Anda di halaman 1dari 31

PENGARUH PENJADWALAN IRIGASI TETES DENGAN

CROPWAT 8.0 TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT


TANAMAN PISANG MAS KIRANA (Musa acumunata L.)

USULAN PENELITIAN

ADE KAMILATUS SOLEHA


4442190016

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : PENGARUH PENJADWALAN IRIGASI TETES DENGAN


CROPWAT 8.0 TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT
TANAMAN PISANG MAS KIRANA (Musa acumunata L.)

Oleh : ADE KAMILATUS SOLEHA


NIM : 4442190016

Serang, Desember 2022


Menyetujui dan Mengesahkan:

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

Yayu Romdhonah, S.TP., M.Si., Ph.D. Samsu Hilal, S.Pd., M.Pd.


NIP. 197907242012122002 NIP. 198006052005021003

Ketua Jurusan

Andi Apriany Fatmawaty, Ir., M.P.


NIP. 196904072003122001

KATA PENGANTAR

ii
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal usulan penelitian
yang berjudul “Pengaruh Penjadwalan Irigasi Tetes dengan Cropwat 8.0 terhadap
Pertumbuhan Bibit Tanaman Pisang Mas Kirana (Musa acumunata L.).
Dalam penulisan usulan penelitian ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak,
sehingga penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Yayu Romdhonah, S.TP., M.Si., Ph.D., selaku dosen pembimbing I yang
telah memberikan bimbingan, saran, dan nasihatnya kepada penulis.
2. Samsu Hilal, S.Pd., M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, saran, dan nasihatnya kepada penulis.
3. Sri Ritawati, STP., M.Sc selaku dosen penelaah yang telah memberikan
bimbingan, saran, dan nasihat kepada penulis.
4. Andi Apriany Fatmawaty, Ir., M.P., selaku Ketua Jurusan
Agroekoteknologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Prof. Dr. Nurmayulis, Ir., M.P., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
6. Dr. Ratna Fitry Yenny, S.P., M.P., selaku dosen pembimbing akademik
yang telah memberikan bimbingan, dorongan dan nasihat kepada penulis.
7. Kedua orang tua dan seluruh anggota keluarga besar yang telah
memberikan doa, dukungan, dan motivasi baik secara moril maupun
materil.
8. Teman-teman yang selalu mendukung dan memberikan semangat untuk
keberhasilan penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa usulan penelitian ini masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun pada usulan penelitian ini.
Serang, Desember 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PENGESAHAN................................................................. ii
KATA PENGANTAR............................................................................. iii
DAFTAR ISI.............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang....................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................. 2
1.3. Tujuan Penelitian................................................................... 2
1.4. Hipotesis................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis................................................................... 4
2.2. Penelitian Sebelumnya........................................................... 5
2.2.1. Sistematika dan Botani Tanaman Pisang..................... 5
2.2.2. Kebutuhan Air Tanaman Pisang.................................. 8
2.2.3. Software Cropwat 8.0.................................................. 9
2.2.4. Penjadwalan Irigasi Tetes........................................... 11
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis, Lokasi, dan Waktu Penelitian...................................... 13
3.2. Alat dan Bahan....................................................................... 13
3.3. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data......................... 13
3.3.1. Rancangan Penelitian.................................................. 13
3.3.2. Pelaksanaan Penelitian................................................ 15
3.3.3. Pengolahan Data.......................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 17
LAMPIRAN............................................................................................... 20

iv
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Software Cropwat 8.0................................................................ 10
Gambar 2. Skema Irigasi Tetes.................................................................... 12

v
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian..................................................... 20
Lampiran 2. Deskripsi Pisang Mas Kirana.................................................. 21
Lampiran 3. Diagram Alur........................................................................... 24

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pisang merupakan salah satu tanaman yang menjadi komoditas unggulan
sehingga sangat potensial untuk dibudidayakan. Pisang menjadi buah yang paling
banyak diproduksi dan dikonsumsi di Indonesia. Berdasarkan data BPS (2018),
menyebutkan bahwa total produksi pisang di Indonesia pada tahun 2018 mencapai
7.264.383 ton dengan peningkatan sebesar 1.41% dari tahun sebelumnya
(Rosmawaty et al. 2021). Beberapa jenis komoditas pisang yang memiliki potensi
ekonomis tinggi dan disukai konsumen adalah pisang mas, selain dari bentuk buah
yang menarik, manis dan beragam jenisnya, pisang mas termasuk jenis tanaman
yang mudah beradaptasi dengan lingkungan sehingga mudah untuk
dibudidayakan.
Salah satu jenis komoditas pisang yang termasuk varietas klon pisang mas
yaitu pisang mas kirana (Musa acumunata L.) yang berasal dari Kabupaten
Lumajang. Pisang mas kirana telah diresmikan oleh Menteri Pertanian No.
516/Kpts/SR/.120/12/2005 pada tanggal 26 Desember 2005 tentang Pisang Mas
Kirana sebagai varietas unggulan. Komoditas pisang mas kirana memiliki peluang
yang sangat menjanjikan baik di pasar dalam negeri ataupun diluar negeri (Marta,
2016). Dalam perkembangannya, bibit pisang mas kirana dapat dilakukan Dalam
budidaya tanaman pisang, bibit dapat diperoleh dari tunas, anakan, bonggol dan
bit yang diperbanyak secara konvensional maupun kultur jaringan. Menurut
Suhartanto et al. (2014), tanaman pisang memiliki banyak faktor untuk tumbuh
salah satunya adalah pengairan yang cukup. Pengairan dapat dilakukan dengan
berbagai cara seperti irigasi sprinkler, penyiraman, dan irigasi tetes.
Irigasi tetes merupakan salah satu teknologi irigasi yang bertujuan
memanfaatkan ketersedian air yang sangat terbatas secara efisien dan
meningkatkan nilai pendayagunaan air. Prinsip pendistribusian air pada sistem
irigasi tetes adalah dengan menyalurkan air dari tangki penampung yang
ditempatkan pada posisi yang lebih tinggi dari lahan usaha tani, melalui selang

1
2

irigasi. Kebutuhan air tanaman dipasok dari tangki penampungan melalui selang
irigasi yang didesain khusus sehingga air dapat diberikan dengan debit yang sama
dan konstan pada setiap titik keluaran selang irigasi menggunakan sistem tetes
pada daerah perakaran tanaman (Chaer, 2016).
Salah satu bentuk manajemen air yaitu menghitung kebutuhan air tanaman
yang dapat dilakukan dengan menggunakan metode pengukuran Cropwat.
Menurut Udiana et al. (2014), penggunaan software Cropwat 8.0 dapat membantu
untuk mengetahui perkiraan pemberian air menyesuaikan pada kebutuhan air
tanaman dengan menginputkan data unsur cuaca, karakteristik tanah dan tanaman.
Cropwat merupakan alat pendukung sebuah keputusan pada program komputer
untuk perhitungan kebutuhan air tanaman dan kebutuhan irigasi berdasarkan data
tanah, iklim, dan tanaman. Model Cropwat pada awalnya dikembangkan oleh
FAO pada tahun 1990 yang bertujuan untuk mempermudah dalam perencanaan
dan manajemen proyek irigasi, sehingga mampu untuk meningkatkan
pertumbuhan tanaman dan efisiensi Selain itu Cropwat dapat digunakan untuk
penjadwalan irigasi dengan baik serta dapat mengurangi jumlah pemberian air
irigasi tanpa terjadi penurunan hasil produksi.
Berdasarkan uraian diatas, untuk mendapatkan hasil terbaik dari
pemberian air dengan efisiensi dan produktivitas yang lebih tinggi, bahwa perlu
dilakukan penelitian tentang pengaruh penjadwalan irigasi tetes dengan cropwat
8.0 terhadap pertumbuhan bibit tanaman pisang mas kirana (Musa acumunata L.)

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah penjadwalan
irigasi tetes dengan cropwat 8.0 memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan
bibit tanaman pisang Mas Kirana (Musa acumunata L.)?

1.3. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penjadwalan irigasi
tetes dengan cropwat 8.0 terhadap pertumbuhan bibit tanaman pisang Mas Kirana
3

(Musa acumunata L.).


1.4. Hipotesis
Penjadwalan irigasi tetes dengan cropwat 8.0 memberikan pengaruh
terhadap pertumbuhan bibit tanaman pisang Mas Kirana (Musa acumunata L.).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis


Efisiensi penggunaan air akan memberikan peluang untuk meningkatkan
luas areal tanam yang bisa dialiri dengan air yang cukup sesuai kebutuhan
tanaman menciptakan kondisi tanah yang sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan
tanaman, melalui pemberian air yang dihubungkan dengan kondisi ketersediaan
air dan udara dalam tanah dikenal dengan istilah irigasi (Tria et al. 2014).
Menurut Simaremare et al. (2015) Irigasi tetes adalah suatu cara pemberian air
secara perlahan pada permukaan tanah atau di daerah perakaran tanaman dan
memelihara kandungan air di daerah perakaran pada tingkat optimum sehingga
mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman serta dapat
meningkatkan efisiensi penggunaan air.
Menurut Udiana et al. (2014), penggunaan software Cropwat 8.0 dapat
membantu untuk mengetahui perkiraan pemberian air menyesuaikan pada
kebutuhan air tanaman dengan menginputkan data unsur cuaca, karakteristik tanah
dan tanaman. Program elative yang dikembangkan oleh Food and Agriculture
Organization (FAO) tersebut memberikan peluang untuk dapat mengestimasi
jadwal irigasi dengan menyesuaikan pada kondisi ketersediaan air di lapangan.
Nilai estimasi yang diperoleh lebih akurat mendekati fakta di lapangan dan
meminimalisir terjadinya human error dibandingkan dengan metode lain dalam
menduga evapotranspirasi tanaman (Etc) (Shalsabillah et al. 2018). Hal tersebut
turut dibuktikan oleh Adha et al. (2016) yang membandingkan nilai Eto dari hasil
Lysimeter, Panci Evaporasi dan Penman-Monteith, hasilnya menunjukkan bahwa
kebocoran Lysimeter dan aliran air dari parameter lain yang tidak terukur menjadi
pengecoh dalam menentukan nilai kebutuhan air tanaman.

4
5

2.2. Penelitian Sebelumnya


2.2.1. Sistematika dan Botani Tanaman Pisang
Pisang merupakan tanaman hortikultura dalam kelompok buah yang
memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Pisang dapat beradaptasi dengan baik
pada daerah tropis lembab hingga sub tropis sampai ketinggian 2000 m di
atas permukaan laut, baik di Afrika, Amerika dan Asia termasuk Indonesia
(Dikayani et al., 2017; Kishor. Et al., 2017).
Pisang mas kirana dari Kabupaten Lumajang, merupakan salah satu
komoditas unggulan yang menjadi andalan. Pisang mas kirana memiliki
keunggulan baik secara kompetitif maupun komparatif. Keunggulan
kompetitif dari pisang mas kirana diantaranya yaitu: pisang mas kirana
mampu tumbuh dengan baik apabila ditanam pada ketinggian 600 meter di
atas permukaan laut dengan tanah vulkanik gunung berapi, sehingga tanaman
pisang yang dihasilkan bisa tumbuh dengan baik, produk pisang mas kirana
sudah ditetapkan menjadi produk unggulan dari Kabupaten Lumajang
berdasarkan hasil keputusan dari Mentri Pertanian No.
516/Kpts/SR/120/12/2005 (Nawangsih, 2018).
Keunggulan komparatif yang dimiliki pisang mas kirana dibandingkan
dengan pisang jenis yang lain diantaranya yaitu: jumlah tanaman pisang mas
kirana cukup banyak dan tersebar di beberapa sentra budidaya pisang mas
kirana. Pisang mas kirana termasuk jenis pisang yang lebih tahan lama, tidak
cepat rusak atau busuk, warna lebih menarik, rasa lebih manis, tangkai buah
tidak mudah patah, jika dibandingkan dengan jenis pisang mas lainnya.
Pisang mas kirana memiliki keunggulan karena bisa dijadikan produk olahan
lain, bukan hanya dikonsumsi sebagai buah segar atau buah meja
(Nawangsih, 2018).
Pisang mas kirana memiliki keunggulan dibandingkan pisang lain
yakni produktivitas tinggi, bentuk buah bulat berisi (gilig), lingir buah hampir
tidak tampak, kulit buah berwarna kuning bersih, dan daging buah berwarna
kuning cerah dengan rasa manis legit. Bentuk buah yang cukup menarik dan
rasa manis yang dimiliki pisang mas kirana, memberikan daya elat tersendiri
bagi para konsumen. Sehingga wajar bila varietas pisang mas kirana telah
6

dipasarkan ke luar daerah Lumajang, bahkan pernah diekspor ke


mancanegara seperti Singapura, China, Jepang, dan Taiwan (Nawangsih,
2018).
Menurut Anggoro (2016), klasifikasi tanaman pisang mas adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Tracheobionta
Sub Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Famili : Musaceae
Genus : Musa
Spesies : Musa acuminata L.
Morfologi pisang mencakup bagian-bagian tanaman seperti akar,
batang, daun, bunga, dan buah. Pertumbuhan bagian tanaman tersebut saling
berkesinambungan satu dengan yang lainnya. Kendati tanaman pisang tidak
terlalu membutuhkan tempat tumbuh yang spesifik, tetap harus diperhatikan
persyaratan tumbuh yang dikehendaki agar hasil yang diperoleh bisa lebih
optimal.
a. Akar
Pohon pisang berakar rimpang dan tidak mempunyai akar tunggang
yang berpangkal pada umbi batang. Akar terbanyak berada di bagian bawah
tanah, akar ini tumbuh menuju bawah sampai kedalaman (75-150) cm. Akar
yang berada dibagian samping umbi batang tumbuh kesamping atau
mendatar, dalam perkembangannya akar ini dapat mencapai (4-5) cm.
(Suryanti dan Supriyadi, 2012).
b. Batang
Batang pisang sebenarnya terletak didalam tanah, yakni berupa umbi
batang. Titik tumbuh yang menghasilkan daun dan pada suatu saat akan
tumbuh bunga pisang (jantung) terdapat pada bagian atas umbi batang.
7

Batang semu adalah yang berdiri tegak diatas permukaan tanah atau yang
sering disebut batang. Batang semu ini terbentuk dari pelepah daun panjang
yang saling menutupi dengan kompak sehingga dapat berdiri tegak seperti
batang tanaman, oleh karena itu batang semu sering dianggap batang tanaman
yang sesungguhnya. Tinggi batang semu ini berkisar (3,5-7,5) m, tergantung
jenisnya (Suryanti dan Supriyadi, 2012)
c. Daun
Helaian daun berbentuk lanset memanjang, dengan lebar yang tidak
sama, bagian ujung daun tumpul, tepinya tersusun rata pada bagian bawahnya
berlilin. Daun ini diperkuat oleh tangkai daun yang panjangnya antara (30-40)
cm. Daun pisang mudah sekali robek oleh hembusan angin yang keras karena
tidak mempunyai tulang-tulang pinggir yang menguatkan lembaran daun
(Satuhu dan Ahmad, 2010).
d. Bunga
Bunga pisang atau yang sering disebut dengan jantung pisang karena
berbentuk menyerupai jantung. Bunga pisang tergolong berkelamin satu
yakni 10 berumah satu dalam satu tandan. Bunga tersusun atas daun-daun
pelindung yang saling menutupi. Daun pelindung berwarna merah tua,
berlilin dan berukuran panjang (6-7) cm, daun ini mudah rontok. Bunga
tersusun dalam dua baris melintang, yakni bunga betina berada dibawah
bunga jantan (jika ada). Lima daun tenda berbunga melekat dengan panjang
(6-7) cm. Benang sari berjumlah 5 buah pada bunga betina terbentuk tidak
sempurna, pada bunga betina terdapat bakal buah berbentuk persegi dan pada
bunga jantan tidak terdapat bakal buah (Suryanti dan Supriyadi, 2012).
e. Buah
Bunga pisang yang telah keluar akan membentuk satu kesatuan bakal
buah yang disebut sisir. Sisir pertama yang terbentuk akan terus memanjang
membentuk sisir kedua, tiga dan seterusnya. Buah pisang tersusun dalam
tandan, tiap tandan terdiri atas beberapa sisir dan tiap sisir terdapat (6-22)
buah pisang tergantung varietasnya. Buah pisang umumnya tidak berbiji
karena bersifat triploid (Suryanti dan Supriyadi, 2012).
8

Secara umum, syarat tumbuh pisang mas kirana menurut Marta (2016)
adalah sebagai berikut:
a. Iklim
Secara umum agroklimat yang sesuai bagi pertanaman pisang mas
Kirana adalah curah hujan (2.800-3.000) mm/tahun dengan 4 bulan kering
dan 8 bulan basah, kelembapan udara antara (80-85)% dengan intensitas
penyinaran matahari antara (49-58) lux dan elativere udara harian (22-31)° C
b. Ketinggian Tempat dan Tanah
Tanaman pisang toleran pada ketinggian dan kekeringan. Di Indonesia
tanaman pisang umumnya dapat tumbuh di daerah dataran rendah sampai
pegunungan setinggi 2.000 meter diatas permukaan laut (mdpl). Tanaman
pisang mas kirana dapat tumbuh sampai pada ketinggian tempat optimum
sampai 1.000 m dari permukaan laut. Tanaman pisang mas kirana juga dapat
tumbuh pada tanah bertekstur liat berlempung hingga pasir berdebu, tanah
elative dan regosol dan kaya akan bahan elativ. Tanah yang ideal memiliki
pH berkisar (4,5 – 4,7).

2.2.2. Kebutuhan Air Tanaman Pisang


Kebutuhan air tanaman adalah kedalaman air yang dibutuhkan untuk
memenuhi kehilangan air yang hilang melalui evapotranspirasi tanaman yang
bebas penyakit, tumbuh pada areal yang luas pada kondisi tanah tidak
kekurangan air dan hara sehingga diperoleh produksi potensial pada
lingkungan tersebut (Idrus, 2018). Tanaman pisang yang kekurangan air dapat
menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat. Kekurangan air pada fase
pertumbuhan vegetative dapat mempengaruhi kecepatan perkembangan daun
dan jumlah bunga menjadi berkurang, sehingga produksi buah menjadi
rendah. Kekurangan air pada fase pembungaan dapat menurunkan jumlah
buah dan kekurangan air pada periode pembentukan buah dapat
mempengaruhi ukuran dan kualitas buah, tandan buah pendek dan ukuran
kecil. (Suhartanto et al., 2012).
Air yang diserap oleh tanaman melalui akar sebagian besar akan
9

dikeluarkan lagi ke atmosfir lewat proses transpirasi. Dalam budidaya


tanaman di lapangan, kehilangan air dari tanah disamping terjadi lewat proses
transpirasi, juga lewat permukaan tanah yang disebut evaporasi. Oleh karena
itu, kehilangan lewat kedua proses ini disebut evapotranspirasi (ET).
Evapotranspirasi actual (Eta) yaitu evapotranspirasi yang terjadi pada kondisi
kandungan air tanah di lapangan, disebut juga penggunaan air tanaman (crop
water use), yang lebih rendah daripada kebutuhan evapotranspirasi. Jika
kecepatan evapotranspirasi ditentukan oleh kondisi iklim maka diperoleh
evapotranspirasi potensial (Eto). Evapotranspirasi potensial (Eto) adalah laju
evapotranspirasi dari rumput hijau yang luas dengan penutupan tanah
sempurna, ketinggian seragam 8 – 15 cm, tumbuh secara aktif bebas
hama/penyakit dan tidak terbatas air (Idrus, 2018).
Pengukuran kebutuhan air tanaman dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu pengukuran secara tidak langsung dan pengukuran secara langsung.
Pengukuran secara tidak langsung menggunakan metode empiris seperti
Metode Blaney Criddle, Metode Radiasi, Metode Penman, dan Metode Panci
Penguapan. Sedangkan pengukuran secara langsung menggunakan lysimeter
benam dan lysimeter timbang (Idrus, 2018).

2.2.3. Software Cropwat 8.0


Cropwat adalah program berbasis Windows yang digunakan untuk
menghitung kebutuhan air tanaman dan kebutuhan irigasi berdasarkan tanah,
iklim dan data tanaman. Cropwat dapat dipergunakan untuk menghitung
evapotranspirasi potensial, evapotranspirasi elati, kebutuhan air irigasi satu
jenis tanaman maupun beberapa jenis tanaman dalam satu hamparan, serta
merencanakan pemberian air irigasi. Dari beberapa studi didapatkan bahwa
model Penmann-Monteith memberikan pendugaan yang akurat sehingga
FAO merekomendasikan penggunaannya untuk pendugaan laju
evapotranspirasi standar dalam menduga kebutuhan air bagi tanaman (Manik
et al. 2012). Persamaan pada Penmann-Monteith adalah sebagai berikut:
10

Eto = c (W . Rn) = (1 –W) f (u) (ea – ed ) )


Keterangan:
Eto = Evapotranspirasi tetapan
c = Faktor penyesuaian untuk meniadakan pengaruh kondisi
cuaca siang dan malam
W = Faktor tertimbang yang berhubungan dengan temperatur

Rn = Radiasi netto yang setara dengan evaporasi (mm / hari)

F(u) = Suatu fungsi yang berhubungan dengan angin


(ea – ed) = Perbedaan antara tekanan uang jenuh pada rerata
temperature udara dan rerata tekanan uap actual di udara
(mbar)
Data yang diperlukan untuk mengoperasikan Cropwat adalah data
klimatologi bulanan, ditunjukkan pada Gambar 1. Data klimatologi bulanan
tersebut diantaranya: elativere maksimum-minimum atau rata-rata,
penyinaran matahari, kelembaban elative, kecepatan angin dan curah hujan
untuk menentukan nilai evapotranspirasi tanaman potensial (Eto). Data
tanaman tersedia dalam program secara terbatas dan dapat ditambahkan atau
dimodifikasi sesuai dengan kondisi setempat (Hanan et al., 2018).
11

Gambar 1. Software Cropwat 8.0


Menurut hasil penelitian Deviana dan Matufajar (2018), setelah input
data klimatologi selanjutnya memasukkan data tanaman berupa tanggal
penanaman, koefisien tanaman (Kc), fase pertumbuhan tanaman, kedalaman
perakaran tanaman, fraksi deplesi dan luas areal tanam (0-100)% dari luas
total area). Untuk penentuan jadwal irigasi (schedulling) yaitu dengan
memasukkan data tipe tanah yang meliputi total air tersedia, kedalaman
perakaran maksimum, deplesi lengas tanah awal (% dari kadar lengas total
tersedia) dan ketebalan pemberian air yang dikehendaki.

2.2.4. Penjadwalan Irigasi Tetes


Irigasi tetes adalah suatu cara pemberian air secara perlahan pada
permukaan tanah atau di daerah perakaran tanaman dan memelihara
kandungan air di daerah perakaran pada tingkat optimum sehingga mampu
meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman serta dapat meningkatkan
efisiensi penggunaan air (Simaremare et al. 2015). Menurut pernyataan dari
Adhiguna dan Amin (2018) irigasi tetes metode pemberian air dengan debit
rendah dan frekuensi tinggi secara berkelanjutan pada tanaman baik melalui
permukaan tanah maupun langsung ke zona perakaran menggunakan emiter
baik tunggal maupun dalam bentuk drip line (selang berlubang). Hasil
penelitian Madani (2020), Pemberian air dalam volume kecil dan
berkelanjutan melalui irigasi tetes bertujuan untuk menjaga kelembapan tanah
dan terhindar dari kehilangan seperti perkolasi dan limpasan sehingga
ketersediaan air bagi tanaman terpenuhi.
Terdapat dua pernyataan umum dalam pengelolaan dan penjadwalan
irigasi yaitu berupa waktu yang tepat dalam pemberian irigasi dan banyaknya
air irigasi yang diberikan kepada tanaman. Hal tersebut dapat digunakan
untuk memperkirakan waktu pemberian irigasi sebelum tanaman megalami
cekaman air (Suryasari et al. 2016). Dalam pemberian irigasi pada tanaman
perlu juga memperhatikan kebutuhan air tanaman tersebut, untuk itu
diperlukan pengontrolan pada pemberian air irigasi untuk mencegah tejadinya
12

kekurangan dan kelebihan pemberian air yang dilakukan sesuai skema


perancangan irigasi (Gambar 2.). Menurut pernyataan Chaer (2016),
perancangan instalasi irigasi tetes diperlukan untuk meningkatkan efisiensi
penggunaan air, karena irigasi tetes dapat memusatkan pemberian air pada
daerah perakaran, sehingga tanaman akan lebih mudah menyerap air untuk
pertumbuhannya.

Mulai

Persiapan

Perancangan Rangkaian
Irigasi Tetes

Penanaman

Pengamatan parameter:
1. Tinggi tanaman (cm)
2. Jumlah daun (helai)
3. Diameter batang (cm)
4. Kehijauan daun SPAD
(unit)

Selesai

Gambar 2. Skema Irigasi Tetes


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis, Tempat, dan Waktu Penelitian


Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Penelitian ini
dilaksanakan di lahan Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa, Kampung Cikuya, Desa Sindang Sari, Kecamatan Pabuaran,
Kabupaten Serang, Provinsi Banten pada bulan Januari 2023 sampai dengan
Febuari 2023 (Lampiran 1).

3.2. Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tandon 500 liter, pipa
PVC ½ inch, pipa PVC ¾ inch, pipa PE, selang, drip, sambungan pipa ukuran ¾
ke ½ , later L, later T, tutup pipa, solder, gergaji pipa, kran air, emitter, cangkul,
cetok, plastik, label, timbangan analitik, timbangan digital, gunting, lem PVC,
kayu, jangka sorong, gelas ukur, label, SPAD, polybag 20 x 20, kamera digital
(alat dokumentasi), tissue dan ATK.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit tanaman pisang
varietas mas kirana, tanah, pupuk kotoran hewan kambing, NPK Grower dan air.

3.3. Metode Penelitian


3.3.1. Rancangan Penelitian
3.3.1.1. Rancangan Lingkungan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap
satu faktor, yaitu interval waktu penyiraman (I) yang terdiri dari 3 taraf
percobaan.

3.3.1.2. Rancangan Perlakuan


Penelitian ini terdiri dari satu faktor. Faktor tersebut ialah (I) yang

13
14

terdiri dari 3 taraf dan 4 kali ulangan yaitu:


I1 : 1 hari 1 kali penyiraman (pukul 09.00 WIB)
I2 : 1 hari 2 kali penyiraman (pukul 09.00 WIB dan 16.00 WIB)
I3 : 1 hari 3 kali penyiraman (pukul 09.00 WIB, 13.00 WIB, dan 16.00
WIB)
Pada penelitian ini terdiri dari 12 kali satuan percobaan dengan 3
tanaman pada setiap satuan percobaannya. Sehingga jumlah
keseluruhan terdapat 36 tanaman.

3.3.1.3. Rancangan Respons


(1) Tinggi Tanaman (cm)
Pengamatan pertumbuhan tinggi tanaman dilakukan setiap 1
minggu sekali. Tinggi tanaman diamati dengan cara diukur dari
pangkal batang sampai ujung daun yang tertinggi.
(2) Jumlah Daun (helai)
Pengamatan jumlah daun dilakukan setiap 1 minggu sekali.
Jumlah daun tiap tanaman diamati dengan menghitung jumlah
daun yang sudah muncul sempurna diatas permukaan tanah
(3) Diameter Batang (cm)
Diameter batang diukur dengan menggunakan meteran setiap
satu minggu sekali dimulai pada 1 MST sampai dengan 4 MST.
Pengukuran diameter batang dilakukan pada sore hari. Setelah
dihitung pada semua sampel maka data yang akan diperoleh yaitu
rata-rata diameter batang (cm).
(4) Kehijauan Daun SPAD (unit)
Perhitungan total klorofil menggunakan alat SPAD (Soil Plant
Analysis Development). Nilai total klorofil diperoleh dengan
meletakan bagian tanaman secara bergamtian (pangkal, tengah, dan
ujung) pada alat SPAD, kemudian akan mucul pada layer SPAD,
dan hasilnya dicatat.
15

3.3.1.4. Rancangan Analisis


Rancangan analisis yang digunakan dalam penelitian
menggunakan sidik ragam dengan model Rancangan Acak
Kelompok Lengkap satu faktor sebagai berikut:
Yij = μ + τi + Bj + Ɛij
Keterangan :
Yij = Nilai pengamatan pada perlakuan interval waktu
penyiraman, dan kelompok ke – j.
 = Nilai rataan umum.

τi = Pengaruh perlakuan perlakuan interval waktu


penyiraman
Bj = Pengaruh kelompok ulangan 1,2,3,4 ke – j dalam
perlakuan ke -i.
Ɛij = Pengaruh acak pada perlakuan ke – i dan
kelompok ke – j.

3.3.2. Pelaksanaan Penelitian


Pelaksanaan penelitian dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai
berikut (Lampiran 3):
3.3.2.1. Persiapan Media Tanam
Persiapan media tanam ini dilakukan sebelum proses
penanaman yaitu mengisi polybag dengan tanah top soil yang
dicampur dengan pupuk kandang yang telah matang dengan rasio 4:1
(Nirmala dan Shanti, 2017). Persiapan media tanam dilakukan 1
minggu sebelum tanam.
3.3.2.2. Penanaman
Penanaman dilakukan 1 minggu setelah pemberian pupuk
dasar yaitu pupuk kotoran hewan kambing pada polybag. Penanaman
dilakukan secara serentak dengan menancapkan bibit 5 cm dibawah
permukaan media tanam.
16

3.3.2.3. Perancangan Irigasi Tetes


Perancangan irigasi tetes dilakukan dengan merakit alat-alat
sesuai dengan skema irigasi yang dibuat.
3.3.2.4. Perhitungan Penjadwalan Irigasi Tetes
Perhitungan penjadwalan irigasi tetes pada tanaman pisang
mas kirana dilakukan dengan menggunakan bantuan software
Cropwat 8.0. Data-data input yang telah dimasukkan pada program
Cropwat 8.0 akan diproses secara otomatis. Data keluaran yang
dapat disimulasikan berupa evapotranspirasi potensial (Eto),
evapotrasnpirasi tanaman (Etc), curah hujan efektif, ketersediaan
lengas tanah, koefisien tanaman setiap fase pertumbuhan, kebutuhan
air tanaman, kebutuhan air irigasi aktual dan penjadwalan irigasi
serta neraca lengas tanah.
3.3.3.4 Aplikasi Perlakuan
Pengaplikasian penjadwalan penyiraman dengan
menggunakan irigasi tetes sesuai taraf perlakuan.
3.3.2.5 Pemeliharaan
Pemeliharaan ini meliputi pemberian pupuk NPK Grower
sebagai pupuk susulan pada bibit berusia 30 hari setelah tanam.
Pemberian dosis pupuk NPK Grower diberikan dengan dosis
sebanyak 45 g/tanaman (Rosmawaty et al. 2021). Selain itu,
dilakukan penyiangan untuk membersihkan gulma yang tumbuh di
sekitar tanaman dilakukan sebanyak 2 kali pada bibit berusia 15 HST
dan 30 HST.
3.3.2.6 Pengamatan
Pengamatan ini dilakukan setiap 1 minggu sekali selama fase
pembibitan. Pengamatan dilakukan dengan mencatat tinggi tanaman,
jumlah daun, diameter batang, dan kehijauan daun SPAD.
17

3.3.3 Pengolahan Data


Untuk mengetahui pengaruh masing-masing perlakuan, seluruh
variabel pengamatan dianalisis menggunakan analisis varian (ANOVA)
dengan tingkat kepercayaan 95%. Apabila terdapat beda nyata dilanjutkan
dengan uji jarak berganda Duncan.
DAFTAR PUSTAKA

Adhiguna, R. T., dan Amin R. 2018. Teknologi Irigasi Tetes dalam


mengoptimalkan efisiensi penggunaan Air di Lahan Pertanian. Palembang:
Universitas Sriwijaya. Vol 1(1):110-111.

Anggoro, K. 2016. Aklimatisasi Pisang (Musa Paradisiaca L.) pada Variasi


Varietas dan Dosis Fungi Mikoriza Arbuskula. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Purwokerto. Purwokerto.

Baskara, D. R., Wijayani, A., & Srilestari, R. 2021. Combination of Browning


Inhibitor Substance and Sucrose on The Growth of Mas Kirana Banana
Planlet (Musa acuminata C.) In Vitro. Agrivet. Vol. 24(1):2-9.

Chaer, M. S. I. 2016. Aplikasi Mikrokontroler Arduino Pada Sistem Irigasi Tetes


Untuk Tanaman Sawi (Brassica juncea). Skripsi. Universitas Mataram.
Mataram.

Hanan, S., Amri, K., & Gunawan, G. 2018. Analisis Kebutuhan Air Irigasi
Menggunakan Metode Cropwat Version 8.0. Inersia. Jurnal Teknik Sipil.
Vol. 10(2):61-68.

Idrus, M., Velthuzend, A., Kuswadi, D., Suprapto, S., & Darmaputra, I. G. 2018.
Kinerja Irigasi Tetes Tipe Emitter Aries Pada Tanaman Pisang Cavendish di
PT. Nusantara Tropical Farm. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. Vol.
18(1):33-38.

Kishor., H., Abhijith, Y., & Manjunatha, N. 2017. Micropropagation of Native


Cultivars of Banana- A Critical Review. International Journal of Pure &
Applied Bioscience.Vol. 5(5):1559–1564.

Madani. 2020. Sistem Kontrol dan Monitoring Irigasi Tetes pada Cabai Berbasis
Internet Of Things. Laporan Akhir. Politeknik Negeri Jember. Jember.

Mardhikasari, S., Yunus, A., & Samanhudi, S. 2019. Modification of Media for
Banana In Vitro Propagation with Foliar Fertilizer and Coconut Water in
cv. Rajabulu. Caraka Tani: Journal of Sustainable Agriculture. Vol.
35(1):23-32,

17
18

Marta, F, C. 2016. Efisiensi Pemasaran Pisang Mas Kirana di Kabupaten


Lumajang. Skripsi. Universitas Jember. Jember.

Nawangsih. 2018. Analisis Potensi Daya Saing Pemasaran Produk Unggulan


Pisang Mas Kirana. Jurnal Nusamba. Vol. 3(2):46-53.

Nirmala, R., dan Shanti, R. 2017. Pertumbuhan Bibit Pisang Ekspor Cavendish
Asal Kultur Jaringan di Nurseri dengan Teknologi Pemberian Kosarine.
Jurnal Pertanian Terpadu. Vol.5(2):79-91.

Prasetyo, A., & Yusuf, A. R. 2020. Integrated Device Electronic untuk Sistem
Irigasi Tetes dengan Kendali Internet Of Things. Jurnal Ilmiah Teknologi
Informasi Asia. Vol.14(1):1-6.

Rosmawaty, T., Baharuddin, R., & Priono, H. 2021. Efektivitas NPK Grower dan
POC Bonggol Pisang pada Pertumbuhan Bibit Tanaman Pisang Kepok
(Musa paradisiaca) dengan Teknik Belahan Bonggol. Dinamika Pertanian.
Vol. 37(3):189-198.

Shalsabillah, H., K. Amri, dan G. Gunawan. 2018. Analisis Kebutuhan Air Irigasi
Menggunakan Metode Cropwat Version 8.0. Jurnal Inersia. Vol. 10(2):61-
68.

Simaremare, H.D., Adiwirman dan Ardian. 2015. Pemberian Air Sistem Irigasi
Tetes dan Konsentrasi Pupuk Pelengkap Cair (PPC) pada Pertumbuhan dan
Hasil Tanaman Cabai (Capsicum annuum L.). Jurnal Online Mahasiswa
Faperta. Vol. 2(2).

Suhartanto, R. M., Sobir dan Harti, H. 2012. Teknologi Sehat Budidaya Pisang:
dari Benih sampai Pasca Panen. Pusat Kajian Holtikultura Tropika LPPM-
IPB. Bogor: 53 Hal.

Suryanti, Supriyadi A. 2012. Pisang. Jakarta: Penebar swadaya.

Suryasari, Yuyu., Kadapi, M. 2016. Katalog Pisang Koleksi Kebun Plasma Nutfah
Pisang Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Jakarta, LIPI Press.

Tria, L., Siswanto, dan M. Fauzi. 2014. Optimasi Pola Taman Daerah Irigai Uwai
Pangoan Kabupaten Kampar. Jurnal Fakultas Teknik. Vol. 1(2):1-9.

Manik, T.K., Rosadi, R.B. dan Karyanto, A. al., 2012. Evaluasi Metode Penman-
19

Mointeith dalam menduga Laju Evaprotranspirai (ETo) di Daratan Rendah


Provinsi Lampung, Indonesia. Jurnal Keteknikan Pertanian Jurusan Teknik
Pertanian Universitas Lampung. Vol. 26(6):121-128.

Udiana, I.M., W. Bunganaen, dan A.P.P Rizky. 2014. Perencanaan Sistem Irigasi
Tetes (Drip Irrigation) di Desa Besmarak Kabupaten Kupang. Jurnal
Teknik Sipil. Vol. 3(1):30-41.
20

Lampiran 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No Kegiatan Pelaksanaan Bulan


Januari Februari
1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan media tanam
2. Penanaman
3. Perancangan Irigasi Tetes
4. Perhitungan kebutuhan air
5. Aplikasi perlakuan
6. Pemeliharaan
7. Pengamatan
8. Pengolahan data
9. Persiapan media tanam
21

Lampiran 2. Deskripsi Pisang Mas Kirana


LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN
NOMOR : 516/Kpts/SR.120/12/2005
TANGGAL : 26 Desember 2005
Asal : Desa Kandang Tepus, Kecamatan
Senduro, Kabupaten Lumajang,
Provinsi Jawa Timur
Silsilah : seleksi rumpun
Golongan varietas : klon
Umur tanaman : 17 bulan
Umur berbunga (dari bibit anakan) : (8 – 10) bulan setelah tanam
Umur panen (dari bibit anakan) : (12 – 14) bulan setelah tanam
Tinggi tanaman : (5 – 6) m
Bentuk batang : gilig (bulat-gilig)
Warna batang : coklat kehitaman
Warna pangkal batang : coklat kehitaman
Kedudukan batang : tegak
Lingkar batang : (60 – 70) cm
Lebar tajuk : (3 – 4 ) m
Jumlah daun : (7 – 10) helai
Bentuk daun : panjang pipih
Panjang daun : (1.5 – 2.5) m
Lebar daun : (60 – 70) cm
Sudut daun : 30°
Bentuk daun : panjang pipih
Warna daun bagian atas : hijau tua mengkilat
Warna daun bagian bawah : hijau agak muda
Permukaan daun : berlilin
Warna ibu tulang daun : hijau
Ujung daun : tumpul
Tepi daun : rata, tidak berduri dan bergelombang,
tepi daun berwarna coklat kehitaman
22

Lampiran 2. Deskripsi Pisang Mas Kirana (Lanjutan)


Susunan daun : berselang seling, penampang melintang
tangkai
daun ke 3 : simetris bentuk membulat dan tepi ibu
tulang daun terbuka
Bentuk bunga (jantung) : lonjong
Warna mahkota bunga : bagian luar merah tua kecoklatan,
bagian luar merah tua kecoklatan,
bagian luar merah tua kecoklatan,
bagian dalam merah muda
Berat buah per tandan : (11 – 13) kg
Jumlah anakan / rumpun : (1 – 3) anakan
Jumlah sisir / tandan : 19.14 ± 4.37
Jumlah jari buah / sisir : (22 – 25) buah
Penampang irisan buah : bulat (gilig)
Bentuk buah : panjang bulat (gilig)
Bentuk ujung buah : tumpul
Lingkar tandan : (60 – 70) cm
Panjang tangkai tandan : (30 – 35) cm
Lingkar tangkai tandan : 11 – 15 cm
Panjang buah : 9.55 ± 3.09 cm
Diameter buah : 3.06 ± 1.74 cm
Bobot per jari buah : 71.36 ± 8.44 g
Panjang tangkai jari buah : (1 – 3) cm
Tebal kulit buah : 0.46 ± 6.78 mm
Warna kulit buah mentah : hijau
Warna daging buah mentah : putih kekuningan
Warna kulit buah matang : kuning bersih
Warna daging buah matang optimal : kuning cerah
Aroma : tidak beraroma
Rasa buah matang optimal : manis
23

Lampiran 2. Deskripsi Pisang Mas Kirana (Lanjutan)


Analisis kimiawi buah matang
optimal
-Vitamin C : 3.905 mg / 100 g bahan

- Asam : 0.063 %

- Gula : 21 %

Hasil : (11 – 13) kg/tandan


Daya simpan suhu kamar : 5 – 6 hari setelah matang optimal (dari
panen sampai matang optimal : 3 – 4
hari)
Identitas Pohon Induk : tanaman milik Bapak Subandi Desa
Kandang Tepus, Kecamatan Senduro,
Kabupaten Lumajang, Jawa Timur
dengan PIT No. : PI/PS/I/ JTM/79
nomor seri : 11.986 - 12.119 tahun
2004 dan PIT No: PI/PS/1/JT/81 nomor
seri: 12.150 – 12.179 tahun 2004
Keterangan : beradaptasi dengan baik di dataran
sedang dengan ketinggian ± 600 m dpl
dengan tekstur tanah lempung berpasir
dengan regim kelembaban lembab.
Pengusul/Peneliti : Paulina Evy Retnaning Prahardini,
Yuniarti, F. Kasijadi, Harwanto,
Baswarsiati (BPTP Propinsi Jawa
Timur); Abdullah (BPSBTPH Propinsi
Jawa Timur) dan Eddy Prasetyo Utomo
(Dinas Pertanian Kabupaten Lumajang)
(Sumber: Menteri Pertanian, 2005)
24

Lampiran 3. Diagram Alur

Persiapan Bibit Tanaman Pisang

Persiapan Media Tanam

Penanaman

Perancangan Irigasi Tetes

Perhitungan Kebutuhan Air

Aplikasi Perlakuan

Pemeliharaan

Pengamatan

Pengolahan Data

Anda mungkin juga menyukai