Anda di halaman 1dari 33

TUGAS INDIVIDU

“SOURCES OF ERROR IN DIETARY ASSESSMENT AND


APPROACHES TO MINIMIZE THEM”

Oleh :

Lailatul Husni 1720322011

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas


Matakuliah Epidemiologi Gizi Lanjut

S2 KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2018
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat

dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “SOURCES

OF ERROR IN DIETARY ASSESSMENT AND APPROACHES TO MINIMIZE THEM”

dalam mata kuliah Epidemiologi gizi lanjut.

Dengan selesainya makalah ini penulis berharap agar dapat memberikan manfaat pada

pembelajaran mata kuliah ini. Kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan makalah ini

akan penulis terima dengan senang hati.

Padang, November 2018

Penulis

2
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR GAMBAR iv

BAB 1 : PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Tujuan Penulisan 1

1.3 Manfaat Penulisan 1

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA 3

2.1 Pendahuluan 3

2.2 Bias Tidak Ada Respon 4

2.3 Bias Responden 5

3
4

2.3.1 Bias Keinginan sosial 5

2.3.2 Under-Over Dalam Pelaporan Energy 6

2.4 Bias pewawancara 12

2.5 Responden Memory Lapses 14

2.6 Kesalahan dalam Perkiraan Ukuran Porsi Makanan 17

2.7 Kesalahan yang Berhubungan dengan Informasi Pemakaian Suplemen Gizi 17

2.8 Kesalahan dalam Penanganan Pencampuran Penyajian 18

2.9 Kesalahan Pengkodean 19

2.10 Kesalahan dalam Komposisi Database Makanan 19

2.11 Sumber Kesalahan Potensial Lainnya 20

2.12 Implikasi Kesalahan Pengukuran Dalam Penilaian Diet. 21

2.13 Perbaikan Teknis Dalam Penilaian Diet. 22

BAB 3 : PENUTUP 24

3.1 Kesimpulan 24

3.2 Saran 24

4
5

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

5
6

6
7

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Cut-Off Point berdasarkan FAO/WHO/UNU 1985 8

Gambar 2.2 Cut-Off Point berdasarkan Schofield 9

Gambar 2.3 Cut-Off Point BMR dengan CI 95% 9

7
8

8
9

9
BAB 1 : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gizi manusia menggambarkan proses-proses pada sel, jaringan, organ dan tubuh
secara keseluruhan dalam mendapatkan dan menggunakan substansi esensial untuk
mempertahankan struktural dan integritas fungsionalnya dibutuhkan oleh tubuh untuk
perkembangan dan pertumbuhan. Secara harfiah maka di gunakan penilaian status gizi dalam
sebuah penelitian terkait epidemiologi gizi untuk mengetahui keadaan tumbuh kembang
seseorang.

Dalam studi/ penelitian epidemiologi gizi dapat terjadi bias. Hal ini sangat penting
untuk dihindari. Bias didefinisikan sebagai segala kesalahan sistematis dalam studi
epidemiologi yang menghasilkan perkiraan yang salah dari hubungan antara status gizi dan
pola makan (dietry). Epidemiologi harus sangat berhati-hati dalam menafsirkan hasil studi
terkait pengukuran status gizi yang didapatkan, harus dapat mengenali potensi kesalahan dala
penelitian.
Sehingga penting untuk kita dapat lebih memahami sifat bias, mengingat bahwa
tujuan epidemiologi adalah untuk menetapkan bahwa paparan faktor risiko tertentu dapat
menyebabkan masalah kesehatan. Apabila terjadi kesalahan dalam penelitian, maka hasilnya
pun tidak valid atau tidak dapat diterima.

Banyak pengalaman membuktikan bahwa dalam melakukan penilaian survei


konsumsi makanan (survei dietetik) banyak terjadi bias tentang hasil yang diperoleh. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain; ketidaksesuaian dalam menggunakan alat ukur,
waktu pengumpulan data yang tidak tepat, instrumen tidak sesuai dengan tujuan, ketelitian
alat timbang makanan, kemampuan petugas pengumpulan data, daya ingat responden, daftar
komposisi makanan yang digunakan tidak sesuai dengan makanan yang dikonsumsi
responden dan interpretasi hasil yang kurang tepat. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman
yang baik tentang cara-cara melakukan survei konsumsi makanan, baik untuk individu,
kelompok maupun rumah tangga. Walaupun data konsumsi makanan sering digunakan
sebagai salah satu metode penentuan status gizi, sebenarnya survei konsumsi tidak dapat
menentukan status gizi seseorang atau masyarakat secara langsung. Hasil survei hanya dapat
digunakan sebagai bukti awal akan kemungkinan terjadinya kekurangan gizi pada seseorang.
Hasil studi epidemiologi seharusnya mencerminkan efek sebenarnya dari eksposur
terhadap outcome yang di teliti, namun harus selalu diperhatikan bahwa temuan mungkin saja
dipengaruhi oleh hal-hal lain yang dapat menyebabkan kesalahan (Error). Dalam hal ini kita
harus mengetahui berbagai macam kesalahan yang bersifat bias dalam pengkajian,
pengukuran, dan penilainan status gizi yang kita lakukan dan mengetahui cara mengatasinya.
Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis akan membahas topik text books terkait
Sources Of Error In Dietary Assessment And Approaches To Minimize Them.

1.2 Tujuan Penulisan

1. Diketahuinya sumber error dalam pengkajian Diet


2. Diketahuinya cara mengatasi error dalam pengkajian Diet
3. Diketahuinya bentuk-bentuk bias dalam pengkajian Diet
4. Diketahuinya berbagai macam kesalahan dalam pengkajian Diet
5. Diketahuainya Implikasi Kesalahan Pengukuran Dalam Penilaian Diet
6. Diketahuainya Perbaikan Teknis Dalam Penilaian Diet.
1.3 Manfaat Penulisan

1. Bagi Kelompok : Dengan ada nya pembahasan ini di harapkan kelompok mampu
meminimalisir berbagai macam bias yang di dapatkan pada saat melakukan penelitian
terkait epidemiologi gizi
2. Bagi Mahasiswa S2 Kesmas lainnya : Dengan ada nya pembahasan ini di harapkan
mahasiswa mampu megidentifikasi bias yang di timbulkan dari kesalahan (error)
dalam pengkajian dan mampu meminimalisirinya terkait studi epidemiologi gizi.
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendahuluan
Kesalahan adalah variasi sumber yang .mengurangi tingkat keakuratan dan
reliabilitas dari data individu maupun kelompok. Ada dua tipe bias pada penilaian diet yaitu:
bias acak dan bias sistematik. Arah dan tingkat bias ini bisa diminimalisir dengan tidak
menggabungkan kualitas prosedur setiap proses pengukuran.
Bias random mempengaruhi reproduksitas dari metode. Bias ini bisa dikurangi
dengan meningkatkan jumlah pengamatan tapi tidak bisa dieliminasi secara keseluruhan.
Sebaliknya, bias sistematik tidak bisa diminimalisir dengan menambah jumlah pengamatan,
tetapi bisa diminimalisir sampai pada tingkat level tertentu dengan cara:
a) Mengulangi pengukuran asupan diet subjek penelitian yang sama beberapa waktu atau
b) Meningkatkan penggunaan validasi/kalibrasi penelitian.
Bias penilaian pada pengukuran diet:
● Bias random

1. Bisa terjadi pada semua subjek dan setiap hari


2. Menghasilkan deviasi dari keadaan sebenarnya
3. Mengarah pada pengukuran yang tidak presisi dalam berbagai cara yang tidak
terprediksi, menghasilkan hasil yang kurang bisa disimpulkan
4. Mengurangi presisi dari pengukuran dengan meningkatkan variasi rerata
5. Tidak mempengaruhi rerata atau median
6. Dihasilkan oleh variasi dalam proses pengukuran dan pencatatan
7. Bisa diminimalisir dengan menggunakan teknik pengukuran yang terstandar dan
melatih personal dan meningkatkan jumlah pengamatan tetapi tidak bisa
dieliminasi seluruhnya.

● Bias sistematik

1. Memiliki hubungan dengan beberapa responden, peneliti tertentu atau makanan


tertentu
2. Menyebabkan hasil jauh dari nilai sebenarnya pada saat diarahkan
3. Tidak memiliki efek pada variasi
4. Tidak mempengaruhi reproduksibilitas atau presisi pengukuran
5. Mengurangi keakuratan pengukuran dengan mengubah nilai rerata atau median
6. Tidak bisa di minimalisir dengan menambah jumlah pengamatan
7. Memberikan bias signifikan pada hasil

Bias pengukuran bisa diminimalisir dengan mengontrol kualitas selama sisa disetiap
proses pengukuran, setiap training atau training ulang personel, standarisasi teknik
wawancara dan kuisioner, uji awal kuisioner, peralatan kalibrasi, mencacat survey awal dan
melakukan pengawasan pada setiap langkah penelitian.

2.2 Bias Tidak Ada Respon


Non respon bias disebabkan oleh kurangnya respon atau kurang terpenuhi oleh
responden. Hal ini akan di minimalisir dengan metode penilaian diet yang sederhana,
melakukan pengiriman surat atau diingatkan melalui telepon dalam studi surveilans dan
pelatihan enumerator atau pewawancara untuk membangun suasana yang baik dengan
responden, pengertian maupun kepercayaan.
2.3 Bias Responden
Bias responden menunjukkan kepada pelaporan yang tidak sistematis dan pelaporan
konsumsi yang tidak tepat karena under reporting ( ada yang tidak terlaporkan mengenai
konsumsi responden). Hal ini terjadi karena :

a. Kesalahpahaman tentang apa yang di minta atau ditanya pewawancara


b. Penerimaan isyarat non verbal dari pewawancara
c. Adanya keinginan mempengaruhi pewawancara untuk memberikan jawaban yang
diinginkan secara sosial. Ada beberapa makanan yang tidak dimakan dilaporkan dan
tidak semua makanan yang dimakan dilaporkan.

Bias responden dapat diminimalisir dengan menggunakan skala keinginan sosial


untuk mengidentifikasi dan mengontrol variabel yang bersifat diinginkan sosial serta
memberikan pelatihan pada pewawancara baik kemampuannya dan kebiasaan.

2.3.1 Bias Keinginan sosial


Keinginan sosial adalah kecenderungan untuk merespon agar tidak mendapatkan
kritikan dan persetujuan sosial adalah kecenderungan untuk mendapatkan pujian. Hal ini
diduga ketika individu melaporkan bahwa tidak pernah melakukan yang dianggap sebagai
kebiasaaan negatif atau selalu melaporkan bahwa mereka melakukan kebiasaan yang baik
atau positif. Worsley dkk (1984) merekomendasikan skala keinginan sosial dalam survei
konsumsi untuk mengidentifikasi dan mengontrol. Bias ini biasanya bervariasi sesuai dengan
budaya setempat.
Berikut faktor yang dapat mempengaruhi kerentanan terhadap bias persetujuan sosial
dan sumber potensial terhadap bias systematik:

1. Tipe makanan seperti anggapan bahwa makanan seperti buah dan sayur merupakan
makanan keinginan secara sosial dan makanan bersifat manis tidak.
2. Jenis kelamin, contohnya laki-laki terlalu banyak (overestimasi) melaporkan
konsumsi mengenai lemak dan energi berdasarkan persetujuan sosial dibandingkan
wanita yang lebih sedikit (underestimasi) melaporkan konsumsi lemak dan energi
berdasarkan keinginan sosial.
3. Keinginan sosial dan persetujuan sosial beragam tergantung dengan budaya dan
norma yang berlaku di wilayah setempat.

a. Adanya persepsi mengenai makanan superior dan inferior. Seperti singkong


dan jagung merupakan makanan inferior dibandingkan dengan beras.
b. Makanan dipertimbangkan berdasarkan tabo atau tidak juga rentan tehadap
bias. Contoh dibeberapa wilayah konsumsi ikan merupakan hal yang tabu
selama masa setelah melahirkan.
c. Makanan yang dilarang karena kepercayaan dan keyakinan. Seperti di muslim
yang berhati-hati untuk tidak mengkonsumsi makanan atau minuman yang
mengandung babi dan alcohol.

2.3.2 Under-Over Dalam Pelaporan Energy

a. Under reporting

adalah bentuk bias responden secara umum terjadi dan terjadi pada 2 hal yaitu under
recording dan under eating. Under recording maksudnya adalah kegagalan dalam mencatat
semua item yang dikonsumsi selama masa penelitian/ survey atau under estimasi jumlahnya
(perbedaan antara pelaporan energi yang di konsumsi dan perhitungan pengeluaran energy
tanpa perubahan massa tubuh). Under eating terjadi ketika responden makan lebih sedikit
daripada biasanya atau lebih sedikit dari apa yang di butuhkan untuk menjaga berat badan.
Untuk menilai underreporting, hasil laporan dibandingkan dengan sebagai berikut:

● Pengukuran total energi keluaran menggunakan DLW (Doubly Labeled Water)


● Merujuk pada pengukuran energy menggunakan teknik Cutoff Goldberg
● Energi dibutuhkan untuk menjaga berat badan
● Menggunakan pemantauan rata-rata jantung accelerometer dan kuesioner aktivitas
fisik untuk mengestimasi energi yang di butuhkan untuk aktivitas fisik tersebut.

b. Teknik Cut-Off Goldberg

Teknik Cut-Off Goldberg sering digunakan secara umum karena sangat detail. Cut-off
berdasarkan total energi keluaran juga detail namun juga dapat di gunakan untuk menilai
over reporting energi masukan yang tidak bisa di nilai dengan teknik cutoff Goldberg.
Prinsip nya adalah :

● Berdasarkan pada prinsip bahwa setiap individu memiliki karakteristiknya seperti


umur, jenis kelamin, dan berat badan yang membutuhkan intake energi minimun.
● Intake dibawah level minimum berarti menunjukkan pada representasi asupan
kebiasaan yang tidak dapat diterima dan tidak cocok dengan kehidupan.
● Teknik dapat digunakan pada tingkat kelompok dan individu.

c. Teknik nya :

Metode ini membandingkan rata-rata intake harian (ELrep) dengan BMR standar
rekomendasi FAO/WHO/UNU (1985). BMR (Basal metabolic rate) adalah energi keluaran
individu saat berbaring dengan kondisi lingkungan netral dan berpuasa. BMR dinyatakan
dalam satuan MJ/d. BMR dapat diprediksikan berdasarkan umur dan jenis kelamin dapat
dilihat pada gambar di bawah ini yaitu dari FAO/WHO/UNU dan dari Schofield (1985).
Gambar 2.1 Cut-Off Point berdasarkan FAO/WHO/UNU 1985
Gambar 2.2 Cut-Off Point berdasarkan Schofield

Pada tingkat individu rasio antara intake harian : BMR sesuai cutoff point dari tabel
Goldberg. Bahwa energi intake itu lebih kecil dari y X BMR. Nilai Y dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.
Gambar 2.3 Cut-Off Point BMR dengan CI 95%
Pada tingkat kelompok, rata-rata BMR kelompok didapatkan dari BMR est setiap
individu. Lalu rata-rata energi intake dibagi dengan rata-rata BMR grup.
Keterbatasan:
Beberapa keterbatasan terkait dengan metode Goldberg cutoff adalah:

● Penggunaan 1.55 x BMR mengasumsikan gaya hidup yang tidak aktif untuk semua
individu, yang mungkin tidak sesuai untuk mereka yang memiliki pengeluaran energi
yang tinggi Namun, penggunaan cutoff universal ini tidak akan melebih-lebihkan
sejauh mana tidak dilaporkan.
● Subyek dengan pengeluaran energi yang tinggi dan asupan yang relatif tinggi dapat
melaporkan asupan yang sebenarnya terlalu rendah, tetapi jenis subjek ini tidak
diidentifikasi sebagai under reporters karena rasio EIrep dan BMRest mereka belum di
bawah cutoff.
● Persamaan tidak berlaku untuk individu dengan berat badan> 84kg
● Cutoff hanya cocok untuk individu yang berada dalam keseimbangan energi. Oleh
karena itu, mereka tidak berguna untuk pertumbuhan anak-anak, atau untuk orang
dewasa yang sedang diet untuk menurunkan berat badan.
● Karena tidak ada cutoff atas, oleh karena itu over reporters tidak diidentifikasi

Cut-off berdasarkan perkiraan pengeluaran energi total


McCrory et al (2002) telah mengembangkan metode baru untuk mengidentifikasi
laporan yang tidak akurat dari asupan energi makanan. Metode baru ini meneliti perbedaan
antara pengeluaran energi total diprediksi (pTEE) dari persamaan yang diterbitkan dan EI rep.
Ini juga memperhitungkan kesalahan dalam metode yang digunakan untuk mengukur pTEE
dan EIrep. pTEE dihitung dari umur, berat badan, tinggi badan dan jenis kelamin subjek;
tingkat aktivitas tidak diperhitungkan. Persamaan yang digunakan oleh McCrory dkk (2002)
untuk menghitung pTEE adalah:
pTEE = 7.377- (0,073 x umur) + (0,0806 x berat) + (0,0135 x tinggi) - (1,363 x jenis
kelamin)
CATATAN: Umur (tahun), Berat (kg); Tinggi adalah tinggi saat berdiri (cm), Jenis Kelamin
(0 untuk pria dan 1 untuk wanita)
Under reporters adalah mereka yang EIrep < 70% dari pTEE (±1SD) atau - 40% dari pTEE
(±2SD)
Over Reporters adalah mereka yang diidentifikasi memiliki EIrep > 130% dari pTEE (±1SD)
atau > 160% dari pTEE (±2SD)
Cutofft berdasarkan prediksi total pengeluaran energi:

● Dalam 70-130% dari pTTE (jika menggunakan +/- 1SD)


● Dalam 40-160% dari pTTE (jika menggunakan +/- 2SD)

Menggunakan cutoffs berdasarkan +/- SD lebih disukai.

2.4 Bias pewawancara


Bias pewawancara dapat menjadi acak sepanjang hari dan subyek, dan / atau
sistematis untuk pewawancara tertentu atau ada sebagai interaksi antara pewawancara
tertentu dan responden tertentu (Fowler dan Mangione, 1990 dalam Gibson, 2005)
Bias pewawancara disebabkan oleh:

● Pewawancara yang berbeda untuk menyelidiki informasi di berbagai tingkatan


● Secara sengaja menghilangkan pertanyaan tertentu
● Salah dalam mencatat tanggapan subjek
● Pengaturan Wawancara: gangguan, kerahasiaan, anonimitas responden
● Tingkat hubungan antara pewawancara dan responden

Bias pewawancara dapat diminimalisir dengan:

● Menggunakan protokol wawancara yang dikelola oleh komputer.


● Protokol wawancara yang dirancang dan terstandardisasi
● Penetapan hari mewawancarai responden harus diacak saat menggunakan beberapa
pewawancara
● Hindari penilaian oleh pewawancara
● Dalam sebuah penelitian yang melibatkan beberapa kelompok etnis / budaya,
Gunakan pewawancara yang akrab dengan setiap budaya dan bahasa, dan lebih dari
satu pewawancara per kelompok budaya yang diteliti
● Pelatihan pewawancara untuk mengantisipasi dan mengenali sumber bias
● Pewawancara perempuan lebih disukai karena mereka umumnya memiliki
pengetahuan terbaik tentang makanan, bahan makanan, persiapan dan pengolahan dan
porsi.

Pendekatan yang paling umum untuk menilai bias pewawancara adalah dengan
membandingkan sejauh mana kesepakatan deskriptor makanan, kuantitas, kode yang
diberikan dan dihitung asupan nutrisinya dari berbagai wawancara yang dilakukan secara
mandiri pada subjek yang sama selama periode makan 24 jam dengan menggunakan
pewawancara terlatih yang berbeda . Pendekatan lain adalah secara berkala membandingkan
energi rata-rata dan asupan nutrisi dari subyek yang diwawancarai oleh pewawancara berbeda
yang menyesuaikan dengan usia dan jenis kelamin
Contoh:
Kasus:
Ada penelitian multi-pusat di Indonesia untuk menilai efek suplementasi mikronutrien
terhadap pertumbuhan dan kinerja kognitif anak sekolah usia 7-9 tahun. Asupan
makanan juga dinilai untuk memeriksa faktor makanan yang mungkin berpengaruh.
Oleh karena itu, sebelum penelitian dimulai, semua penilai diet dilatih, melakukan
penilaian diet (misalnya 24 jam) dan diuji untuk menilai bias pewawancara. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada 3 item makanan yang kurang dari hasil
pewawancara kedua. Setelah perhitungan asupan energi, ada perbedaan 179,3 Kkal
antara dua pewawancara (pewawancara pertama menghasilkan 1555 Kcal,
pewawancara kedua menghasilkan 1375,7 Kcal).
Interpretasi:
Tidak ada cut-off untuk menentukan apakah bias pewawancara ada. Namun
perbedaan asupan energi biasanya masih diterima di kisaran ±10%. Dalam studi kasus
ini, perbedaan lebih dari kisaran yang diharapkan (+155,5 Kcal). Oleh karena itu, bias
pewawancara itu terjadi dalam kasus ini.

2.5 Responden Memory Lapses


Disebabkan oleh:

● Kelalaian atau penambahan makanan yang tidak disengaja dalam metode recall
menyebabkan kegagalan untuk mengingat makanan yang benar-benar dikonsumsi
(kesalahan kelalaian) dan melaporkan makanan yang tidak dikonsumsi (kesalahan
komisi)
● Pemeriksaan yang tidak memadai oleh pewawancara sehingga responden gagal untuk
mengingat makanan yang dikonsumsi (misalnya bumbu, salad dressing, makanan
ringan) "Ketidakmampuan untuk secara akurat mengingat ukuran porsi yang
sebenarnya dikonsumsi”
Hal tersebut diminimalisir dengan:
● Penggunaan pertanyaan probing standar dan petunjuk
● Penggunaan teknik wawancara multiple-pass
● Minta responden untuk mengingat makanan yang dimakan secara berurutan di
sepanjang hari dimulai pada pagi hari dan berakhir pada malam hari
● Penggunaan alat bantu memori
● Meminimalkan periode waktu

Beberapa petunjuk dalam penarikan informasi mengenai makanan yang dimakan oleh
anak-anak:

● Intake anak-anak atau peserta dengan memori terbatas harus dipelajari menggunakan
pengganti (orang lain dengan pengetahuan rinci tentang subjek) Gunakan recall
konsensus. Data untuk anak-anak di bawah 8 tahun paling baik diperoleh dari
penyedia perawatan / pemberi makan.
● Seorang anak harus diberikan waktu yang cukup untuk mengingat semua makanan
yang dikonsumsi tanpa gangguan. Setelah mereka selesai atau berhenti berbicara,
pewawancara dapat menyelidiki dan mengajukan pertanyaan.

Misalnya... Makanan dan minuman apa yang kamu konsumsi kemarin dari pagi hingga
malam sebelum tidur?

● Fokus terutama pada hidangan utama dan preferensi makanan lainnya. Anjuran tidak
boleh terlalu membebani anak.

Misalnya.... Makanan dan minuman apa yang Anda konsumsi di pagi, sore dan malam hari

● Kosakata yang terbatas pada anak-anak atas nama makanan, variasi makanan dan
kesulitan dalam membedakan jenis makanan terutama untuk sayuran, buah-buahan
dan hidangan, oleh karena itu permintaan khusus untuk mengingat jenis makanan ini
sangat diperlukan misalnya .... Jenis sayuran apa yang Anda konsumsi? Dapatkah
Anda memilih yang mana dari gambar atau food models?
● Makanan yang dibagikan dengan saudara atau sisa makanan (baik nanti dikonsumsi
oleh ibu atau anggota keluarga lainnya) perlu dipertanyakan dengan cara yang
nondirektif
misalnya ..... Apakah Anda berbagi biskuit dengan saudara laki-laki / perempuan Anda atau
yang lain? (Jika ya) Berapa banyak dari biskuit-biskuit itu yang Anda makan?
(Untuk menyelidiki berbagi) Apakah Anda menghabiskan semua makanan sendiri?

● Interval antara makanan dan daya ingat serta faktor-faktor lingkungan dapat
mempengaruhi akurasi penarikan kembali. Oleh karena itu, untuk mendapatkan
ingatan yang lebih akurat dari anak-anak, interval tidak boleh terlalu lama. ukuran
porsi alat bantu yang sesuai dengan perkembangan kognitif anak.

Tips merancang studi diet untuk responden dengan keadaan khusus (buta huruf,
masalah pendengaran / penglihatan dll) adalah sebagai berikut:

a. Untuk responden yang buta huruf, maka pengisian kuesioner dapat dibantu oleh
pewawancara. Daat berupa wawancara pribadi atau telepon.
b. Untuk orang dengan masalah recall menggunakan alat bantu visual (food models)
c. Untuk orang dengan masalah penglihatan atau pendengaran dapat menggunakan
media khusus (seperti tape-recorder dan Braille)
d. Kepekaan budaya harus selalu dipertimbangkan dalam desain survei. FFQ dapat
menjadi modifikasi khusus. Tim survei mungkin perlu berasal dari kelompok etnis
atau budaya tertentu
e. Untuk orang gemuk, gunakan teknik wawancara yang sensitif dan berhati-hatilah
untuk tidak melaporkan

2.6 Kesalahan dalam Perkiraan Ukuran Porsi Makanan


Dalam memperkirakan ukuran porsi bisa salah dikarenakan:
● Responden tidak dapat mengukur porsi makanan konsumen atau responden
miskonsepsi dalam merata – ratakan ukuran porsi
● Karakteristik dari makanan yang membuat makanan sulit untuk mengukur
berat mereka. Contohnya: makanan yang berat dalam volumenya tapi ringan
dalam massanya. ( contohnya : chips / irisan kentang goreng), potongan
daging dengan bentuk yang tidak seperti biasa / irregular. Contohnya : daging
kari dan porsi makanan yang besar.

Umumnya, ketidakcocokan tersebut muncul karena umur, berat badan, status sosial,
dan jenis kelamin responden. Cara mendapatkan perkiraan ukuran porsi dapat dilakukan
dengan cara:
1. Menggunakan measurement aids (alat bantu pengukuran)
2. Sesi training grup untuk responden menggunakan graduated food model,
pengukuran rumah tangga, pengukuran diet, foto, dll.
3. Kalibrasi alat untuk masing – masing rumah tangga

2.7 Kesalahan yang Berhubungan dengan Informasi Pemakaian Suplemen Gizi


Kesalahan disebabkan oleh:
● Ketidakcocokan dalam penafsiran dari kata “suplemen”
● Ketidakcocokan dalam metode yang digunakan untuk mengukur suplemen
diet
● Ketidakcocokan dalam kriteria yang disebabkan oleh pemakaian suplemen
diet
● Tidak ada pelaporan karena suplemen tidak mempertimbangkan makanan
Cara mengurangi kesalahan antara lain:
1. Menanyakan partisipan untuk memiliki suplemen diet dan mengkoleksi
informasi akurat pada nama brand, dosisnya, kandungan kimia pada suplemen
diet
2. Detail database pada komposisi berbagai macam suplemen diet yang dijual
3. Pemeriksaan spesifik untuk pemakaian suplemen

2.8 Kesalahan dalam Penanganan Pencampuran Penyajian


Kesalahan dalam penanganan pencampuran muncul ketika breakdown penyajian yang
dicampur ke dalam komposisi mentah dan konversi untuk konsumen atau karena komposisi
penyajian yang tidak memberikan grup makanan yang cocok.
Cara mengurangi kesalahan tersebut dengan cara:
1. Penyajian pencampuran sebaiknya broken down ke dalam komposisi yang
sederhana (satu makanan), selanjutnya dapat diklasifikasikan ke dalam grup
makanan yang cocok.
Catatan: masalahnya disini adalah masakan VS bahan mentah. Dalam berbagai
kasus, berat bahan mentah bisa ditransformasi menjadi setara dengan berat
masakan dan selanjutnya komposisi masakan.
2. Persiapan makanan (contohnya: roti, biskuit, sup, minuman) tidak diharuskan
broken down ke dalam komposisi (prosedur diiikuti saat EPIC study) tapi
sebagai pengganti grup makanan (contohnya: sup)

2.9 Kesalahan Pengkodean


Kesalahan Kode disebabkan oleh deskripsi makan yang cukup, kesalahan
penambahan ketika mengkonsumsi makanan tidak dalam komposisi database. Cara untuk
menguranginya yaitu:
1. Membentuk standar coding system
2. Menduplikat coding hubungan recall dan record oleh independent coders
3. Membentuk aturan coding untuk berurusan dengan penjelasan ambigu dari
makanan dan penambahan makanan
4. Menggunakan database yang luas meliputi banyak range dari item makanan,
software, fasilitas data entry, yang dapat mengurangi jumlah porsi data yang
salah.

2.10 Kesalahan dalam Komposisi Database Makanan


Jumlah nutrisi pada makanan dalam database dapat tidak cocok jika:
● Kandungan nutrisi diperiksa menggunakan metode yang tidak
direkomendasikan kevalidannya.
● Faktor koreksi (faktor konversi) tidak diambil dalam pertimbangan
(contohnya: vitamin A dari betakaroten)
● Database komposisi makanan tidak mengikutsertakan nutrisi yang spesifik
tapi ketika makanan ditambahkan ke database lain yang telah mempunyai
nutrisi yang terperinci, hasilnya akan dikalkulasikan sebagai “NOL” (missing
value) contohnya: air di makanan, database Indonesia tidak memilikinya, jadi
di nutrisurvey akan diambil nilai “NOL” pada air.
● Tidak konsistennya unit pengukuran makanan dengan database komposisi
makanan.
Cara untuk menguranginya adalah:
1. Memeriksa konsistensi nutrisi makanan
2. Ketika menyusun komposisi makanan dengan analytical method, analisis
jumlah sampel, dan unit dari alat ukur
3. Cek kandungan air dari makanan dan jika perlu penambahan kandungan
nutrisi di dalam air.

2.11 Sumber Kesalahan Potensial Lainnya


Selain hal-hal di atas, berikut ini adalah sumber kesalahan potensial lainnya yang
harus dipertimbangkan:

● Periode survei mungkin terlalu pendek untuk merefleksikan asupan individu yang
biasa atau asupan mungkin telah bias oleh efek observasional.
● Kecenderungan untuk melebih-lebihkan asupan tinggi dalam metode mengingat
(sindrom "kemiringan-datar").
● Kelalaian makanan yang dimakan jauh dari rumah atau makanan ringan.
● Kegagalan untuk memperhitungkan makanan yang diberikan pada hewan peliharaan.
● Kegagalan untuk memperhitungkan pelat nomor itu.
● Komponen makanan ringan dapat diabaikan (bumbu, saus, makanan, dll). ini mungkin
sumber mikro-nutrisi yang signifikan.
● Tingkat fortifikasi gizi dalam makanan yang diperkaya tidak dapat
dipertanggungjawabkan atau benar.

Yang sering di tanyakan adalah bagaimana jika makanan dalam database adalah yang
mentah sementara dalam data yang dikumpulkan adalah yang dimasak; atau sebaliknya?
Dalam hal ini perlu untuk mengubah berat (dari dimasak menjadi mentah, atau sebaliknya)
sebelum memasukkan jumlah tersebut ke dalam perangkat lunak analisis makanan,
menggunakan "faktor perubahan berat" (berat makanan matang - berat makanan mentah) /
berat makanan mentah x 100. Faktor ini akan tergantung pada jenis makanan dan metode
memasak. Informasi mengenai faktor perubahan berat untuk beberapa makanan juga tersedia
online.

2.12 Implikasi Kesalahan Pengukuran Dalam Penilaian Diet.

● Kurangnya pelaporan asupan energi akan menyebabkan perkiraan kelebihan gizi yang
serius sehingga prevalensi asupan gizi yang tidak memadai dalam populasi tinggi.
● Selektif dalam melaporkan makanan tertentu akan menghambat kegunaan data diet
untuk mengembangkan pedoman diet berbasis makanan.
● Melemahkan korelasi antara asupan nutrisi dan parameter hasil sehingga hubungan
penting antara diet dan penyakit dapat dikaburkan (bias atenuasi).

2.13 Perbaikan Teknis Dalam Penilaian Diet.

● Bantuan memori dua dimensi.

Bantuan ingatan dua dimensi dapat berupa: gambar makanan sungguhan, bentuk
abstrak, ukuran rumah tangga; photograh makanan; grafik komputer; dan label paket
makanan. Gambar (foto) dari makanan dapat digunakan dengan skala bertahap, yang
menggambarkan berbagai ukuran porsi. Keuntungan menggunakan ini adalah bahwa
foto mencegah kecenderungan untuk menghasilkan respons "langsung", sebuah
fenomena yang diamati ketika model makanan plastik yang mewakili hanya ukuran
porsi rata-rata digunakan (samuelson, 1970 dalam: gibson, 2005).

● Bantuan memori tiga dimensi.


Pengukuran rumah tangga, contoh makanan nyata, replika makanan (model
makanan nyata) dan model makanan (model abstrak) adalah alat bantu memori 3D
yang tersedia. Model makanan dari berbagai makanan di unit ukuran rumah tangga
tersedia. Ini memiliki keuntungan dari penampilan 3 dimensi yang mirip dengan
makanan asli dan bertahan lebih lama dibandingkan jika makanan nyata digunakan.
Di sisi lain volume lebih besar dan lebih berat dibandingkan dengan gambar (gambar
4.1). Model makanan yang lulus terbuat dari kayu, kertas keras atau bentuk
hardboard lainnya dari berbagai volume dan luas permukaan (persegi, bulat,
"indikator ketebalan" 1 mm / daun) digunakan dalam beberapa penelitian. Untuk
bentuk tidak beraturan, penggunaan bermain adonan dapat membantu responden
untuk mendeskripsikan ukuran dan volume porsi yang dikonsumsi. Ukuran rumah
tangga termasuk sendok dan sendok yang bisa digunakan juga bisa digunakan.

● Tape Recorder, Komputer

Tape recorder terhubung ke timbangan digunakan di mana responden dapat


menambahkan item makanan secara terpisah dan pada saat yang sama mendikte
deskripsi makanan ke mikrofon untuk dicatat. Rekaman ini kemudian diputar ulang
untuk mendapatkan informasi berat. Penggunaan wawancara yang dibantu komputer;
juga yang dirancang khusus untuk digunakan oleh orang dengan keaksaraan rendah.
Entri data yang dibantu komputer berkembang dengan cepat juga. Ini termasuk entri
data berbasis web, PDA, ponsel, dll.
● Survei Telepon

Survei diet menggunakan wawancara telepon memberikan cakupan yang lebih luas
dan respons yang lebih besar dibandingkan dengan tindak lanjut surat dari penarikan
24 jam. Non-respons, bagaimanapun, adalah bias potensial yang harus diantisipasi.
BAB 3 : PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam melakukan penilaian status gizi melalui survei lapangan akan dihadapi dengan
berbagai kesalahan. Kesalahan atau bias akan mempengaruhi keakuratan data. Namun, dalam
studi epidemiologi gizi segala bentuk kesalahan atau bias dapat dikenali dan di minimalisir
dengan berbagai pendekatan. Bias bisa berasal dari responden, pewawancara, alat yang
digunakan serta perbedaan budaya lokasi penelitian. Salah satu contoh yaitu pada bias under-
over reporting energy. Hal ini dapat di identifikasi dan diminimalisir kesalahan melalui
teknik atau metode Goldberg Cut-Off Point dengan membandingkan intake hariannya dengan
cut-off point metode ini.

3.2 Saran
Dalam melakukan penelitian atau survei gizi dan makanan di masyarakat tentu akan
dihadapkan dengan bias, sehingga peneliti perlu memperhatikan dan memahami tentang bias
dan error serta solusi mengidentifikasi, mengontrol dan meminimalisir.
DAFTAR PUSTAKA

SEAMEO TROPMED Regional Center Community Nutrition UI. Handbook Nutrition


Assessment. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai