisan Alam, Krama dan Budaya Bali. Pelaksanaan tugas secara sekala
dilakukan dengan berbagai pencegaha penyakit meliputi;
1. Perangkat desa harus mengolah arus data dan informasi seluruh warga yang
mencakup kondisi ekonomi warga untuk menjaga kualitas hidup dan
kesehatan masyarakat selama wabah.
2. Perangkat desa harus mampu mengelola kendali informasi terkait COVID-
19 sehingga masyarakat tidak cemas dalam menghadapi wabah karena
informasi yang disampaikan jelas.
4. Perangkat desa diharapkan mampu membuat pranata sosial baru yang sesuai
dengan kebutuhan desa saat masa pandemic. Hal ini untuk mencegah
terjadinya konflik sosial selama pandemi. Seperti kegiatan dalam menerima
tamu, mengadakan prosesi pemakaman termasuk kegiatan keamanan dan
lingkungan sehingga tidak terjadi adanya gerakan penolakan pemakaman
terhadap pasien COVID-19.
Intruksi_Gub_no_8551_tgl_1-04-
2020_tentang_PENGUATAN_PENCEGAHAN_DAN_PENANGANAN_COVID-
19_DI_BALI_sign.pdf. (n.d.).
Ketut Arya Sunu, I. G. (2015). Harmonisasi, Integrasi Desa Pakraman dengan Desa Dinas
yang Multietnik dan Multiagama Menghadapi Pergeseran, Pelestarian, dan Konflik di
Bali. Jurnal Ilmu Sosial Dan Humaniora, 3(2), 446–458. https://doi.org/10.23887/jish-
undiksha.v3i2.4469