Anda di halaman 1dari 4

Nama : Bennedicta Praba Shinta Prodi : Ilkom

NIM : 051153037 Matkul : ISBD


Fakultas : FHISIP Kelas : 650

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan multikulturalisme dalam era Globalisasi! Berikan
contoh konkret!
Multikulturalisme dalam era globalisasi mencakup gagasan tentang hidup bersama sebagai satu
masyarakat yang terdiri dari berbagai latar belakang etnik, agama, ras, budaya, dan bahasa.
Konsep ini bertujuan untuk membangun kekuatan suatu bangsa dengan menghargai dan
menghormati hak sipil setiap individu dan kelompok minoritas. Dalam konteks globalisasi, di
mana dunia menjadi semakin terhubung dan berkomunikasi, multikulturalisme menjadi
penting untuk menjaga keragaman di tengah kompleksitas isu dan nilai yang tersebar dan
menjadi universal. Pada dasarnya, multikulturalisme menantang ide bahwa satu budaya atau
cara hidup harus mendominasi di era globalisasi. Hal ini dihadapi dengan beberapa tantangan,
termasuk hegemoni Barat dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan ilmu pengetahuan. Selain
itu, ada risiko esensialisasi budaya, di mana multikulturalisme dapat melahirkan tribalisme
sempit yang merugikan komunitas dalam era globalisasi. Dalam konteks Indonesia, yang
memiliki keragaman etnik dan budaya, multikulturalisme juga dihadapkan pada tantangan
seperti monokulturalisme yang dapat merusak budaya tradisional dan identitas lokal. Pengaruh
globalisasi, terutama melalui teknologi informasi, dapat mempercepat perubahan budaya lokal
dan menimbulkan krisis identitas di kalangan masyarakat. Pentingnya mempertahankan
budaya lokal dalam menghadapi globalisasi diakui sebagai upaya untuk mencegah
homogenitas global yang dapat menyebabkan kejenuhan, kerusakan budaya pribumi dan barat,
serta kehilangan identitas. Strategi yang diusulkan melibatkan pendidikan multikultural yang
memperkuat identitas lokal, dialog seimbang antara budaya lokal dan global, serta selektivitas
terhadap nilai-nilai yang diperkenalkan oleh globalisasi. Dengan demikian, multikulturalisme
dalam era globalisasi bukan hanya tentang toleransi terhadap perbedaan, tetapi juga upaya
untuk mempertahankan dan menghargai keragaman budaya dalam menghadapi arus globalisasi
yang terus berkembang.

Contoh konkret dari multikulturalisme dalam era globalisasi dapat ditemukan di Indonesia,
terutama dalam masyarakat yang memiliki keragaman budaya dan etnik. Salah satu contoh
nyata adalah perayaan Hari Raya Nyepi di Bali. Nyepi adalah hari raya keagamaan Hindu di
Nama : Bennedicta Praba Shinta Prodi : Ilkom
NIM : 051153037 Matkul : ISBD
Fakultas : FHISIP Kelas : 650

mana seluruh aktivitas di pulau Bali dihentikan untuk memberikan waktu bagi umat Hindu
untuk merenung, bermeditasi, dan membersihkan diri secara spiritual. Pada Hari Raya Nyepi,
warga Bali dari berbagai latar belakang etnik dan agama, termasuk Hindu dan non-Hindu,
secara bersama-sama menghormati dan menghargai tradisi ini. Seluruh masyarakat yang
berada di Bali diminta untuk tidak beraktivitas di luar rumah. Segala aktivitas akan dihentikan,
termasuk transportasi, baik menggunakan motor, mobil, pesawat, kapal, dan sebagainya.
Meskipun Nyepi adalah hari raya Hindu, tetapi masyarakat Bali secara multikultural
merayakannya bersama-sama, menunjukkan toleransi dan penghargaan terhadap keberagaman
budaya dan agama di tengah-tengah mereka.

2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan stereotipe, berikan contohnya!


Stereotipe adalah gambaran atau pandangan umum yang cenderung menyederhanakan dan
mengkategorikan sekelompok orang atau individu berdasarkan karakteristik tertentu.
Stereotipe ini sering kali bersifat negatif dan dapat menciptakan pandangan yang sempit
terhadap suatu kelompok, tanpa mempertimbangkan keragaman atau keunikan individu di
dalamnya. Stereotipe dapat muncul dari prasangka atau pengalaman terbatas, dan mereka dapat
memengaruhi cara kita berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain. Contoh-contoh
stereotipe adalah ungkapan-ungkapan seperti "Jawa kock", "Cina licik", "Padang bengkok",
"Orang Tasik si tukang kredit", "Dasar Batak si tukang copet", dan "Irian si hitam legam".
Setiap ungkapan ini mencitrakan suatu kelompok etnis atau regional dengan cara yang
menyederhanakan dan mempersempit identitas mereka. Stereotipe semacam ini dapat
merugikan karena mereka tidak mencerminkan keberagaman dan kompleksitas individu di
dalam kelompok tersebut. Penting untuk diingat bahwa stereotipe tidak selalu mencerminkan
kenyataan, dan mereka dapat membentuk pandangan yang tidak akurat atau tidak adil terhadap
suatu kelompok. Oleh karena itu, penting untuk menghindari mengandalkan stereotipe dan
bersikap terbuka terhadap keberagaman dan kompleksitas individu di dalam masyarakat.
Nama : Bennedicta Praba Shinta Prodi : Ilkom
NIM : 051153037 Matkul : ISBD
Fakultas : FHISIP Kelas : 650

3. Jelaskan arti kesetaraan menurut Bikhu Parekh, berikan contohnya?


Menurut Bikhu Parekh, keseteraan yaitu melibatkan kebebasan atau kesempatan untuk menjadi
berbeda dan memperlakukan manusia secara setara untuk menuntut kita mempertimbangkan
kesamaan beserta perbedaan.

Ini mengartikan bahwa kesetaraan bukan hanya tentang menciptakan situasi di mana setiap
orang dianggap sama, tetapi juga melibatkan kebebasan dan peluang untuk menjadi unik atau
berbeda. Konsep ini menekankan pentingnya memperlakukan semua individu dengan cara
yang sama, tanpa diskriminasi, dan pada saat yang sama, menghargai dan menghormati
keberagaman di antara mereka. Kesetaraan, dalam pandangan Parekh, mendorong kita untuk
memperhatikan persamaan dan perbedaan di antara manusia, menciptakan lingkungan di mana
setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan berkontribusi, tanpa
memandang latar belakang atau identitas mereka.

Sebagai contoh, misalnya dalam konteks kesetaraan gender, prinsip yang diuraikan oleh Bikhu
Parekh dapat diterapkan dengan memastikan bahwa baik pria maupun wanita memiliki hak dan
kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan, termasuk pendidikan, pekerjaan, dan
partisipasi dalam keputusan politik. Hal ini tidak hanya mencakup perlakuan yang sama
terhadap keduanya tetapi juga menghargai perbedaan dan keunikan setiap individu, tanpa
memandang jenis kelamin. Contoh lain dapat ditemukan dalam konteks multikulturalisme, di
mana prinsip kesetaraan menuntut pengakuan terhadap berbagai budaya dan latar belakang
etnis. Masyarakat yang menerapkan nilai-nilai kesetaraan akan berusaha untuk menciptakan
lingkungan yang menghormati dan memahami keberagaman, memberikan setiap kelompok
kesempatan yang sama untuk mengembangkan dan mempertahankan identitas budayanya.

REFERENSI

CNN Indonesia. (2023). 5 Aturan yang Wajib Diketahui Turis Saat Hari Raya Nyepi di Bali.
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20230321123934-269-927734/5-aturan-
yang-wajib-diketahui-turis-saat-hari-raya-nyepi-di-bali

Latifah, S. A. (2020). PANDANGAN MINORITAS KRISTIANI TERHADAP MAYORITAS


MUSLIM DI KELURAHAN KRANJI KECAMATAN PURWOKERTO TIMUR (Tinjauan
Multikuturalisme Bikhu Parekh). IAIN.

Mudana, I. W. (2021). Nilai Tradisi Nyepi di Bali. Jurnal Adat Dan Budaya Indonesia, 3(2),
74–89.

Supardan, D. (2022). Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial: Perspektif Filosofi dan


Kurikulum. Bumi Aksara. https://books.google.co.id/books?id=O-NwEAAAQBAJ

Suradi, A. (2018). Pendidikan Berbasis Multikultural dalam Pelestarian Kebudayaan Lokal


Nusantara di Era Globalisasi. Wahana Akademika: Jurnal Studi Islam Dan Sosial, 5(1),
111–130.

Anda mungkin juga menyukai