Cerebrum
Cerebrum merupakan bagian terbesar otak dan terletak di fossa cranii anterior dan medius
serta menempati seluruh cekungan termpurung tengkorak. Cerebrum terbagi menjadi dua
bagian: diencephalon yang membentuk inti sentral dan tetelncephalon yang membentuk
hemispherium cerebri. Hemisperium cerebri merupakan bagian otak yang paling besar
dan merupakan oleh fissura longitudinalis cerebri. Fissura longitudinalis superior berisi
lipatan durameter yang berbentuk seperti bulan sabit, yang biasanya disebut sebagai falx
cerebri dan juga berisi arteria cerebralis anterior.
Cerebrum dibagi menjadi dua hemisfer, yaitu :
1. Hemisfer dextra
2. Hemisfer sinistra
Kedua hemisfer tersebut dipisahkan oleh fisura longitudinaliSulcus
Sulcus lateralis merupakan sulcus yang memisahkan lobus parietal dengan lobus
temporal.sulcus ini dimulai dari tepi medial superior hemisphere sekitar 2 inci (5 cm)
di anterior polus occipitalis. Sulcus ini berjalan turun ank e arah anterior pada
permukaan medial untuk bertemu dengan sulcus calcarina.
2. Anatomi sistem perdarahan otak
Sumber pembuluh darah utama di otak adalah arteri carotis interna dan arteri
vertebralis
yang
akan
membentuk
anastomosis
menjadi Circulus
Arteriosus
pembuluh darah otak. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa : volume otak + volume
LCS + volume darah = harus tetap. (Monroe Kellie).
Sistem peredaran darah di otak terutama melayani kedua hemisfer otak, dan sistem
vertebrabasilaris terutama memberi darah bagi batang otak, serebelum dan bagian
posterior hemisfer. Aliran darah otak dipengaruhi oleh 3 faktor. Dua yang paling penting
adalah tekanan untuk memompakan darah dari sistem arteri-kapiler ke sistem vena, dan
tahanan (perifer) pembuluh darah otak. Faktor ketiga adalah faktor darah sendiri yaitu
viskositas darah dan koagulobilitasnya (kemampuan untuk membeku).
Dari faktor pertama yang terpenting adalah tekanan darah sistemik (faktor jantung,
darah, pembuluh darah dll), dan faktor kemampuan khusus pembuluh darah otak
(arteriol) untuk menguncup bila tekanan darah sistemik naik dan berdilatasi bila tekanan
darah sistemik menurun. Daya akomodasi sistem arteriol otak ini disebut daya otoregulasi
pembuluh darah otak (yang berfungsi normal bila tekanan sistolik antara 50-150 mmHg).
Faktor darah, selain viskositas darah dan daya membekunya, juga diantaranya
seperti seperti kadar/tekanan parsial CO2 dan O2 berpengaruh terhadap diameter arteriol.
Kadar/tekanan parsial CO2 yang naik, PO2 yang turun, serta susunan jaringan yang asam
(pH CO2 turun, PO2 naik, atau susunan pH tinggi, maka terjadi vasokonstriksi.
Viskositas atau kekentalan darah yang tinggi mengurangi ADO. Sedangkan
koagulabilitas yang besar juga memudahkan terjadinya trombosis, dan aliran darah
lambat, akibat ADO yang menurun.
Dalam rongga cranial yang terisi oleh otak, LCS dan darah, pada saat tertentu dapat
mengalami perubahan volume. Perubahan volume hanya dapat terjadi pada LCS dan
darah. Oleh karena itu untuk menanggulangi perubahan volume yang terlalu signifikan,
maka terdapat kompensasi.Kompensasi dapat diklasifikasikan secara intrinsic dan
ekstrinsik.
1. Ekstrinsik (ekstraserebral)
a. Tekanan jantung sangat berpengaruh pada suplai darah ke otak. Hal ini sangat
dipengaruhi oleh tekanan arterial sistemik.
b. Tekanan darah sistemik. Tekanan ini sangat berpengaruh pada korteks (area 12, 23,
32) dan barosreeptor.
c. Plaque sklerotik. Pada umunya terdapat pada arteri carotis dan arteri vertebralis,
juga dipengaruhi CVD.
d. Viskositas darah. Polistemia, dehidrasi berat, leukemia.
2. Intrinsik (intraserebral)
a. Autoregulasi serebral
Adalah suatu pengaturan dilatasi dan kontriksi arteri serebral. Batas dari pengaturan
ini adalah jika tekanan sistemik kurang dari 50mmHg.
b. Biokimiawi serebral
Dipengaruhi oleh CO2 dalam serebral dan substansi lain.
Bila terdapat gangguan aliran darah pada otak maka akan terdapat gejalagejala sesuai dengan bagian otak yang terkena. Adapun gambaran klinis sehubungan
dengan isufisiensi darah sesuai dengan percabangan sirkulus wilisi adalah sebagai berikut
:
1. arteri vertebro basilaris (sirkulasi posterior biasanya bilateral)
- kelemahan salah satu atrau keempat anggota gerak
- ataksia
- barbinski bilateral
- disfagia
- sinkop, stupor, koma, pusing, gangguan daya ingat
- gangguan penglihatan (diplopia, nistagmus, ptosis, paralysis)
- muka baal
2. arteri karotis interna (sirkulasi anterior biasanya unilateral)
jika terjadi pada :
- arteri retina : buta mata satu episodic (amaurosis fugaks)
- arteri serebri media : gangguan anggota tubuh kolateral
jika terjadi pada :
- antara a. cerebri anterior dan a. cerebri media : lemah mula-mula anggota gerak
atas dan wajah
3. arteri serebri anterior
- kelemahan kontralateral tungkai, lengan proksimal, gangguan gerak volunteer
tungkai
Inti motorik n.VII terletak di pons. Otot-otot bagian atas wajah mendapat persarafan
dari 2 sisi. Karena itu, terdapat perbedaan antara gejala kelumpuhan n.VII jenis sentral
dan perifer. Pada gangguan sentral, sekitar mata dan dahi yang mendapat persarafan dari
2 sisi, tidak lumpuh; yang lumpuh adalah bagian bawah dari wajah. Pada gangguan n.VII
jenis perifer (gangguan berada di inti atau di serabut saraf) maka semua otot sesisi wajah
lumpuh dan mungkin juga termasuk cabang saraf yang mengurus pengecapan dan sekresi
ludah yang berjalan bersama saraf fasialis.
Bagian inti motorik yang mengurus wajah bagian bawah mendapat persarafan dari
korteks motorik kontralateral, sedangkan yang mengurus wajah bagian atas mendapat
persarafan dari kedua sisi korteks motorik (bilateral). Karenanya kerusakan sesisi pada
upper motor neuron dari N VII (lesi pada traktus piramidalis atau korteks motorik) akan
mengakibatkan kelumpuhan pada otot-otot wajah bagian bawah, sedangkan bbagian
atasny tidak. Lesi supranuklir (upper motor neuron) N VII sering merupakan bagian dari
hemplegia. Hal ini dapat dijumpai pada stroke dan lesi-butuh-ruang (space occupying
lesion) yang mengenai korteks motorik, kapsula interna, thalamus, mesensefalon ,dan
pons di atas inti N VII.
Kerusakan N XII akan menyebabkan afasia. Fungsi bicara di atur oleh daearah
wernick dan area broca di cerebrum. Sehingga jika terjadi lesi pada daerah tersebut maka
akan ditemukan afasia pada pasien.
Dari uraian di atas dan hasil pemeriksaan, maka dapat disimpulkan bahwa diagnosis
topic pada kasus ini adalah hemisfer cerebri sinistra.
Sistem Karotis
Aliran darah ke otak yang melalui arteri vertebralis berserta cabang-cabangnya disebut
sistem vertebrobasiler, dan yang melalui arteri karotis interna beserta cabang-cabangnya disebut
sistem karotis. Sistem karotis terdiri dari tiga arteri mayor, yaitu arteri karotis komunis, karotis
interna, dan karotis eksterna. 2,5
petrosus tulang
temporalis.
Setelah
melalui
kanalis
karotikus yang
panjangnya hampir 1 cm, A. karotis interna masuk ruang tengkorak antara lapis
duramater di bawah ganglion N V (ganglion Gasseri), kemudian naik dan berjalan
sepanjang posterolateral sella tursika masuk ke dalam sinus kavernosus. Dalam
sinus kavernosus, A. karotis interna berjalan ke anterior, kemudian ke posterior
sehingga membentuk carotid siphon. Bagian akhir A. karotis interna diantara N II
dan N III lateral dari prosesus klinoideus anterior dan inferior dari substansia
perforata anterior dan bercabang menjadi A. serebri anterior dan media.
Cabang-cabang A. karotis interna:
parietalis)
A. serebri media, dengan cabang-cabangnya (A. lentikulostriata dan cabang-cabang
kecil lainnya ke ganglia basalis, A. frontalis asendens, A. pre-rolandika, A. rolandika,
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Gejala, diagnosa, dan terapi stroke non hemorhagik. 2009, http//www.jevuska.com.
diakses tgl:10 maret 2010.
Brass, Lawrence M. , M.D.. Stroke.Available At Url :. Diakses tanggal 11 Maret 2010.
Budianto, Anang. 2005. Guidance to Anatomy III (revisi). Surakarta: Keluarga Besar Asisten
Anatomi FKUNS.
Duus, Peter. 1996. Diagnosis Topik Neurologi: anatomi, fisiologi, tanda, gejala Ed.2. Jakarta:
EGC. 33-4, 38-9
Hodis, H.N et all. 2009.High-Dose B Vitamin Supplementation and Progression of Subclinical
Atherosclerosis. available
at URL:
Silbernagl dan Lang. 2007. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Snell, Richard S. 2007. Neuroanatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Ed : 5. Jakarta:
EGC.