A. DEMOKRASI Salah satu indikator dalam demokrasi yang harus diperkuat adalah supremasi hukum. Supremasi hukum menjadikan hukum sebagai panglima tertinggi, dimana seluruh komponen pemerintah dan masyarakat harus tunduk pada hukum yang berlaku. Harus ada ketaatan dan kepatuhan pada hukum sehingga tercipta keteraturan dalam berdemokrasi. Supremasi hukum harus didukung oleh persamaan di mata hukum, artinya semua memiliki kedudukan yang sama, siapapun dia. Dalam penegakan hukum penting juga dipehatikan agar hak-hak asasi manusia dapat dijamin secara konstitusional. Peradilan juga tidak boleh memihak dan harus objektif dalam memutuskan perkara hukum. Namun, hal terpenting yang tidak boleh dilupakan adalah pendidikan kewarganegaraan, agar setiap warga negara memiliki kesadaran bagaimana berperilaku yang baik dan sesuai dengan demokrasi yang konstitusional. B. PARTAI POLITIK Sebuah partai politik merupakan organisasi politik yang menjalani ideologi tertentu atau dibentuk dengan tujuan umum. Definisi lainnya adalah kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Bisa juga di definisikan, perkumpulan (segolongan orang-orang) yang seasas, sehaluan, setujuan di bidang politik. Baik yang berdasarkan partai kader atau struktur kepartaian yang dimonopoli oleh sekelompok anggota partai yang terkemuka. Atau bisa juga berdasarkan partai massa, yaitu partai politik yang mengutamakan kekuatan berdasarkan keunggulan jumlah anggotanya. Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik - (biasanya) dengan cara konstitusionil - untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka. C. PEMILU Pemilu adalah proses memilih seseorang untuk mengisi jabatan politik tertentu. Jabatan tersebut beraneka ragam, mulai dari jabatan presiden/eksekutif, wakil rakyat/legislatif di berbagai tingkat pemerintahan, sampai kepala desa. Pada konteks yang lebih luas, Pemilu dapat juga berarti proses mengisi jabatan-jabatan. Pemilu merupakan salah satu usaha untuk memengaruhi rakyat secara persuasif (tidak memaksa) dengan melakukan kegiatan retorika, hubungan publik, komunikasi massa, lobi dan lain-lain kegiatan. Meskipun agitasi dan propaganda di Negara demokrasi sangat dikecam, namun dalam kampanye pemilihan umum, teknik agitasi dan teknik propaganda banyak juga dipakai oleh para kandidat atau politikus selalu komunikator politik. D. SISTEM PERWAKILAN POLITIK Pada masa lalu, peran lembaga perwakilan di Indonesia hanya sebagai tukang stempel eksekutif karena eksekutif mampu mengendalikan lembaga perwakilan secara signifikan. Tidak ada checks and balance karena DPR/MPR selalu menyetujui pemerintah. Setelah reformasi, peran MPR menjadi lebih nyata, ada dinamika antara legislatif dan eksekutif, tidak monoton bahkan terkadang ada tensi. MPR tidak lagi menjadi lembaga tertinggi, dan juga sudah ada kamar kedua bagi Dewan Perwakilan Daerah. Seluruh anggota kini dipilih melalui pemilu, tidak seperti pada masa lalu dimana ada fraksi ABRI, Utusan Daerah, dan Utusan Golongan yang ditunjuk. Keanggotaan perempuan dalam lembaga perwakilan juga menunjukkan peningkatan yang baik. E. POLITIK IDENTITAS Politik identitas umumnya mengacu pada subset politik di mana kelompok orang dengan identitas ras, agama, etnis, sosial atau budaya yang sama berusaha untuk mempromosikan kepentingan atau kepentingan khusus mereka sendiri. F. OTONOMI DAERAH Otonomi daerah hadir di Indonesia pasca reformasi, karena sebelumnya pemerintah pusat terlalu bersifat sentralistik. Otonomi daerah bertujuan untuk meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, otonomi daerah mendorong pemerataan, keadilan, kemandirian, dan pemberdayaan masyarakat. Dalam otonomi daerah, pemerintah daerah memiliki kewenangan dalam bidang pendidikan, kesehatan, kesejahteraan, perumahan, pertanian, perdagangan, dan lainnya. Sementara itu, ada juga kewenangan yang tetap dimiliki pemerintah pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter, fiskal, dan agama. Menjadi pertanyaan apakah otonomi daerah selama ini yang sangat nampak lewat pemekaran daerah telah mampu mensejahterakan rakyatnya atau tidak. Semangat daerah otonom baru (DOB) pasca reformasi harus bisa mensejajarkan daerahnya dengan daerah induk, bukan malah dimekarkan makin miskin. Pemekaran daerah otonom jangan hanya menjadi permainan elit lokal semata yang mencari kekuasaan. G. POLITIK INTERNASIONAL Politik internasional tidak selamanya menjadi domain ilmu hubungan internasional, tetapi juga menjadi salah satu domain ilmu politik. Politik internasional melihat interaksi antar negara di dunia yang dilakukan oleh pemerintah masing-masing negara. Politik internasional juga berbicara tentang kebijakan luar negeri yang dibuat oleh tiap-tiap negara dalam menghadapi berbagai isu-isu internasional, regional, maupun bilateral.