1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan multikulturalisme dalam era Globalisasi! Berikan
contoh
konkret!
Jawab:
Multikulturalisme berbeda dengan multikultural yang diartikan "berbagai budaya",
karena multi-kulturalisme sebenarnya muncul sebagai kebijakan pemerintah dalam
memperlakukan warganya. Istilah ini pertamakali dipopulerkan oleh pemerintah Kanada pada
tahun 1965 untuk menjamin kesetaraan kedudukan warganegaranya. Disebutkan,
multikulturalisme lahir dari keyakinan bahwa setiap warganegara itu sama kedudukannya.
Multikulturalisme menjamin setiap warga dapat mempertahankan jatidirinya (identity),
bangga terhadap nenek moyangnya (ancestry), dan mempunyai rasa milikinya (sense of
belonging). Konsep ini dipandang sebagai gerakan sosial alternatif terhadap kebijakan
asimilasi. Gerakan ini merupakan penegasan dalam menghargai keragaman budaya terutama
dari kelompok minoritas yang selama ini tersisihkan. Selanjutnya, istilah ini lalu banyak
dipergunakan di Australia dan negara lain sejak 1970-an (Bennet et al., 2005). Jadi, dari
konteks kesejarahan Indonesia jauh lebih dulu menyadari, menghargai dan bahkan
menggunakan paham multikulturalisme dibanding bangsa-bangsa lain. Sejak Indonesia
merdeka, negara ini telah menunjukkan politik identitas Bhinneka Tunggal Ika, yang
maknanya tidak berbeda jauh dengan konsep multikulturalisme yang muncul di negara-
negara barat.
Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak
terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu.
Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan. Globalisasi menciptakan berbagai
tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab, dipecahkan dalam upaya
memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan kehidupan. Proses globalisasi ditandai dengan
pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga mampu mengubah dunia
secara mendasar Globalisasi sering diperbincangkan oleh banyak orang. mulai dari para pakar
ekonomi, sampai penjual iklan. Proses perkembangan globalisasi pada awalnya ditandai
kemajuan bidang teknologi informasi dan komunikasi. Bidang tersebut merupakan penggerak
globalisasi Dari kemajuan bidang ini kemudian mempengaruhi sektor-sektor lain dalam
kehidupan, seperti bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain Contoh sederhana
dengan teknologi internet, parabola dan TV, orang di belahan bumi manapun akan dapat
mengakses berita dari belahan dunia yang lain secara cepat. Hal ini akan terjadi interaksi
antarmasyarakat dunia secara luas, yang akhirnya akan saling mempengaruhi satu sama lain,
terutama pada kebudayaan daerah seperti kebudayaan gotong royong menjenguk tetangga
sakit dan lain-lain. Globalisasi juga berpengaruh terhadap pemuda dalam kehidupan sehari-
hari, seperti budaya berpakaian, gaya rambut dan sebagainya.
Walter Lippman sampai saat ini dianggap sebagai orang pertama yang merumuskan
stereotip dan membahasnya secara ilmiah dalam bukunya, public opinion, yang terbit tahun
1922. Sejak itulah, stereotip mendapat tempat dalam literatur ilmu-ilmu sosial, baik sebagai
konsekuensi maupun sebagai peramal tingkah laku manusia.
Baron, Branscombe dan Byrne (2008:188) stereotip adalah kepercayaan tentang sifat
atau ciri-ciri kelompok sosial yang dipercayai untuk berbagi. Franzoi (2008: 199), stereotip
adalah kepercayaan tentang orang yang menempatkan mereka kedalam satu kategori dan
tidak mengizinkan bagi berbagai (variation) individual. Kepercayaan sosial ini didapatkan
dari orang lain dan dipelihara melalui aturan-aturan dalam interaksi social.
Contoh
Multikultural masyarakat Yogyakarta
Yogyakarta dan sekitarnya dikenal sebagai masyarakat multisuku karena terdiri dari aneka
suku bangsa. Selain suku Jawa yang merupakan penduduk mayoritas Yogyakarta, juga
tinggal sukusuku lain, misalnya Tionghoa, Batak, Minangkabau, Dayak, Bali, Flores, Papua.
Selain itu, masyarakat Yogyakarta yang terdiri atas berbagai suku itu juga berlatar belakang
gender, kelas sosial, agama, ras, budava, dan bahasa yang beragam pula. Dengan demikian,
berbicara tentang multikulturalisme pada masyarakat Yogyakarta berkaitan baik dengan
pandangan kesetaraan suku yang satu dengan suku yang lain maupun paham kesetaraan
masyarakat dalam setiap suku yang ada di Yogyakarta.