Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan sering kali mengakibatkan perlukaan


jalan lahir. Luka-luka biasanya ringan, tetapi kadang-
kadang terjadi juga luka yang luas dan berbahaya.
Setelah persalinan harus selalu dilakukan pemeriksaan
vulva dan perinium. Pemeriksaan vagina dan serviks
dengan spekulum perlu dilakukan setelah pembedahan
pervaginam.
Sebagai akibat persalinan, terutama pada seorang
primipara, bisa timbul luka pada vulva di sekitar introitus
vagina yang biasanya tidak dalam akan tetapi kadang-
kadang bisa timbul perdarahan banyak, khususnya pada
luka dekat klitoris.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana penatalaksanaan dalam menangani
perlukaan jalan lahir

C. Tujuan
1.Mengetahui pengertian dari perlukaan jalan lahir
2.Mengetahui etiologi perlukaan jalan lahir
3.Mengetahui patofisiologi perlukaan jalan lahir
4.Mengetahui tanda dan gejala perlukaan jalan lahir
5.Mengetahui penatalaksanaan medis perlukaan jalan
lahir

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN

1. Robekan Perineum

Tempat yang paling sering mengalami robekan akibat


persalinan adalah perineum. Robekan perineum terjadi
hampir pada semua persalinan pertama dan tidak jarang
juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum
umunya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas
apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis
lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati panggul
dengan ukuran yang lebih besar.
Robekan perineum dibedakan menjadi
beberapa tingkat (grade)yaitu
Robekan perineum tingkat 1
Apabila hanya kulit perineum dan mukosa vagina yang
robek dan biasanya tidak memerlukan penjahitan.
Robekan perineum tingkat 2
Pada robekan tingkat 2 ada robekan yang lebih mendalam
dan luas ke vagina dan perineum dengan melukai fasia
serta otot-otot diafragma urogenitalis. Pada robekan ini,
setelah diberi anastesi local otot-otot diafragma
urogenitalis dihubungkan di garis tengah dengan jahitan
dan kemudian luka pada vagina dan kulit perineum ditutup
dengan mengikutsertakan jaringan-jaringan di bawahnya.

Robekan perineum tingkat 3


Pada robekan tingkat 3 atau robekan total muskulus
sfingter ani eksternum ikut terputus dan kadang-kadang
dinding depan rectum ikut robek pula. Menjahit robekan
tingkat 3 harus dilakukan dengan teliti, mula-mula dinding
depan rectum yang robek dijahit , kemudian fasia-
prasektal ditutup dan muskulus sfingter ani eksternum
yang robek dijahit. Selanjutnya dilakukan penutupan
robekan dengan mengikutsertakan jaringan-jaringan di
bawahnya.

Perlukaan perineum umumnya terjadi unilateral, namun


dapat juga bilateral. Perlukaan pada diafragma
urogenitalis dan muskulus levator ani yang terjadi pada
waktu persalinan normal atau persalinan dengan alat
dapat terjadi tanpa luka pada kulit perineum atau pada
vagina, sehingga tidak kelihatan dari luar. Perlukaan
demikian dapat melemahkan dasar panggul sehingga
mudah terjadi prolapsus genitalia.

2. Robekan Serviks
Persalinan selalu mengakibatkan robekan serviks
sehinggga serviks seorang multipara berbeda daripada
yang belum pernah melahirkan per vaginam. Robekan
serviks yang luas menimbulkan perdarahan dan dapat
menjalar ke segmen bawah uterus. Apabila terjadi
perdarahan yang tidak berhenti meskipun plasenta sudah
lahir lengkap dan uterus berkontraksi baik, perlu dipikirkan
perlukaan jalan lahir, khusunya robekan serviks uteri.
Dalam keadaan ini serviks harus diperiksa dengan
spekulum. Apabila ada robekan, serviks perlu ditarik
keluar dengan beberapa cunam ovum supaya batas
antara robekan dapat dilihat dengan baik. Jahitan pertama
dilakukan pada ujung atas luka baru kemudian diadakan
jahitan terus ke bawah.

3. Robekan Vulva dan Vagina


Robekan pada dinding depan vagina sering kali
terjadi di sekitar orifisium uretra eksternum dan klitoris.
Robekan pada klitoris dapat menimbulkan perdarahan
banyak. Kadang-kadang perdarahan tersebut tidak dapat
diatasi hanya dengan penjahitan, tetapi diperlukan
penjepitan dengan cunam selama beberapa hari.
Robekan pada vagina dapat bersifat luka tersendiri, atau
merupakan lanjutan robekan perineum. Robekan vagina
sepertiga bagian atas umumnya merupakan lanjutan
robekan serviks uteri. Pada umunya robekan vagina
terjadi karena regangan jalan lahir yang berlebihan dan
tiba-tiba ketika janin dilahirkan. Bila terjadi robekan pada
dinding vagina akan timbul perdarahan segera setelah
janin lahir. Diagnose ditegakkan dengan mengadakan
pemeriksaan langsung dengan menggunakan speculum.

4.Rupture Uteri
Dalam Unpad, 2003, Kejadian ini merupakan salah
satu malapetaka terbesar dalam ilmu kebidanan.
Kematian anak mendekati 100% dan kematian ibu sekitar
30%. Secara teori robekan rahim dapat dibagi sebagai
berikut:
a. Spontan
Karena dinding rahim lemah seperti pada luka seksio
sesarea, luka enukleasi mioma, dan hipoplasia uteri.
Mungkin juga karena kuretase, pelepasan plasenta secara
manual dan sepsis pascapersalinan atau pasca abortus
Dinding rahim baik tetapi robekan terjadi karena
bagian depan tidak maju,misalnya pada panggul sempit
atau kelainan letak.
campuran
b. Violent (rudapaksa): karena trauma (kecelakaan) dan
pertolongan versi dan ekstrasi (ekspresi Kristeller)

B. ETIOLOGI

1. Robekan perineum
Umumnya terjadi pada persalinan :
a. Kepala janin terlalu cepat lahir
b. Persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya
c. Jaringan parut pada perinium
d. Distosia bahu
2. Robekan serviks
a. Partus presipitatus
b. Trauma krn pemakaian alat-alat operasi
c. Melahirkan kepala pada letak sungsang scr
paksa,
pembukaan belum lengkap
d. Partus lama
3. Ruptur Uteri
a. Riwayat pembedahan terhadap fundus atau
korpus uterus
b. Induksi dengan oksitosin yang sembarangan
atau persalinan yang lama
c. Presentasi abnormal (terutama terjadi penipisan
pada segmen bawah uterus).

4. Panggul sempit
5. Letak lintang
6. Hydrosephalus
7. Tumor yg menghalangi jalan lahir
8. presentasi dahi atau muka

C. PATOFISIOLOGI

1. Robekan Perineum

Robekan perineum terjadi pada semua persalinan


pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya.
Robekan ini dapat dihindarkan atau dikurangi dengan
menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala
janin dengan cepat, sebaliknya kepala janin yang akan
lahir jangan ditahan terlampau kuat dan lama, karena
akan menyebabkan asfiksia dan pendarahan dalam
tengkorok janin, dan melemahkan otot-otot dan fasia pada
dasar panggul karena diregangkan terlalu lama.
Robekan perineum umumnya terjadi digaris
tengah dan bias menjadi luas apabila kepala janin lahir
terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa
sehingga kepala janin terpaksa lahir lebih ke belakang
daripada biasa, kepala janin melewati pintu bawah
panggul dengan ukuran yang lebih besar daripada
sirkumferensia suboksipito-bregmatika, atau anak
dilahirkan dengan pembedahan vaginial.

2. Robekan Serviks
Persalinan selalu mengakibatkan robekan serviks,
sehingga serviks seorang multipara berbeda daripada
yang belum pernah melahirkan per vaginam. Robekan
serviks yang luas mengakibatkan perdarahan dan dapat
menjalar ke segmen bawah uterus. Apabila terjadi
perdarahan yang tidak berhenti meskipun plasenta sudah
lahir lengkap dan uterus berkontraksi baik, perlu dipikirkan
perlukaan jalan lahir, khususnya robekan serviks uteri.

3. Rupture Uteri
1. Ruptura uteri spontan
a. Terjadi spontan dan seagian besar pada persalinan
b. Terjadi gangguan mekanisme persalinan sehingga
menimbulkan ketegangan segmen bawah rahim
yang berlebihan
2. Ruptur uteri trumatik
a. Pada persalinan
b.Timbulnya ruptura uteri karena tindakan seperti
ekstraksi forsep, ekstraksi vakum, dll
3. Rupture uteri pada bekas luka uterus
Terjadinya spontan atau bekas seksio sesarea dan
bekas operasi pada uterus.

D. TANDA DAN GEJALA


Robekan jalan lahir
Tanda dan Gejala yang selalu ada :
a. Pendarahan segera
b. Darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir
c. Uterus kontraksi baik
d. Plasenta baik
Gejala dan tanda yang kadang-kadang ada
1. Pucat
2. Lemah
3. Menggigil
Rupture Uteri
Tanda dan gejala ruptur uteri dapat terjadi secara
dramatis atau tenang.
- Dramatis
>Nyeri tajam, yang sangat pada abdomen bawah
saat kontraksi hebat memuncak
>Penghentian kontraksi uterus disertai hilangnya
rasa nyeri
>Perdarahan vagina (dalam jumlah sedikit
atau hemoragi)
>Terdapat tanda dan gejala syok, denyut
nadi meningkat, tekanan darah
menurun dan nafas pendek (sesak)
>Temuan pada palpasi abdomen tidak sama
dengan temuan terdahulu
>Bagian presentasi dapat digerakkan diatas
rongga panggul
>Janin dapat tereposisi atau terelokasi secara
dramatis dalam abdomen ibu
>Bagian janin lebih mudah dipalpasi
>Gerakan janin dapat menjadi kuat dan
kemudian menurun menjadi tidak ada gerakan dan DJJ
sama sekali atau DJJ masih didengar
>Lingkar uterus dan kepadatannya (kontraksi) dapat
dirasakan disamping janin (janin seperti berada
diluar uterus).
- Tenang
>Kemungkinan terjadi muntah
>Nyeri tekan meningkat diseluruh abdomen
>Nyeri berat pada suprapubis
>Kontraksi uterus hipotonik
>Perkembangan persalinan menurun
>Perasaan ingin pingsan
>Hematuri (kadang-kadang kencing darah)
>Perdarahan vagina (kadang-kadang)
>Tanda-tanda syok progresif
>Kontraksi dapat berlanjut tanpa menimbulkan efek
pada serviks atau kontraksi mungkin tidak dirasakan
>DJJ mungkin akan hilang

E. PENATALAKSANAAN

PENJAHITAN ROBEKAN SERVIKS


Tinjau kembali prinsip perawatan umum dan oleskan
larutan anti septik ke vagina dan serviks

Berikan dukungan dan penguatan emosional. Anastesi


tidak dibutuhkan padasebasian besar robekan serviks.
Berikan petidin dan diazepam melalui IV secara perlahan
(jangan mencampur obat tersebut dalam spuit yang sama)
atau gunakan ketamin untuk robekan serviks yang tinggi
dan lebar
Minta asisten memberikan tekanan pada fundus dengan
lembut untuk membantu mendorong serviks jadi terlihat
Gunakan retraktor vagina untuk membuka serviks, jika
perlu
Pegang serviks dengan forcep cincin atau forcep spons
dengan hatihati. Letakkan forcep pada kedua sisi
robekan dan tarik dalam berbagai arah secara perlahan
untuk melihat seluruh serviks. Mungkin terdapat beberapa
robekan.
Tutup robekan serviks dengan jahitan jelujur
menggunakan benang catgut kromik atau poliglokolik 0
yang dimulai pada apeks(tepi atas robekan) yang
seringkali menjadi sumber pendarahan.
Jika bagian panjang bibir serviks robek, jahit dengan
jahitan jelujur menggunakan benang catgut kromik atau
poliglikolik 0.
Jika apeks sulit diraih dan diikat, pegang pegang apeks
dengan forcep arteri atau forcep cincin. Pertahankan
forcep tetap terpasang selama 4 jam. Jangan terus
berupaya mengikat tempat pendarahan karena upaya
tersebut dapat mempererat pendarahan. Selanjutnya :

- Setelah 4 jam, buka forcep sebagian tetapi jangan


dikeluarkan.
- Setelah 4 jam berikutnya, keluarkan seluruh forcep.

PENJAHITAN ROBEKAN VAGINA DAN PERINIUM


Terdapat empat derajat robekan yang bisa terjadi
saat pelahiran, yaitu :
Tingkat I : Robekan hanya pada selaput lender vagina dan
jaringan ikat
Tingkat II : Robekan mengenai mukosa vagina, jaringan
ikat, dan otot dibawahnya tetapi tidak menenai spingter
ani
Tingkat III : robekan mengenai trnseksi lengkap dan otot
spingter ani
Tingkat IV : robekan sampai mukosa rectum.

PENJAHITAN ROBEKAN DERAJAT I DAN II


Sebagian besar derajat I menutup secara spontan
tanpa dijahit.
Tinjau kembali prinsip perawatan secara umum.
Berikan dukungan dan penguatan emosional. Gunakan
anastesi lokal dengan lignokain. Gunakan blok pedendal,
jika perlu.
Minta asisten memeriksa uterus dan memastikan bahwa
uterus berkontraksi.
Periksa vagina, perinium, dan serviks secara cermat.
Jika robekan perinium panjang dan dalam, inspeksi
untuk memastikan bahwa tidak terdapat robekan derajat
III dan IV.
- Masukkan jari yang memakai sarung tangan kedalam
anus
- Angkat jari dengan hati-hati dan identifikasi sfingter.
- Periksa tonus otot atau kerapatan sfingter
Ganti sarung tangan yang bersih, steril atau DTT
Jika spingter cedera, lihat bagian penjahitan robekan
derajat III dan IV.
Jika spingter tidak cedera, tindak lanjuti dengan
penjahitan

PENJAHITAN ROBEKAN PERINEUM DERAJAT III DAN


IV
Jahit robekan diruang operasi
Tinjau kembali prinsip perawatan umum
Berikan dukungan dan penguatan emosional. Gunakan
anastesi lokal dengan lignokain. Gunakan blok pedendal,
ketamin atau anastesi spinal. Penjahitan dapat dilakukan
menggunakn anastesi lokal dengan lignokain dan petidin
serta diazepam melalui IV dengan perlahan (jangan
mencampur dengan spuit yang sama) jika semua tepi
robekan dapat dilihat, tetapi hal tersebut jarang terjadi.
Minta asisten memeriksa uterus dan memastikan bahwa
uterus berkontraksi.
Periksa vagina, perinium, dan serviks secara cermat.
Untuk melihat apakah spingter ani robek.
- Masukkan jari yang memakai sarung tangan kedalam
anus
- Angkat jari dengan hati-hati dan identifikasi sfingter.
- Periksa permukaan rektum dan perhatikan robekan
dengan cermat.

Ganti sarung tangan yang bersih, steril atau yang DTT


Oleskan larutan antiseptik kerobekan dan keluarkan
materi fekal, jika ada.
Pastikan bahwa tidak alergi terhadap lignokain atau
obat-obatan terkait.
Masukan sekitar 10 ml larutan lignokain 0,5 % ke bawah
mukosa vagina, kebah kulit perineum dan ke otot perinatal
yang dalam.
Pada akhir penyuntikan, tunggu selama dua menit
kemudian jepit area robekan dengan forcep. Jika ibu
dapat merasakan jepitan tsb, tunggu dua menit lagi
kemudian lakukan tes ulang.
Jahit rektum dengan jahitan putus-putus mengguanakan
benang 3-0 atau 4-0 dengan jarak 0,5 cm untuk
menyatukan mukosa.
Jika spingter robek
- Pegang setiap ujung sfingter dengan klem Allis ( sfingter
akan beretraksi jika robek ). Selubung fasia disekitar
sfingter kuat dan tidak robek jika ditarik dengan klem.
- Jahit sfingter dengan dua atau tiga jahitan putus-putus
menggunakan benang 2-0.
Oleskan kembali larutan antiseptik kearea yang dijahit.
Periksa anus dengan jari yang memakai sarung tangan
untuk memastikan penjahitan rektum dan sfingter
dilakukan dengan benar. Selanjutnya, ganti sarung tangan
yang bersih, steril atau yang DTT.
Jahit mukosa vagina, otot perineum dan kulit.

PERBAIKAN RUPTURE UTERUS


Tinjau kembali indikasi.
Tinjau kembali prinsip prawatan umum, prinsip
perawatan operasi dan pasang infus IV.
Berikan dosis tunggal antibiotik profilaksis.
- Ampisilin 2g melalui IV.
- Atau sefazolin 1g melalui IV.
Buka abdomen
-Buat insisi vertikalgaris tengah dibawah umbilikus
sampai kerambut pubis melalui kulit sampai di fasia.
-Buat insisi vertikal 2-3 cm di fasia.
-Pegang tepi fasia dengan forcep dan perpanjang insisi
keatas dan kebawah dengan menggunakan gunting.
-Gunakan jari atau gunting untuk memisahkan otot rektus
(otot dinding abdomen )
-Gunakan jari untuk membuka peritoneum dekat
umbilikus.
-Gunakan gunting untuk memperpanjang insisi ke atas
dan ke bawah guna melihat seluruh uterus.
-Gunakan gunting untuk memisahkan lapisan peritoneum
dan membuka bagian bawah peritoneum dengan hati-hati
guna mencegah cedera kandung kemih.
-Periksa area rupture pada abdomen dan uterus dan
keluarkan bekuan darah.
-Letakkan retraktor abdomen.
Lahirkan bayi dan plasenta.
Infuskan oksitoksin 20 unit dalam 1L cairan IV (salin
normal atau laktat ringer) dengan kecepatan 60 tetes
permenit sampai uterus berkontraksi, kemudian kurangi
menjadi 20 tetes permenit.
Angkat uterus keluar panggul untukmelihat luasnya
cedera.
Periksa bagian depan dan belakang uterus.
Pegang tepi pendarahan uterus denganklem Green
Armytage (forcep cincin)
Pisahkan kandungan kemih dari segmen bawah uterus
dengan diseksi tumpul atau tajam. Jika kandung kemih
memiliki jaringan parut sampai uterus, gunakan gunting
runcing.

RUPTURE SAMPAI SERVIKS DAN VAGINA


Jika uterus robek sampai serviks dan vagina, mobilisasi
kandung kemih minimal 2cm dibawah robekan.
Jika memungkinkan, buat jahitan sepanjang 2cm diatas
bagian bawah robekan serviks dan pertahankan traksi
pada jahitan untuk memperlihatkan bagian-bagian
robekan jika perbaikan dilanjutkan.

PENJAHITAN ROBEKAN UTERUS


Jahit robekan dengan jahitan jelujur mengunci (continous
locking) menggunakan benang catgut kromik (atau
poliglikolik)
Jika perdarahan tidak terkandali atau jika ruptur melalui
insisi klasik atau insisi vertikal terdahulu, buat jahitan
lapisan kedua.
Jika rupture terlalu luas untuk dijahit, tindak lanjuti
dengan histerektomi.
Kontrol pendarahan dalam, gunakan jahitan berbentuk
angka delapan.
Jika ibu meminta ligasi tuba, lakukan prosedur tsb pada
saat ini.
Pasang drain abdomen
Tutup abdomen.
Pastikan tidak ada pendarahan. Keluarkan bekuan
darah dengan menggunakn spons.
Pada semua kasus, periksa adanya cedera pada
kandung kemih.
Jka teridentifikasi adanya cedera kandung kemih,
perbaiki cedera tsb.
Tutup fasia engan jahitan jelujur menggunakan benang
catgut kromik (poliglikolik) .
Jika terdapat tanda-tanda infeksi, tutup jaringan
subcutan dengan kasa dan buat jahitan longgar
menggunakan benang catgut (poligkolik).
Tutup kulit dengan penutupan lambat setelah infeksi
dibersihkan.
Jika tidak terdapat tanda-tanda infeksi, tutup kulit
dengan jahitan matras vertikal menggunakan benang
nelon ( sutra ) 3-0 dan tutup dengan balutan steril.
F. PENUNTUN BELAJAR
DAFTAR TILIK PENJAHITAN PERINEUM

PENUNTUN BELAJAR
PENJAHITAN
PERIEUM

KASUS
NO LANGKAH / TUGAS
1 2 3
Persiapan Penjahitan
1. Siapkan peralatan untuk melakukan penjahitan :
Bak instrumen steril berisi : sepasang sarung tangan,
pemegang jarum, jarum jahit otot dan kulit, chromic catgut
atau catgut no. 2/0 atau 3/0, pinset, gunting benang dan
kassa steril
Alat suntik sekali pakai 10 ml dibuka dan dimasukkan ke
dalam heacting set
Satu ampul lidokain 1% dipatahkan
Kain bersih
Kapas DTT
Air DTT
Lampu sorot / senter yang diarahkan ke vuva/perineum
ibu
Larutan klorin 0.5%
2. Persiapan petugas :
Apron plastik, masker, kacamata pelindung
Sarung tangan DTT/steril
Alas kaki/sepatu boot karet
3. Posisikan bokong ibu pada sudut ujung tempat tidur,
dengan posisi litotomi
4. Cuci tangan dengan sabun, keringkan dengan kain bersih
dan kering
5. Pakai sarung tangan DTT atau steril
6. Isi tabung suntik 10 ml dengan larutan lidokain 1%, dengan
teknik satu tangan, letakkan kembali ke dalam wadah
heacting set
7. Lengkapi pemakaian sarung tangan pada ke dua tangan
8. Pasang kain bersih di bawah bokong ibu
9. Gunakan kasa bersih, untuk membersihkan daerah luka dari
darah atau bekuan darah, dan nilai kembali luas dan
dalamnya robekan pada daerah perineum
10. Beri tahu ibu akan disuntik
11. Tusukkan jarum suntik pada ujung luka / robekan perineum,
masukkan jarum suntik secara subkutan sepanjang tepi luka
12. Aspirasi untuk memastikan tidak ada darah yang terhisap.
Bila ada darah, tarik jarum sedikit dan kembali masukkan.
Ulangi lagi aspirasi ( cairan lidokain yang masuk ke dalam
pembuluh darah dapat menyebabkan gangguan denyut
jantung hingga tidak teratur )
13. Suntikkan cairan lidokain 1% secukupnya sambil menarik
jarum suntik pada tepi luka daerah perineum
14. Tampa menarik jarum suntik keluar dari luka, arahkan jarum
suntik sepanjang tepi luka pada mukosa vagina, lakukan
aspirasi, suntikkan cairan lidokain 1% sambil menarik jarum
suntik. ( Bila robekan besar dan dalam, anastesi daerah
bagian dalam robekan alur suntikan anastesi akan
berbentuk seperti kipas : tepi perineum, dalam luka, tepi
mukosa vagina )
15. Lakukan langkah no. 11 s/d 14 untuk ke dua tepi robekan
16. Tunggu 1-2 menit sebelum melakukan penjahitan untuk
mendapatkan hasil optimal dari anastesi
Penjahitan Robekan
17. Lakukan inspeksi vagina dan perineum untuk melihat
robekan. Rabalah dengan ujung jari anda seluruh daerah
luka. Lihatlah dengan cermat dimana ujung luka tersebut
18. Jika ada perdarahan yang terlihat menutupi luka episiotomi,
pasang tampon atau kassa ke dalam vagina ( sebaiknya
menggunakan tampan bertali )
19. Tempatkan jarum jahit pada pemegang jarum, kemudian
kunci pemegang jarum
20. Pasang benang jahit pada mata jarum
21. Lihat dengan jelas batas luka episiotomi
22. Lakukan penjahitan pertama 1 cm di atas ujung luka di
dalam vagina ibu.
23. Peganglah pemegang jarum dengan tangan lainnya.
Gunakan pemegang jarum (pinset) untuk menarik jarum
melalui jaringan. Jangan sekali-kali menggunakan jari
tangn. Menggunakan jari tangan untuk meraba jarum
adalah berbahaya. Anda bisa menusuk jari tangan anda
atau melobangi sarung tangan anda yang akan
meningkatkan risiko terkena infeksi kuman dari darah
seperti HIV atau hepatitis B
24. Ikat jahitan pertama dengan simpul mati. Potong
ujung benang yang bebas ( ujung benang tampa jarum )
hingga tersisa kira-kira 1 cm
25. Jahit mukosa vagina dengan menggunakan jahitan jelujur
hingga tepat di belakang lingkaran himen.
26. Jarum kemudian akan menembus mukosa vagina, sampai
kebelakang lingkaran himen, dan tarik keluar pada luka
perineum. Perhatikan seberapa dekatnya jarum ke puncak
lukanya.
27. Gunakan teknik jahitan jelujur saat anda menjahit lapisan
ototnya. Lihat ke dalam luka untuk mengetahui letak
ototnya. Otot biasanya tampak sedikit lebih merah dan
rasanya agak keras bila disentuh. Penting sekali untuk
menjahit otot ke otot. Rasakan dasar dari luka, ketika anda
sudah mencapai ujung luka, berarti anda telah menutup
lapisan otot yang dalam
28. Setelah mencapai ujung luka yang paling akhir dari luka,
putarlah arah jarum anda dan mulailah menjahit ke arah
vagina, dengan menggunakan jahitan untuk menutup
jaringan subcuticuler. Carilah lapisan subcuticuler umumnya
lembut dan memiliki warna yang sama dengan mukosa
vagina. Kini anda membuat jahitan lapis kedua. Perhatikan
sudut jarumnya. Jahitan lapis kedua ini akan meninggalkan
lebar luka kira-kira 0.5 cm terbuka. Luka ini akan menutup
sendiri pada waktu proses penyembuhan berlangsung
29. Sekarang pindahkan jahitannya dari bagian luka perineal
kembali ke vagina di belakang cincin himen untuk
diamankan, diikat dan dipotong benangnya.
30. Ikatlah jahitannya dengan simpul mati. Untuk membuat
simpul tersebut benar-benar kuat, buatlah 1 kali simpul
mati
31. Potong kedua ujung benang, dan hanya disisakan masing-
masing 1 cm. Jika ujung dipotong terlalu pendek, jahitan
mungkin akan bisa terlepas. Jika hal ini terjadi, seluruh
jahitan episiotomi akan menjadi longgar dan terlepas
32. Masukkan jari anda ke dalam rektum
33. Rabalah puncak dinding rektum untuk mengetahui apakah
ada jahitan. Jika anda meraba ada jahitan, maka pastikan
agar anda memeriksa kembali rektum tersebut 6 minggu
pasca kelahiran. Jika belum sepenuhnya sembuh pada saat
itu (yakni, anda merasakan adanya fistula), maka rujuklah
ibu tersebut ke dokter
34. Periksa ulang kembali untuk memastikan bahwa anda tidak
meninggalkan apapun seperti kassa, tampon, instrumen di
dalam vagina ibu
35. Cucilah alat kelamin ibu dengan air bersabun
37. Keringkan dan buat ibu merasa nyaman
38. Berikan petunjuk kepada ibu mengenai cara pembersihan
daerah perineum dengan sabun dan air 3 sampai 4 kali
setiap hari. Kalau tidak, ia harus menjaga agar perineumnya
tetap kering dan bersih. Beritahu ibu agar jangan
memasukkan benda apapun ke dalam vaginanya
39. Dan mintalah agar ibu kembali dalam waktu satu minggu
agar anda bisa memeriksanya kembali
50. Jika memungkinkan, periksa perineum setiap hari selama 3-
4 hari. Lihat, kalau-kalau ada bintik merah, nanah atau
jahitan yang lepas atau terbuka, atau hematoma.
Hematoma bisa tampak seperti luka lecet atau
pembengkakan yang mengkilap. Periksa dengan cermat
untuk mengetahui apakah ia bertambah besar. Jika
panjangnya lebih dari 3-4 cm, rujuklah ibu tersebut ke
rumah sakit agar hematoma tersebut bisa dibuka
danbekuan darahnya bisa dibuang lalu dijahit kembali
SKOR NILAI = NILAI X 100%
150
TANGGAL
PARAF PEMBIMBING

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kami dapat menyimpulkan bahwa perlukaan pada
jalan lahir, sebagai akibat persalinan, terutama pada
seorang primipara. Baik itu berupa robekan perinium,
robekan serviks atau rupture uteri. Hal ini dapat diatasi
apabila seorang tenaga kesehatan dapat mengelolanya
dengan baik.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan agar dapat mengerti tentang
robekan jalan lahir sampai dengan bagaimana manifestasi
klinik dan penatalaksanaan medisnya, menerapkan
konsep asuhan kebidanan kepada klien dengan perlukaan
jalan lahir.
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapakan mampu mengerti tentang robekan jalan lahir
dan dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi klien
serta mampu memberikan asuhan secara komprehensif.

DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, I Gde. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan


dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, S. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP
SP
Prawirohardjo, S. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal.
Jakarta : YBP SP
Sastrawinata. S. 1984. Obstetri Patologi. Bandung :
UNPAD
JHPIEGO, 200, Asuhan Persalinan Normal.

Anda mungkin juga menyukai