TINJAUAN PUSTAKA
Formulasi bahan alam adalah Salah satu kegiatan dalam pembuatan sediaan dimana
menitikberatkan pada kegiatan merancang komposisi bahan baik bahan aktif maupun
bahan tambahan yang diperlukan untuk membuat sediaan tertentu yang meliputi nama
dan takaran bahan, dimana penentuan bahan harus selalu melewati proses studi, Tujuan
formulasi, dengan memperhatikan ketersediaan hayati, adalah untuk menghasilkan
penghantar obat yang dalam setiap unitnya mengandung sejumlah obat (zat aktif) yang
sesuai dengan yang diperlukan, dan dapat melepaskan obatnya untuk menghasilkan onset,
intensitas dan durasi efek obat sesuai yang diharapkan (Agoes, 2017)
Penggunaan obat tradisional secara umum dinilai lebih aman dari pada penggunaan
obat modern. Hal ini disebabkan karena obat tradisional memiliki efek samping yang
relatif lebih sedikit dari pada obat modern (Sari, 2016)
Simplisia adalah bahan alamiah berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat
tanaman yang telah dikeringkan yang digunakan sebagai obat dan belum mengalami
pengolahan atau mengalami pengolahan secara sederhana serta belum merupakan zat
murni kecuali dinyatakan lain suhu pengeringan 60 ℃ (Badan POM RI, 2014).
A. Klasifikas
Tanaman Paku
(Pteridophyta)
Kingdom : Plantae
Subphylum : Pteridophytina
Infraphylum : Filices
Class : Filicopsida
Ordo : Filicales
Family : Dipteridaceae
Genus : Dipteris
B. Morfologi
Morfologi tumbuhan paku adalah rimpang yang tegak, menjalar panjang dan
menjalar pendek. Daun dari tumbuhan paku kebanyakan tunggal (monomorfik) dan
jarang yang dimorfi, kebanyakan tumbuhan paku biasanya dicirikan pertumbuhan
pucuknya yang melingkar, daunnya terdapat spora yang menempel secara teratur dalam
barisan dan ada juga yang menggerombol atau menyebar. Berdasarkan poros bujurnya,
embrio paku dapat dibedakan menjadi kutub atas dan kutub bawah. Kutub atas
berkembang membentuk rimpang dan daun, sedangkan kutub bawah membentuk akar
(Yusna M., dkk, 2016)
Reproduksi yang terdapat pada tumbuhan paku ada dua macam, yang pertama secara
vegetatif yaitu stolon yang menghasilkan gemma (tunas). Reproduksi yang kedua secara
generatif dengan melalui pembentukan sel kelamin jantan dan betina oleh anteridium
yang menghasilkan spermatozoid, dan arkegonium yang menghasilkan ovum
(Lovelles, 2010)
Sistem perakaran tumbuhan paku adalah serabut, biasanya terjadi karena akar yang
keluar pertama kali tidak bersifat dominan sehingga akar ain yang keluar dari batang
menyusul dan menjadi akar serabut (Jamsuri, 2017). Pada tumbuhan paku Cyathea
sejumlah akar berada dekat dengan dasar batang, yang berfungsi untuk kestabilan. Fungsi
rambut-rambut akar tumbuhan paku biasanya untuk menyerap air dan garam mineral
yang berada dalam tanah (Yusuf M., 2019).
Batang tumbuhan paku bermacam-macam, ada yang panjang, pendek dan merambat
atau memanjat. Batang tumbuhan paku dikotom atau bercabang-cabang menggarpu,
biasanya cabang-cabang baru tidak tumbuh dari ketiak daun, melainkan tumbuh dari akar
rimpang akan menbentuk tunas baru untuk memperluas wilayahnya, dan setiap batang
memiliki banyak daun (Yusuf M., 2019).
Daun muda pada tumbuhan paku bisanya melingkar dan menggulung, daun
tumbuhan paku biasanya terdiri dari dua bagian yaitu tangkai dan helai daun. Helaian
daun pada umunya majemuk akan tetapi ada yang bentuknya tunggal. Helaian daun ada
dua macam yaitu daun fertil dan infertil. Kebanyak daun fertil pada tumbuhan paku
terdapat spora yang menempel pada sisi bawah daun. Duan memiliki bermacam-macam
bentuk, ukuran dan susunanannya. Jika dilihat dari ukurannya, daun tumbuhan paku
dibedakan menjadi dua, yaitu mikrofil dan makrofil. Mikrofil adalah daun-daun kecil
berupa rambut atau sisik yang tidak bertangkai dan tidak bertulang. Daun
mikrofil belum bisa dibedakan antara epidermis, mesofil dan tulang daun. Pada makrofil,
merupakan daun-daun besar yang sudah dapat dibedakan antara tangkai daun, daging
daun yang terdiri atas jaringan tiang dan bunga karang. Umumnya makrofil memiliki
stomata yang berfungsi sebagai fotosintesis, transpirasi, respirasi dll. Daun ditinjau
berdasarkan fungsinya terdiri dari tropofil dan sporofil, tropofil befungsi untuk proses
fotosintesis, sedangan sporofil daun yang berfungsi sebagai penghasil spora
(Prawirohartono, 2018).
DAPUS BAB II
Jamsuri. (2017). Keanekaragaman Tumbuhan Paku Di Sekitar Curug Cikaracak,. Bogor, Jawa
Barat. Skripsi. Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif.
Siswadi dan Teguh Yuwono, 2016. Uji Hasil Tanaman Sawi Pada Berbagai Media Tanam
Sari, K., 2016, Pemanfaatan Obat Tradisional Dengan Pertimbangan Manfaat Dan
Keamanannya, Majalah Ilmu Kefarmasian.
Meyer, B.N., Ferrigni, N.R., Putnam, J.E., Jacobsen, L.B., Nichols, D.E., danMcLaughin, J.L.,
(2015), Brine Shrimp: A Convenient GeneralBioassay for Active Plant Constituent, Planta
Medica. 45:31-34.
BPOM RI, 2014, Persyaratan Mutu Obat Tradisional, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat
dan Makanan Republik Indonesia, Indonesia, p. 1–25.
Akas Pinaringan, S. (2017). Identifikasi Jenis Paku-pakuan. Jurnal Media Konservasi Vol. XII,
No. 1 April 2007: 38 – 48
Yusna, M., Sofiyanti, N., & Fitmawati. (2016). Keanekaragaman Pteridaceae Berdasarkan
Karakter Morfologi dan Fitokimia di Hutan PT. Chevron Pacific Indoneisa (PT. CPI) Rumbai.
Jurnal Riau Biologia. 1(2): halaman 165-172.
Asra, Abuzar dan Achmad Prasetyo (2015). Pengambilan Sampel dalam Penelitian Survei.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada