Oleh :
S2 KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2018
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “SOURCES
Dengan selesainya makalah ini penulis berharap agar dapat memberikan manfaat pada
pembelajaran mata kuliah ini. Kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan makalah ini
Penulis
2
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iv
BAB 1 : PENDAHULUAN 1
2.1 Pendahuluan 3
3
4
BAB 3 : PENUTUP 24
3.1 Kesimpulan 24
3.2 Saran 24
4
5
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
5
6
6
7
DAFTAR GAMBAR
7
8
8
9
9
BAB 1 : PENDAHULUAN
Dalam studi/ penelitian epidemiologi gizi dapat terjadi bias. Hal ini sangat penting
untuk dihindari. Bias didefinisikan sebagai segala kesalahan sistematis dalam studi
epidemiologi yang menghasilkan perkiraan yang salah dari hubungan antara status gizi dan
pola makan (dietry). Epidemiologi harus sangat berhati-hati dalam menafsirkan hasil studi
terkait pengukuran status gizi yang didapatkan, harus dapat mengenali potensi kesalahan dala
penelitian.
Sehingga penting untuk kita dapat lebih memahami sifat bias, mengingat bahwa
tujuan epidemiologi adalah untuk menetapkan bahwa paparan faktor risiko tertentu dapat
menyebabkan masalah kesehatan. Apabila terjadi kesalahan dalam penelitian, maka hasilnya
pun tidak valid atau tidak dapat diterima.
1. Bagi Kelompok : Dengan ada nya pembahasan ini di harapkan kelompok mampu
meminimalisir berbagai macam bias yang di dapatkan pada saat melakukan penelitian
terkait epidemiologi gizi
2. Bagi Mahasiswa S2 Kesmas lainnya : Dengan ada nya pembahasan ini di harapkan
mahasiswa mampu megidentifikasi bias yang di timbulkan dari kesalahan (error)
dalam pengkajian dan mampu meminimalisirinya terkait studi epidemiologi gizi.
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendahuluan
Kesalahan adalah variasi sumber yang .mengurangi tingkat keakuratan dan
reliabilitas dari data individu maupun kelompok. Ada dua tipe bias pada penilaian diet yaitu:
bias acak dan bias sistematik. Arah dan tingkat bias ini bisa diminimalisir dengan tidak
menggabungkan kualitas prosedur setiap proses pengukuran.
Bias random mempengaruhi reproduksitas dari metode. Bias ini bisa dikurangi
dengan meningkatkan jumlah pengamatan tapi tidak bisa dieliminasi secara keseluruhan.
Sebaliknya, bias sistematik tidak bisa diminimalisir dengan menambah jumlah pengamatan,
tetapi bisa diminimalisir sampai pada tingkat level tertentu dengan cara:
a) Mengulangi pengukuran asupan diet subjek penelitian yang sama beberapa waktu atau
b) Meningkatkan penggunaan validasi/kalibrasi penelitian.
Bias penilaian pada pengukuran diet:
● Bias random
● Bias sistematik
Bias pengukuran bisa diminimalisir dengan mengontrol kualitas selama sisa disetiap
proses pengukuran, setiap training atau training ulang personel, standarisasi teknik
wawancara dan kuisioner, uji awal kuisioner, peralatan kalibrasi, mencacat survey awal dan
melakukan pengawasan pada setiap langkah penelitian.
1. Tipe makanan seperti anggapan bahwa makanan seperti buah dan sayur merupakan
makanan keinginan secara sosial dan makanan bersifat manis tidak.
2. Jenis kelamin, contohnya laki-laki terlalu banyak (overestimasi) melaporkan
konsumsi mengenai lemak dan energi berdasarkan persetujuan sosial dibandingkan
wanita yang lebih sedikit (underestimasi) melaporkan konsumsi lemak dan energi
berdasarkan keinginan sosial.
3. Keinginan sosial dan persetujuan sosial beragam tergantung dengan budaya dan
norma yang berlaku di wilayah setempat.
a. Under reporting
adalah bentuk bias responden secara umum terjadi dan terjadi pada 2 hal yaitu under
recording dan under eating. Under recording maksudnya adalah kegagalan dalam mencatat
semua item yang dikonsumsi selama masa penelitian/ survey atau under estimasi jumlahnya
(perbedaan antara pelaporan energi yang di konsumsi dan perhitungan pengeluaran energy
tanpa perubahan massa tubuh). Under eating terjadi ketika responden makan lebih sedikit
daripada biasanya atau lebih sedikit dari apa yang di butuhkan untuk menjaga berat badan.
Untuk menilai underreporting, hasil laporan dibandingkan dengan sebagai berikut:
Teknik Cut-Off Goldberg sering digunakan secara umum karena sangat detail. Cut-off
berdasarkan total energi keluaran juga detail namun juga dapat di gunakan untuk menilai
over reporting energi masukan yang tidak bisa di nilai dengan teknik cutoff Goldberg.
Prinsip nya adalah :
c. Teknik nya :
Metode ini membandingkan rata-rata intake harian (ELrep) dengan BMR standar
rekomendasi FAO/WHO/UNU (1985). BMR (Basal metabolic rate) adalah energi keluaran
individu saat berbaring dengan kondisi lingkungan netral dan berpuasa. BMR dinyatakan
dalam satuan MJ/d. BMR dapat diprediksikan berdasarkan umur dan jenis kelamin dapat
dilihat pada gambar di bawah ini yaitu dari FAO/WHO/UNU dan dari Schofield (1985).
Gambar 2.1 Cut-Off Point berdasarkan FAO/WHO/UNU 1985
Gambar 2.2 Cut-Off Point berdasarkan Schofield
Pada tingkat individu rasio antara intake harian : BMR sesuai cutoff point dari tabel
Goldberg. Bahwa energi intake itu lebih kecil dari y X BMR. Nilai Y dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.
Gambar 2.3 Cut-Off Point BMR dengan CI 95%
Pada tingkat kelompok, rata-rata BMR kelompok didapatkan dari BMR est setiap
individu. Lalu rata-rata energi intake dibagi dengan rata-rata BMR grup.
Keterbatasan:
Beberapa keterbatasan terkait dengan metode Goldberg cutoff adalah:
● Penggunaan 1.55 x BMR mengasumsikan gaya hidup yang tidak aktif untuk semua
individu, yang mungkin tidak sesuai untuk mereka yang memiliki pengeluaran energi
yang tinggi Namun, penggunaan cutoff universal ini tidak akan melebih-lebihkan
sejauh mana tidak dilaporkan.
● Subyek dengan pengeluaran energi yang tinggi dan asupan yang relatif tinggi dapat
melaporkan asupan yang sebenarnya terlalu rendah, tetapi jenis subjek ini tidak
diidentifikasi sebagai under reporters karena rasio EIrep dan BMRest mereka belum di
bawah cutoff.
● Persamaan tidak berlaku untuk individu dengan berat badan> 84kg
● Cutoff hanya cocok untuk individu yang berada dalam keseimbangan energi. Oleh
karena itu, mereka tidak berguna untuk pertumbuhan anak-anak, atau untuk orang
dewasa yang sedang diet untuk menurunkan berat badan.
● Karena tidak ada cutoff atas, oleh karena itu over reporters tidak diidentifikasi
Pendekatan yang paling umum untuk menilai bias pewawancara adalah dengan
membandingkan sejauh mana kesepakatan deskriptor makanan, kuantitas, kode yang
diberikan dan dihitung asupan nutrisinya dari berbagai wawancara yang dilakukan secara
mandiri pada subjek yang sama selama periode makan 24 jam dengan menggunakan
pewawancara terlatih yang berbeda . Pendekatan lain adalah secara berkala membandingkan
energi rata-rata dan asupan nutrisi dari subyek yang diwawancarai oleh pewawancara berbeda
yang menyesuaikan dengan usia dan jenis kelamin
Contoh:
Kasus:
Ada penelitian multi-pusat di Indonesia untuk menilai efek suplementasi mikronutrien
terhadap pertumbuhan dan kinerja kognitif anak sekolah usia 7-9 tahun. Asupan
makanan juga dinilai untuk memeriksa faktor makanan yang mungkin berpengaruh.
Oleh karena itu, sebelum penelitian dimulai, semua penilai diet dilatih, melakukan
penilaian diet (misalnya 24 jam) dan diuji untuk menilai bias pewawancara. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada 3 item makanan yang kurang dari hasil
pewawancara kedua. Setelah perhitungan asupan energi, ada perbedaan 179,3 Kkal
antara dua pewawancara (pewawancara pertama menghasilkan 1555 Kcal,
pewawancara kedua menghasilkan 1375,7 Kcal).
Interpretasi:
Tidak ada cut-off untuk menentukan apakah bias pewawancara ada. Namun
perbedaan asupan energi biasanya masih diterima di kisaran ±10%. Dalam studi kasus
ini, perbedaan lebih dari kisaran yang diharapkan (+155,5 Kcal). Oleh karena itu, bias
pewawancara itu terjadi dalam kasus ini.
● Kelalaian atau penambahan makanan yang tidak disengaja dalam metode recall
menyebabkan kegagalan untuk mengingat makanan yang benar-benar dikonsumsi
(kesalahan kelalaian) dan melaporkan makanan yang tidak dikonsumsi (kesalahan
komisi)
● Pemeriksaan yang tidak memadai oleh pewawancara sehingga responden gagal untuk
mengingat makanan yang dikonsumsi (misalnya bumbu, salad dressing, makanan
ringan) "Ketidakmampuan untuk secara akurat mengingat ukuran porsi yang
sebenarnya dikonsumsi”
Hal tersebut diminimalisir dengan:
● Penggunaan pertanyaan probing standar dan petunjuk
● Penggunaan teknik wawancara multiple-pass
● Minta responden untuk mengingat makanan yang dimakan secara berurutan di
sepanjang hari dimulai pada pagi hari dan berakhir pada malam hari
● Penggunaan alat bantu memori
● Meminimalkan periode waktu
Beberapa petunjuk dalam penarikan informasi mengenai makanan yang dimakan oleh
anak-anak:
● Intake anak-anak atau peserta dengan memori terbatas harus dipelajari menggunakan
pengganti (orang lain dengan pengetahuan rinci tentang subjek) Gunakan recall
konsensus. Data untuk anak-anak di bawah 8 tahun paling baik diperoleh dari
penyedia perawatan / pemberi makan.
● Seorang anak harus diberikan waktu yang cukup untuk mengingat semua makanan
yang dikonsumsi tanpa gangguan. Setelah mereka selesai atau berhenti berbicara,
pewawancara dapat menyelidiki dan mengajukan pertanyaan.
Misalnya... Makanan dan minuman apa yang kamu konsumsi kemarin dari pagi hingga
malam sebelum tidur?
● Fokus terutama pada hidangan utama dan preferensi makanan lainnya. Anjuran tidak
boleh terlalu membebani anak.
Misalnya.... Makanan dan minuman apa yang Anda konsumsi di pagi, sore dan malam hari
● Kosakata yang terbatas pada anak-anak atas nama makanan, variasi makanan dan
kesulitan dalam membedakan jenis makanan terutama untuk sayuran, buah-buahan
dan hidangan, oleh karena itu permintaan khusus untuk mengingat jenis makanan ini
sangat diperlukan misalnya .... Jenis sayuran apa yang Anda konsumsi? Dapatkah
Anda memilih yang mana dari gambar atau food models?
● Makanan yang dibagikan dengan saudara atau sisa makanan (baik nanti dikonsumsi
oleh ibu atau anggota keluarga lainnya) perlu dipertanyakan dengan cara yang
nondirektif
misalnya ..... Apakah Anda berbagi biskuit dengan saudara laki-laki / perempuan Anda atau
yang lain? (Jika ya) Berapa banyak dari biskuit-biskuit itu yang Anda makan?
(Untuk menyelidiki berbagi) Apakah Anda menghabiskan semua makanan sendiri?
● Interval antara makanan dan daya ingat serta faktor-faktor lingkungan dapat
mempengaruhi akurasi penarikan kembali. Oleh karena itu, untuk mendapatkan
ingatan yang lebih akurat dari anak-anak, interval tidak boleh terlalu lama. ukuran
porsi alat bantu yang sesuai dengan perkembangan kognitif anak.
Tips merancang studi diet untuk responden dengan keadaan khusus (buta huruf,
masalah pendengaran / penglihatan dll) adalah sebagai berikut:
a. Untuk responden yang buta huruf, maka pengisian kuesioner dapat dibantu oleh
pewawancara. Daat berupa wawancara pribadi atau telepon.
b. Untuk orang dengan masalah recall menggunakan alat bantu visual (food models)
c. Untuk orang dengan masalah penglihatan atau pendengaran dapat menggunakan
media khusus (seperti tape-recorder dan Braille)
d. Kepekaan budaya harus selalu dipertimbangkan dalam desain survei. FFQ dapat
menjadi modifikasi khusus. Tim survei mungkin perlu berasal dari kelompok etnis
atau budaya tertentu
e. Untuk orang gemuk, gunakan teknik wawancara yang sensitif dan berhati-hatilah
untuk tidak melaporkan
Umumnya, ketidakcocokan tersebut muncul karena umur, berat badan, status sosial,
dan jenis kelamin responden. Cara mendapatkan perkiraan ukuran porsi dapat dilakukan
dengan cara:
1. Menggunakan measurement aids (alat bantu pengukuran)
2. Sesi training grup untuk responden menggunakan graduated food model,
pengukuran rumah tangga, pengukuran diet, foto, dll.
3. Kalibrasi alat untuk masing – masing rumah tangga
● Periode survei mungkin terlalu pendek untuk merefleksikan asupan individu yang
biasa atau asupan mungkin telah bias oleh efek observasional.
● Kecenderungan untuk melebih-lebihkan asupan tinggi dalam metode mengingat
(sindrom "kemiringan-datar").
● Kelalaian makanan yang dimakan jauh dari rumah atau makanan ringan.
● Kegagalan untuk memperhitungkan makanan yang diberikan pada hewan peliharaan.
● Kegagalan untuk memperhitungkan pelat nomor itu.
● Komponen makanan ringan dapat diabaikan (bumbu, saus, makanan, dll). ini mungkin
sumber mikro-nutrisi yang signifikan.
● Tingkat fortifikasi gizi dalam makanan yang diperkaya tidak dapat
dipertanggungjawabkan atau benar.
Yang sering di tanyakan adalah bagaimana jika makanan dalam database adalah yang
mentah sementara dalam data yang dikumpulkan adalah yang dimasak; atau sebaliknya?
Dalam hal ini perlu untuk mengubah berat (dari dimasak menjadi mentah, atau sebaliknya)
sebelum memasukkan jumlah tersebut ke dalam perangkat lunak analisis makanan,
menggunakan "faktor perubahan berat" (berat makanan matang - berat makanan mentah) /
berat makanan mentah x 100. Faktor ini akan tergantung pada jenis makanan dan metode
memasak. Informasi mengenai faktor perubahan berat untuk beberapa makanan juga tersedia
online.
● Kurangnya pelaporan asupan energi akan menyebabkan perkiraan kelebihan gizi yang
serius sehingga prevalensi asupan gizi yang tidak memadai dalam populasi tinggi.
● Selektif dalam melaporkan makanan tertentu akan menghambat kegunaan data diet
untuk mengembangkan pedoman diet berbasis makanan.
● Melemahkan korelasi antara asupan nutrisi dan parameter hasil sehingga hubungan
penting antara diet dan penyakit dapat dikaburkan (bias atenuasi).
Bantuan ingatan dua dimensi dapat berupa: gambar makanan sungguhan, bentuk
abstrak, ukuran rumah tangga; photograh makanan; grafik komputer; dan label paket
makanan. Gambar (foto) dari makanan dapat digunakan dengan skala bertahap, yang
menggambarkan berbagai ukuran porsi. Keuntungan menggunakan ini adalah bahwa
foto mencegah kecenderungan untuk menghasilkan respons "langsung", sebuah
fenomena yang diamati ketika model makanan plastik yang mewakili hanya ukuran
porsi rata-rata digunakan (samuelson, 1970 dalam: gibson, 2005).
Survei diet menggunakan wawancara telepon memberikan cakupan yang lebih luas
dan respons yang lebih besar dibandingkan dengan tindak lanjut surat dari penarikan
24 jam. Non-respons, bagaimanapun, adalah bias potensial yang harus diantisipasi.
BAB 3 : PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam melakukan penilaian status gizi melalui survei lapangan akan dihadapi dengan
berbagai kesalahan. Kesalahan atau bias akan mempengaruhi keakuratan data. Namun, dalam
studi epidemiologi gizi segala bentuk kesalahan atau bias dapat dikenali dan di minimalisir
dengan berbagai pendekatan. Bias bisa berasal dari responden, pewawancara, alat yang
digunakan serta perbedaan budaya lokasi penelitian. Salah satu contoh yaitu pada bias under-
over reporting energy. Hal ini dapat di identifikasi dan diminimalisir kesalahan melalui
teknik atau metode Goldberg Cut-Off Point dengan membandingkan intake hariannya dengan
cut-off point metode ini.
3.2 Saran
Dalam melakukan penelitian atau survei gizi dan makanan di masyarakat tentu akan
dihadapkan dengan bias, sehingga peneliti perlu memperhatikan dan memahami tentang bias
dan error serta solusi mengidentifikasi, mengontrol dan meminimalisir.
DAFTAR PUSTAKA