1405619032
1. a. Kekuasaan secara vertikal, yaitu pembagian kekuasaan menurut tingkatnya dan dalam hal
ini yang dimaksud ialah pembagian kekuasaan antara beberapa tingkat pemerintahan. Carl J.
Friedrich memakai istilah pembagian ke- kuasaan secara teritorial (territorial division of
power). Pembagian kekuasaan ini dengan jelas dapat kita saksikan kalau kita bandingkan
antara negara kesatuan, negara federal, serta konfederasi.
Kekuasaan secara horizontal, yaitu pembagian kekuasaan menurut fungsinya secara
horizontal. Pembagian ini menunjukkan pembedaan antara fungsi-fungsi pemerintahan yang
bersifat legislatif, eksekutif, dan yudikatif yang lebih dikenal sebagai Trias Politika atau
pembagian kekuasaan (division of powers).
Negara Kesaatuan, menurut C.F. Strong: “Negara kesatuan ialah bentuk negara di mana
wewenang legislatif tertinggi dipusatkan dalam satu badan legislatif nasional/pusat.”
Kekuasaan terletak pada pemerintah pusat dan tidak pada pemerintah daerah. Pemerintah
pusat mempunyai wewenang untuk menyerahkan sebagian kekuasaannya kepada daerah
berdasarkan hak otonomi (negara kesatuan dengan sistem desentralisasi), tetapi pada tahap
terakhir kekuasaan tertinggi tetap di tangan pemerintah pusat. Jadi kedaulatannya, baik
kedaulatan ke dalam maupun kedaulatan ke luar, sepenuhnya terletak pada pemerintah
pusat.
Negara Federak, C.F. Strong salah satu ciri negara federal ialah bahwa ia mencoba
menyesuaikan dua konsep yang sebenarnya bertentangan, yaitu kedaulapoktan negara
federal dalam keseluruhannya dan kedaulatan negara bagian. Penyelenggaraan kedaulatan
ke luar dari negara- negara bagian diserahkan sama sekali kepada pemerintah federal,
sedangkan kedaulatan ke dalam dibatasi.
B.
3. A. Pendidikan politik adalah proses pembelajaran dan pemahaman tentang hak, kewajiban
dan tanggung jawab setiap warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bila
dikaitkan dengan partai politik, pendidikan politik bias diartikan sebagai usaha sadar dan
tersistematis dalam mentransformasikan segala sesuatu yang berkenaan dengan perjuangan partai
politik tersebut kepada massanya agar mereka sadar akan peran dan fungsi, serta hak dan
kewajibannya sebagai warga negara.
Politik pendidikan adalah sikap yang konsisten dalam hal mengarahkan control social,
baik mengenai tujuan maupun metodenya terhadap sistem pendidikan. Politik dan pendidikan
berada dalam satu sistem yang saling berhubungan dekat. Dari kiprahnya, para pendidik selalu
memelihara politik karena proses pendidikan yang memberikan sumber nilai dan memberikan
kontribusi terhadap politik.
Contoh dari pendidikan politik adalah adanya penyuluhan berpolitik oleh parpol dari tiap daerah.
Demi menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam berpolitik, karena pemahaman masyarakat
hingga saat ini masih banyak yang beranggapan bahwa sistem politik itu bukan urusan mereka
melainkan urusan pemerintah. Sehingga dengan kurangnya kesadaran masyarakat dalam politik
menyebabkan masyarakat masih mudah dibodoh-bodohi oleh janji manis para pelaku politik.
Contoh dari politik pendidikan adalah siswa yang mengikuti kegiatan keorganisasian di sekolah,
berpatisipasi dalam pemilihan ketua OSIS, mengawasi kinerja OSIS di sekolah, dan lain-lain.
4.