Anda di halaman 1dari 31

Paralisis Pita Suara Eva Srihartati, S.Ked.

Ummu Syamsiah, S.Ked.


1 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan
RSUD Langsa 2013 - 2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pita suara sendiri terdapat pada laring (kotak suara). Pita suara ini
memproduksi suara ketika udara berada dalam paru dilepaskan dan melewati pita
suara yang tertutup, sehingga mengakibatkan pita suara tersebut akan bergetar.
Paralisis pita suara merupakan gangguan suara ketika salah satu ataupun kedua
pita suara tidak dapat membuka maupun menutup dengan semestinya. Paralisis
pita suara adalah suatu gangguan yang sering terjadi dan gejala klinisnya
bervariasi, dari ringan hingga mengancam nyawa penderita. Paralisis pita suara
dapat mengakibatkan masalah dalam mengeluarkan suara dan mungkin dalam
bernapas serta menelan.
1

Paralisis pita suara sendiri hingga kini masih menjadi masalah yang serius
dalam bidang THT. Hal ini dikarenakan kerusakan yang terjadi terhadap sarafnya
bersifat permanen. Berbagai tindakan intervensi pun mulai dikembangkan untuk
meminimalkan kerusakan yang terjadi.
1,2

Oleh karena itu, dalam referat ini kami akan membahas mengenai paralisis
pita suara secara menyeluruh, ditinjau dari anatomi dan fisiologi terbentuknya
suara, definisi paralisis pita suara, etiologi, patofisiologi, klasifikasi dan gejala
klinis, posisi pita suara, pemeriksaan, penatalaksanaan, komplikasi serta
prognosis.

1.2 Insiden
Angka kejadian paralisis pita suara bervariasi antara 1.5 23%.
1
Tujuh puluh
lima persen pasien menderita paralisis pita suara unilateral dan sebanyak 3 30%
kasus mengenai pita suara kanan.
2, 3
Paralisis pita suara kongenital lebih sering
terjadi dibandingkan dengan yang didapat.
1
Hampir 90% paralisis disebabkan oleh
lesi yang menekan saraf sepanjang segmen perifer dan hanya 10% berasal dari
sistem saraf pusat atau sebelum saraf keluar dari foramen jugular. Paralisis sentral
dikaitkan dengan neuropati kranial lain.
2

Paralisis Pita Suara Eva Srihartati, S.Ked.
Ummu Syamsiah, S.Ked.
2 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan
RSUD Langsa 2013 - 2014

Kualitas hidup pasien dengan paralisis pita suara menurun, terutama apabila
kasus ini terjadi pada pekerja yang mengutamakan penggunaan suara. Disfonia
berat atau afonia dapat menyebabkan kehilangan pendapatan atau pengangguran.
Selain itu, paralisis pita suara unilateral berpotensi mengancam nyawa, jika
proteksi jalan nafas memburuk dan mengarah ke pneumonia aspirasi.
1

Oleh sebab itu, penting diketahui tentang paralisis pita suara, terutama yang
bersifat unilateral, beserta pencegahan aspirasi agar dapat meminimalkan
komplikasi yang dapat terjadi.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut : apakah paralisis pita suara unilateral dan
bagaimana melakukan pencegahan terhadap aspirasi pada jalan nafas.

1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui tentang paralisis pita suara

1.4.2 Tujuan Khusus
a. Anatomi dan fisiologi terbentuknya suara
b. Definisi paralisis pita suara
c. Etiologi paralisis pita suara
d. Patofisiologi paralisis pita suara
e. Posisi paralisis pita suara
f. Klasifikasi dan gejala klinis paralisis pita suara
g. Diagnosis atau pemeriksaan paralisis pita suara
h. Tatalaksana paralisis pita suara
i. Prognosis paralisis pita suara
j. Komplikasi paralisis pita suara
Paralisis Pita Suara Eva Srihartati, S.Ked.
Ummu Syamsiah, S.Ked.
3 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan
RSUD Langsa 2013 - 2014

k. Rehabilitasi paralisis pita suara

1.5 Manfaat
Memberi gambaran mengenai paralisis pita suara bagi masyarakat luas.
Sebagai bahan rekomendasi untuk penulisan selanjutnya.







Paralisis Pita Suara Eva Srihartati, S.Ked.
Ummu Syamsiah, S.Ked.
4 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan
RSUD Langsa 2013 - 2014

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Anatomi dan Fisiologi Terbentuknya Suara
II.1.1. Anatomi
II.1.1.1. Struktur Penyangga Laring
Laring adalah suatu struktur berbentuk tabung yang terbentuk dari
suatu sistem yang kompleks yang terdiri dari otot, kartilago,
jaringan ikat. Laring menggantung dari tulang hyoid, yang
merupakan satu-satunya tulang di dalam tubuh yang tidak
berartikulasi dengan tulang lain. Kerangka dari laring tersusun atas
3 kartilago yang berpasangan dan 3 kartilago yang tidak
berpasangan. Kartilago tiroid merupakan kartilago tidak
berpasangan yang terbesar dan berbentuk seperti sebuah perisai.
Bagian paling anterior dari kartilago ini sering menonjol pada
beberapa pria, dan biasa disebut sebagai Adams apple.
Kartilago tidak berpasangan yang kedua adalah kartilago krikoid,
yang bentuknya sering digambarkan sebagai sebuah signet ring.
Kartilago ketiga yang tidak berpasangan adalah epiglotis, yang
berbentuk seperti sebuah daun. Perlekatan dari epiglotis
memungkinkan kartilago tersebut untuk invert, sebuah gerakan
yang dapat membentuk untuk mendorong makanan dan cairan
secara langsung ke dalam esofagus dan melindungi korda vokalis
dan jalan pernapasan selama proses menelan.
2

Ketiga kartilago yang berpasangan antara lain aritenoid,
kuneiformis, dan kornikulatus. Aritenoid berbentuk seperti piramid
dan karena mereka melekat pada korda vokalis, membiarkan
terjadinya gerakan membuka dan menutup dari korda vokalis yang
penting untuk respirasi dan bersuara. Kuneiformis dan kornikulatus
berukuran sangat kecil dan tidak memiliki fungsi yang jelas.
2
Paralisis Pita Suara Eva Srihartati, S.Ked.
Ummu Syamsiah, S.Ked.
5 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan
RSUD Langsa 2013 - 2014





II.1.1.2. Persarafan, Perdarahan dan Drainase Limfatik Laring
Terdapat dua pasangan saraf mengurus laring dengan persarafan
sensorik dan motorik, yakni dua saraf laringeus superior dan dua
inferior atau laringeus rekurens. Saraf laringeus merupakan
Diambil dari : www.netteranatomy.com
3

Diambil dari : www.netteranatomy.com
3


Paralisis Pita Suara Eva Srihartati, S.Ked.
Ummu Syamsiah, S.Ked.
6 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan
RSUD Langsa 2013 - 2014

cabang-cabang dari saraf vagus. Saraf laringeus superior
meninggalkan trunkus vagalis tepat di bawah ganglion nodosum,
melengkung ke anterior dan medial di bawah arteri karotis
eksterna dan interna, dan bercabang dua menjadi suatu cabang
sensorik interna dan cabang motorik eksterna. Cabang interna
menembus membran tirohiodea untuk mengurus persarafan
sensorik valekula, epiglotis, sinus piriformis, dan seluruh mukosa
laring superior interna tepi bebas korda vokalis sejati. Masing-
masing cabang eksterna merupakan suplai motorik untuk satu otot
saja, yaitu otot krikotiroideus. Di sebelah inferior, saraf rekurens
berjalan naik dalam alur di antara trakea dan esophagus, masuk ke
dalam laring tepat di belakang artikulasio krikotiroideus, dan
mengurus persarafan motorik semua otot intrinsik laring kecuali
krikotiroideus. Saraf rekurens juga mengurus sensasi jaringan di
bawah korda vokalis sejati (regio subglotis) dan trakea superior.
Perjalanan saraf rekurens kanan dan kiri yang berbeda juga
rnemperlihatkan jaras neural yang lebih tinggi dari persarafan
laring. Karena perjalanan saraf rekurens kiri yang lebih panjang
serta hubungannya dengan aorta, maka saraf ini lebih rentan
cedera dibandingkan saraf yang kanan.
2



Diambil dari: www. http://images.google.co.id/imgres
4

Paralisis Pita Suara Eva Srihartati, S.Ked.
Ummu Syamsiah, S.Ked.
7 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan
RSUD Langsa 2013 - 2014

Suplai arteri dan drainase venosus dari laring paralel dengan
suplai sarafnya. Arteri dan vena laringea superior merupakan
cabang-cabang arteri dan vena tiroidea superior, dan keduanya
bergabung dengan cabang interna saraf laringeus superior untuk
membentuk pedikulus neurovaskular superior. Arteri dan vena
laringea inferior berasal dari pembuluh tiroidea inferior dan
masuk ke laring bersama saraf laringeus rekurens.
2



Pengetahuan mengenai drainase limfatik pada laring adalah
penting pada terapi kanker. Terdapat dua sistem drainase terpisah,
superior dan inferior, di mana garis pemisah adalah korda vokalis
sejati. Korda vokalis sendiri mempunyai suplai limfatik yang
buruk. Di sebelah superior, aliran limfe menyertai pedikulus
neurovaskular superior untuk bergabung dengan nodi limfatisi
superiors dari rangkaian servikalis profunda setinggi os hioideus.
Drainase subglotis lebih beragam, yaitu ke nodi limfatisi
Diambil dari : http://images.google.co.id
5

Paralisis Pita Suara Eva Srihartati, S.Ked.
Ummu Syamsiah, S.Ked.
8 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan
RSUD Langsa 2013 - 2014

pretrakeales (satu kelenjar terletak tepat di depan krikoid dan
disebut nodi Delphian), kelenjar getah bening servikalis profunda
inferior, nodi suprakalvikularis dan bahkan nodi mediastinalis
superior.
2

II.1.1.3. Muskulus
Otot yang melekat pada laring yaitu otot ekstrinsik dan otot
intrinsik laring.
Otot ekstrinsik
Otot ekstrinsik melekat pada pemukaan luar laring, terbagi
menjadi:
1. Otot suprahioid
Berfungsi mengangkat laring ke arah atas. Terdiri atas
m. Digastrikus, m. Geniohioid, dan m. Stilohioid.
2. Otot infrahioid
Berfungsi menarik laring ke arah bawah. Terdiri atas
m.omohioid, m. sternohioid dan m.tirohioid.
Otot-otot ini berperan pada gerakan dan fiksasi laring secara
keseluruhan. Terdiri dari kelompok otot elevator dan depresor.
Kelompok otot depresor terdiri dari mm.tirohioid, sternohioid,
dan omohioid yang dipersarafi oleh ansa hipoglosus dari C2
dan C3. Kelompok otot elevator terdir dari mm.digastrikus
anterior dan posterior, stilohioid, geniohioid dan milohioid
yang dipersarafi oleh nervus kranial V,VII dan IX. Kelompok
ini penting pada fungsi menelan dan fonasi dengan
mengangkat laring dibawah dasar lidah.
6

Otot intrinsik
Kontraksi otot intrinsik berhubungan dengan gerak pita suara.
Otot instrinsik laring berfungsi mempertahankan dan
mengontrol jalan udara pernafasan melalui laring, mengontrol
tahanan terhadap udara ekspirasi selama fonasi dan membantu
Paralisis Pita Suara Eva Srihartati, S.Ked.
Ummu Syamsiah, S.Ked.
9 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan
RSUD Langsa 2013 - 2014

fungsi sfingter dalam mencegah aspirasi benda asing selama
proses menelan.
6

m.krikotiroid terletak dipermukaan depan laring, antara sisi
lateral krikoid dan kartilago tiroid. Otot ini berfungsi untuk
menyempitkan ruang krikotiroid di anterior dan gerakan ini
memperbesar jarak antara kartilago tiroid dan kartilago
aritenoid, yang menumpang pada krikoid. Perlekatan anterior
dan posterior ligamentum vokalis terpisah makin jauh. Hasil
akhirnya adalah pemanjangan dan peregangan pita suara.
6

Kontraksi m.krikoaritenoid posterior membawa prosesus
muskularis aritenoid ke belakang dan memutar prosesus
vokalis ke lateral. Otot ini berfungsi sebagai abduktor utama
pita suara. m.krikoid lateral melakukan gerak adduksi pita
suara. M.tiroaritenoid eksterna bekerja untuk adduksi pita
suara, dan juga mengubah tegangan dan ketebalan tepi bebas
suara. Sfingter glotis menarik kartilago aritenoid ke depan
untuk mengurangi tegangan ligamen vokalis dan memperbesar
ketebalan pita suara. Otot ini dipersarafi secara bilateral oleh
n.laringeal rekuren, karena itu tidak terjadi kelumpuhan akibat
penyakit yang mengenai n.rekuren unilateral. Otot ini juga
menerima persarafan motorik dari n.laringeus superior.
6

m.ariepiglotik bekerja untuk menutupi sfingter laring superior,
tetapi bentuknya kecil dan sering hampir tidak ada. Otot ini
dapat menjadi hipertrofi jika fungsi pita suara palsu
menggantikan fungsi pita suara asli.
6

Paralisis Pita Suara Eva Srihartati, S.Ked.
Ummu Syamsiah, S.Ked.
10 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan
RSUD Langsa 2013 - 2014




Paralisis Pita Suara Eva Srihartati, S.Ked.
Ummu Syamsiah, S.Ked.
11 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan
RSUD Langsa 2013 - 2014



II.1.2. Fisiologi
Laring merupakan organ penghasil suara, serta rnemiliki fungsi utama
lainnya untuk proteksi jalan napas, respirasi dan fonasi. Suara adalah
bunyi yang dihasilkan bila udara paru diekspirasi melalui pita suara yang
agak berdekatan. Udara memaksa pemisahan pita suara sejati. Karena
akan mengurangi tekanan subglotis, maka pita suara tersebut akan
memantul untuk berdekatan lagi. Pengulangan cepat, 125 kali pada pria
dan 250 kali pada wanita akan menyebabkan vibrasi udara faring, yang
menimbulkan bunyi suara manusia.
2

Nada dasar suara ditentukan oleh panjang dan ketegangan pita suara.
Nada bervariasi sesuai frekuensi vibrasinya. Kerasnya suara tergantung
atas tekanan yang terbentuk di bawah pita suara. Suara yang
dipancarkan laring membentuk huruf hidup. Huruf hidup berbeda
ditentukan cara faring dan rongga mulut membentuknya untuk
meresonansi suara.
2

Diambil dari:
http://www.gbmc.org/voice/anatomyphysiologyofthelarynx.cfm
7

Paralisis Pita Suara Eva Srihartati, S.Ked.
Ummu Syamsiah, S.Ked.
12 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan
RSUD Langsa 2013 - 2014





Tersedia mekanisme pengganti lainnya untuk membentuk kolom udara
yang bervariasi di faring. Pada keadaan tertentu, sebagai contoh pasien
dapat berbicara dengan medekatkan pita suara palsunya untuk
bervibrasi. Setelah laringiektomi, pasien dapat berbicara dengan
menelan udara ke esophagus dan membuatnya bervibrasi dengan
jaringan faringoesophagus.
9

Suara diubah menjadi pembicaraan dengan cara menghentikan aliran
udara untuk membentuk konsonan. Produksi ucapan yang dapat
dipahami tergantung atas koordinasi neuromuskular antara korteks
motorik dan serebelum serta sistem otot faring, palatum, lidah dan bibir.
Alat-alat ini merupakan struktur yang menghentikan aliran udara.
9

Diambil dari: http://www.mayoclinic.org/voice-
disorders/enlargeimage2545.html
8


Paralisis Pita Suara Eva Srihartati, S.Ked.
Ummu Syamsiah, S.Ked.
13 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan
RSUD Langsa 2013 - 2014

Bernyanyi memerlukan pembentukan nada dan volume pada glotis yang
terintegrasi harmonis, yang berhubungan dengan mekanika mulut dan
faring, serta sesuai dengan irama yag dikehendaki. Kualitas bunyi pada
suara, berbicara, dan terutama bernyanyi tergantung atas nada tambahan
yang terbentuk dalam laring. Hal ini merupakan perkalian matematik
frekuensi dasar struktur yang bervibrasi. Vibrasi pita suara bersifat
kompleks dan kombinasi berbagai vibrasi serta berbagai macam nada
tambahannya.
9

II.2. Definisi Paralisis pita suara
Paralis berarti terganggunya kemampuan anggota tubuh untuk bergerak dan
berfungsi, yang biasanya diakibatkan karena kerusakan saraf. Paralisis dapat
terjadi juga pada pita suara. Paralisis pita suara terjadi ketika salah satu atau
kedua pita suara tidak dapat membuka ataupun menutup dengan semestinya.
1


II.3. Etiologi Paralisis pita suara
Palisis yang terjadi pada pita suara dapat diakibatkan oleh beberapa kondisi,
di antaranya:
9,10,11, 12, 13

Trauma bedah iatrogenik pada vagus atau n. laringeus rekuren, termasuk
bedah pada kepala, leher, atau dada. Khususnya, tiroidektomi,
endartektomi karotis dan bedah tulang belakang anterior.
Invasi malignan pada vagus atau n.laringeus rekuren dapat terjadi akibat
tumor pada basal tengkorak, kanker tiroid, kanker paru-paru, kanker
esofagus, dan metastasis pada mediastinum (seringkali akibat kanker
paru primer).
Pada kondisi neurologik tertentu seperti stroke, tumor otak, maupun
multiple sclerosis.
Kerusakan pada saraf yang mempersarafi daerah laring. Biasanya
dikarenakan tumor benigna maupun maligna, perlukaan di daerah
Paralisis Pita Suara Eva Srihartati, S.Ked.
Ummu Syamsiah, S.Ked.
14 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan
RSUD Langsa 2013 - 2014

tersebut, infeksi virus, penyakit Lyme, maupun neurotoxin seperti
merkuri, arsenik, ataupun toksin difteria.
Intubasi endotrakeal
Idiopatik

II.4. Patofisiologi
Pada daerah laring, secara anatomis terdapat nervus vagus dan cabangnya
yaitu nervus laringeus rekurens yang mempersarafi pita suara. Jika terjadi
penekanan maupun kerusakan terhadap nervus ini maka akan terjadi paralisis
pita suara, di mana pita suara tidak dapat beradduksi. Secara normal, ketika
berfonasi, kedua pita suara beradduksi, tetapi karena terjadi paralisis salah
satu atau kedua pita suara, maka vibrasi yang dihasilkan oleh pita suara tidak
maksimal.
9, 10, 11, 12





Paralisis Pita Suara Eva Srihartati, S.Ked.
Ummu Syamsiah, S.Ked.
15 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan
RSUD Langsa 2013 - 2014

II.5. Posisi Pita Suara
Posisi pita suara yang lumpuh
Posisi pita suara merupakan faktor tunggal yang paling penting, dan gejala
klinik kelumpuhan bervariasi tergantung pada posisi pita suara.


Pada pemeriksaan klinik terdapat lima macam posisi pita suara
6

1. median
2. paramedian
3. intermedian
4. abduksi sedikit
5. abduksi penuh

Kelumpuhan pada posisi median dan paramedian.
Posisi ini biasanya sebagai tanda paralisis nervus rekurens laringeus yang
terbatas. kelumpuhan pita suara yang tepat digaris tengah sangat jarang, dan
Diambil dari: Buku penyakit telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher.
2

Paralisis Pita Suara Eva Srihartati, S.Ked.
Ummu Syamsiah, S.Ked.
16 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan
RSUD Langsa 2013 - 2014

posisi dengan bagian posterior pita suara kira-kira 1,5 mm lateral dari garis
tengah, lebih sering ditemukan.
1) Kelumpuhan unilateral diposisi median ditemukan pada paralisis nervus
rekurens yang telah berlangsung lama. Pada pemeriksaan, pita suara yang
lumpuh tampak agak atrofi dan letaknya sedikit lebih rendah daripada pita
suara yng normal, tetapi pada fonasi tampaknya hampir normal. Aritenoid
pada sisi yang lumpuh condong kedepan. Gejalanya biasanya tidak jelas,
dan suara normal pada pembicaraan. Tetapi, suara yang memerlukan
perubahan tinggi nada yang luas, seperti pada waktu bernyanyi, akan
terganggu. Pada latihan jasmani yang berat, akan terdapat sesak nafas dan
stridor.
6

2) Kelumpuhan unilateral pada posisi paramedian merupakan akibat yang
biasa terjadi pada kelumpuhan nervus rekurrens yang baru. Derajat
disfungsi sangat dipengaruhi oleh derajat kompensasi yang dicapai. Pada
pemeriksaan laring tampak kelumpuhan pita suara pada posisi paramedian.
Pita suara bagian membran biasanya agak melengkung dan letaknya lebih
rendah daripada pita suara yang normal. Pita suara yang lumpuh tampak
menggelembung ke atas pada fonasi dan bentuk glotis tetap agak lonjong.
Aritenoid tampak melewati garis tengah dan bergerak dibelakang atau
didepan aritenoid yang lumpuh, bila paralisis telah beberapa hari. Gejala
pada kasus yang tidak mengalami kompensasi pada paralisis paramedian
antara lain suara mendesah, parau, waktu fonasi memendek, volume suara
dan tingkat nada berkurang, serta diplofonia. Bila terjadi kompensasi,
maka gejalanya berkurang, dan beberapa kasus, suara akan menjadi
normal kembali. Biasanya terdapat sedikit disfonia, dan pada beberapa
kasus tinggi nada meninggi abnormal (falsetto), oleh karena usaha
kompensasi untuk glotis yang lonjong itu. Biasanya pada orang tua tidak
terjadi kompensasi pada posisi pita suara ini.
6

3) Paralisis bilateral pada posisi paramedian merupakan akibat yang biasa
ditemukan pada paralisis nervus rekurens bilateral yang baru saja terjadi.
Gejalanya sangat bervariasi pada tiap individu dan berupa dispnea dan
stridor. Disfonia berbanding terbalik dengan dispnea dan stridor. Disfonia
Paralisis Pita Suara Eva Srihartati, S.Ked.
Ummu Syamsiah, S.Ked.
17 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan
RSUD Langsa 2013 - 2014

ditandai oleh suara mendesah yang lemah, agak parau, disertai gangguan
volume suara dan perubahan nada. Sebaiknya, dispnea tidak jelas pada
waktu istirahat, tetapi bekerja fisik biasanya menyebabkan sedikit stridor
inspirasi dan sukar bernafas. Dengan memeriksa laring keadaan ini dapat
terungkap. Biasanya lebar glotis dikomisura posterior 3-4 mm. Pita suara
biasanya agak melengkung lagi, serta pada ekspirasi dibagian superior
menggelembung.
6

4) Paralisis bilateral pada posisi median dapat terjadi segera setelah cedera
pada keadaan nervus rekurens laringeus, atau dapat tertunda sampai 20
tahun. Gejala yang jelas ialah dispnea dan adanya stridor inspirasi. Pasien
cenderung untuk mengurangi kegiatannya dan tetap diam untuk
memperoleh oksigen yang cukup untuk kebutuhannya. Suatu infeksi
saluran nafas atas dapat menyebabkan sumbatan laring total, seperti juga
pada suatu rangsangan yang menyebabkan inspirasi dalam dengan tiba-
tiba. Sumbatan tiba-tiba pada inspirasi disebabkan oleh adduksi pita suara,
karena efek aerodinamik hembusan udara yang menerpa permukaan
superior pita suara dan mendorongnya ke medial. Oleh karena bahaya ini,
maka pasien biasanya bernafas dangkal dan perlahan, serta menghindari
kerja fisik atau rangsangan. Suara tetap bagus, dan kebanyakan pasien
menyangkal bahwa ada perubahan suara. Akan tetapi, fungsi suara yang
halus, seperti bernyanyi, terganggu. Bila diperiksa ketika fonasi, laring
tampaknya normal, tetapi pita suara tidak dapat berabduksi dari posisi
digaris tengah pada waktu inspirasi, sehingga saluran nafas hanya berupa
celah tipis berbentuk lonjong. Pada beberapa kasus saluran nafas secara
subjektif adekuat, oleh karena perbedaan tinggi pita suara.
6

5) Paralisis pita suara pada posisi intermedian biasanya disebabkan oleh
paralisis nervus rekurens dan nervus laringeus superior pada satu sisi, yang
disebut paralisis gabungan. Mungkin disebabkan oleh paralisis bulbar atau
vagus atas, tetapi yang paling sering menyebabkan kerusakan saraf ganda
ini adalah cedera ketika melakukan tiroidektomi. Paralisis yang hanya
mengenai nervus rekurens dapat menyebabkan posisi ini. Hal ini sangat
mungkin pada kerusakan nervus rekurens di thorax. Paralisis nervus
Paralisis Pita Suara Eva Srihartati, S.Ked.
Ummu Syamsiah, S.Ked.
18 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan
RSUD Langsa 2013 - 2014

rekurens akut yang disebabkan oleh apapun dapat menyebabkan
kelumpuhan pita suara yang awalnya pada posisi intermedian. Posisi
intermedian ini biasanya untuk sementara, dan pita suara akan berpindah
kearah garis tengah setelah beberapa hari, atau pada beberapa kasus,
setelah beberapa bulan atau tahun. Gejalanya berupa ketidakmampuan
glotis, suara lemah, mendesah, parau, waktu fonasi pendek, dan nafas
pendek karena udara nafas banyak pada waktu berbicara. Pada mulanya
kebanyakan pasien mengalami disfagi dan aspirasi pada waktu menelan,
tetapi pada kebanyakan kasus terjadi kompensasi. Beberapa pasien,
teruatama orang tua, gejalanya menetap karena kompensasi tidak adekuat.
Pada pemeriksaan laring tampak letak pita suara yang lumpuh kira-kira 3,5
sampai 4 mm dari garis tengah. Pita suara melengkung kelateral dan masih
terdapat celah glotik seluas 1 sampai 2 mm pada fonasi. Pada beberapa
kasus paralisis gabungan, aritenoid prolaps kenaterior tidak sejelas yang
terjadi pada posisi median dan paramedian. Kompensasi terjadi dalam dua
bentuk:
- Pita suara yang normal melampaui garis tengah untuk mendekati pita
suara yang lain.
- Pita suara palsu mengambil alih fungsi fonasi dan fungsi sfingter,
dan terjadilah disfonia plika ventrikularis.
Jarang terjadi kelumpuhan bilateral diposisi intermedian yang menetap,
karena hal ini biasanya disebabkan oleh lesi bulbar bilateral dan lesi vagus
atas, yang tidak memungkinkan untuk terus hidup.
6

6).Paralisis pita suara dalam abduksi jarang sekali ditemukan. Hal ini dapat
terjadi oleh karena lesi korteks difus yang disebabkan oleh truma, tetapi
tidak terjadi kelumpuhan flaksid, hanya kelumpuhan spastik. Kelumpuhan
itu cenderung bilateral dan gejalanya sama dengan kelumpuhan pada
posisi intermedian, tetapi lebih jelas.
6

7).Kelumpuhan yang menyebabkan hilangnya ketegangan pita suara dan
celah glotik miring serta aritenoid agak prolaps dan sedikit berputar ke
medial, disebabkan oleh paralisis cabang eksternal nervus laringeus
Paralisis Pita Suara Eva Srihartati, S.Ked.
Ummu Syamsiah, S.Ked.
19 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan
RSUD Langsa 2013 - 2014

superior. Pada keadaan ini terdapat kesukaran mempertahankan,
menaikkan dan mengatur tinggi nada. Kelumpuhan ini umumnya unilateral
dan tidak jarang terjadi.
6


II.6. Klasifikasi dan Gejala Klinis
II.6.1. Paralisis Pita Suara Unilateral
Pasien dengan paralisis pita suara unilateral biasanya bermanifestasi
klinis dengan adanya disfonia low-pitched, suara terasa berat dan
lemah, yang terjadi secara tiba-tiba. Dalam beberapa kasus, disfonia
dapat high-pitched karena adanya kompensasi falsetto. Seringkali,
paralisis ini berhubungan dengan disfagia, khususnya dengan cairan,
karena adanya ketidakmampuan glotis dapat menyebabkan aspirasi.
Hal ini terjadi jika paralisis pada n.laringeal superior dan kedua
n.laringeal rekuren. Kadang-kadang, perubahan suara akan disertai
dengan batuk saat proses menelan, terutama ketika meminum cairan.
Manifestasi lanjut menyebabkan anestesia pada faring, sehingga
pasien mengalami disfagia dan meningkatnya resiko terhadap
aspirasi. Pasien dengan paralisis pita suara unilateral seringkali
memiliki gejala napas pendek atau perasaan kekurangan udara.
Pengaruh fisiologikal negatif pada fungsi pulmoner sangat jarang
terjadi pada pasien dengan paralisis pita suara. Bagaimanapun, karena
ketidakmampuan glotis, pasien akan mengalami kekurangan udara
yang signifikan dan, akan mengalami sensasi napas menjadi pendek
dan keluarnya udara selama berbicara. Sebagai tambahan, penutupan
glotis diperlukan oleh individu untuk menciptakan tekanan ekspirasi
akhir positif (PEEP). Dengan demikian, beberapa pasien postoperatif
dengan segera akan mengalami penurunan fungsi pulmoner karena
hilangnya PEEP alami yang terjadi saat penutupan glotis.
9,10


Paralisis Pita Suara Eva Srihartati, S.Ked.
Ummu Syamsiah, S.Ked.
20 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan
RSUD Langsa 2013 - 2014

Paralisis Laringeal Rekurens Unilateral
Paralisis ini terjadi akibat terganggunya nervus vagus ataupun karena
adanya kerusakan pada nervus laringeal rekurens. Paralisis pita suara
terjadi pada posisi paramedian. Paralisis pita suara kiri lebih sering
terjadi daripada paralisis pita suara kanan. Kebanyakan paralisis pita
suara dikarenakan efek samping dari pembedahan.
11

Paralisis Komplit Nervus Vagal Unilateral
Paralisis komplit vagal unilateral ini terjadi karena proses
pembedahan misalnya pada pembedahan bagian bawah tengkorak.
Penyebab lainnya karena gangguan neurologik seperti multiple
sclerosis, siringomelia, dan encefalitis. Infark brainstem, inflamasi
maupun proses malignansi juga menjadi kausa lainnya dalam paralisis
komplit vagal unilateral ini.
11

II.6.2. Paralisis Pita Suara Bilateral
Pada paralisis pita suara bilateral keluhan khas yang sering timbul
adalah hilangnya suara secara tiba-tiba biasanya setelah operasi
tiroidektomi total atau paratiroidektomi. Suara menjadi lemah untuk
beberapa bulan pada awalnya. Lalu suara menjadi seperti Mickey
Mouse untuk beberapa minggu. Kemudian suara pun membaik
hingga hampir normal atau suara mungkin menjadi sedikit tidak dapat
diprediksi dengan adanya suara yang tidak biasanya pada waktu yang
tidak terduga. Lalu pernapasan menjadi berat dengan adanya latihan.
Terdapat episode dimana pasien tidak dapat bernapas, sering akibat
spasme laring, suara dengan nada tinggi terdengar ketika sedang
berusaha untuk bernapas. Seringkali terdapat suara yang sangat
berisik pada malam hari.
9, 10, 11, 12, 14
Karakter pasien dengan trauma
n.laringeal rekuren bilateral
Paralisis Pita Suara Eva Srihartati, S.Ked.
Ummu Syamsiah, S.Ked.
21 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan
RSUD Langsa 2013 - 2014

Suara buruk pada awal penyakit. Seringkali menerima rekomendasi
ahli bedah untuk menunggu dan melihat selama 6 bulan hingga satu
tahun
11, 12, 13

Seringkali suara yang baik terdapat pada fase pemulihan
Atau sebuah suara yang baik tetapi menghilang dalam
penggunaan
Skala keaktifan berbicara: seluruh tingkatan
Kemampuan vokal
Penemuan ini akan bergantung pada keputusan yang besar ketika
dilakukan pada saat penyakit ada disaat waktu pemeriksaan.
Suara berbicara
o Awal: berbisik
o Akhir: jelas tetapi beberapa suara tampak keluar tanpa kontrol
dari pasien secara langsung
Suara teriakan
o Awal: luffing sound (asinkronisasi vibrasi seperti sebuah layar
terpukul oleh angin) pada saat fonasi keras pada nada rendah
o Akhir: teriakan yang bagus saat fase pemulihan
Waktu maksimal fonasi
o Awal: berkurang dengan jelas saat anchor pitch (seringkali
kurang dari 10 detik)
o Akhir: normal
Pitch range
o Obligate flasetto (ketidakmampuan fisik untuk berfonasi
dibandingkan flasetto yang ada). Hal ini merupakan fase
Mickey Mouse. Hal ini berlawanan dengan trauma pada
n.laringeal superior dimana tiroaritenoid dan krikoaritenoid
lateral memiliki tonisitas pada nada rendah tetapi krikotiroid
tidak mampu menediakan tonisitas tambahan untuk
meningkatkan nada. Disini krikotiroid merupakan otot utama
yang kurang lebih membantu pita suara.
Paralisis Pita Suara Eva Srihartati, S.Ked.
Ummu Syamsiah, S.Ked.
22 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan
RSUD Langsa 2013 - 2014

Suara vegetatif batuk
o Awal: batuk nonperkusif.
o Akhir: suara mungkin terdengar seperti anjing yang sakit
setelah pita suara gagal untuk berelaksasi setelah penutupan
awal.
Paralisis Nervus Laringeal Rekuren Bilateral
Paralisis ini kebanyakan disebabkan oleh proses pembedahan tiroid,
terutama total tiroidektomi. Penyebab lainnya yang jarang adalah
karena pertumbuhan tumor tiroid yang malignan.
11

Paralisis Komplit Nervus Vagal Bilateral
Paralisis ini biasanya melibatkan nervus kranialis, yakni nervus
glosofaringeus dan nervus hipoglosus. Pada paralisis ini terjadi
imobilasasi dari pita suara yang berlokasi pada posisi intermediate
dengan pelebaran celah glotis.
11


II.7. Pemeriksaan
Untuk menunjang diagnosis paralisis pita suara, maka dilakukan beberapa
tahapan pemeriksaan di antaranya adalah:
13, 14

Anamnesa dan pemeriksaan fisik termasuk pendengaran terhadap suara
dan jalan napas bergantung pada riwayat gejala yang ada.
Pemeriksaan penunjang
Pencitraan
Karena gangguan ini disebabkan oleh kerusakan saraf, maka
diperlukan tambahan tes untuk mencari penyebab paralisis. Untuk
itu maka dapat digunakan X-ray, MRI maupun CT-scan.
Endoskopi
Dilakukan untuk melihat pita suara yang ditampilkan pada
monitor agar bisa terlihat salah satu atau kedua pita suara yang
terkena.
Paralisis Pita Suara Eva Srihartati, S.Ked.
Ummu Syamsiah, S.Ked.
23 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan
RSUD Langsa 2013 - 2014

Laringeal elektromiografi
Dalam pemeriksaan ini dilakukan pemasukkan jarum kecil ke
dalam otot pita suara dan digunakan untuk menemukan kelainan
yang terjadi serta langkah terapi selanjutnya.

II.8. Penatalaksanaan
Ada beberapa terapi untuk paralisis pita suara, antara lain:
13

1. Medikasi
Terapi dengan medikasi biasanya dipakai saat ada kelainan penyerta
seperti refluks gastroesofagus (antacid, proton pump inhibitor), sinonasal
alergi (antihistamin).
2. Voice therapy
Terapi dapat dilakukan sendiri atau dengan dikombinasikan dengan terapi
pembedahan. Pemilihan voice therapy ini sebagai terapi sendiri karena
dalam beberapa kasus suara dapat kembali normal tanpa terapi pada tahun
pertama terjadinya kerusakan sehingga tidak memerlukan pembedahan,
jika pasien tidak bisa atau menolak pembedahan.
Untuk terapi yang dilakukan dengan pembedahan biasa dilakukan pada
saat pre-operatif 1-2 sesi dan post-operatif 2-3 sesi, pada terapi pre-
operatif dapat menurukan muscle tension dysphonia (MTD) sekunder dan
untuk terapi post-operatif nya dapat meningkatkan kekuatan, koordinasi,
dan daya tahan otot.

3. Pembedahan
Pembedahan untuk terapi paralisis pita suara dapat dikategorikan sebagai :
a. Temporary
Dengan endoskopik injeksi dari material yang dapat diresorpsi
pada pita suara yang rusak, di samping otot thyroaritenoid di
rongga paraglotis. Dan hasilnya adalah medialisasi dari pita suara
yang paralisis, sehingga dapat meningkatkan kualitas suara dan
Paralisis Pita Suara Eva Srihartati, S.Ked.
Ummu Syamsiah, S.Ked.
24 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan
RSUD Langsa 2013 - 2014

meningkatkan fungsi menelan. Ada banyak materi injeksi yang
dapat digunakan, antara lain :
1. Radiesse voice gel
2. Asam Hialuronik
3. Cymetra
4. Gelfoam
5. Zyplast/Zyderm
b. Permanen
Dapat dibagi menjadi injeksi permanen dan laryngeal framework
surgery. Pada teknik injeksi permanen, teknik-tekniknya sama
dengan yang injeksi temporary, hanya materialnya yang berbeda,
untuk injeksi permanen ini digunakan material yang lebih
permanen, seperti lemak, fascia, CaHA, Teflon.
Walaupun peningkatan popularitas dan ketersediaan material untuk
injeksi permanen, laryngeal framework surgery masih menjadi
kriteria standar untuk terapi jangka panjang pada paralisis pita
suara.
Untuk terapi pembedahannya, medialisasi thyroplasty/laringoplasty adalah
medialisasi pita suara yang paralisis dari approach eksternal dan dikerjakan
melalui kartilago tiroid. Dibuat jendela insisi kecil dan pisahkan kartilago
tiroidnya dan implan dipasang melalui jendela insisi kearah medial sehingga dapat
memedialisasi pita suara yang paralisis. Implan yang biasa dipakai adalah silastic
block, Gore-Tex. Untuk Gore-Tex penggunaannya sangat meningkat pada tahun-
tahun belakangan ini karena kemampuannya untuk dapat disesuaikan dengan
mudah pada saat prosedur pembedahan dan Gore-Tex aman dan dapat ditoleransi
dengan baik oleh tubuh.
Ada teknik terbaru untuk terapi pembedahan dengan laryngeal framework surgery
dan mencakup manipulasi dari kartilago arytenoids, disebut arytenoid
adduction, dengan melakukan jahitan melalui otot untuk mecapai kartilago
arytenoids dan menjahitnya kearah anterior laring (arytenoid adduction). Terapi
pembedahan dengan kartilago arytenoid dapat mengembalikan panjang dan
ketegangan dari pita suara yang paralisis dan untuk memedialkan glottis posterior.
Paralisis Pita Suara Eva Srihartati, S.Ked.
Ummu Syamsiah, S.Ked.
25 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan
RSUD Langsa 2013 - 2014

Sekarang digunakan kombinasi dari kedua teknik pembedahan ini, dengan
arytenoid adduction dan medialisasi laringoplasty disebut dapat
memaksimalkan rehabilitasi vokal. Dan ini terbukti karena fungsi dari medialisasi
laringoplasty adalah mengembalikan posisi dan menebalkan pita suara yang
paralisis dan arytenoid adduction untuk mengembalikan ketegangan dan panjang
dari pita suara yang paralisis.
II.9. Prognosis
Hasil dari terapi pada paralisis pita suara adalah sangat baik. Kebanyakan
pasien dapat kembali berbicara hampir normal dan bahkan normal dan
dengan minimal atau tanpa limitasi dari fungsi berbicara untuk kebutuhan
berbicara sehari-hari. Tetapi untuk bernyanyi, kemungkinan tidak akan bisa
dengan sempurna, karena kemampuan pita suara sudah terbatas.
13, 14, 15

II.10. Komplikasi
Komplikasi dari terapi pembedahan adalah suara yang kurang baik, kesulitan
bernafas, dan migrasi dari implan. Pada saat pembedahan yang mencakup
manipulasi dari saluran nafas, faktor seperti hematoma, edema dapat
menyebabkan kesulitan bernafas, dan untuk mencegah dari komplikasi ini
maka pada saat operasi harus dilakukan dengan tepat dan sangat hati-hati
serta dengan pemberian kortikosteroid pre dan post-operatif, dan resiko akan
lebih besar jika proses pembedahan adalah bilateral.
13, 16

Walaupun pembedahan sangat penting jika ada disfagia, kebanyakan
pembedahan dilakukan untuk memperbaiki kualitas suara, dan jika tidak ada
perbaikan kualitas suara, maka terjadi komplikasi saat prosedur. Sering
kualitas suara yang buruk atau tidak ada perbaikan setelah operasi dapat
diperbaiki dengan pengulangan medialisasi laringoplasty dengan atau tanpa
arytenoid adduction.
13

Dan sebab yang paling sering menyebabkan kualitas suara yang buruk
setelah operasi adalah kesalahan penempatan implan, penempatannya terlalu
Paralisis Pita Suara Eva Srihartati, S.Ked.
Ummu Syamsiah, S.Ked.
26 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan
RSUD Langsa 2013 - 2014

kearah anterior/superior, implan terlalu kecil/besar. Hal ini dapat
menyebabkan edema intraoperatif, dapat dicegah dengan penggunaan
kortikosteroid untuk meminimalkan edema sebelum dapat dilakukan
kembali penggantian implan. Migrasi dari implan dapat terjadi post-operatif,
baik kearah medial saluran nafas atau ke arah lateral ke leher.
13

II.11 Rehabilitasi Paralisis Pita Suara

Untuk rehabilitasi paralisis pita suara dapat dilakukan dengan terapi suara.
Behavioral voice therapy dapat membantu dalam rehabilitasi kualitas suara
breathy lemah yang seringkali berhubungan dengan paralisis pita suara.
Terapi suara ditemukan efektif sebagai pengobatan yang berdiri sendiri
maupun yang berkaitan dengan pengobatan medis.
17

Diagnosis dibuat dengan mengikuti cara penilaian persepsi, analisis akustik,
analisis spektrografik, dan pengukuran aerodinamik. Penilaian persepsi
didasarkan pada skala GRBAS. Analisis akustik berhubungan dengan
pemeriksaan endoskopi dan videostroboskopi pita suara.
17

Pedoman kapan dimulainya terapi suara didasarkan pada kebiasaan laring,
etiologi, penilaian objektif, dan jenis kelamin pasien. Terapi suara
dipertimbangkan untuk pasien dengan paralisis pita suara unilateral, batuk
kuat, dan proteksi jalan nafas yang adekuat. Sebagai tambahan, pasien
wanita mungkin merespon lebih baik untuk intervensi perilaku dan
pembedahan dibandingkan dengan pria.
17

Pasien dengan gejala sedang dan proteksi jalan nafas adekuat menjadi
kandidat yang lebih baik untuk terapi suara. Keuntungan dari terapi suara
dapat ditentukan setelah satu atau dua sesi terapi suara. Beberapa studi
menyarankan 4-6 minggu adalah waktu minimum pasien untuk
mendapatkan keuntungan dari terapi suara. Standar klinis adalah menunggu
6 bulan sebelum intervensi pembedahan. Ini menguntungkan untuk
mendapatkan penilaian ulang suara pada periode 6 bulan akhir untuk
Paralisis Pita Suara Eva Srihartati, S.Ked.
Ummu Syamsiah, S.Ked.
27 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan
RSUD Langsa 2013 - 2014

menentukan fungsi suara tersebut cukup membaik maka pasien mendapat
keuntungan dari terapi suara.
17

Dua pola dominan untuk gejala suara yang muncul: hipofungsi dan
hiperfungsi. Pola hiperfungsi termasuk gejala langsung yang berhubungan
dengan paralisis. Pola hiperfungsi dikaitkan dengan voice strain dan
kelelahan. Identifikasi akurat dari dua pola tersebut memungkinkan
pengobatan yang sesuai. Kompensasi hiperfungsi termasuk aktivitas
supraglotis yang digunakan untuk mengkompensasi kekurangan penutupan
glotis dan mungkin berhubungan dengan bersuara yang kuat, kelelahan, dan
nyeri laring. Kompensasi ini tidak hilang dengan intervensi bedah dan
respon keseluruhan pembedahan ditingkatkan dengan terapi bicara.
17

Terapi suara dapat dibagi menjadi prosedur indirek, prosedur direk dan
peningkatan elektronik. Prosedur indirek termasuk koleksi terus menerus
dari riwayat, konseling, edukasi, vocal hygiene, dan memaksimalkan postur.
Pendekatan direk termasuk normalisasi ekspirasi, penurunan tekanan
transglotal, peningkatan proyeksi, dan optimalisasi kompresi medial pada
pita suara. Peningkatan elektronik termasuk penggunaan instrumen, seperti
portable amplification devices dan telephone amplifiers, untuk
memproyeksikan suara. Enam puluh persen pengobatan terapi suara
menggunakan terapi indirek.
17

Behavioral voice therapy disediakan untuk pasien dengan paralisis pita
suara, hanya beberapa orang praktisi yang ada selama sesi. Agar terapi
menjadi efektif, pasien harus berlatih sesering mungkin sehingga stamina
meningkat dan cara baru memproduksi suara menjadi sebuah kebiasaan;
karena itu, sesi terapi fokus mengidentifikasi dan menyempurnakan produksi
suara. Latihan suara diluar sesi terapi fokus pada kebiasaan produksi suara
baru. Pemenuhan pasien dengan variasi terapi didasarkan pada banyak faktor
termasuk keefektifan terapi, minat pasien, efek samping, kemudahan
penggunaan, dan kesehatan.
17

Paralisis Pita Suara Eva Srihartati, S.Ked.
Ummu Syamsiah, S.Ked.
28 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan
RSUD Langsa 2013 - 2014

Prognosis untuk keuntungan terapi dilihat dari respon pasien pada prosedur
terapi. Pasien biasanya mempunyai respon yang baik jika terjadi perbaikan
suara atau pengurangan upaya fisiologis setelah satu atau dua sesi terapi.
Koordinasi antara sistem respirasi, fonasi, dan resonansi, artikulasi
memungkinkan suara diproduksi dengan upaya yang lebih sedikir dan lebih
efektif dan efisien. Ketika aksi berbicara tidak terkoordinasi, memungkinkan
peningkatan kerusakan. Penilaian pasien dengan kinerja suara sering
dikaitkan dengan jumlah produksi suara yang dimungkinkan. Hasil yang
baik dari terapi suara dilaporkan pada pasien dengan paralisis nervus laring
rekuren unilateral setelah operasi dada dan pada pasien dengan paresis
nervus laring superior.
17













Paralisis Pita Suara Eva Srihartati, S.Ked.
Ummu Syamsiah, S.Ked.
29 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan
RSUD Langsa 2013 - 2014

BAB III
KESIMPULAN
1. Paralisis pita suara terjadi ketika salah satu atau kedua pita suara tidak dapat
membuka ataupun menutup dengan semestinya.
2. Paralisis pita suara disebabkan oleh disfungsi dari nervus vagus dan nervus
laringeal rekurens.
3. Etiologi paralisis pita suara di antaranya karena trauma bedah iatrogenik,
invasi malignansi pada saraf, kondisi neurologic tertentu, kerusakan pada
saraf, intubasi endotrakeal, maupun idiopatik.
4. Paralisis pita suara dapat terjadi secara unilateral maupun bilateral.
5. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
6. Penatalaksanaan dapat dilakukan melalui penggunaan medikasi, voice therapy,
maupun pembedahan.
7. Pada saat paralisis ini dapat diterapi dengan baik, dapat memperbaiki kualitas
hidup dari penderita.

Paralisis Pita Suara Eva Srihartati, S.Ked.
Ummu Syamsiah, S.Ked.
30 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan
RSUD Langsa 2013 - 2014

DAFTAR PUSTAKA
1. Vocal Cord Paralysis. Tersedia dari:
http://www.nidcd.nih.gov/health/voice/vocalparal.htm#1. Diakses pada: 10
Agustus 2009.
2. Adams GL, Boies Jr LR, Highler PA. Boies: Buku Ajar Penyakit THT edisi 6.
1997. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
3. Cartilages of larynx. Tersedia dari: www.netteranatomy.com. Diakses pada:
10 Agustus 2009.
4. Laringeal recurrent nerve pictures. Tersedia dari:
http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.kardiologija.net/kardiol
ogija/Da_li_znate/Fotografije/Aorta.jpg. Diakses pada: 11 Agustus 2009.
5. Laringeal innervations. Tersedia dari: http://images.google.co.id. Diakses dari:
11 Agustus 2009.
6. Ballenger JJ, Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher ed.13.
1994. Jakarta :Binarupa Aksara.
7. J. Dance Jr, Milton. Anatomy and Physiology of the Voice. 1999. Tersedia
dari: http://www.gbmc.org/voice/anatomyphysiologyofthelarynx.cfm. Diakses
pada: 12 Agustus 2009.
8. Voice Disorder. Tersedia dari: http://www.mayoclinic.org/voice-
disorders/vocalcordparalysis.html. Diakses pada: 8 Agustus 2009.
9. Cody DTR, Kern EB, Pearson BW. Penyakit Telinga, Hidung dan
Tenggorokan. 1986. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
10. Snow Jr JB, Ballenger JJ, Ballengers Otorhinolaryngology Head and Neck
Surgery 16
th
ed. 2003. Spain: BC Decker Inc.
11. Lalwani AK, Current Diagnosis and Treatment in Otolaryngology 2
nd
Ed.
2008. USA: McGraw-Hill Companies, Inc.
12. Paparela MM, Shumrick DA, Otolaryngology Head and Neck vol.3.
Philadelphia: W.B Saunders Company.
13. Vocal Cord Paralysis. Tersedia dari:
http://emedicine.medscape.com/article/863779-overview.Diakses pada: 31
Juli 2009.
14. Vocal Cord Paralysis. Tersedia dari:
Paralisis Pita Suara Eva Srihartati, S.Ked.
Ummu Syamsiah, S.Ked.
31 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan
RSUD Langsa 2013 - 2014

http://www.ent.ufl.edu/files/conditions/vocal_fold_paralysis.pdf. Diakses
pada: 8 Agustus 2009.
15. Fact Sheet: Vocal Cord Paralysis. Tersedia dari:
http://www.entnet.org/HealthInformation/vocalChordParalysis.cfm. Diakses
pada: 10 Agustus 2009.
16. Jones NG. Bilateral Vocal Cord Paralysis in Children. Tersedia dari:
http://www.bcm.edu/oto/grand/22792.html. Diakses pada: 10 Agustus 2009.
17. Stewart C, Allen E. Voice Therapy for Unilateral Vocal Fold Paralysis. Vocal
Fold Paralysis. New York: Springer, 2006. 7: 87-93.

Anda mungkin juga menyukai