DISUSUN OLEH :
YOHANES RUMEEN
18031104069
PRODI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Istilah ini diturunkan dari budaya masyarakat desa yang saling menolong ketika
membangun dan memindahkan rumah, menggotongnya bahu-membahu dengan tandu
dari batang royong (ruyung), tumbuhan tinggi sejenis kelapa.(Wikipedia)
Oleh karena itu Bapak Presiden RI Joko Widodo selalu menggaungkan untuk selalu
bergotong-royong/bekerja bersama untuk mencegah maupun menangani pendemi
Covid-19. Terlebih khusus masyarakat di perdesaan yang masih kental dengan budaya
gotong-royong ini. Seperti bergilir menyediakan konsumsi untuk mereka yang
mengawasi pos siaga Covid-19 dari tingkat desa sampai ke Kabupaten/Kota dan juga
memberikan bantuan baik secara materil maupun moril bagi masyarakat yang terkena
dampak Covid-19.
Dari tulisan ini kita akan mengetahui penerapan modal sosial dari aspek gotong royong
di Indonesia terkait pandemi Covid-19 mulai dari pemerintah, pemerintah desa,
pengusaha/swasta dan masyarakat pada umumnya.
BAB II
PEMBAHASAN
sikap saling percaya diperlukan untuk mengasi bencana corona. Saling percaya
diperlukan baik antara masyarakat maupun dengan pengambilan kebijakan.
2. Kepercayaan/trust
3. Jaringan sosial
Dengan melakukan pelacakan secara terus menerus dengan bekerja sama dan
berkoordinasi dengan pemerintah desa sehingga memudahkan penyajian data yang
akurat terhadap perkembangan Covid-19 di Indonesia.
4. Tindakan kolektif
Meski tidak bisa bertemu secara tatap muka langsung, di era digital seperti saat ini,
masyarakat tetap bisa melakukan gotong royong secara jarak jauh. Salah satu caranya
dengan membentuk grup percakapan di sosial media. Dengan adanya grup percakapan
tersebut, masyarakat akan lebih mudah melakukan berbagai koordinasi dalam upaya
mencegah penyebaran virus corona covid-19 di lingkungannya.
Selain itu, forum komunikasi yang terbentuk di grup percakapan sosial media juga bisa
menjadi tempat untuk saling bertukar informasi terbaru. Terutama, berbagai informasi
terkait perkembangan virus corona covid-19.
2. Saling Mendukung Kesembuhan Jika Ada Warga Bergejala Positif
Belakangan ini, wabah virus corona berimbas pada berbagai aspek kehidupan
masyarakat. Di antaranya ekonomi dan sosial. Dalam hal sosial, ada sejumlah kasus
penolakan jenazah pasien positif corona covid-19.
Selain itu, ada pula aksi antipati yang ditunjukkan sebagian warga pada petugas medis
dan orang dengan gejala virus corona covid-19.Padahal, sebaliknya seharusnya
masyarakat memberikan dukungan mental pada tenaga medis yang sudah bekerja di
rumah sakit.
Selain itu, dukungan juga sudah semestinya juga diberikan pada tetangga atau
masyarakat yang menunjukkan gejala corona covid-19. Sebab, perlakuan antipati atau
yang tidak menyenangkan justru bisa membuat penderita semakin tertekan. Padahal,
mood atau perasaan yang baik dibutuhkan untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan
demi mempercepat kesembuhan
Ada banyak manfaat dari dibuatnya grup percakapan di media sosial, salah satunya
masyarakat bisa bergotong royong untuk memerangi hoaks. Grup percakapan bisa
menjadi wadah yang baik untuk masyarakat saling mengedukasi, membedakan berita
hoaks dan berita yang valid.
Dengan, begitu pemahaman masyarakat akan virus corona covid-19 akan berkembang,
dan masyarakat bisa jadi lebih taat dalam menerapkan berbagai imbauan pencegahan
penularan.
Kegiatan gotong royong berikutnya ini merupakan yang terpenting, yaitu dengan saling
mengawasi kondisi kesehatan masing-masing. Dimulai dengan memantau kondisi
kesehatan sendiri dan keluarga, lalu kondisi kesehatan tetangga di sekitar. Jangan ragu
untuk menanyakan kondisi kesehatan satu sama lain.
Awasi kondisi kesehatan satu sama lain, jika ada yang menunjukkan gejala,
masyarakat bisa bergotong royong melakukan koordinasi untuk langkah berikutnya,
seperti membantu suplai makanan hingga melapor petugas kesehatan berwenang.
Ternyata kegiatan gotong royong tidak melulu dilakukan secara bersama-sama dalam
kelompok. Gotong royong yang mempunyai arti saling membantu satu sama lain ini,
bisa dilakukan dengan menerapkan karantina mandiri. Sebab, dengan terus berada di
rumah, secara tidak langsung kita juga telah membantu orang lain, dengan
memperkecil kemungkinan tertular virus corona covid-19.
1. Pemerintah
- Membuat regulasi agar Dana Desa dapat digunakan untuk kaum miskin desa.
- Memberikan insentif kepada kaum miskin desa berupa Bantuan Langsung Tunai
(BLT).
2. Pemerintah Desa.
- Membangun koordinasi dengan pemerintah dan pemerintah desa serta civil society
untuk bersama-sama mencegah mewabahnya Covid-19 di desa.
- Bantu desa dalam bentuk donasi (sabun cuci tangan/hand sanitizer, masker,
desinfektan, dan lain-lain.
- Viralkan ke media sosial, segala kebutuhan desa untuk mencegah Covid 19 dan
membantu desa untuk membangun sistem pendataan Covid -19
Data yang di dapat dari website Kementrian Desa PDTT hingga Rabu, 20 Mei 2020
bahwa jumlah relawan desa tanggap Covid-19 ini sudah mencapai 1.743.343 orang.
Rasionya 82 persen dari 61.670 desa menujukkan jika desa sudah siap sekali untuk
lakukan penanganan Covid-19 yang tentu pada proporsi desa yaitu ODP (Orang Dalam
Pemantauan) selesai ditangani di desa. Dana desa sudah dipakai untuk desa tanggap
Covid-19 atau Relawan Desa Lawan Covid-19 mencapai Rp2,59 Triliun. Ini relatif kecil
dengan jumlah desa 74.953.
Tugas Relawan
Relawan desa lawan Covid-19 harus membentuk struktur sesuai Surat Edaran (SE)
Nomor 8 Tahun 2020 kemudian mendirikan posko di kantor desa atau tempat yang
dinilai representatif.
Memberi edukasi kepada masyarakat tentang Covid-19, mulai gejala, cara penularan,
dan pencegahan sesuai protokol kesehatan dan standar WHO
3. Melakukan pendataan
Relawan juga harus sigap dan teliti mendata warga yang rentan sakit, seperti berusia di
atas 60 tahun, balita, dan mereka dengan penyakit kronis.
Relawan pun menyiapkan alat deteksi dini, seperti formulir wawancara untuk warga
guna mengetahui potensi dan kerentanan mereka, sehingga bisa menjadi acuan
relawan untuk bertindak selanjutnya.
Relawan selanjutnya bertugas untuk menyediakan informasi nomor telepon, mulai dari
rumah sakit rujukan, hingga ambulans.
4. Menyemprotkan disinfektan dan menyediakan tempat cuci tangan dengan sabun dan
air mengalir atau cairan pembersih tangan (hand sanitizer) ditempat umum.
10. Penyiapan dan penanganan logistik untuk kepentingan warga desa yang menjalani
isolasi serta penyiapan logistik untuk situasi dan kondisi yang darurat baik melalui
BUMDes, lumbung desa, dan lain-lain.
2. Mendata dan memeriksa kondisi kesehatan warga yang keluar masuk desa.
3. Mendata dan memeriksa warga desa yang baru datang dari rantau.4.
Merekomendasikan warga desa dari rantau atau warga desa kurang sehat untuk
karantina mandiri
1. Bekerja sama dengan rumah sakit rujukan dan atau puskesmas setempat.
Menurut data Kemendes PDTT sampai tanggal 20 Mei 2020 telah didirikan ruang
isolasi di 19.590 desa dengan fasilitas lebih dari 78 ribu unit. Ruang isolasi terdapat di
balai desa, ruang pertemuan di desa, gedung PAUD dan sekolah dan rumah-rumah
penduduk yang telah dikosongkan. Ruang isolasi dilengkapi kamar mandi, air, listrik
dan logistik.
Ruang isolasi bisa berupa sekolah-sekolah, balai desa atau rumah warga yang
dipinjamkan.
1. Ruang isolasi dimanfaatkan untuk Orang Dalam Pemantauan (ODP).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari data diatas menyimpulkan bahwa penerapan modal sosial dari aspek gotong
royong dalam melawan pandemi Covid-19 di Indonesia bakal tertangani dengan jauh
lebih baik dari negara lain ketika ada gotong-royong/ kerjasama dan kepedulian dari
semua pihak untuk selalu membantu sesama yang membutuhkan bantuan mulai dari
pihak pemerintah, desa, pengusaha dan masyarakat .