Anda di halaman 1dari 21

Askep Kritis Pada

Post Bedah Mayor

Oleh :
Chairul Munir, S.Kep., Ns., M.Kep
Definisi
 Operasi merupakan tindakan pembedahan pada
suatu bagian tubuh
 Pembedahan merupakan suatu tindakan yang
dilakukan di ruang operasi rumah sakit dengan
prosedur yang sudah ditetapkan
 Klasifikasi operasi terbagi manjadi dua, yaitu
operasi minor dan operasi mayor
OPERASI MAYOR
 Operasi mayor adalah operasi yang bersifat
selektif, urgen dan emergensi
 Tujuan dari operasi ini adalah untuk
menyelamatkan nyawa, mengangkat atau
memperbaiki bagian tubuh, memperbaiki fungsi
tubuh dan meningkatkan kesehatan, contohnya
kolesistektomi, nefrektomi, kolostomi,
histerektomi, mastektomi, amputasi dan operasi
akibat trauma
 Post Operasi adalah masa setelah dilakukan
pembedahan yang dimulai saat pasien dipindahkan
ke ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi
selanjutnya
 Proses keperawatan pascaoperatif pada praktiknya
akan dilaksanakan secara berkelanjutan baik di
ruang pemulihan, ruang intensif, dan ruang rawat
inap bedah
 Fase pascaoperatif adalah suatu kondisi dimana
pasien sudah masuk di ruang pulih sadar sampai
pasien dalam kondisi sadar betul untuk dibawa
keruang rawat inap
Efek yang dapat dialami oleh pasien dengan
Post Bedah Mayor

 Ketidaknyamanan nyeri dari efek post bedah


mayor yang tidak dikelola dengan baik akan
menimbulkan efek yang membahayakan yaitu
Mempengaruhi sistem pulmonal , Kardiovaskuler,
Gastrointenstinal, Endokrin, Imunologik . Efek
tersebut dapat berupa peningkatan laju
metabolisme dan curah jantung, kerusakan respon
insulin, peningkatan prodiksi kortisol dan retensi
cairan
 Komplikasi yang muncul pada pasien pasca-
PENATALAKSANAAN KEGAWATAN

operasi adalah :
1. Pernapasan
2. Kardiovaskuler
3. Perdarahan
4. Hipertermia maligna
5. Hipotermia
Hal-hal yang harus diperhatikan perawat
dengan pasien yang menjalani post bedah
mayor
 Peran perawat dalam merawat pasien post Bedah Mayor
adalah:
1. Monitor tanda-tanda vital dan keadaan umum pasien,
drainage, tube/selang, dan komplikasi.
2. Manajemen luka. Amati kondisi luka operasi dan jahitannya,
pastikan luka tidak mengalami perdarahan abnormal.
3. Mobilisasi dini. Mobilisasi dini yang dapat dilakukan
meliputi ROM (range of motion), nafas dalam dan juga
batuk efektif yang penting untuk mengaktifkan kembali
fungsi neuromuskuler dan mengeluarkan sekret dan lendir
4. Rehabilitasi.
Rehabilitasi diperlukan oleh pasien untuk
memulihkan kondisi pasien kembali. Rehabilitasi
dapat berupa berbagai macam latihan spesifik yang
diperlukan untuk memaksimalkan kondisi pasien
seperti sedia kala.
5. Discharge planning.
Merencanakan kepulangan pasien dan memberikan
informasi kepada klien dan keluarganya tentang hal-
hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan
dengan kondisi/penyakitnya pasca-operasi
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
 Setelah menerima laporan dari perawat sirkulasi,
dan pengkajian klien, perawat mereview catatan
klien yang berhubungan dengan riwayat klien,
status fisik dan emosi, sebelum pembedahan dan
alergi
Sistem Pernafasan
 Potensi jalan nafas
 Perubahan pernafasan (rata-rata, pola, dan kedalaman)
 RR <
 Gangguan kardiovaskuler atau rata rata metabolisme yang
meningkat.
 Depresi narkotik, respirasi cepat, dangkal 10 x/menit
 Keadekuatan expansi paru, kesimetrisan
 Auskultasi paru : efek anathesi yang berlebihan, obstruksi.
 Inspeksi: pergerakan dinding dada, penggunaan otot bantu
pernafasan diafragma, retraksi sternal Thorax Drain
Sistem Kardiovaskuler
 Sirkulasi darah, nadi dan suara jantung dikaji tiap 15 menit ( 4 x ), 30
menit (4x). 2 jam (4x) dan setiap 4 jam selama 2 hari jika kondisi stabil.
 Depresi miokard, shock, perdarahan atau overdistensi.
 Penurunan tekanan darah, nadi dan suara jantung shock, nyeri,
hypothermia.
 Nadi meningkat
 Kaji sirkulasi perifer (kualitas denyut, warna, temperatur dan ukuran
ektremitas).
 Trombhoplebitis pada ekstrimitas bawah (edema, kemerahan, nyeri).
 Homan’s saign Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit
 Inspeksi : membran mukosa : warna dan kelembaban, turgor kulit,
balutan. NG tube, out put urine, drainage luka.
 Ukur cairan
 Kaji intake / out put.
 Monitor cairan intravena dan tekanan darah
Sistem Persyarafan semua klien dengan
anesthesia umum
 Kaji fungsi serebral dan tingkat kersadaran depresi
fungsi motor.
 Respon pupil, kekuatan otot, koordinasi.
 Klien dengan bedah kepala leher
Sistem Perkemihan
 Kontrol volunter fungsi perkemihan kembali
setelah 6 – 8 jam post anesthesia inhalasi, IV,
spinal.
 Retensio urine. Anesthesia, infus IV, manipulasi
operasi abdomen bawah (distensi buli-buli).
 Pencegahan : Inspeksi, Palpasi, Perkusi kaji warna,
jumlah urine, out put urine
 Dower catheter < komplikasi ginjal 30 ml / jam
Sistem Gastrointestinal
 40 % klien dengan GA selama 24 jam pertama dapat menyebabkan
stress dan iritasi luka GI dan dapat meningkatkan TIK pada bedah
kepala dan leher serta TIO meningkat.
 Mual muntah
 Kaji fungsi gastro intestinal dengan auskultasi suara usus. suara usus
(-), distensi abdomen, tidak flatus.
 Kaji paralitic ileus
 Insersi NG tube intra operatif mencegah komplikasi post operatif
dengan decompresi dan drainase lambung.
 Meningkatkan istirahat.
 Memberi kesempatan penyembuhan pada GI trac bawah
 Memonitor perdarahan
 Mencegah obstruksi usus.
 Irigasi atau pemberian obat.
 Jumlah, warna, konsistensi isi lambung tiap 6-8 jam
Sistem Integumen
 Luka bedah sembuh sekitar 2 minggu. Jika tidak ada infeksi,
trauma, malnutrisi, obat-obat steroid. Penyembuhan sempurna
sekitar 6 bulan-1tahun. Ketidak efektifan penyembuhan luka dapat
disebabkan
a) Infeksi luka
b) Diostensi dari udema / palitik ileus
c) Tekanan pada daerah luka
d) Dehiscence
e) Eviscerasi
f) Drain dan Balutan : Semua balutan dan drain dikaji setiap 15
menit pada saat di ruang PAR (Jumlah, warna, konsistensi dan bau
cairan drain dan tanggal observasi), dan minimal tiap 8 jam saat
di ruangan.
Pengkajian Nyeri
 Nyeri post operatifberhubungan dengan luka
bedah , drain dan posisi intra operative.
 Kaji tanda fisik dan emosi; peningkatan nadi dan
tekanan darah, hypertensi, diaphorosis, gelisah,
menangis. Kualitas nyeri sebelum dan setelah
pemberian analgetika
Pemeriksaan laboratorium
 Pemeriksaan didasarkan pada prosedur
pembedahan, riwayat kesehatan dan manifestasi
post operative. Test yang lazim adalah elektrolit,
Glukosa, dan darah lengkap
2. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko Pendarahan b.d Tindakan pembedahan
2. Nyeri akut b.d Agen pencedera fisik dari
prosedur operasi
3. Risiko Infeksi b.d Tindakan Invasif
4. Gangguan Pertukaran Gas b.d efek sisa
anesthesia
5. Gangguan eliminasi urine bd efek tindakan
medis dan diaknostik (tindakan operasi)
TUGAS...........
Buatlah Intervensi
Keperawatan berdasarkan
Diagnosa Keperawatan di atas,
lengkap dengan kriteria hasil.
Selamat bekerja
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai