PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki hutan tropis yang sangat
luas. Hutan tropis Indonesia memiliki berbagai jenis tumbuhan yang merupakan sumber
daya alam hayati sekaligus sebagai penyedia senyawa kimia yang berkhasiat sebagai obat
atau racun. Menurut Soejarto (1991) luas daerah hutan tropis diperkirakan 7% dari luas
permukaan bumi tapi lebih dari 50% spesies organisme berada di hutan tropis.
Keanekaragaman hayati yang dimiliki hutan tropis Indonesia menjadikan negara ini
menjadi lokasi penelitian yang sangat penting. Jenis-jenis tumbuhan yang beraneka
ragam yang sebagian besar belum teridentifikasi menjadikan peluang yang besar sebagai
sumber senyawa kimia yang berguna. Biopestisida sebagai salah satu produk dari
tumbuhan tersebut dapat menjadi alternatif penggunaan pestisida kimia yang
Amembahayakan.
Keanekaragaman hayati di Indonesia sangat tinggi. Untuk dapat memanfaatkan
kekayaan alam yang telah kita miliki ini, kita harus memiliki pengetahuan yang memadai
terhadap sumber kekayaan alam di Indonesia. Pengetahuan tentang kekayaan alam
tersebut tentunya harus diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian,
kita juga memiliki pengetahuan tentang bagaimana memanfaatkan kekayaan yang kita
miliki tersebut. Keanekaragaman hayati dalam kehidupan sehari-hari oleh manusia
dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan, di antaranya kebutuhan sandang, pangan, papan
dan obat-obatan. Hal tersebut mendorong masyarakat melakukan upaya untuk
melestarikan keakearagaman hayati. Upaya tersebut mulai dari inventarisasi,
pemanfaatan, budidaya, sampai dengan pelestariannya yang melibatkan berbagai disiplin
ilmu, diantaranya Taksonomi, Etnobotani dan Bioteknologi (Ferdinand dan Mokti, 2009).
Riley (2005) menerangkan jumlah spesies tumbuhan yang dikenal orang pada
umumnya cukup banyak, sehingga para ilmuwan mengelompokkannya agar dapat
dipelajari dengan mudah. Tumbuhan sangat penting bagi kehidupan di bumi karena
tumbuhan menghasilkan oksigen yang diperlukan oleh semua hewan termasuk manusia
untuk bernapas. Tumbuhan juga menyediakan makanan yang dimakan oleh banyak
hewan dan manusia. Tumbuhan ada yang mengadung racun dan ada yang tidak.
Tumbuh-tumbuhan yang ada di alam sangat banyak jenisnya. Dari berbagai jenis
tumbuhan tersebut ada sebagian besarnya dimanfaatkan oleh manusia. Namun ada
beberapa yang jarang bahkan tidak dimanfaatkan oleh manusia karena berbahaya
terutama bagi kesehatan manusia. Mungkin saja tanaman yang dibeli ataupun didapat dari
teman-teman merupakan tanaman yang beracun. Keracunan yang ditimbulkan oleh
tanaman-tanaman ini, umumnya belum ada penawar. Jadi sebaiknya diusahakan jangan
sampai terpapar racun tumbuhan-tumbuhan tersebut (Seran, 2011).
Setiawati dkk. (2008) menjelaskan bahwa lebih dari 1.500 spesies tumbuhan dari
berbagai penjuru dunia diketahui dapat digunakan sebagai racun untuk hama tanaman. Di
Filipina, tidak kurang dari 100 spesies tumbuhan telah diketahui mengandung bahan aktif
insektisida. Di Indonesia terdapat 50 famili tumbuhan penghasil racun. Famili tumbuhan
yang dianggap merupakan sumber potensial racun untuk serangga pengganggu bagi
tanaman antara lain Meliaceae, Annonaceae, Asteraceae, Piperaceae dan Rutaceae.
Spesies-spesies tumbuhan beracun memiliki manfaat sebagai insektisida nabati, fungisida
nabati, moluskasida nabati, nematisida nabati, bakterisida nabati, dan rodentisida nabati.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa itu tumbuhan beracun ?
2. Apa saja ciri – ciri tumbuhan yang beracun ?
3. Apa saja jenis tumbuhan beracun ?
4. Bagaimana cara masuknya racun tumbuhan ke dalam tubuh ?
5. Bagaimana cara menjaga keselamatan dari tumbuhan beracun ?
6. Bagaimana cara mengobati keracunan akibat tumbuhan beracun ?
7. Apa manfaatan tumbuhan beracun ?
C. Tujuan
Tujuannya adalah sebagai berikut :
1.Untuk mengetahui apa itu tumbuhan beracun
2. Untuk mengetahui ciri tumbuhan beracun
3. Untuk mengetahui berbagai jenis tumbuhan beracun.
4. Untuk mengetahui cara masuknya racun tumbuhan ke dalam tubuh kita.
5. Untuk mengetahui cara dalam menjaga keselamatan dari tumbuhan beracun.
6. Untuk mengetahui cara mengobati keracunan yang diakibatkan tumbuhan beracun.
7. Untuk mengetahui manfaat tumbuhan beracun
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tumbuhan Beracun
1. Definisi Tumbuhan Beracun
Racun adalah zat atau senyawa yang dapat masuk ke dalam tubuh dengan
berbagai cara yang menghambat respon pada sistem biologis sehingga dapat
menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Umumnya berbagai
bahan kimia yang mempunyai sifat berbahaya atau bersifat racun, telah diketahui.
Namun tidak demikian halnya dengan beberapa jenis hewan dan tumbuhan, termasuk
beberapa jenis tanaman pangan yang ternyata dapat mengandung racun alami,
walaupun dengan kadar yang sangat rendah. Tanaman pangan seperti sayuran dan
buah-buahan memiliki kandungan nutrien, vitamin, dan mineral yang berguna bagi
kesehatan manusia serta merupakan komponen penting untuk diet sehat. Meskipun
demikian, beberapa jenis sayuran dan buahbuahan dapat mengandung racun alami
yang berpotensi membahayakan kesehatan manusia. Racun alami adalah zat yang
secara alami terdapat pada tumbuhan, dan sebenarnya merupakan salah satu
mekanisme dari tumbuhan tersebut untuk melawan serangan jamur, serangga, serta
predator (BPOM, 2012).
Tumbuhan beracun adalah tumbuhan yang mengandung sejumlah besar zat kimia
apabila terjadi kontak langsung dengan manusia dan hewan baik dimakan atau
dihirup melebihi kadar yang ditentukan, berakibat sakit atau mematikan (Widodo,
2005). Tumbuhan beracun sebagai tumbuhan yang menyebabkan kesehatan normal
terganggu apabila bagian-bagian tertentu darinya digunakan oleh manusia atau hewan
yang dapat menerima dampaknya. Syahputra (2001) pernah meneliti lebih kurang 700
spesies tumbuhan yang beracun dan masih banyak lagi yang belum diketahui.
Tumbuhan yang digolongkan ke dalam tumbuhan beracun terdiri daripada kumpulan
rumpair, kulat, paku-pakis dan tumbuhan tinggi.
Menurut (Widodo, 2005) terdapatnya racun (anti nutrisi) pada tumbuhan
umumnya terjadi karena 2 faktor :
faktor dalam (faktor intrinsik)
faktor dalam yaitu suatu keadaan dimana tumbuhan tersebut secara
genetik mempunyai atau mampu memproduksi anti nutrisi tersebut dalam
organ tubuhnya. Zat-zat anti nutrisi contohnya alkaloid, asam amino
toksik, saponin dan lain-lain.
faktor luar (faktor lingkungan)
faktor luar yaitu keadaan dimana secara genetik tumbuhan tidak
mengandung unsur anti nutrisi tersebut, tetapi karena pengaruh luar yang
berlebihan atau mendesak, zat yang tidak diinginkan mungkin masuk
dalam organ tubuhnya. Contohnya adalah terdapatnya Se (Selenium)
berlebihan pada tanaman yang mengakumulasi Se dalam protein misalnya
pada Astralagus sp. Juga unsur radioaktif yang masuk dalam rantai
metabolik unsur yang kemudian terdeposit sebagai unsur-unsur berbahaya.
Tanaman ini sering ditemukan didaerah semak belukar,tepi hutan dan padang rumput
sesuai denga pernyataan Tanasale (2010) yang menyatakan Clidemia Hirta sering tumbuh
dan dijumpai ditepi hutan,semak belukan,tepi jurang,daeraah terbuka, dan terganggu seperti
pinggiran jalan, padang rumput dan perkebunan. Bandetan merupakan Bandetan merupakan
tumbuhan perdu yang tegak dan naik dengan tinggi 0,5-2 meter. Batang bulat, berbulu rapat
atau bersisik, percabangan simpodial dan berwarna cokelat. Daun dari bandetan ini yaitu
tunggal, berbentuk bulat telur, panjang 2-20 cm, lebar 1-8 cm, ujung dan pangkal daun
runcing, tepi rata, berbulu dan berwarna hijau. Kandungan kimia daun Bendetan (Clidemia
hirta) yang terkandung adalah senyawa golongan terpen, alkaloid dan tannin. Hal ini
membuktikan bahwa kelima jenis tumbuhan yang mengandung alkaloid dapat dijadikan
sebagai pengobatan dan juga sebagai pestisida atau anti hama. Sedangkan senyawa tanin
menurut Goldstein dan Swain (1965) adalah sebagai penghambat enzim hama. Sehingga
tanaman bendetan digunakan sebagai pembunuh hama atau peptisida alami.
Ada 3 macam cara masuknya racun tumbuhan ke dalam tubuh manusia yaitu sebagai
berikut :
1. Melalui mulut/alat pencernaan
Cara masuknya racun melalui mulut adalah saat kita menelan tanaman tersebut. Perlu
diketahui bahwa tumbuhan yang dapat mengakibatkan keracunan itu bukan hanya
tumbuhan beracun seperti jenis tumbuhan yang tertera diatas.Tetapi tumbuhan yang
tidak beracun juga dapat berubah menjadi tumbuhan beracun dikarenakan suatu hal,
misalnya kentang dan wortel yang berwarna agak kehijau-hijauan. Warna kehijau-
hijauan ini disebabkan oleh racun glycoalkaloid. Jika kita memakan kentang yang
telah berwarna kehijau-hijauan tersebut maka racun yang terkandung dalam kentang
akan masuk ke dalam tubuh kita dan menyebabkan keracunan. Oleh sebab itu, kita
harus meneliti dengan seksama apapun yang akan kita makan.
2. Melalui pernafasan
Racun dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui indra pembau.Ada beberapa
jenis tumbuhan yang berbau dan dapat mengganggu indra pembau
manusia.Tumbyhan tersebut adalah jenis tumbuhan beracun misalnya bunga bangkai
(Raflesia Arnoldi).Jika kita menjumpai tumbuhan tersebut dan terlalu mencium
baunya,maka akan menyebabkan kita pusing.
3. Melalui kulit atau absorbsi (kontak)
Tumbuhan beracun yang terpapar melalui permukaan kulit dan dapat meresap ke
dalam kulit akan mengakibatkan rasa gatal.Rasa gatal tersebut dikarenakan tumbuhan
itu memiliki bulu - bulu halus yang bila tersentuh oleh kulit kita akan menempel pada
kulit dan mengakibatkan gatal.
C. Cara Menjaga Keselamatan terhadap Tanaman Beracun
Pada dasarnya tumbuhan terbagi menjadi dua golongan yaitu tumbuhan yang
beracun dan tumbuhan yang tidak beracun. Untuk menjaga keselamatan dari tumbuhan
beracun dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:
1. Banyak mencari informasi tentang tanaman beracun diberbagai media.
2. Untuk keselamatan anak- anak, orang tua perlu mengawasi dan mengenalkan
kepada anak tentang tanaman beracun.
3. Beri pengertian kepada anak agar tidak sembarangan bermain dengan tumbuhan
yang tidak di kenal.
4. Perhatikan tumbuhan disekitar kita pastikan bahwa tumbuhan itu tidak kotor atau
berlumpur, tidak berbulu, tidak mencolok warnanya, tidak berbau busuk, serta
tidak berbau almond (pahit).Jika terdapat ciri tersebut, sebaiknya jauhkan
tumbuhan tersebut dari pekarangan kita agar tidak terjangkau oleh anak- anak.
5. Jika ingin mengkonsumsi tumbuhan yang baru dikenal, ada baiknya dimasak
dengan menggunakan garam untuk menetralisir racun yang terdapat didalam
tumbuhan yang ingin anda konsumsi.
D. Cara Mengobati Keracunan Tumbuhan Beracun
Penanggulangan keracunan akibat tanaman sebaiknya dilakukan sesegera
mungkin setelah gejala tampak untuk mengurangi akibat buruk yang lebih jauh.Berikut
adalah cara menangani sesuai keluhannya :
Jika iritasi terjadi pada kulit, maka segera bilas dengan air yang mengalir segera,
jauhkan dari paparan sinar matahari dan garukan.
Jika tertelan, maka sebaiknya minum banyak air, atau jika baru terjadi dan
memungkinkan sebaiknya dimuntahkan untuk mengeluarkan racunnya. Minum zat
penawar racun seperti air kelapa, susu dan pil arang.
Jika kondisi semakin parah, sebaiknya segera larikan ke rumah sakit. Jika terjadi pada
hewan ternak atau kesayangan, sebaiknya segera bawa ke dokter hewan.
Badan POM. 2012. Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta : Badan Pengawasan
Obat dan Makanan RI.
Damayanti, Elly K dan E.A.M. Zuhud. 2011. Tumbuhan Obat Berbahaya. Departemen
Konserpasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB, Bogor.
Dasuki, Undang Akhmad. 1994. Sistematik Tumbuhan Tinggi. Pusat Antar Universitas Bidang
Ilmu Hayati Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Department of Natural Resources, Mines and Water. 2006. Siam Weed. Declared no. 1. Natural
Resources, Mines and Water, Pesr. Series, Queensland, Australia. pp. 1-4.
FAO. 2006. Alien invasive species: Impacts on forests and forestry - A review.
http://www.fao.org//docrep/008/j6854e/j6854e00. htm. [09 Januari 2019].
Ferdinand, F Fictor dan Ariebowo Moekti. 2009. Biologi Untuk Kelas X SMA dan MA. Visindo
Media Persada, Jakarta.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, Volume II, Yayasan Sarana Wanajaya :
Diedarkan oleh Koperasi Karyawan. Badan Litbang Kehutanan, Jakarta.
Prawiradiputra, B.R. 1985. Bahan komposisi vegetasi padang rumput alam akibat pengendalian
kirinyu (Chromolaena odorata (L.) R.M. King and H. Robinson di Jonggol, Jawa Barat.
Tesis, Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 79 hlm.
Riley, Peter. 2005. Seri Pustaka Sains Tumbuhan. PT. Intan Sejati, Bandung.
Selfia, Annisa. 2009. Inventarisasi dan Kerapatan Tumbuhan Yang Mengandung Racun di
Kawasan Wisata Air Terjun Hutan Gunung Lindung Desa Gedambaan Kecamatan Pulau
Laut Utara Kabupaten Kotabaru. Skripsi S-1 Pendidikan Biologi FKIP Universitas
Lambung Mangkurat, Banjarmasin.
Setiawati, W., R. Murtiningsih, N. Gunaeni, dan T. Rubiati. 2008. Tumbuhan Bahan Pestisida
Nabati dan Cara Pembuatannya untuk Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan
(OPT). Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Bandung.
Soejarto, D. D., C. Gyllenhal., L. Dawski dan N.R. Famsworth. 1991. Why do Medical Sciences
Need Tropical Rain Forest. Transaction of Illionis State Academy of Science. 84: 65-76.
Syahputra, E. 2001. Hutan Kalbar Sumber Peptisida Botani: Dulu, Kini dan Kelak. IPB. Bogor.
Tanasale, V, 2010. Komunitas Gulma Pada Pertanaman Gandaria Belum Menghasilkan Pada
Ketinggian Tempat Yang Berbeda. UGM Press. Yogyakarta.
Yadav, A.S. and R.S. Tripathi. 1981. Population dynamic of the ruderal weed Eupatorium
odoratum and its natural regulation. Oikos No. 36. Copenhagen.