Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

PRE EKLAMSI BERAT (PEB)

DISUSUN OLEH :

LUKAS SAPUTRA

4399814901210050

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES HORIZON KARAWANG

Jln. Pangkal Perjuangan Km By Pass Karawang Barat 41361

2021

1
LAPORAN PENDAHULUAN
PRE EKLAMSI BERAT ( PEB )

A. Konsep Dasar
1. Adaftasi Fisiologis dan Psikologis
1) Adaftasi Fisiologis Sistem Tubuh
Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh sistem genetalia
wanita mengalami perubahan yang mendasar, sehingga dapat
menunjang perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim.
Plasenta dalam perkembangannya mengeluarkan hormon
somatomamotropin, esterogen, dan progesteron yang menyebabkan
perubahan (Prawirohardjo, 2009) pada :
1. Rahim atau Uterus
Rahim yang semula besarnya sejempol atau beratnya 30 gram
akan mengalami hipertrofi dan hyperplasia, sehingga menjadi
seberat 100 gram saat akhir kehamilan. Otot rahim mengalami
hyperplasia dan hipertropi menjadi lebih besar, lunak, dan dapat
mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan janin.
2. Vagina (Liang Senggama)
Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah
karena pengaruh esterogen, sehingga tampak makin merah dan
kebiru-biruan.
3. Ovarium (Indung Telur)
Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung
korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai
terbentuknya plasenta yang sempurna pada umur 16 minggu.
4. Payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai
persiapan memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan
payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormon saat

2
kehamilan, yaitu esterogen, progesteron, dan
somatomammotropin.
5. Sirkulasi Darah
Peredaran darah ibu dipengaruhi beberapa faktor diantaranya,
meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah, sehingga dapat
memenuhi kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin
dalam rahim, terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena
pada sirkulasi retro-plasenter, dan pengaruh hormon esterogen
dan progesteron makin meningkat. Akibat dari faktor tersebut
dijumpai beberapa perubahan peredaran darah yaitu :
a. Volume darah
Volume darah semakin meningkat dimana jumlah serum
darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga
terjadi semacam pengenceran darah (hemodilusi), dengan
puncaknya pada umur hamil 32 minggu. Volume darah
bertambah sebesar 25 sampai 30 % sedangkan sel darah
bertambah sekitar 20%.
b. Sel darah
Sel darah merah makin meningkat jumlahnya sekitar 20%
untuk dapat meningkatkan pertumbuhan janin dalam rahim,
tetapi pertambahan sel darah tidak seimbang dengan
peningkatan volume darah, sehingga terjadi hemodilusi
yang disertai anemia fisiologis. Sel darah putih meningkat
dengan mencapai jumlah sebesar 10.000/ml. Dengan
hemodilusi dan anemia fisiologis maka laju endap darah
semakin tinggi dan dapat mencapai 4 kali dari angka
normal.
6. Sistem Respirasi
Pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem respirasi untuk
dapat memenuhi kebutuhan O2. Disamping itu terjadi desakan
diafragma karena dorongan rahim yang membesar pada umur
kehamilan 32 minggu. Sebagai kompensasi terjadinya desakan

3
rahim dan kebutuhan O2 yang meningkat, ibu hamil akan
bernafas lebih dalam sekitar 20 sampai 25% dari biasanya.
7. Sistem Pencernaan
Karena pengaruh esterogen, pengeluaran asam lambung
meningkat yang dapat menyebabkan :
a. Pengeluaran air liur berlebihan (hipersalivasi);
b. Daerah lambung terasa panas;
c. Terjadi mual dan sakit/pusing kepala terutama pagi hari
(morning sickness);
d. Muntah, yang terjadi disebut emesis gravidarum;
e. Muntah berlebih, sehingga mengganggu kehidupan sehari-
hari (hiperemesis gravidarum);
f. Progesteron menimbulkan gerak usus makin berkurang dan
dapat menyebabkan obstipasi.
8. Perubahan Pada Kulit
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan
hiperpigmentasi karena pengaruh melanophore stimulating
hormone lobus hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar
suprarenalis. Hiperpigmentasi ini terjadi pada striae gravidarum
livide atau alba, areola mamae, papilla mamae, linea nigra, pipi
(chloasma gravidarum). Setelah persalinan hiperpigmentasi ini
akan menghilang.
9. Metabolisme
Dengan terjadi kehamilan, metabolisme tubuh mengalami
perubahan yang mendasar, perubahan metabolisme yang
mendasar antara lain :
a. Metabolisme basal naik sebesar 15% sampai 20% dari
semula, terutama pada trimester ketiga;
b. Keseimbangan asam basa mengalami penurunan dari 155
mEq per liter menjadi 145 mEq per liter disebabkan
hemodilusi darah dan kebutuhan mineral yang diperlukan
janin;

4
c. Kebutuhan protein wanita hamil makin tinggi untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin, perkembangan
organ kehamilan, dan persiapan laktasi. Dalam makanan
diperlukan protein tinggi sekitar ½ gr/kg BB atau sebutir
telur ayam sehari;
d. Kebutuhan kalori didapat dari karbohidrat, lemak dan
protein;
e. Kebutuhan zat mineral untuk ibu hamil: kalsium 1,4 gram
setiap hari, 30 sampai 40 gram untuk pembentukan tulang
janin, fosfor, rata-rata 2 gram dalam sehari, zat besi, 800
mgr atau 30 sampai 50 mgr sehari, dan air, ibu hamil
memerlukan air cukup banyak dan dapat terjadi retensi air;
f. Berat badan ibu hamil bertambah antara 6,5 sampai 16,5 kg
selama kehamilan atau terjadi kenaikan berat badan sekitar
½ kg/minggu.

2) Perubahan Psikologi Kehamilan


Menurut teori Reva Rubin:
1. Trimester I
a. Penerima keluarga khususnya pasutri terhadap
kehamilannya;
b. Perubahan kehidupan sehari-hari;
c. Mencari tanda kehamilan;
d. Merasa tidak sehat dan membenci kehamilannya;
e. Merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan,
kesedihan;
f. Hasrat hubungan seks terbatas;
g. Khawatir kehilangan bentuk tubuh;
h. Ketidakstabilan mirip sindroma prahaid, mudah marah,
ayunan suasana hati, irasionalisme, cengeng;
i. Perasaan was-was, takut dan gembira.
2. Trimester II

5
a. Ibu merasa sehat;
b. Perut belum terlalu besar sehingga belum dirasa beban;
c. Sudah menerima kehamilan;
d. Libido meningkat;
e. Mulai merasa gerak janin;
f. Merasakan kehadiran bayi sebagai seorang diluar
dirinya;
g. Merasa terlepas dari rasa cemas dan tidak nyaman.
3. Trimester III
a. Disebut periode menunggu dan waspada sebab rasa tidak
sabar menunggu kehamilannya;
b. Gerakan bayi dan membesarnya perut kadang merasa
khawatir bayinya lahir sewaktu-waktu;
c. Meningkatkan kewaspadaan timbulnya tidak dan gejala
persalinan;
d. Rasa tidak nyaman;
e. Kehilangan perhatian yang didapat dari hamil;
f. semakin ingin menyudahi rasa kehamilannya;
g. Tidak sabaran dan resah;
h. Bermimpi dan berkhayal tentang si bayi.

2. Pengertian
Pre eklamsia merupakan penyakit khas akibat kehamilan yang
memperlihatkan gejala trias (hipertensi, edema, dan proteinuria), kadang-
kadang hanya hipertensi dan edema atau hipertensi dan proteinuria (dua
gejala dari trias dan satu gejala yang harus ada yaitu hipertensi).
Menurut Mansjoer (2000), pre eklamsia merupakan timbulnya
hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia
kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Pre eklampsia
merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan dimana hipertensi terjadi
setelah minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan
darah normal dan diartikan juga sebagai penyakit vasospastik yang

6
melibatkan banyak sistem dan ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi
dan proteinuria (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2005).
Klasifikasi pre eklamsia dibagi menjadi 2 yaitu sebagai berikut:
a. Pre eklamsia ringan
Pre eklamsia ringan ditandai dengan :
1. tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi
berbaring terlentang; kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih dari
tensi baseline (tensi sebelum kehamilan 20 minggu); dan kenaikan
sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara pengukuran sekurang-
kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam,
atau berada dalam interval 4-6 jam.
2. Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; kenaikan berat badan 1
kg atau lebih dalam seminggu.
3. Proteinuria kuantatif 0,3 gr atau lebih per liter; kualitatif 1 + atau 2
+ pada urin kateter atau midstream (aliran tengah)
b. Pre eklamsia berat
Pre eklamsia berat ditandai dengan:
1. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
2. Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.
3. Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam .
4. Adanya gangguan serebral atau kesadaran, gangguan visus atau
penglihatan, dan rasa nyeri pada epigastrium.
5. Terdapat edema paru dan sianosis
6. Kadar enzim hati (SGOT, SGPT) meningkat disertai ikterik.
7. Perdarahan pada retina.
8. Trombosit kurang dari 100.000/mm.

3. Etiologi
Penyebab pre-eklampsia belum diketahui secara jelas. Penyakit ini
dianggap sebagai "maladaptation syndrome" akibat penyempitan pembuluh
darah secara umum yang mengakibatkan iskemia plasenta sehingga berakibat

7
kurangnya pasukan darah yang membawa nutrisi ke janin. Ada beberapa faktor
predisposisi terjadinya pre eklamsia, yaitu:
a. Primigravida atau primipara mudab (85%).
b. Grand multigravida
c. Sosial ekonomi rendah.
d. Gizi buruk.
e. Faktor usia (remaja; < 20 tahun dan usia diatas 35 tahun).
f. Pernah pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya.
g. Hipertensi kronik.
h. Diabetes mellitus.
i. Mola hidatidosa.
j. Pemuaian uterus yang berlebihan, biasanya akibat dari kehamilan ganda
atau polihidramnion (14-20%).
k. Riwayat keluarga dengan pre eklamsia dan eklamsia (ibu dan saudara
perempuan).
l. Hidrofetalis.
m. Penyakit ginjal kronik.
n. Hiperplasentosis: mola hidatidosa, kehamilan ganda, hidrops fetalis, bayi
besar, dan diabetes mellitus.
o. Obesitas.
p. Interval antar kehamilan yang jauh.

4. Tanda dan Gejala


a. penambahan berat badan yang berlebihan, terjadi kenaikan 1 kg seminggu
beberapa kali.
b. Edema terjadi peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan
dan muka.
c. Hipertensi (di ukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit)
a) TD > 140/90 mmHg atau
b) Tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg
c) Diastolik>15 mmHg

8
d) Tekanan diastolic pada trimester ke II yang >85 mmHg patut di curigai
sebagai preeklamsi
d. Proteinuria
a) Terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam urin 24 jam atau pemeriksaan
kuwalitatif +1 / +2.
b) Kadar protein > 1 g/l dalam urine yang di keluarkan dengan kateter atau
urine porsi tengah, di ambil 2 kali dalam waktu 6 jam.
5. Patofisiologi

Pada preeklampsia terdapat penurunan aliran darah. Perubahan ini


menyebabkan prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia
uterus. Keadaan iskemia pada uterus, merangsang pelepasan bahan tropoblastik
yaitu akibat.hiperoksidase lemak dan pelepasan renin uterus. Bahan
tropoblastik berperan dalam proses terjadinya endotheliosis yang
menyebabkan pelepasan tromboplastin. Tromboplastin yang dilepaskan
mengakibatkan pelepasan tomboksan dan aktivasi/ agregasi trombosit deposisi
fibrin. Pelepasan tromboksan akan menyebabkan terjadinya vasospasme
sedangkan aktivasi/agregasi trombosit deposisi fibrin akan menyebabkan
koagulasi intravaskular yang mengakibatkan perfusi darah menurun dan
konsumtif koagulapati. Konsumtif koagulapati mengakibatkan trombosit dan
faktor pembekuan darah menurun dan menyebabkan gangguan faal
hemostasis. Tekanan perifer akan meningkat agar oksigen mencukupi
kebutuhan sehingga menyebabkan terjadinya hipertensi. Selain menyebabkan
vasospasme, angiotensin II akan merangsang glandula suprarenal untuk
mengeluarkan aldosteron. Vasospasme bersama dengan koagulasi intravaskular
akan menyebabkan gangguan perfusi darah dan gangguan multi organ.
Gangguan multiorgan terjadi pada organ- oragan tubuh diantaranya otak,
darah, paru- paru, hati/ liver, renal dan plasenta. Pada otak akan dapat
menyebabkan terjadinya edema serebri dan selanjutnya terjadi peningkatan
tekanan intrakranial. Tekanan intrakranial yang meningkat menyebabkan
terjadinya gangguan perfusi serebral, nyeri dan terjadinya kejang sehingga
menimbulkan diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada darah akan terjadi
endotheliosis menyebabkan sel darah merah dan pembuluh darah pecah.

9
Pecahnya pembuluh darah akan menyebabkan terjadinya pendarahan,
sedangkan sel darah merah yang pecah akan menyebabkan terjadinya anemia
hemolitik. Pada paru-paru, LADEP akan meningkat menyebabkan terjadinya
kongesti vena pulmonal, perpindahan cairan sehingga akan mengakibatkan
terjadinya edema paru. Edema paru akan menyebabkan terjadinya gangguan
pertukaran gas. Pada hati, vasokontriksi pembuluh darah akan menyebabkan
gangguan kontraktilitas miokard sehingga menyebabkan payah jantung dan
memunculkan diagnosa keperawatan penurunan curah jantung. Pada ginjal,
akibat pengaruh aldosteron, terjadi peningkatan reabsorpsi natrium dan
menyebabkan retensi cairan dan dapat menyebabkan terjadinya edema
sehingga dapat memunculkan diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan.
Selin itu, vasospasme arteriol pada ginjal akan meyebabkan penurunan GFR
dan permeabilitas terhadap protein akan meningkat. Penurunan GFR tidak
diimbangi dengan peningkatan reabsorpsi oleh tubulus sehingga menyebabkan
diuresis menurun sehingga menyebabkan terjadinya oligouri dan anuri.
Oligouri atau anuri akan memunculkan diagnosa keperawatan gangguan
eliminasi urin. Permeabilitas terhadap protein yang meningkat akan
menyebabkan banyak protein akan lolos dari filtrasi glomerulus dan
menyenabkan proteinuria. Pada mata, akan terjadi spasmus arteriola
selanjutnya menyebabkan edema diskus optikus dan retina. Keadaan ini dapat
menyebabkan terjadinya diplopia dan memunculkan diagnosa keperawatan
risiko cedera. Pada plasenta penurunan perfusi akan menyebabkan
hipoksia/anoksia sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta
sehinga dapat berakibat terjadinya intra Uterin Growth Retardation serta
memunculkan diagnosa keperawatan risiko gawat janin. Hipertensi akan
merangsang medula oblongata dan sistem saraf parasimpatis akan meningkat.
Peningkatan saraf simpatis mempengaruhi traktus gastrointestinal dan
ekstrimitas. Selanjutnya akan terjadi akumulasi gas yang meningkat,
merangsang mual dan timbulnya muntah sehingga muncul diagnosa
keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Pada
ektremitas dapat terjadi metabolisme anaerob yang menyebabkan ATP
diproduksi dalam jumlah yang sedikit yaitu 2 ATP dan pembentukan asam

10
laktat. Terbentuknya asam laktat dan sedikitnya ATP yang diproduksi akan
menimbulkan keadaan cepat lelah, lemah sehingga muncul diagnosa
keperawatan intoleransi aktivitas. Keadaan hipertensi akan mengakibatkan
seseorang kurang terpajan informasi dan memunculkan diagnosa keperawatan
kurang pengetahuan.
6. Pathway Keperawatan

Tekanan Darah

Normal

Meningkat (140/90) mmHg)

Hamil <20 Minggu Hamil >20 Minggu

Meningkat (140/90) mmHg) Superimposed pre eklamsia Kejang (-) Kejang (+)

PRE EKLAMSIA EKLAMSIA

HIPERTENSI

Gangguan Multi Organ Gangguan perfusi darah

7. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan pre eklamsia
yaitu sebagai berikut :

a. Pemeriksaan Laboratorium
1). Pemeriksaan Darah Lengkap dan Apusan Darah
a. Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin
untuk wanita hamil adalah 12-14 gr%).
b. Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%).

11
c. Trombosit menurun (nilai rujukan 150.000-450.000/mm
2). Urinalisis
Ditemukan protein dalam urine.
3). Pemeriksaan Fungsi Hati
a. Bilirubin meningkat (N= < 1 mg/dL).
b. LDH (laktat dehidrogenase) meningkat.
c. Aspartat aminomtransferase (AST) > 60 uL.
d. Serum Glutamat Pirufat Transaminase (SGPT) meningkat (N=
15-45 u/ml)
e. Serum Glutamat Oxaloacetic transaminase (SGOT) meningkat
(N= < 31 u/ml)
f. Total protein serum menurun (N= 6,7 – 8,7 g/dL) 4)
4). Tes Kimia Darah Asam urat meningkat > 2,7 mg/dL, dimana nilai
normalnya yaitu 2,4 – 2,7 mg/dL.

b. Pemeriksaan Radiologi

Ultrasonografi (USG). Hasil USG menunjukan bahwa ditemukan retardasi


perteumbuhan janin intra uterus. Pernafasan intrauterus lambat, aktivitas
janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.

Kardiotografi Hasil pemeriksaan dengan menggunakan kardiotografi


menunjukan bahwa denyut jantung janin lemah.
7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan pre eklamsia tergantung
pada derajat pre eklamsia yang dialami. Namun yang termasuk komplikasi
pre eklamsia antara lain:
a. Komplikasi pada Ibu
1. Eklamsia.
2. Tekanan darah meningkat dan dapat menyebabkan perdarahan otak
dan gagal jantung mendadak yang berakibat pada kematian ibu.

12
3. Gangguan fungsi hati: Sindrom HELLP (Hemolisis, Elevated,
Liver, Enzymes and Low Plateleted) dan hemolisis yang dapat
menyebabkan ikterik. Sindrom HELLP merupakan singkatan dari
hemolisis (pecahnya sel darah merah), meningkatnya enzim hati,
serta rendahnya jumlah platelet/trombosit darah.
4. Solutio plasenta.
5. Hipofebrinogemia yang berakibat perdarahan.
6. Gangguan fungsi ginjal: oligo sampai anuria.
7. Perdarahan atau ablasio retina yang dapat menyebabkan kehilangan
penglihatan untuk sementara.
8. Aspirasi dan edema paru-paru yang dapat mengganggu pernafasan.
9. Cedera fisik karena lidah tergigit, terbentur atau terjatuuh dari
tempat tidur saat serangan kejang.
10. DIC (Disseminated Intravascular Coagulation) atau kelainan
pembekuan darah.

b. Komplikasi pada Janin


1. Hipoksia karena solustio plasenta.
2. Terhambatnya pertumbuhan janin dalam uterus sehingga terjadi
peningkatan angka morbiditas dan mortalitas perinatal.
3. Asfiksia mendadak atau asfiksia neonatorum karena spasme
pembuluh darah dan dapat menyebabkan kematian janin (IUFD).
4. Lahir prematur dengan risiko HMD (Hyalin Membran Disease).

8. Penatalaksanaan
a. Pencegahan atau Tindakan preventif
1) Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu secara teliti,
mengenali tanda-tanda sedini mungkin (pre-eklamsi ringan), lalu
diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi
lebih berat.
2) Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pre-eklemsi
kalau ada faktor-faktor predisposisi.

13
3) Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan,
serta pentingnya mengatur diet rendah garam, lemak, serta
karbohidrat dan tinggi protein, juga menjaga kenaikan berat badan
yang berlebihan.

b. Penatalaksanaan atau Tindakan kuratif


Tujuan utama penatalaksanaan atau penanganan adalah untuk mencegah
terjadinya pre-eklamsia berlanjut dan eklamsia, sehingga janin bisa lahir
hidup dan sehat serta mencegah trauma pada janin seminimal mungkin.
1) Penanganan pre eklamsia ringan
Pengobatan hanya bersifat simtomatis dan selain rawat inap, maka
penderita dapat dirawat jalan dengan skema periksa ulang yang
lebih sering, misalnya 2 kali seminggu. Penanganan pada penderita
rawat jalan atau rawat inap adalah dengan istirahat ditempat, diit
rendah garam, dan berikan obat-obatan seperti valium tablet 5 mg
dosis 3 kali sehari atau fenobarbital tablet 30 mg dengan dosis 3
kali 1 sehari. Diuretika dan obat antihipertensi tidak dianjurkan,
karena obat ini tidak begitu bermanfaat, bahkan bisa menutupi
tanda dan gejala pre-eklampsi berat. Bila gejala masih menetap,
penderita tetap dirawat inap.Monitor keadaan janin : kadar estriol
urin, lakukan aminoskopi, dan ultrasografi, dan sebagainya.Bila
keadaan mengizinkan, barulah dilakukan induksi partus pada usia
kehamilan minggu 37 ke atas.
2) Penanganan pre eklamsia berat
a) Pre eklamsia berat pada kehamilan kurang dari 37 minggu.
Jika janin belum menunjukan tanda-tanda maturitas paru-paru
dengan uji kocok dan rasio L/S, maka penanganannya adalah
sebagai berikut:
1. Berikan suntikan sulfas magnesikus dengan dosis 8 gr
intramuskular kemudian disusul dengan injeksi tambahan 4
gr itramuskular selama tidak ada kontraindikasi.
b) Perawatan Mandiri untuk Kasus Pre Eklamsia

14
1. Aromatherapy : penelitian membuktikan bahwa minyak
tertentu dapat menimbulkan efek pada penurunan tekanan
darah dan membantu relaksasi seperti : levender,
kamomile, kenanga, neroli dan cendana. Tetapi ada juga
aromatehrapy yang dapat meningkatkan tekanan darah
diantaranya rosemary, fenel, hyssop dan sage.
2. Pijat : pijat bagian punggung, leher, bahu, kaki, bisa
memberikan ketenangan dan kenyamanan.
3. Shiatsu, tai chi, yoga, dan latihan relaksasi
4. Terapi nutrisi : spesialis nutrisi menganjurkan penggunaan
vitamin dan suplemen mineral, khususnya zinc dan vitamin
B6.

B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian Fokus
a. Pengkajian
a) Data Subjektif
1. Umur biasanya sering terjadi pada primigravida , < 20 tahun
atau > 35 tahun
2. Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tekanan
darah, adanya edema, pusing, nyeri epigastrium, mual, muntah,
penglihatan kabur, pertambahan berat badan yang berlebihan
yaitu naik > 1 kg/minggu, pembengkakan ditungkai, muka, dan
bagian tubuh lainnya, dan urin keruh dan atau sedikit (pada pre
eklamsia berat < 400 ml/24 jam).
3. Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia,
vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM.
4. Riwayat kehamilan: riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa,
hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau
eklamsia sebelumnya.
5. Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan
pokok maupun selingan.

15
6. Psikososial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat
menyebabkan kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril
untuk menghadapi resikonya.
b) Data Objektif
1. Pengkajian Fisik
a. Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24
jam.
b. Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, dan lokasi
edema.
c. Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat
pemberian SM jika refleks positif.
d. Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya
fetal distress. Selain itu, untuk pre eklamsia ringan tekanan
darah pasien > 140/90 mmHg atau peningkatan sistolik >
30 mmHg dan diastolik > 15 mmHg dari tekanan biasa
(base line level/tekanan darah sebelum usia kehamilan 20
minggu). Sedangkan untuk pre eklamsia berat tekanan
darah sistolik > 160 mmHg, dan atau tekanan darah
diastolik > 110 mmHg.
2. Laboratorium
1). Pemeriksaan Darah Lengkap dan Apusan Darah
a. Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal
hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr%).
b. Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%).
c. Trombosit menurun (nilai rujukan 150.000-
450.000/mm
2). Urinalisis
Ditemukan protein dalam urine.
3). Pemeriksaan Fungsi Hati
a. Bilirubin meningkat (N= < 1 mg/dL).
b. LDH (laktat dehidrogenase) meningkat.
c. Aspartat aminomtransferase (AST) > 60 uL.

16
d. Serum Glutamat Pirufat Transaminase (SGPT)
meningkat (N= 15-45 u/ml)
e. Serum Glutamat Oxaloacetic transaminase (SGOT)
meningkat (N= < 31 u/ml)
f. Total protein serum menurun (N= 6,7 – 8,7 g/dL) 4)
4). Tes Kimia Darah Asam urat meningkat > 2,7 mg/dL,
dimana nilai normalnya yaitu 2,4 – 2,7 mg/dL.

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur,
diukur 2 kali dengan interval 4-6 jam
b. Laboratorium : proteinuria dengan kateter atau midstream
(biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau lebih dan +1
hingga +2 pada skala kualitatif), kadar hematokrit menurun,
BJ urine meningkat, serum kreatinin meningkat, uric acid
biasanya > 7 mg/100 ml.
c. Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu.
d. Tingkat kesadaran: penurunan GCS sebagai tanda adanya
kelainan pada otak.
e. USG: untuk mengetahui keadaan janin.
f. NST: untuk mengetahui kesejahteraan janin.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
b. Resiko Ketidakseimbangan cairan d.d perdarahan (ekstra
seluler/intraseluler)atau muntah yg hebat.
c. Intoleransi aktivitas
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnose Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
1 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
pengkajian 2x24 jam  Observasi
diharapkan nyeri □ Identifikasi lokasi,

17
berkurang atau hilang karakteristik, durasi,
dengan kriteria hasil: frekuensi, kualitas,
1. Klien dapat mengetahui intensitas nyeri
penyebab nyeri □ Identifikasi skala
2. Nyeri klien berkurang nyeri
atau hilang □ Identifikasi respon
3. Klien dapat memahami nyeri non verbal
teknik untuk □ Identifikasi faktor
mengurangi nyeri yang memperberat
dan memperingan
nyeri
□ Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan tentang
nyeri
□ Identifikasi pengaruh
budaya terhadap
respon nyeri
□ Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup
□ Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
□ Monitor efeksamping
penggunaan analgetik
 Terapeutik
□ Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis,

18
akupresur, terapi
music, biofeedback,
terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
□ Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis. suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
□ Fasilitasi istirahat dan
tidur
□ Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri dan
pemilihan strategi
meredakan nyeri
 Edukasi
□ Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
□ Jelaskan strategi
meredakan nyeri
□ Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
□ Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
□ Ajarkan teknik

19
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
 Kolaborasi
□ Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2 Resiko ketidak Setelah dilakukan Manajemen Cairan
seimbangan keperawatan 2x24 jam  Observasi
cairan diharapkan resiko □ Monitor status hidrasi
ketidakseimbangan (mis. frekuensi nadi,
cairan kekuatan nadi, akral
1. intake dan output pengisisan kapiler,
cairan seimbang kelembapan mukosa,
2. TTV normal. turgor kulit, tekanan
3. BB stabil dan tidak darah)
terdapat edema □ Monitor berat badan
4. Menyatakan harian
pemahaman tentang □ Monitor berat badan
pembatasan cairan sebelum dan sesudah
individual dialysis
□ Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium (mis.
hematocrit, Na, K, Cl,
berat jenis urine,
BUN)
□ Monitor status
hemodinamik (mis.
MAP, CVP, PAP,
PCWP jika tersedia)
 Terapeutik
□ Catat intake-output

20
dan hitung balance
cairan 24 jam
□ Berikan asupan
cairan, sesuai
kebutuhan
□ Berikan cairan
intravena
 Kolaborasi
□ Kolaborasi
pemeberian iuretik,
jika perlu
 Kolaborasi
□ Kolaborasi pemberian
diuretic, jika perlu
3 Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen Energi
aktivitas tindakan keperawatan  Observasi
selama 3x24 jam, pasien □ Identifikasi gangguan
mempunyai cukup energi fungsi tubuh yang
untuk beraktivitas mengakibatkan
sehingga toleran terhadap kelelahan
aktivitas, dengan kriteria □ Minitor kelelahan
hasil: 1. fisik dan emosional
□ Monitor pola dan jam
1. TTV normal. tidur
2. EKG normal. □ Monitor lokasi dan
3. Koordinasi otot, ketidaknyamanan
tulang, dan anggota selama melakukan
gerak lainnya baik. aktivitas
4. Pasien melaporkan  Terapeutik
kemampuan dalam □ Sediakan lingkungan
ADL yang nyaman dan
rendah stimulus (mis.

21
cahaya, suara,
kunjungan)
□ Lakukan latihan
rentang gerak pasif
dan/aktif
□ Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
□ Fasilitasi duduk disisi
tempat tidur, jika
tidak dapat berpindah
atau berjalan
 Edukasi
□ Anjurkan tirah baring
□ Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
□ Anjurkan
menghubungi perawat
jika tanda dan gejala
kelelahan tidak
berkurang
□ Ajarkan strategi
koping untk
mengurangi kelelahan
 Kolaborasi
□ Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

22
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, I.M., Deitra L.L., & Margaret D. J. (2005). Buku ajar keperawatan
maternitas, Edisi 4. Jakarta: EGC

PPPNI.(2018).Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi1. Jakarta: DPP


PPNI

PPPNI.(2018).Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi1. Jakarta: DPP


PPNI

23

Anda mungkin juga menyukai