Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tromboflebitis adalah peradangan dan pembekuan dalam pembuluh darah.


Tromboflebitis berarti bahwa gumpalan darah telah terbentuk dalam vena dekat dengan kulit.
Mungkin juga ada infeksi pada pembuluh darah. Tromboflebitis biasanya terdapat di vena
kaki atau lengan. Dengan hati-hati, masalah ini harus diselesaikan sampai dalam waktu 2
sampai 3 minggu. Tromboflebitis paling sering mempengaruhi vena superfisial di kaki, tetapi
dapat juga mempengaruhi vena superfisial di paha. Sering kali, tromboflebitis terjadi pada
orang dengan varises, namun kebanyakan orang dengan varises tidak mengembangkan
tromboflebitis.
Tromboflebitis melibatkan reaksi inflamasi akut yang menyebabkan trombus untuk
tetap pada dinding pembuluh darah dan mengurangi kemungkinan thrombus hilang. Tidak
seperti dalam vena, vena superfisial tidak memiliki otot-otot sekitarnya untuk menekan dan
mengusir trombus. Karena ini, tromboflebitis superfisialis jarang menyebabkan emboli.
Tromboflebitis yang berulang kali terjadi di vena yang normal disebut bermigrasi radang
pembuluh darah atau migrasi tromboflebitis. Ini mungkin menunjukkan kelainan yang
mendasari serius, seperti kanker dari organ internal.
Tromboflebitis dapat disebabkan oleh infeksi atau cedera vena. Penyebab lainnya
mungkin tidak bergerak cukup cepat setelah pembedahan atau beristirahat di tempat tidur
untuk waktu yang lama, mungkin mengenakan gips, merokok, minum pil KB, obat-obatan
mungkin melukai dinding pembuluh darah dan menyebabkan tromboflebitis. Penyebab
lainnya mungkin varises, kehamilan, atau iritasi dari infus di pembuluh darah/ menggunakan
intravena (IV) line, atau setelah trauma pada vena. Ini melibatkan respons peradangan
berhubungan dengan gumpalan di pembuluh darah.
Resiko yang menyebabkan kecenderungan peningkatan pembekuan darah, infeksi,
atau saat terakhir kehamilan, varises, dan kimia atau iritasi lainnya dari daerah.
Berkepanjangan duduk, berdiri, atau imobilisasi meningkatkan risiko. Dangkal tromboflebitis
mungkin kadang-kadang dikaitkan dengan kanker perut (seperti karsinoma pankreas), deep
vein thrombosis, thromboangiitis obliterans, dan (jarang) dengan embolus paru.

1
Sakit dan pembengkakan lokal berkembang dengan cepat, kulit di atas vena menjadi
merah, dan hangat dan sangat keras. Karena darah di vena yang beku, pembuluh darah terasa
seperti tali yang keras di bawah kulit, tidak lembut seperti normal atau varises vena.
Paling sering, tromboflebitis berkurang dengan sendirinya. Dengan analgesik,
seperti aspirin atau yang lain non-steroid anti-inflamasi (NSAID), biasanya membantu
mengurangi rasa sakit. Meskipun umumnya peradangan reda dalam hitungan hari, beberapa
minggu dapat dilalui sebelum gumpalan dan kelembutan mereda sepenuhnya. Untuk
memberikan bantuan awal, dokter mungkin menyuntikkan bius lokal, menghilangkan
trombus, dan kemudian diperban kompresi, dipakai selama beberapa hari.
Perineum terletak antara vulva dan anus. Kebutuhan perineum tidak hanya berperan
atau menjadi bagian penting dari proses persalinan, tetapi juga diperlukan untuk mengontrol
proses buang air besar dan buang air kecil. Perineum merupakan tempat yang paling sering
mengalami perlukaan atau laserasi akibat persalinan, yang terjadi pada persalinan pertama
dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya (Dannis,2000)

Laserasi yaitu suatu pukulan yang mengenai bagian kecil area kulit dapat
menyebabkan kontusio dari jaringan subkutan, seperti pinggiran balok kayu, ujung dari pipa,
permukaan benda tersebut cukup lancip untuk menyebabkan sobekan pada kulit yang
menyebabkan laserasi. Laserasi disebabkan oleh benda yang permukaannya runcing tetapi
tidak begitu tajam sehingga merobek kulit dan jaringan bawah kulit dan menyebabkan
kerusakan jaringan kulit dan bawah kulit. Tepi dari laserasi ireguler dan kasar, disekitanya
terdapat luka lecet yang diakibatkan oleh bagian yang lebih rata dari benda tersebut yang
mengalami indentasi (Azis,2004)

Bentuk dari laserasi dapat menggambarkan bahan dari benda penyebab kekerasan
tersebut. Karena daya kekenyalan jaringan regangan jaringan yang berlebihan terjadi sebelum
robeknya jaringan terjadi.

Laserasi dapat menyebabkan perdarahan hebat. Sebuah laserasi kecil tanpa adanya
robekan arteri dapat menyebabkan akibat yang fatal bila perdarahan terjadi terus menerus.
Laserasi yang multipel yaang mengenai jarinagn kutis dan sub kutis dapat menyebabkan
perdarahan yang hebat sehingga menyebabkan kuman yang berasal dari permukaan luka
maupun dari sekitar kulit yang luka masuk ke dalam jaringan.

2
1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang kami angkat yaitu :

a. Apa itu pengertian, penyebab, tanda dan gejala, patofisiologi, maupun komplikasi sampai
cara pengobatan tromboflebitis
b. Bagaimana penanganan managemen medis tromboflebitis
c. Apa itu luka perineum, apa saja luka perineum, apa penyebab luka perineum, bagaimana
penanganan luka perineum?

1.3 Tujuan
a. Mempelajari pengertian, penyebab, tanda dan gejala, patofisiologi, maupun komplikasi
sampai cara pengobatan tromboflebitis
b. Memahami penanganan managemen medis tromboflebitis
c. Memahami apa itu luka perineum, apa saja luka perineum, apa penyebab luka perineum,
bagaimana penanganan luka perineum?

1.4 Manfaat

a. Bagi Mahasiswa

Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswa,
sehingga dapat mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan kebidanan.

b. Bagi Petugas Kesehatan

Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi petugas kesehatan khususnya
bidan dalam memberikan asuhan kebidanan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Thoromboflebitis

A. Pengertian Thoromboflebitis
Tromboflebitis adalah peradangan dinding vena dan biasanya disertai pembentukan
bekuan darah (thrombus). Ketika pertama kali terjadi bekuan pada vena akibat statis atau
hiperkoagulabilitas, tanpa disertai peradangan maka proses ini dinamakan flebotrombosis.
(Smeltzer, 2001).
Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai
pembentukan pembekuan darah. Bekuan darah dapat terjadi di permukaan atau di dalam
vena. Tromboflebitis cenderung terjadi pada periode pasca partum pada saat kemampuan
penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen; dilatasi vena ekstremitas
bagian bawah disebabkan oleh tekanan kepala janin kerena kehamilan dan persalinan; dan
aktifitas pada periode tersebut yang menyebabkan penimbunan, statis dan membekukan darah
pada ekstremitas bagian bawah.
Flebitis dapat terjadi di setiap vena tubuh, tetapi paling sering ditemukan di vena
tungkai. Biasanya flebitis terjadi pada penderita varises (vena varikosa), tetapi tidak semua
penderita varises mengalami flebitis. Flebitis superfisialis menyebabkan reaksi peradangan
akut yang menyebabkan trombus melekat dengan kuat ke dinding vena dan jarang pecah dan
terlepas. Vena permukaan tidak memiliki otot di sekitarnya yang bisa menekan dan
membebaskan suatu trombus. Karena itu flebitis superfisialis jarang menyebabkan emboli.
Istilah trombosis vena lebih sering diartikan sebagai suatu keadaan penggumpalan
darah yang terbentuk di dalam pembuluh darah, sedangkan tromboflebitis diartikan sebagai
inflamasi yang disertai dengan pembentukan thrombus. Atau tromboflebitis dapat pula
diartikan kondisi dimana terbentuk bekuan dalam vena sekunder akibat inflamasi atau trauma
dinding vena atau karena obstruksi vena sebagian. Pembentukan bekuan sehubungan dengan
stasis aliran darah, abnormalitas dinding pembuluh darah, gangguan mekanisme pembekuan.

4
B. Klasifikasi
Tromboflebitis dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Pelvio tromboflebitis
Pelvio tromboflebitis mengenai vena-vena dinding uterus dan ligamentum latum,
yaitu vena ovarika, vena uterina dan vena hipograstika. Vena yang paling sering terkena ialah
vena ovarika dekstra karena infeksi pada tempat implantasi plasenta yang terletak dibagian
atas uterus; proses biasanya unilateral. Perluasan infeksi dari vena ovarika sinistra ialah ke
vena renalis, sedangkan perluasan infeksi dari vena ovarika dekstra ialah ke vena kava
inferior. Peritonium selaput yang menutupi vena ovarika dekstra dapat mengalami inflamasi
dan dapat menyebabkan perisalpingo-ooforitis dan periapendistits. Perluasan infeksi dari
vena uterina ialah ke vena iliaka komunis. Biasanya terjadi sekitar hari ke-14 atau ke-15
pasca partum
b. Tromboflebitis Femoralis
Tromboflebitis femoralis mengenai vena-vena pada tungkai, misalnya vena femarolis,
vena poplitea dan vena safena. Sering terjadi sekitar hari ke-10 pasca partum.
Komplikasi jarang terjadi, tapi ketika mereka terjadi mereka bisa serius.
Komplikasi yang paling serius terjadi ketika bekuan darah dislodges, bepergian melalui hati
dan occluding lebat jaringan kapiler paru-paru; ini adalah emboli paru-paru dan sangat
mengancam nyawa. Gangguan ini berjalan secara cepat, dapat berlanjut menjadi emboli paru-
paru yang berkemampuan menjadi komplikasi fatal.

Keadaan-Keadaan Khusus Tromboflebitis


1. Flebitis Migrans
Suatu keadaan yang menyangkut reaksi menyeluruh dari system vena karena berbagai
etiologi yang menimbulkan gangguan dari vena.
Penyakit-penyakit yang umumnya berkaitan dengan gejala ini :
- Fase awal dari Beurger Disease
- Reaksi alergi (keadaan yang lebih dari gatal-gatal)
- Adanya malignitas (gejala adanya penyebaran hematogen)
- Penyakit Lupus

5
Tanda-tanda flebitis migrans :
-timbul gejala-gejala flebitis di satu segmen vena yang menghilang sendiri dengan
meninggalkan bercak hitam/ kecoklatan.
-beberapa hari timbul lagi pada daerah vena yang lain, biasanya pada ekstremitas yang sama
lagi.
-dapat disertai febris atau menggigil
- LED meningkat

2. Tromboflebitis Septik
Yaitu gejala-gejala tromboflebitis yang disertai pembentukan abces atau nanah pada tempat
radang dan penyebaran secara hematogen. Timbul gejala-gejala sepsis : febris, menggigil dan
memerlukan perawatan di Rumah Sakit.
Dalam menghadapu kasus seperti ini, diperlukan perawatan khusus dari berbagai segi :
pemberian infus/cairan, antibiotika dosis tinggi, kortikosteroid dan cara-cara pengobatan
sepsis lainnya.
3. Tromboflebitis vena dalam (Deep Vein Thrombophlebitis)
Yaitu kedaan flebitis dari vena-vena daerah vena femoralis, vena iliaka eksterna dan vena
iliaka communis.

C. Etiologi

Faktor penyebab terjadinya infeksi tromboflebitis antara lain :

1. Pasca bedah, perluasan infeksi endometrium.

2. Mempunyai varises pada vena

Pada vena yang sebelumnya terdapat venaektasia atau varises, maka terdapatnya
turbulensi darah pada kantong-kantong vena di sekitar klep (katup) vena merangsang
terjadinya thrombosis primer tanpa disertai reaksi radang primer, yang kemudian karena
faktor lokal, daerah yang ada trombusnya tersebut mendapat radang. Menipisnya dinding
vena karena adanya varises sebelumnya, mempercepat proses keradangan. Dalam keadaan
ini, maka dua factor utama : kelainan dinding vena dan melambatnya aliran darah, menjadi
sebab penting dari terjadinya tromboplebitis.

6
3. Obesitas
Bila keadaan dehidrasi berat, koagulasi intravascular yang meluas ataupun infeksi
sistemik dapat menimbulkan rangsangan untuk pathogenesis ini.
4. Pernah mengalami tromboflebitis
5. Berusia 30 tahun lebih dan pada saat persalinan berada pada posisi stir up untuk waktu
yang lama
6. Trauma
Beberapa sebab khusus karena rangsangan langsung pada vena dapat menimbulkan
keadaan ini. Umumnya pemberian infus (di lengan atau di tungkai) dalam jangka waktu lebih
dari 2 hari pada tempat yang sama atau pemberian obat yang iritan secara intra vena.
7. Adanya malignitas (karsinoma), yang terjadi pada salah satu segmen vena. Tumor-tumor
intra abdominal, umumnya yang memberikan hambatan aliran vena dari ekstremitas bawah,
hingga terjadi rangsangan pada segmen vena tungkai.
8. Memiliki insidens tinggi untuk mengalami tromboflebitis dalam keluarga. Kelainan
jantung yang secara hemodinamik menyebabkan kelainan pula pada system aliran vena.

D. Patofisiologi

Terjadinya thrombus :
a. Abnormalitas dinding pembuluh darah
Formasi trombus merupakan akibat dari statis vena, gangguan koagubilitas darah atau
kerusakan pembuluh maupun endotelial. Stasis vena lazim dialami oleh orang-orang yang
imobilisasi maupun yang istirahat di tempat tidur dengan gerakan otot yang tidak memadai
untuk mendorong aliran darah. Stasis vena juga mudah terjadi pada orang yang berdiri terlalu
lama, duduk dengan lutut dan paha ditekuk, berpakaian ketat, obesitas, tumor maupun wanita
hamil.
b. Perubahan komposisi darah (hyperkoagulabilitas)
Hyperkoagulabilitas darah yang menyertai trauma, kelahiran dan IMA juga
mempermudah terjadinya trombosis. Infus intravena, banyak faktor telah dianggap terlibat
dalam patogenesis flebitis karena infus intravena, antara lain:
(1) Faktor-faktor kimia seperti obat atau cairan yang iritan (flebitis kimia)
a. pH dan osmolaritas cairan infus yang ekstrem selalu diikuti risiko flebitis tinggi. Obat
suntik yang bisa menyebabkan peradangan vena yang hebat, antara lain kalium klorida,

7
vancomycin, amphotrecin B, cephalosporins, diazepam, midazolam dan banyak obat
khemoterapi.
b. Mikropartikel yang terbentuk bila partikel obat tidak larut sempurna selama pencampuran.
c. Penempatan kanula pada vena proksimal (kubiti atau lengan bawah) sangat dianjurkan
untuk larutan infus dengan osmolaritas > 500 mOsm/L. Hindarkan vena pada punggung
tangan jika mungkin, terutama pada pasien usia lanjut
d. Kateter yang terbuat dari silikon dan poliuretan kurang bersifat iritasi dibanding
politetrafluoroetilen (teflon) karena permukaan lebih halus, lebih thermoplastik dan lentur.
Risiko tertinggi untuk flebitis dimiliki kateter yang terbuat dari polivinil klorida atau
polietilen.
(2) Faktor-faktor mekanis seperti bahan, ukuran kateter, lokasi dan lama kanulasi. (Kanula
yang dimasukkan ada daerah lekukan sering menghasilkan flebitis mekanis. Ukuran kanula
harus dipilih sesuai dengan ukuran vena dan difiksasi dengan baik).
(3) Agen infeksius.
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap flebitis bakteri meliputi:
a. Teknik pencucian tangan yang buruk
b. Kegagalan memeriksa peralatan yang rusak.
c. Pembungkus yang bocor atau robek mengundang bakteri.
d. Teknik aseptik tidak baik
e. Teknik pemasangan kanula yang buruk
f. Kanula dipasang terlalu lama
g. Tempat suntik jarang diinspeksi visual
c. Gangguan aliran darah

E. Manifestasi Klinis

Penderita-penderita umumnya mengeluh spontan terjadinya nyeri di daerah vena


(nyeri yang terlokalisasi), yang nyeri tekan, kulit di sekitarnya kemerahan (timbul dengan
cepat diatas vena) dan terasa hangat sampai panas. Juga dinyatakan adanya oedema atau
pembengkakan agak luas, nyeri bila terjadi atau menggerakkan lengan, juga pada gerakan-
gerakan otot tertentu. Pada perabaan, selain nyeri tekan, diraba pula pengerasan dari jalur
vena tersebut, pada tempat-tempat dimana terdapat katup vena, kadang-kadang diraba
fluktuasi, sebagai tanda adanya hambatan aliran vena dan menggembungnya vena di daerah

8
katup. Fluktuasi ini dapat pula terjadi karena pembentukan abses. Febris dapat terjadi pada
penderita-penderita ini, tetapi biasanya pada orang dewasa hanya dirasakan sebagai malaise.
a. Pelvio tromboflebitis
1. Nyeri yang terdapat pada perut bagian bawah dan atau perut bagian samping, timbul pada
hari ke-2-3 masa nifas dengan atau tanpa panas.
2. Penderita tampak sakit berat dengan gambaran karakteristik sebagai berikut:
- Menggigil berulang kali, menggil inisial terjadi sangat berat (30-40 menit) dengan interval
hanya beberapa jam saja dan kadang-kadang 3 hari pada waktu menggigil penderita hampir
tidak panas.
- Suhu badan naik turun secara tajam (36oC menjadi 40oC) yang diikuti penurunan suhu
dalam 1 jam (biasanya subfebris seperti pada endometritis).
- Penyakit dapat langsung selama 1-3 bulan.
3. Abses pada pelvis
4. Gambaran darah
- Terdapat leukositosis (meskipun setelah endotoksin menyebar ke sirkulasi, dapat segera
terjadi leukopenia).
- Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat tepat sebelum mulainya menggigil,
kultur darah sangat sukar dibuat karena bakterinya adalah anaerob.
5. Pada periksa dalam hampir tidak diketemukan apa-apa karena yang paling banyak terkena
adalah vena ovarika; yang sukar dicapai dalam pemeriksaan dalam.
6. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain pada paru- paru (infark, abses, pneumonia), pada
ginjal sinistra yang diiikuti proteinurina, hematuria, pada persedian.

b. Tromboflebitis femoralis
1. Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7-10 hari, kemudian suhu
mendadak naik kira-kira pada hari ke-10-20 yang disertai dengan menggigil dan nyeri
sekali.
2. Pada salah satu kaki yang terkena, biasanya kaki kiri akan memberikan tanda-tanda
sebagai berikut:
- Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak, lebih panas
dibandingkan dengan kaki lainnya.
- Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada paha bagian
atas.
- Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha.

9
- Reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki menjadi bengkak, tegang, putih,
nyeri, dan dingin dan pulsasi menurun.
- Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau sesudah nyeri dan pada umumnya terdapat
pada paha bagian atas, teatapi lebih sering dimulai dari jari-jari kaki dan pergelangan kaki
kemudian melus dari bawah ke atas.
- Nyeri pada betis, yang terjadi spontan atau dengan memijat betis atau dengan
meregangkan tendo akhiles (tanda homan positif).

F. Managemen / Penatalaksanaan

a. Pelvio tromboflebitis

1. Lakukan pencegahan terhadap endometritis dan tromboflebitis dengan menggunakan


teknik aseptik yang baik
2. Rawat inap : penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakit dan mencegah
terjadinya emboli pulmonum
3. Terapi medik: pemberian antibiotika, heparin terdapat tanda-tanda atau dugaan adanya
emboli pulmonum
4. Terapi operatif : pengikatan vena kava inferior dan vena ovarika jika emboli septik terus
berlangsung sampai mencapai paru-paru; meskipun sedang dilakukan hipernisasi, siapkan
untuk menjalani pembedahan.

b. Tromboflebitis femoralis
1. Terapi medik : Pemberian analgesik dan antibiotik.
2. Anjurkan ambulasi dini untuk meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas bawah dan
menurunkan kemungkinan pembentukan pembekuan darah. Jauhkan tekanan dari daerah
untuk mengurangi rasa sakit dan mengurangi risiko kerusakan lebih lanjut.
3. Tinggikan daerah yang terkena untuk mengurangi pembengkakan. Pastikan Pasien untuk
tidak berada pada posisi litotomi dan menggantung kaki lebih dari 1 jam, dan pastikan untuk
memberikan alas pada penyokong kaki guna mencegah adanya tekanan yaang kuat pada
betis.
4. Sediakan stocking pendukung kepada Pasien pasca partum yang memiliki varises vena
untuk meningkatkan sirkulasi vena dan membantu mencegah kondisi stasis.

10
5. Instruksikan kepada Pasien untuk memakai stocking pendukung sebelum bangun pagi dan
melepaskannya 2x sehari untuk mengkaji keadaan kulit dibawahnya.
6. Anjurkan tirah baring dan mengangkat bagian kaki yang terkena.
7. Dapatkan nilai pembekuan darah perhari sebelum obat anti koagulan diberikan.
8. Berikan anti koagulan, analgesik, dan anti biotik sesuai dengan resep.
9. Berikan alat pamanas seperti lampu. Atau kompres hangat basah sesuai instruksi, pastikan
bahwa berat dari kompres panas tersebut tidak menekan kaki Pasien sehingga aliran darah
tidak terhambat.
10. Sediakan bed cradle untuk mencegah selimut menekan kaki yang terkena.
11. Ukur diameter kaki pada bagian paha dan betis dan kemudian bandingkan pengukuran
tersebut dalam beberapa hari kemudian untuk melihat adanya peningkatan atau penurunan
ukuran.
12. Dapatkan laporan mengenai lokea dan timbang berat pembalut perineal untuk mengkaji
pendarahan jika Pasien dalam terapi antikoagulan.
13. Kaji adanya kemungkinan tanda pendarahan lain, misalnya: pendarahan pada gusi, bercak
ekimosis, pada kulit atau darah yang keluar dari jahitan episiotomi.
14. Yakinkan Pasien bahwa heparin yang diterimanya dapat dilanjutkan pada masa menyusui
karena obat ini tidak akan berada didalam air susu.
15. Siapkan pemberian protamin sulfat sebagai antagonis heparin.
16. Jelaskan pada Pasien mengenai pemberian heparin yang harus dilakukan melalui terapi
subkutan Jelaskan kepada Pasien bahwa untuk kehamilan selanjutnya ia harus
memberitahukan tenaga kesehatan yang dia hadapi untuk memastikan bahwa pencegahan
trombofrebitis yang tepat telah dilakukan.

Pola Pengobatan
Flebitis superfisialis sering menghilang dengan sendirinya. Untuk mengurangi nyeri
bisa diberikan obat pereda nyeri (misalnya Aspirin, ibuprofen). Untuk mempercepat
penyembuhan, bisa disuntikkan anestesi (obat bius) lokal, dilakukan pengangkatan trombus
dan kemudian pemakaian perban kompresi selama beberapa hari.
Jika terjadi di daerah selangkangan, trombus bisa masuk ke dalam vena dalam dan
terlepas. Untuk mencegah hal ini, dianjurkan untuk melakukan pembedahan darurat guna
mengikat vena permukaan. Untuk rekomendasi lebih spesifik, lihat kondisi tertentu. Secara
umum, pengobatan dapat mencakup sebagai berikut: Obat analgesik (nyeri obat),
antikoagulan atau pengencer darah untuk mencegah pembentukan gumpalan baru,

11
Trombolitik untuk melarutkan bekuan yang sudah ada, non-steroid obat anti inflamasi
(OAINS), seperti ibuprofen untuk mengurangi rasa sakit dan peradangan, antibiotik (jika
infeksi hadir).

2.2 Luka Perineum


A. Pengertian

Perawatan adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia (biologis, psikologis,


sosial dan spiritual) dalam rentang sakit sampai dengan sehat (Aziz, 2004). Perineum adalah
daerah antara kedua belah paha yang dibatasi oleh vulva dan anus (Danis, 2000). Post Partum
adalah selang waktu antara kelahiran placenta sampai dengan kembalinya organ genetik
seperti pada waktu sebelum hamil (Mochtar, 2002).

Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara


paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran placenta
sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil.

B. Tujuan Perawatan

Tujuan perawatan perineum menurut Hamilton (2002), adalah mencegah terjadinya


infeksi sehubungan dengan penyembuhan jaringan.

Sedangkan menurut Moorhouse et. al. (2001), adalah pencegahan terjadinya infeksi
pada saluran reproduksi yang terjadi dalam 28 hari setelah kelahiran anak atau aborsi.

C. Bentuk-Bentuk Luka Perineum

Bentuk luka perineum setelah melahirkan ada 2 macam yaitu :

1. Rupture

Rupture adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara
alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan. Bentuk
rupture biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan.
(Hamilton, 2002).

12
2. Episotomi

Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perineum untuk memperbesar muara
vagina yang dilakukan tepat sebelum keluarnya kepala bayi (Eisenberg, A., 1996).

Episiotomi, suatu tindakan yang disengaja pada perineum dan vagina yang sedang
dalam keadaan meregang. Tindakan ini dilakukan jika perineum diperkirakan akan robek
teregang oleh kepala janin, harus dilakukan infiltrasi perineum dengan anestasi lokal, kecuali
bila pasien sudah diberi anestasi epiderual. Insisi episiotomi dapat dilakukan di garis tengah
atau mediolateral. Insisi garis tengah mempunyai keuntungan karena tidak banyak pembuluh
darah besar dijumpai disini dan daerah ini lebih mudah diperbaiki (Jones Derek, 2002).

Berikut ini dijelaskan tipe episotomi dan rupture yang sering dijumpai dalam proses
persalinan yaitu :

a. Episiotomi medial

b. Episiotomi mediolateral

Sedangkan rupture meliputi

a. Tuberositas ischii

b. Arteri pudenda interna

c. Arteri rektalis inferior

D. Ruang Lingkup Perawatan

Lingkup perawatan perineum ditujukan untuk pencegahan infeksi organ-organ


reproduksi yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme yang masuk melalui vulva yang
terbuka atau akibat dari perkembangbiakan bakteri pada peralatan penampung lochea
(pembalut) (Feerer, 2001).

13
Sedangkan menurut Hamilton (2002), lingkup perawatan perineum adalah

a. Mencegah kontaminasi dari rektum

b. Menangani dengan lembut pada jaringan yang terkena trauma

c. Bersihkan semua keluaran yang menjadi sumber bakteri dan bau

E. Waktu Perawatan

Menurut Feerer (2001), waktu perawatan perineum adalah

1. Saat mandi

Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut, setelah terbuka maka ada
kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada pembalut, untuk
itu maka perlu dilakukan penggantian pembalut, demikian pula pada perineum ibu, untuk itu
diperlukan pembersihan perineum.

2. Setelah buang air kecil

Pada saat buang air kecil, pada saat buang air kecil kemungkinan besar terjadi
kontaminasi air seni padarektum akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada
perineum untuk itu diperlukan pembersihan perineum.

3. Setelah buang air besar.

Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran disekitar anus,
untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke perineum yang letaknya
bersebelahan maka diperlukan proses pembersihan anus dan perineum secara keseluruhan.

14
F. Waktu Perawatan

a. Persiapan

1). Ibu Pos Partum

Perawatan perineum sebaiknya dilakukan di kamar mandi dengan posisi ibu jongkok
jika ibu telah mampu atau berdiri dengan posisi kaki terbuka.

2). Alat dan bahan

Alat yang digunakan adalah botol, baskom dan gayung atau shower air hangat dan
handuk bersih. Sedangkan bahan yang digunakan adalah air hangat, pembalut nifas baru dan
antiseptik (Fereer, 2001).

b. Penatalaksanaan

Perawatan khusus perineal bagi wanita setelah melahirkan anak mengurangi rasa
ketidaknyamanan, kebersihan, mencegah infeksi, dan meningkatkan penyembuhan dengan
prosedur pelaksanaan menurut Hamilton (2002) adalah sebagai berikut:

1). Mencuci tangannya

2). Mengisi botol plastik yang dimiliki dengan air hangat

3). Buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan ke bawah mengarah ke rectum dan
letakkan pembalut tersebut ke dalam kantung plastik.

4). Berkemih dan BAB ke toilet

5). Semprotkan ke seluruh perineum dengan air

6). Keringkan perineum dengan menggunakan tissue dari depan ke belakang.

7). Pasang pembalut dari depan ke belakang.

8). Cuci kembali tangan

15
c. Evaluasi

Parameter yang digunakan dalam evaluasi hasil perawatan adalah:

1). Perineum tidak lembab

2). Posisi pembalut tepat

3). Ibu merasa nyaman

G. Faktor yang Mempengaruhi Perawatan Perineum

a. Gizi

Faktor gizi terutama protein akan sangat mempengaruhi terhadap proses


penyembuhan luka pada perineum karena penggantian jaringan sangat membutuhkan protein.

b. Obat-obatan

1). Steroid : Dapat menyamarkan adanya infeksi dengan menggangu respon inflamasi
normal.

2). Antikoagulan : Dapat menyebabkan hemoragi.

3). Antibiotik spektrum luas / spesifik : Efektif bila diberikan segera sebelum pembedahan
untuk patolagi spesifik atau kontaminasi bakteri. Jika diberikan setelah luka ditutup, tidak
efektif karena koagulasi intrvaskular.

c. Keturunan

Sifat genetik seseorang akan mempengaruhi kemampuan dirinya dalam penyembuhan


luka. Salah satu sifat genetik yang mempengaruhi adalah kemampuan dalam sekresi insulin
dapat dihambat, sehingga menyebabkan glukosa darah meningkat. Dapat terjadi penipisan
protein-kalori.

16
d. Sarana prasarana

Kemampuan ibu dalam menyediakan sarana dan prasarana dalam perawatan perineum
akan sangat mempengaruhi penyembuhan perineum, misalnya kemampuan ibu dalam
menyediakan antiseptik.

e. Budaya dan Keyakinan

Budaya dan keyakinan akan mempengaruhi penyembuhan perineum, misalnya


kebiasaan tarak telur, ikan dan daging ayam, akan mempengaruhi asupan gizi ibu yang akan
sangat mempengaruhi penyembuhan luka.

H. Dampak dariPerawatan Luka Perineum

Perawatan perineum yang dilakukan dengan baik dapat menghindarkan hal berikut
ini:

a. Infeksi

Kondisi perineum yang terkena lokia dan lembab akan sangat menunjang
perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada perineum.

b. Komplikasi

Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran kandung kemih
ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya komplikasi infeksi kandung
kemih maupun infeksi pada jalan lahir.

c. Kematian ibu post partum

Penanganan komplikasi yang lambat dapat menyebabkan terjadinya kematian pada


ibu post partum mengingat kondisi fisik ibu post partum masih lemah (Suwiyoga, 2004).

17
I. Pencegahan Terjadinya Luka Perineum

Memberikan atau memberitahukan kepada ibu yng ingin melahirkan bahwa pada saat
ibu merasa adanya perasaan ingin BAB baru mengedan dan itu pun harus dengan bimbingan
bidan dalam meneran. Ibu tidak boleh meneran sekehendak atau sesuka ibu pabila tidak saat
sakit maka dapat berakibat rupture atau robek pada perineum.

J. Peran Bidan dalam Kasus Ini

1. Menjelaskan pada ibu tentang cara meneran yang baik

2. Ajarkan cara meneran yang baik

3. Saat kepala bayi akan keluar bidan menahan perineum dengan tangan agar tidak terjadi
robekan atau robeka tidak terjadi begitu parah.

4. Bila ibu hamil dan bidan melakukan kerjasama dengan baik, maka luka perineum dapat
teratasi dan tidak terlalu parah.

18
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Tromboflebitis dibagi menjadi 2, yaitu: Pelvio tromboflebitis dan Tromboflebitis
Femoralis. Faktor penyebab terjadinya infeksi tromboflebitis antara lain : pasca bedah,
perluasan infeksi endometrium., mempunyai varises pada vena, obesitas, pernah mengalami
tromboflebitis, berusia 30 tahun lebih dan pada saat persalinan, trauma, adanya malignitas
(karsinoma), dan memiliki insidens tinggi untuk mengalami tromboflebitis.
Penderita-penderita umumnya mengeluh spontan terjadinya nyeri di daerah vena
(nyeri yang terlokalisasi), yang nyeri tekan, kulit di sekitarnya kemerahan (timbul dengan
cepat diatas vena) dan terasa hangat sampai panas. Managemen / Penatalaksanaan : Pelvio
tromboflebitis dan Tromboflebitis femoralis.
Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara
paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran placenta
sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil.
Bentuk luka perineum setelah melahirkan ada 2 macam yaitu :

a. Rupture

Rupture adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara
alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan. Bentuk
rupture biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan.
(Hamilton, 2002).

b. Episotomi

Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perineum untuk memperbesar muara
vagina yang dilakukan tepat sebelum keluarnya kepala bayi (Eisenberg, A., 1996).

3.2. Saran
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam memberikan
pelayanan kebidanan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari

19
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marylin E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan


dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
http://cakulanakbidan.blogspot.com/2009/10/makalah-trombopeblitis.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Tromboflebitis
http://medicastore.com/penyakit/646/Flebitis_Superfisialis.html
http://stasiunbidan.blogspot.com/2009/04/askeb-ibu-nifas-dengan-tromboflebitis.html
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://skin-care.health-
cares.net/superficialtromboflebitis.php&ei=k7HrSrLOLofm6gODiNjxCw&sa=X&oi=translat
e&ct=result&resnum=8&ved=0CCkQ7gEwBw&prev=/search%3Fq%3Dtromboflebitis
%26hl%3Did

Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, Sarwono, 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

20

Anda mungkin juga menyukai