Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut WHO dan Undang-Undang No 13 Tahun 1998 kesejahteraan

lanjut usia pada pasal 1 ayat 2 yang menyebutkan bahwa umur 60 tahun

adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, akan tetapi

merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang

kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam

menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan

kematian (Padilla, 2013).

Menurut catatan PBB, populasi lansia meningkat dua kali lipat hanya

dalam tempo 25 tahun. Saat ini, PBB memprediksi jumlah manula mencapai

600 juta jiwa di seluruh dunia atau setara dengan 8% total populasi penduduk

dunia dan terus meningkat hingga 1,1 miliar atau 13% di tahun 2035.

Uniknya, fenomena tersebut tidak hanya terjadi di Negara-negara miskin dan

berkembang tetapi juga terjadi di negara-negara maju yang notabene meng

hadapi sindrom less population seperti di AS dan China (Haryanto, 2015).

Pertambahan penduduk lansia lebih cepat terjadi di negara berkembang

seperti Indonesia. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah

penduduk terbesar keempat setelah Cina, India, dan Jepang. Saat ini Indonesia

memiliki 20,8 juta penduduk lansia atau empat kali jumlah penduduk

Singapura. Pada tahun 2035, jumlah lansia diperkirakan akan mencapai 80

juta, di mana setiap empat orang Indonesia terdapat satu orang berumur diatas
60 tahun. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 jumlah lansia

sebanyak 18,1 juta jiwa atau 7,6% dari total penduduk, sedangkan data

Susenas mencapai 20,24 juta jiwa atau 8,03% dari total penduduk ( Kemenkes RI,

2016). Pada tahun 2020 estimasi jumlah penduduk lansia di Indonesia

meningkat menjadi 28,8 juta jiwa atau sekitar 11,34% dari populasi. Tahun

2025 seperlima penduduk Indonesia merupakan lansia (Rahmah, 2014).

Di daerah Sulawesi Utara Sendiri mempunyai jumlah penduduk lansia

sebanyak 213.326 jiwa dan 31.021 jiwa terdapat di Kota Manado. Kecamatan

Bunaken khususnya kelurahan bailing terdapat 91 jiwa penduduk lansia.

Masa lanjut usia merupakan suatu siklus kehidupan manusia secara alami,

tidak dapat dihindari oleh siapapun. Proses menjadi lansia, baik secara fisik

maupun psikologis akan ditandai kemunduran fungsi-fungsi anggota tubuh

yang akan dapat menimbulkan masalah atau gangguan akan memperoleh

aktivitas sehari-hari. Misalnya dalam kelambatan bergerak, kurang cepat

beraksi, berkurangnya daya tahan tubuh, berkurangnya sistem kesehatan

reproduksi dan lain-lain (Rahmah, 2014).

Meningkatnya usia harapan hidup penduduk dapat mengakibatkan

peningkatan jumlah lansia dari tahun ketahun. Peningkatan jumlah lansia ini

dapat mengakibatkan berbagai masalah kesehatan seperti penyakit degeneratif

dan kanker yang menyebabkan menurunnya produktifitas pada lansia karena

menurunnya fungsi tubuh (Rohaedi dkk, 2016). Pada fase ini ciri usia lanjut

biasanya merenungkan hakikat hidupnya dengan lebih intensif serta mencoba

mendekatkan dirinya pada Tuhan (Al Munawaroh dkk, 2017).


Upaya yang dilakukan dalam menangani masalah kesehatan usia lanjut

adalah upaya pembinaan kesehatan, pelayanan kesehatan dan perawatan

(Azizah, 2011). Orang lanjut usia yang mengalami kemunduran fisik, juga akan

mempengaruhi kemandiriannya dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Mandiri

adalah kebebasan untuk bertindak, tidak tergantung pada orang lain, tidak

terpengaruh pada orang lain dan bebas mengatur diri sendiri atau aktivitas

seseorang, baik individu maupun kelompok dari berbagai kesehatan atau

penyakit. Mandiri juga dikatakan merawat diri sendiri atau merawat diri dan

dapat melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (Azizah, 2011).

Kemandirian lansia meningkat sampai usia 40-50 tahun dan mulai

menurun setelah usia 50 tahun, penurunan secara tajam setelah menginjak usia

60 tahun (Asri, 2018).

Dukungan keluarga dalam memelihara dan memotivasi nilai positif

kehidupan serta meningkatkan perilaku kesehatan yang baik menjadi semakin

penting (Pratikwo, 2006). Dukungan keluarga yang optimal mendorong

kesehatan para lansia meningkat, selain itu kegiatan harian para lansia menjadi

teratur dan tidak berlebihan. Bagian dari dukungan sosial adalah cinta dan

kasih sayang yang harus dilihat secara terpisah sebagai bagian asuhan dan

perhatian dalam fungsi efektif keluarga (Sampelan, 2015).

Konsep diri (self-concept) merupakan bagian yang penting dalam

kehidupan mengenai kepribadian setiap manusia. Konsep diri merupakan

suatu hal yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk

membedakan manusia dan makhluk hidup lainnya. Setiap individu memiliki


konsep diri yang dinyatakan melalui sikap dirinya yaitu berupa aktualisasi diri

dari individu tersebut. Setiap individu memiliki dorongan untuk berkembang

yang pada akhirnya menyebabkan individu tersebut sadar akan keberadaan

dirinya. Perkembangan yang dialami setiap individu akan membantu

pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan (Anas, 2013).

Berdasarkan Penelitian Ridlawati (2013) tentang Hubungan Dukungan

Keluarga dan Kemandirian Lansia Dengan Konsep Diri Lansia di Kelurahan

Bambankerep Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang. Desain penelitian ini

menggunakan studi korelasi yang menjelaskan hubungan antara variabel

terikat dan variabel bebas. Metode yang digunakan adalah survey dengan

wawancara menggunakan kuesioner dan observasi. Analisa data menggunakan

Uji Korelasi Rank Spearmen. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada

hubungan antara dukungan keluarga dengan konsep diri lansia dengan nilai p

value 0,041.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka peneliti tertarik

melakukan penelitian tentang “Hubungan Dukungan Keluarga dan

Kemandirian dengan Konsep diri Lansia”

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu Apakah Ada Hubungan

Dukungan Keluarga dan Kemandirian Dengan Konsep Diri Lansia di

Kelurahan Bailang, Kecamatan Bunaken Kota Manado?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini yaitu menganalisa Apakah Ada Hubungan

Dukungan Keluarga dan Kemandirian Dengan Konsep Diri Lansia.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi dukungan keluarga terhadap lansia di

Kelurahan Bailang, Kecamatan Bunaken Kota Manado.

b. Untuk mengdentifikasi kemandirian lansia di Kelurahan Bailang,

Kecamatan Bunaken Kota Manado.

c. Untuk mengidentifikasi konsep diri lansia di Kelurahan Bailang,

Kecamatan Bunaken Kota Manado.

d. Untuk menganalisa Apakah Ada Hubungan Dukungan Keluarga dan

Kemandirian Dengan Konsep Diri Lansia di Kelurahan Bailang,

Kecamatan Bunaken Kota Manado.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini bertujuan untuk pengembangan pengetahuan tentang

keperawatan terkait hubungan dukungan keluarga dan kemandirian dengan

konsep diri lansia.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Instansi Pendidikan

Studi yang dilakukan bisa menjadi bahan ajar atau bahan ilmu bagi

kampus. Sehingga bisa menjadi bahan kajian dalam pembelajaran di

ilmu keperawatan.

b. Bagi Responden
Hasil dari studi bisa memberi wawasan kepada responden sehingga bisa

mengetahui hubungan dukungan keluarga dan kemandirian dengan

konsep diri lansia.

c. Bagi Tenaga Kesehatan

Studi ini bisa dijadikan bahan ilmu bagi perawat mengenai hubungan

dukungan keluarga dan kemandirian dengan konsep diri lansia.

Anda mungkin juga menyukai