Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tumbuhan merupakan salah satu penopang hidup manusia yang sangat
penting. Di samping itu, tumbuhan juga memiliki peranan yang sangat penting
untuk perkembangan mahluk hidup. Setiap tumbuhan memiliki akar, batang dan
daun. Masing-masing memiliki fungsi utama dalam pertumbuhan sebuah
tumbuhan (Hadisunarso, 2007).
Ilmu tumbuhan telah mengalami kemajuan yang demikian pesat, hingga
bidang-bidang pengetahuan yang semula hanya merupakan cabang-cabang ilmu
tumbuhan saja, sekarang telah menjadi ilmu yang berkembang sendiri-sendiri.
Dari berbagai cabang ilmu yang telah berdiri sendiri adalah Morfologi Tumbuhan.
Morfologi tumbuhan yang mempelajari bentuk dan susunan tubuh tumbuhan pun
sudah demikian pesat perkembanganya hingga di pisahkan menjadi morfologi luar
atau morfologi saja (morphology in sensu stricto = dalam arti sempit) dan
morfologi dalam atau anatomi tumbuhan (Hadisunarso, 2007).
Berdasarkan pengertian di atas, maka dilakukan praktikum morfologi
tumbuhan ini untuk mengetahui dan juga mempelajari tentang struktur dan juga
bagian-bagian pada tumbuhan.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum morfologi tumbuhan ini yaitu sebagai berikut :
1. Mengumpulkan ciri-ciri anatomi tumbuhan.
2. Mengidentifikasi tumbuhan berdasarkan ciri anatomi yang tampak.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Ekosistem


Semua makhluk hidup membentuk biosistem. Makhluk hidup sebagai
komponen hirarki ekosistem mulai dari yang terkecil yaitu gen, sel, organ, sistem
organ, organisme, populasi, komunitas, ekosistem, bioma, dan biosfer. Dimana
semuanya berinteraksi dengan komponen abiotik (lingkungan). Untuk
mendapatkan materi bagi kelangsungan hidupnya diperlukan energi. Interaksi
dengan lingkungan fisik (energi dan bahan-bahan) pada setiap tingkat
menghasilkan sistem-sistem fungsional yang khas. Sistem disini adalah
komponen-komponen yang secara teratur berinteraksi dan saling tergantung
membentuk keseluruhan yang bersatu (Waluyo, 2006).
Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan
komponen abiotiknya dalam satu kesatuan tempat hidup. Ekosistem tersusun atas
satuan makhluk hidup. Dalam ekosistem terdapat komponen biotik dan komponen
abiotik. Ekosistem juga dapat dibedakan menjadi beberapa macam. Ekosistem
tersusun atas satuan makhluk hidup, yaitu individu, populasi, dan komunitas
(Bessy, 2016).
Ekosistem tidaklah statis, dapat mengalami perubahan keseimbangannya
(dinamis). Artinya komponen penyusun ekosistem dapat mengalami kenaikan
maupun penurunan jumlah populasi, namun dalam komposisi yang proporsional
(Pratiwi, 2016).

2.2 Komponen Ekosistem


Ekosistem memiliki komponen penyusun yaitu faktor biotik dan abiotik.
Faktor biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk hiduo di bumi,
baik tumbuhan maupun hewan. Dalam ekosistem tumbuhan berperan sebagai
produsen, hewan berperan sebagai konsumen, dan mikroorganisme berperan
sebagai dekomposer. Dua komponen biotik utama yang menyusun ekoistem
adalah komponen autotrof dan komponen heterotrof (Waluyo, 2006).

2
Faktor abiotik adalah faktor tak hidup yang meliputi semua benda tak hidup
di bumi yang berfungsi sebagai pendukung kehidupan makhluk hidup. Termasuk
didalamnya air, udara, suhu, kelembaban udara, tanah, dan sebagainya. Senyawa-
senyawa organik dan anorganik juga termasuk dalam komponen abiotik (Waluyo,
2006).

Gambar 1. Contoh biotik dan abiotik


Suatu ekosistem selalu terjadi interaksi antara lingkungan biotik dan abiotik.
Keduanya harus saling berkoordinasi dalam menghadapi perubahan lingkungan
supaya tetap terjadi hubungan timbal balik yang dinamis. Dua komponen ini tidak
bisa dipisahkan satu sama lain. Karena fungsinya dalam ekosistem saling
menopang untuk kelangsungan dan kestabilan suatu ekosistem (Waluyo, 2006).
Fungsi krusial dari sebuah ekosistem adalah hubungan antara organisme
dalam rantai makanan. Rantai makanan pada dasarnya menanyakan, siapa
memakan siapa? Tipikal rantai makanan dimulai dengan produsen, tanaman hijau
atau alga mampu memproduksi senyawa organik kompleks melalui proses
fotosintesis (Levetin dan McMahon, 2012).
Misalnya algae mikroskopis yang memiliki peranan penting karena
merupakan organisme autotrof yaitu organisme yang mampu menghasilkan
makanan sendiri, sehingga berperan sebagai produsen bagi konsumen yang hidup
di lautan dan sangat erat kaitannya dengan rantai makanan (Yudasmara, 2015).
Semua organisme lain di dalam ekosistem adalah konsumen, mereka
memperoleh molekul energi dengan memakan tumbuhan atau hewan lain, dan
disebut sebagai heterotrof. Ekologi menetapkan setiap organisme dalam ekosistem
ke dalam sebuah trofik atau tingkat makanan, berdasarkan sumber energinya.
Tumbuhan berada di level trofik 1, dimana herbivora adalah trofik level 2, dan

3
karnivora di trofik level 3. Level trofik tertinggi ada untuk hewan yang memakan
rantai makanan paling atas (Johnson dan Losos, 2008).

2.3 Macam-macam Ekosistem


Berdasarkan proses terbentuknya, ekosistem ada dua macam yaitu: ekosistem
alami dan ekosistem buatan. Ekosistem alami adalah ekosistem yang terbentuk
secara alami, sedangkan ekosistem buatan adalah ekosistem yang sengaja dibuat
manusia. Ekosistem alami dapat dibedakan menjadi dua yaitu ekosistem darat dan
ekosistem perairan (Bessy, 2016).
Pada ekosistem air faktor abiotik utama yang sangat berpengaruh terhadap
kehidupan yang terdapat pada ekosistem air adalah kadar oksigen, kadar karbon
dioksida, temperatur, kandungan zat makanan, dan intensitas cahaya matahari.
Ekosistem air terdiri atas ekosistem air tawar dan ekosistem air laut (Waluyo,
2006).
Ekosistem air tawar mempunyai ciri-ciri yaitu salinitas dan variasi suhu
sangat rendah, penetrasi cahaya matahari kurang, dan dipengaruhi iklim serta
cuaca. Ekosistem air tawar dibedakan menjadi dua, yaitu lentik dan lotik.
Ekosistem air tawar yang tidak mengalir (lentik) meliputi danau dan kolam
(aquarium), sedangkan ekosistem air tawar mengalir (lotik) meliputi sungai, air
terjun, dan parit (Waluyo, 2006).
Faktor-faktor pembatas pada ekosistem air adalah temperatur, transpirasi,
turbiditas/kekeruhan, arus, gas terlarut dalam air, oksigen terlarut, karbondioksida
terlarut, garam biogenik, Na dan K, kalsium dan magnesium, fosfor (Waluyo,
2006).
Ekosistem air laut mempunyai ciri-ciri yaitu salinitas atau kadar garamnya
tinggi terutama di daerah tropis, habitat yang satu dengan yang lain saling
bersambungan, kemampuan air laut untuk melarutkan zat makanan rendah karena
kandungan garamnya tinggi sehingga kemampuan melarutkan makanan oleh air
laut merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan populasi hewan yang hidup di
dalamnya. Ekosistem air laut tidak dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Ekosistem
air laut dibedakan atas lautan, pantai, estuari, dan terumbu karang (Waluyo,
2006).

4
Ekosistem darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan.
Berdasarkan letak geografisnya (garis lintangnya), ekosistem daratan dibedakan
menjadi beberapa bioma. Bioma adalah ekosistem terestrial (daratan) utama di
bumi yang dipengaruhi iklim. Garis pembatas atau pemisah antara dua bioma
walaupun tidak jelas, disebut ecotone. Ecotone ditempati oleh tumbuhan dan
hewan yang khas. Terdapat sembilan macam bioma utama di bumi, yaitu bioma
tundra, bioma taiga, bioma hutan gugur, bioma padang rumput, bioma padang
pasir, bioma sabana, bioma hutan hujan tropis, bioma hutan bakau (mangrove),
dan bioma hutan lumut (Waluyo, 2006).

BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

5
Praktikum anatomi tumbuhan yang dilaksanakan pada hari Jum’at, 25
Oktober 2019 pukul 13.20 – 15.00 WIB di Laboratorium Bioteknologi,
Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu mikroskop,
pensil, penghapus, dan kertas hvs. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu
preparat batang monokotil, preparat daun monokotil, preparat akar monokotil,
preparat batang dikotil, preparat daun dikotil, preparat akar dikotil, preparat
stomata jagung, preparat canna indica.
3.3 Cara Kerja
Adapun cara kerja dari praktikum kali ini yaitu sebagai berikut :
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan oleh assiste lablatorium.
2. Dihubungkan mikroskop pada aliran listrik.
3. Diletakan preparat batang monokotil, preparat daun monokotil, preparat akar
monokotil, preparat batang dikotil, preparat daun dikotil, preparat akar
dikotil, preparat stomata jagung, preparat canna indica pada meja mikroskop
dan diamati
4. Digamar hasil pengamatan di kertas HVS.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

6
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Anantomi Monokotil
No Gambar Keterangan

1.

Batang jagung
2.

Daun monokotil
3.

Akar jagungS
4.

Stomata jagung
5.

7
Stomata kana indica

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Anatomi Dikotil


No Gambar Keterangan
 Ujung daun: Meruncing
 Pangkal daun: Tumpul
 Susunan tulang daun: Sejajar
1 Tumbuhan Paku
 Jenis batang: Tidak berkambium
Pteridophyta
 Permukaan batang: halus
 Sistem perakaran: Serabut
 Ujung daun: Meruncing
 Pangkal daun: Tumpul
 Susunan tulang daun: Menyirip
Jenis batang: Berduri, memanjang,
2
dan tidak beraturan
 Permukaan batang: Kasar
 Sistem perakaran: Serabut

 Ujung daun: Meruncing


 Pangkal daun: Meruncing
3  Susunan tulang daun: Sejajar
 Jenis batang: Tidak berkambium dan
lunak

8
 Permukaan batang: Licin
 Sistem perakaran: Serabut

Akar dikotil

4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini yang berjudul Morfologi Tumbuhan. Dilakukan
pengamatan pada 5 objek, objek yang akan diamati tersebut adalah sebagai
berikut: tumbuhan lumut, tumbuhan paku, bunga mawar, pohon pisang, dan
pohon mangga. Praktikum ini bertujuan untuk mengenali dan mengetahui ciri-ciri
dan sturktur dari masing-masing objek yang akan diamati.
Pada pengamatan pertama ada tumbuhan lumut, tumbuhan lumut yang kali
diamati pada praktikum ini adalah lumut sejati (Bryopsida). Tumbuhan lumut
tidak termasuk kedalam dikotil atau monokotil karena tumbuhan lumut belum
berpembuluh, tumbuhan lumut ini tergolong ke dalam tumbuhan tingkat rendah,
karena bagian tubuh masih belum bisa diidentifikasi secara jelas. Hal ini sesuai
dengan pernyataan dari Birsyam (2004) yang mengatakan bahwa beberapa
tumbuhan lumut masih mempunyai talus, tidak mempunyai akar, batang, dan
daun. Bryophyta yang dapat dibedakan batang, dan daunnya, belum mempunyai
akar sejati, hanya ada rhizoid.
Tempat hidup tumbuhan lumut di tempat lembab dan terdiri dari banyak sel.
Mempunyai akar semu (rhizoid) yang memiliki fungsi sebagai akar untuk
melekat. Memiliki klorofil dan autotrof. Mengalami pergiliran keturunan
(metagenesis) yaitu gametofit dan sporofit. Berkembang biak dengan spora yang
dihasilkan dari sporangium. Sel-sel penyusun tubuhnya telah memiliki dinding sel
yang terdiri dari selulosa. Selain itu tumbuhan lumut belum terdapat floem
maupun xylem. Daun lumut pada umumnya memiliki tebal satu lapis sel, kecuali
ibu tulang daun yang memilki lebih dari satu sel. Sel-sel daun kecil, sempit
panjang dan mengandung kloroplas. Pada tumbuhan lumut hanya terdapat

9
pertumbuhan memanjang dan tidak ada pertumbuhan membesar. Rhizoid tampat
seperti rambut, berfungsi sebagai akar untuk melekat pada tempat tumbuhnya dan
menyerap makanan.
Yang kedua yaitu tumbuhan paku, menurut Tjitrosoepomo (2007) Tumbuhan
paku merupakan suatu divisi yang warganya telah jelas mempunyai kormus,
artinya tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian pokoknya,
yaitu akar, batang dan daun. Namun demikian, pada tumbuhan paku belum
dihasilkan biji. Karena bagian pokoknya bisa dibedakan maka tumbuhan paku
tergolong tumbuhan tingkat tinggi.
Tumbuhan paku memilki ciri-ciri yaitu lapisan pelindung yang terdapat
disekeliling organ reproduksi. Tumbuhan paku adalah tumbuhan monokotil
karena memiliki akar serabut. Memiliki embrio multiseluler yang terdaat didalam
arkegonium. Lapisan kutikula terdapat pada bagian luar tubuh. Akarnya berupa
rhizoid yang bersifat seperti akar serabut dengan ujung dilindungi oleh kaliptra.
Memiliki system transportasi internal yang memiliki fungsi sebagai pengangkut
air dan zat-zat air mineral dari dalam tanah. Daun tumbuhan paku yang masih
muda pada umumnya melingkar atau menggulung. Memiliki jaringan pembuluh
yaitu xylem yang mengangkut air dari akar ke daun dan floem yang mengangkut
zat makanan hasil fotosintesis. Merupakan jenis tumbuhan berkomus yaitu antara
bagian akar, batang dan daunnya sudah dapat dibedakan dengan jelas. Daun
tumbuhan paku ada yang namanya daun sporofil dan daun tropopil. Daun sporofil
yaitu daun yang ada bintik-bintiknya (sorus) yang menghasilkan spora. Dilindungi
oleh lapisan pelindung insidium. Daun tropopil yaitu daun yang tidak ada bintik-
bintiknya. Daun tropopil untuk berkembang biak sedangkan daun sporofil untuk
berfotosintesis.
Pengamatan yang ketiga pada bunga mawar adalah tumbuhan tingkat tinggi
karena bisa dibedakan dengan jelas bagian pokoknya, bunga mawar tergolong
dalam golongan monokotil karena memiliki akar serabut dan tidak memilki
kambium pada batangnya. Bunga mawar memiliki ciri-ciri sebagai berikut Ujung
daunnya meruncing, pangkal daunnya tumpul memiliki susunan tulang daun yang
menyirip, batangnya berduri, memanjang, dan tidak beraturan dan juga memilki
permukaan batang yang kasar.

10
Selanjutnya pengamatan pada pohon pisang, pohon pisang juga termasuk
tumbuan tingkat tinggi, karena sudah bisa dibedakan bagian-bagian pokoknya,
juga pohon pisang sudah memiliki pembuluh, pohon pisang termasuk kedalam
monokotil karena memiliki sistem perakaran serabut dan juga batangnya tidak
memilki kambium. Pohon pisang memiliki ujung daun yang meruncing dan
pangkal daunnya juga meruncing, susunan tulang daunnya sejajar dan
melengkung, dan permukaan batangnya licin.
Pengamatan yang terakhir dilakukan pada pohon mangga, pohon mangga
sudah merupakan tumhuhan tingkat tinggi, seperti bunga mawar dan pohon pisang
bagian-bagian pokok pohon mangga bisa dibedakan dengan jelas. Pohon mangga
adalah tergolong sebagai dikotil, berbeda dengan bunga mawar dan pohon pisang
yang memiliki sistem perakaran serabut, pohon mangga memiliki sistem
perakaran tunggang, dan juga pada batang pohon mangga memiliki kambium.

BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum morfologi tumbuhan
ini adalah setiap tumbuhan memiliki keunikannya masing-masing pada setiap
bagian-bagiannya. Untuk mebedakan jenis tumbuhan tersebut perlu dilakukannya
identifikasi dan klasifikasi pada setiap bagian-bagiannya, seperti yang diketahui
pada praktikum kali ini adalah bahwa tumbuhan lumut yang merupakan tumbuhan
tingkat rendah karena sulit untuk mengindetifikasi yang mana yang merupak akar,
batang, atau daunya, berbeda dengan tumbuhan paku, bunga mawar, pohon
pisang, dan pohon mangga yang merupakan tumbuhan tingkat tinggi. Dalam
praktikum kali ini juga diketahui bahwa tumbuhan lumut tidak termasuk dikotil
atau monokotil karena tumbuhan lumut belum berpembuluh atau belum memliki
jaringan pengangkut. Sementara tumbuhan paku, bunga mawar dan pohon pisang
yang sudah berpembuluh ini diketahui tergolong tumbuhan monokotil, selain itu
ada juga pohon mangga yang tergolong sebagai dikotil.

11
5.2 Saran
Adapun saran yang ingin disampaikan yaitu jika memungkinkan setelah
praktikum selesai apabila masih ada waktu, lebih baik digunakan untuk sesi tanya
jawab seputar dengan praktikum yang telah dilakukan, agar mahasiswa bisa
mengetahui dengan jelas dan lebih dalam lagi praktikum yang telah di lakukan.

12

Anda mungkin juga menyukai