Anda di halaman 1dari 8

STIKes HORIZON KARAWANG

PROPOSAL

HUBUNGAN PENERAPAN SISTEM MANAJMEN K3 DENGAN

STRES KERJA PADA PERAWAT SELAMA MASA

PANDEMI COVID-19 DI RS DEWI SRI

KARAWANG

ILHAM AWALUDIN

NIM. 433131420118059

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKes HORIZON KARAWANG
Jln. PangkalPerjuangan Km. 1 By Pass Karawang41316
KARAWANG

(2022)
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Coronavirus disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit menular yang

mengakibatkan infeksi pernapasan pada manusia yang disebabkan oleh virus

corona yang baru ditemuan dengan gejala flu ringan hingga seperti penyakit

parah yaitu MERS dan SARS. Virus corona ini dapat menyebar dari penderita

COVID-19 melalui percikan cairan yang terinfeksi ketika batuk atau

menghembuskan napas (WHO, 2020). Mengingat cara penularan COVID-19,

pekerja juga beresiko terhadap penularan bila berinteraksi dengan seseorang

yang berpotensi menularkan virus tersebut (OSHA, 2020). Dalam melakukan

langkah pengendalian dan pencegahan risiko di berbagai masalah seperti wabah

maupun pandemic parah, prosedur dalam system manajemen K3 harus jelas

mengenai rencana tanggapan serta kesiapsiagaan darurat (ILO,2020).

Tempat kerja di berbagai bidang pekerjaan setiap intansi memiliki risiko

bahaya kesehatan dan keselamatan pada tenaga kerja, dalam mengurangi risiko

membahayakan tersebut setiap instansi dapat melakukan penerapan manajemen

K3 yang dimana hal tersebut merupakan salah satu syarat dan bagian kegiatan

dalam suatu instansi agar tercapainya produktifitas dan efesiensi di tempat kerja.

Sebagaimana Undang-Undang No. 36/2009 tentang Kesehatan, bahwa tempat

kerja wajib menyelenggarakan upaya kesehatan kerja apabila tempat kerja

tersebut memiliki risiko bahaya kesehatan dan atau mempunyai pekerja paling

sedikit 10 orang ( Wati et al, 2022).


Beberapa faktor yang menyebabkan bahaya potensial yang dapat

mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja di rumah sakit yaitu faktor

biologi sepeerti bakteri, virus, jamur, faktor fisik seperti pencahayaan,

kebisingan, suhu, radiasi dan lain-lain. Faktor kimia seperti gas anastesi dan

antiseptik, faktor ergonomi dan faktor sosial seperti hubungan antara sesama

pekerja maupun dengan atasan, serta stress kerja. Selain itu, kecelakaan kerja

juga dapat terjadi karena faktor dari pekerja itu sendiri seperti kualitas dan

keterampilan dari pekerja yang belum memadai, kurangnya kesadaran pada

pekerja sehingga meremehkan risiko kerja dengan tidak menggunakan alat

pelindung diri yang telah disediakan. Fakta yang terjadi di lapangan, salah satu

hal yang tidak diperhatikan oleh pihak manajemen K3 rumah sakit adalah hazard

psikososial dalam lingkungan kerja.

Hazard psikososial merupakan salah satu dari beberapa jenis hazard yang

berpotensi timbul dalam suatu lingkungan kerja. Bila tidak dikelola dengan baik,

hazard psikososial dapat menimbulkan dampak pada kesehatan dan keselamatan

pekerja serta mengganggu kinerja perusahaan.

Menurut ILO ( International Labour Organization ) hazard psikososial

didefinisikan sebagai interaksi antara kompetensi tenaga kerja beserta berbagai

kebutuhannya dengan konten pekerjaan, organisasi kerja dan manajemen,

kondisi lingkungan kerja dan organisasional.

Hazard psikososial berjalan seiring dengan pengalaman kerja yang

berhubungan dengan stres. Stres kerja adalah respon yang ditunjukkan tenaga

kerja ketika dihadapkan pada tuntutan kerja dan tekanan kerja yang tidak sesuai

dengan pengetahuan dan kemampuannya. Stres kerja berkelanjutan dapat


mengakibatkan gangguan kesehatan misalnya gangguan musculoskeletal dan

cardiovascular (WHO,2020).

Dalam kehidupan manusia stres adalah masalah umum yang sering terjadi

dimana stress tersebut merupakan respons tubuh terhadap sesuatu hal. Menurut

pernyataan Cannon, stres merupakan gangguan homoestasis yang dihasilkan

oleh rangsangan terhadap fisik maupun psikologis sehingga menyebabkan

perubahan pada fisiologis (Lumban G, 2019). Stres kerja merupakan gabungan

dari beberapa faktos seperti pekerjaan sebagai faktor eksternal dan karakteristik

pekerja sebagai faktor internal (Rustiana dan Widya, 2020). Kemampuan

seseorang dalam menghadapi lingkungannya dapat terancam bila stress yang

dialami sangat berat. Adapun dampak stres pada pekerja meliputi penyakit fisik

yang diakibatkan oleh stres, kecelakaan kerja, penyalahgunaan zat adiktif, absen

pegawai, hilangnya motivasi kerja, hingga gangguan jiwa yang menyebabkan

terganggunya kegiatan pada kehidupan sehari-hai (Rustiana dan Widya, 2020).

Stres kerja merupakan sebuah fenomena global yang saat ini sedang dihadapi

baik oleh para pekerja maupun pemberi kerja di negara maju maupun negara

berkembang. Data terbaru Labour Force Survey (LSC) yang dirilis Health Safety

Executive (HSE) menunjukkan, jumlah total kasus stres, depresi atau kecemasan

yang berhubungan dengan pekerjaan pada 2019/2020 adalah 828.000 kasus

dengan tingkat prevalensi 2.440 kasus pr 100.000 pekerja. Angka tersebut

menyumbang 51% dari semua penyakit terkait pekerjaan dan 55% dari semua

hari yang hilang karena kesehatan yang buruk terkait pekerjaan (HSE, 2020).

Jumlah kasus stres, depresi atau kecemasanpada periode 2019/2020 lebih

tinggi secara signifikan dibandingkan periode sebelumnya. Pada 2018/2019


terdapat 602.000 kasus, dengan tingkat prevalensi 1.800 kasus per 100.000

pekerja (HSE,2019). Dari data tersebut juga terungkap bahwa penyebab stres,

depresi atau kecemasan terkait pekerjaan adalah beban kerja, termasuk tenggat

waktu yang ketat (deadline) dan terlalu banyak tanggung jawab serta kurangnya

tanggung jawab dukungan manajerial (HSE, 2020).

Menurut hasil survey International Labour Organization (ILO, 2019) yang

dilakukan berbagai negara di Eropa, Amerika Serikat dan Australia menemukan

bahwa 2/3 dari pekerja pernah mengalami stres kerja. Pada survei yang

dilakukan di Jepang menunjukkan bahwa lebih dari 32% pekerja mengalami

kecemasan dan stres kerja berat akibat dari kondisi kerjanya. Sedangkan di

Korea 20% pekerja melaporkan adanya tekanan kerja dan beban kerja berat di

tempat kerja (ILO, 2019). Selanjutnya di Indonesia, hasil survei oleh Perinelli

dan Beker (2019) juga menunjukkan bahwa stres kerja merupakan fenomena

yang terjadi di Indonesia. Survei yang dilakukan kepada 1500 pekerja di

Indonesia menunjukkan bahwa 80,39% responden merasa bahwa pekerjaannya

saat ini membuat dirinya merasa stres, 78,84% responden mengatakan bahwa

pekerjaannya membuat dirinya merasa kelelahan secara fisik dan 73,12%

responden mengatakan bahwa pekerjaannya membuat dirinya lelah secara

mental (Wijaya et al, 2019). Pada tahun 2018, menurut pernyataan Badan Pusat

Statistik jumlah orang dewasa di Indonesia yang mengalami gangguan kesehatan

jiwa berupa streskerja atau gangguan mental emosional sekitar 11,6% - 17,4%

dari 150 juta populasi (Setiawan, 2019).

Stres akiba kerja merupakan permasalahan yang diakui diseluruh dunia dan

berpengaruh terhadap organisasinya. Pekerja yang stres akan mengalami


penurunan kesehatan, penurunan motivasi kerja dan mengakibatkan

produktivitas kerja yang menurun. Stress merupakan kondisi ketegangan yang

berpngaruh terhadap emosi, jalan pikiran dan kondisi fisik seseorang akibat

individu yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan. Sedangkan

stress kerja adalah tanggapan atau proses internal atau eksternal yang mencapai

tingkat ketegangan fisik dan psikologis sampai pada batas atau melebihi batas

kemampuan pegawai.

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap 10 orang perawat di RS

Dewi Sri, 7 dari 10 orang perawat mengatakan selama masa pandemi Covid-19

perawat merasakan hal yang merujuk terhadap stres antara lain penggunaan APD

yang berat membuat para perawat merasa tidak nyaman saat mlaksanakan

pekerjaannya, menerapkan isolasi fisik, beban kerja yang meningkat karena

adanya perawat yang sakit atau di karantina. Sehingga banyak perawat yang

diminta untuk bekerja dengan jadwal secara terus menerus dan lebih lama dari

jam kerja biasanya terkadang harus melakukan pekerjaan yang tidak sesuai

dengan jobdesknya. Hal ini dapat membuat kelelahan dan stres pada pekerja

yang mengganggu kesehatan mental pekerja kemudian dapat meningkatkan

risiko cedera dan kecelakaan kerja sehingga berdampak pada keseimbangan

kehidupan pekerja.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut pihak manajemen K3 rumah sakit

harus lebih memperhatikan lagi dampak yang terjadi pada para perawat.

Mengingat pentingnya pelaksanaan manajemen K3 yang menjadi salah satu hak

asasi atau salah satu upaya di dalam peningkatan kinerja para perawat itu sendiri.

Sehingga sangat diperlukan perhatian yang lebih serius bagi pihak manajemen
K3 rumah sakit agar para perawat merasa terlindungi keselamatan dan

kesehatannya, hal tersebut sangat berdampak bagi perawat sehingga para

perawat tidak merasakan cemas atau khawatir lagi akan keselamatan dan

kesehatannya. Sehingga perawat dapat bekerja dengan nyaman dan tidak

merasakan stres kerja dan pencapaian kerja yang harus dicapai oleh para perawat

tercapai dan memenuhi target atau pencapaian rumah sakit itu sendiri.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “Hubungan Penerapan Sistem Manajemen K3

dengan Stres Kerja Pada Perawat Selama Masa Pandemi Covid-19 di RS Dewi

Sri Karawang.

B. Rumusan Masalah

“Bagaimana hubungan penerapan system manajmen K3 terhadap stres kerja

pada perawat selama masa pandemi Covid-19 di RS Dewi Sri Karawang”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk menganalisis hubungan penerapan system manajmen K3 terhadap

stres kerja pada perawat selama masa pandemi Covid-19 di RS Dewi Sri

Karawang

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi manajmen K3 pada perawat

selama masa pandemi Covid-19 di RS Dewi Sri Karawang

b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi stres kerja pada perawat selama

masa pandemi Covid-19 di RS Dewi Sri Karawang


c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi manajemen K3 dengan stres

kerja pada perawat selama masa pandemi Covid-19 di RS Dewi Sri

Karawang

D. Manfaat Peneltian

1. Manfaat Teoritis

Dapat dijadikan acuan dan sumber bacaan untuk penelitian selanjutnya dan

menambah informasi ilmiah mengenai hubungan sistem manajmen K3

terhadap stres kerja pada perawat selama masa pandemi Covid-19 di RS

Dewi Sri

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi

peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan penerapan sistem

manajmen K3 terhadap stres kerja pada perawat selama masa pandemi

Covid-19

b. Bagi Instansi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan

masukan kepada pegawai khususnya bagian manajmen K3

c. Bagi Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan

pengetahuan tentang hubungan penerapan sistem manajmen K3

terhadap stres kerja pada perawat selama masa pandemi Covid-19

Anda mungkin juga menyukai