Anda di halaman 1dari 21

RISIKO DAN HAZARD K3

PADA PASIEN DALAM


SETIAP TAHAP PEMBERIAN
ASUHAN KEPERAWATAN

Lailatul Husni, SKM, M. Kes


Pengertian Patient Safety
Keselamatan pasien
(patient safety)

suatu sistem dimana rumah


sakit membuat asuhan pasien
lebih aman, mencegah
terjadinya cidera yang
disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya
diambil.
Sistem tersebut meliputi
1. Pengenalan resiko,
2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko
pasien,
3. Pelaporan dan analisis insiden,
4. Kemampuan belajar dari insiden,
5. Tindak lanjut dan implementasi solusi untuk
meminimalkan resiko.
TUJUAN PATIENT SAFETY
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di RS
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit thdp pasien dan
masyarakat;
3. Menurunnya KTD di RS
4. Terlaksananya program-program pencegahan shg tidak
terjadi pengulangan KTD.
Sembilan solusi keselamatan Pasien di RS
yaitu (Daud, 2007)
1. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike,
sound-alike medication names).
2. Pastikan identifikasi pasien
3. Komunikasi secara benar saat serah terima pasien
4. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar.
5. Kendalikan cairan elektrolit pekat.
6. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan
pelayanan
7. Hindari salah kateter dan salah sambung slang.
8. Gunakan alat injeksi sekali pakai
9. Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi
nosokomial.
PRINSIP PATIENT SAFETY
1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan
pasien, ciptakan kepemimpinan dan budaya
yang terbuka dan adil.

2. Pimpin dan dukung staf RS, bangunlah


komitmen dan fokus yang kuat dan jelas
tentang keselamatan pasien di RS.
.

3. Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko,


kembangkan sistem dan proses pengelolaan
risiko, serta lakukan identifikasi dan penilaian
hal yang potensial bermasalah..
Lanjutan…..
4. Kembangkan sistem pelaporan, pastikan staf dapat
dengan mudah melaporkan kejadian/insiden, serta RS
mengatur pelaporan kepada KKP-RS.

5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien, kembangkan


cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien.

6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan


pasien, dorong staf untuk melakukan analisis akar masalah
untuk belajar bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul.

7. Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan


pasien, gunakan informasi yang ada tentang kejadian/
masalah untuk melakukan perubahan pada sistem
pelayanan.
Pengaruh faktor lingkungan dan manusia
pada keselamatan pasien

1. Pengaruh Faktor Lingkungan Pada Keselamatan


Pasien

a. Lingkungan Fisik
c. Lingkungan Biologi
Penerangan, suhu
Tumbuhan dan hewan.
udara, kelembaban,
Virus, bakteri, dll
vibrasi mekanis, radiasi,
d. Lingkungan Psikologi
tekanan udara
Suasana kerja, hubungan
b. Lingkungan kimia
kerja Lingkungan
Gas, uap, debu, kabut,
e. Fisiologi
asap awan, cairan dan
Konstruksi mesin, sikap
benda padat
dan cara kerja
2.Pengaruh Faktor Manusia Pada Keselamatan
Pasien
a. Pentingnya Faktor Manusia pada
Keselamatan Pasien
Hubungan antara manusia dan sistem
dan bagaimana mereka berinteraksi
dengan berfokus pada peningkatan
efisiensi, kreativitas, produktivitas dan
kepuasan pekerjaan dengan tujuan
meminimalkan kesalahan pengaruh
faktor manusia pada keselamatan pasien
b. Pengetahuan yang Diperlukan
Interaksi antara tiga aspek saling berhubungan
yang menggunakan human factor atau ergonomik :
1. Individu di tempat kerja
2. Tugas yang dibebankan untuk individu
3. Tempat kerjanya

c. Hubungan Antara Human Factor Dengan


Keselamatan Pasien
kelelahan dan stress.
Cara untuk meningkatkan keselamatan
pasien
Standar keselamatan pasien menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit, Pasal 7 ayat (2) meliputi :
1.Hak pasien
2.Mendidik pasien dan keluarga
3.Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4.Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
5.Peran kepemimpinan dalam meningkatan keselamatan pasien
6.Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7.Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien
Tujuh Langkah Menuju Keselamatan
Pasien Rumah Sakit

1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan


pasien
2. Memimpin dan mendukung staf
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko
4. Mengembangkan sistem pelaporan
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang
keselamatan pasien
7. Mencegah cedera melalui implementasi sistem
keselamatan pasien
EBP untuk peningkatan keselamatan
pasien
• Evidence Based Practice sangat diperlukan
untuk meningkatkan kualitas pelayanan,
keselamatan pasien, keefektifan
managemen dalam pengelolaan pelayanan
keperawatan, dan meningkatkan
kesadaran akan pentingnya bukti empiris
dalam melaksanakan pelayanan.
Budaya dalam lingkup kerja perawat dalam
peningkatan keselamatan pasien

Budaya keselamatan pasien


Produk dari nilai, sikap, kompetensi, dan pola perilaku
individu dan kelompok yang menentukan komitmen,
gaya dan kemampuan suatu organisasi pelayanan
kesehatan terhadap program keselamatan pasien

Menurut Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS)


(2017), budaya keselamatan di rumah sakit adalah sebuah
lingkungan yang kolaboratif karena staf klinis
memperlakukan satu sama lain secara hormat dengan
melibatkan serta memberdayakan pasien dan keluarga.
Dimensi Budaya Keselamatan Pasien

1. Budaya keterbukaan (open culture),


Menggambarkan staf rumah sakit
merasa nyaman berdiskusi mengenai insiden
yang terjadi ataupun topik tentang
keselamatan pasien dengan rekan satu tim
maupun dengan atasannya.
Ciri – ciri budaya keterbukaan
1. Adanya persepsi staf mengenai keselamatan

pasien,
2. Keterbukaan komunikasi,
3. Kerjasama tim dalam unit, serta
4. Kerjasama tim antar unit.
2. Budaya pelaporan (reporting culture),
Budaya pelaporan merupakan budaya dimana staf
rumah sakit siap untuk melaporkan insiden atau near
miss, sehingga dapat dinilai jenis kesalahan (error)
dan dapat diketahui kesalahan yang biasa dilakukan
oleh staf serta dapat diambil tindakan sebagai bahan
pembelajaran organisasi.

Ciri – ciri budaya pelaporan


Adanya pelaporan kejadian dan perpindahan
dan transisi pasien (hand over).
3. Budaya keadilan (just culture)
Budaya keadilan merupakan budaya dimana perawat dan
pasien diperlakukan secara adil saat terjadi insiden dan tidak
terfokus untuk mencari kesalahan individu tetapi lebih
mempelajari secara sistem yang mengakibatkan terjadinya
kesalahan.

Ciri – ciri Budaya keadilan


• Adanya respon tidak menyalahkan terhadap kesalahan,
• Adanya umpan balik dan komunikasi mengenai kesalahan,
• Adanya staffing (proses menegaskan pekerja yang ahli mengisi
struktur organisasi melalui seleksi dan pengembangan
personel.)
4. Budaya Belajar (learnin culture)
Budaya belajar merupakan budaya dimana setiap
anggota mampu dan bersedia untuk menggali
pengetahuan dari pengalaman dan data yang diperoleh
serta kesediaan untuk mengimplementasikan
perubahan dan perbaikan yang berkesinambungan.
Ciri – ciri Budaya belajar
• Adanya pembelajaran organisasi,
• Adanya harapan dan tindakan supervisor yang
mendukung keselamatan, dan
• Adanya dukungan manajemen terhadap upaya
keselamatan pasien.
Penyebab terjadinya adverse events
terkait prosedur invasif
1. Diagnosa
tidak menerapkan pemeriksaan yang tidak sesuai

2. Pemeriksaan
menggunakan cara pemeriksaan yang sudah tidak dipakai atau
bertindak atas hasil pemeriksaan atau observasi

3. Pemberiaan obat
• Kesalahan pada procedure pengobatan
• Pelaksanaan terapi yang salah
• Metode penggunaan obat yang salah
• Keterlambatan dalam merespon hasil pemeriksaan asuhan yang tidak layak

4. Kesalahan komunikasi
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai