2.1.1 Titrasi Asam Basa Titrasi adalah cara analisis yang memungkinkan untuk mengukur jumlah yang pasti dari suatu larutan dengan mereaksikan dengan suatu larutan lain yang konsentrasinya diketahui. Analisis semacam ini yang menggunakan pengukuran volume larutan reaktan disebut analisis volumetri. Pada suatu titrasi, salah satu larutan yang mengandung suatu reaktan dimasukkan ke dalam buret, sebuah tabung panjang yang salah satu ujungnya mempunyai kran dan diberi skala dalam mililiter dan sepersepuluh mililiter. Larutan dalam buret disebut penitrasi (titran) dan selama titrasi, larutan ini diteteskan secara perlahan melalui kran ke dalam labu Erlenmeyer yang mengandung larutan reaktan lain. Larutan penitrasi ditambahkan sampai seluruh reaksi selesai yang dinyatakan dengan berubahnya warna indikator, suatu zat yang umumnya ditambahkan ke dalam larutan dalam bejana penerima dan yang mengalami perubahan warna ketika reaksi berakhir. Perubahan warna ini menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi, diberi nama demikian karena pada titik ini, penetesan larutan penitrasi dihentikan dan volumenya dicatat (Brady, 1987). 2.1.2 Prinsip Titrasi Asam Basa Titrasi dilakukan dengan cara mereaksikan larutan dengan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Reaksi dilakukan secara bertahap (tetes demi tetes) hingga tepat mencapai titik stoikiometri atau titik setara.Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titran. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau sebaliknya. Titran ditambahkan titer tetes demi tetes sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi) yang biasanya ditandai dengan berubahnya warna indikator. Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”, yaitu titik dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan : [H+] = [OH-]. Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warnaindikator disebut sebagai “titik akhir titrasi”. Titik akhir titrasi ini mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi melewati titik ekuivalen.Oleh karena itu, titik akhir titrasi sering disebut juga sebagai titik ekuivalen. Pada saat titik ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian catat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titran, volume dan konsentrasi titer maka bisa dihitung konsentrasi titran tersebut (Pramono,2012). 2.1.3 Asidi Alkalimetri Reaksi penetralan atau asidimetri dan alkalimetri adalah salah satu dari empat golongan utama dalam penggolongan reaksi dalam analisis titrimetri. Asidi alkalimetri ini melibatkan titrasi basa bebas atau basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah, dengan suatu standar (asidimetri) dan titrasi asam bebas yang terbentuk dari hidrolisisgaram yang berasal dari basa lemah, dengan suatu basa standar (alkalimetri) Reaksi-reaksi ini melibatkan senyawa ion hidrogen dan ion hidroksida untuk membentuk air (Bassett, 1994). Dalam menguji suatu reaksi untuk menetapkan apakah reaksi itu dapat digunakan untuk suatu titrasi, pembuatan suatu kurva titrasi akan membantu pemahaman untuk titrasi asam basa suatu kurva titrasi terdiri dari suatu alur pH atau pOH versus mL titran. Kurva semacam itu membantu dalam mempertimbangkan kelayakan suatu titrasi dan dalam memilih indikator yang tepat (Day dan Underwood, 1999). Zat-zat anorganik dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan penting : asam, basa dan garam. Asam didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan dalam air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hidrogen sebagai satu-satunya ion positif. Asam kuat berdisosiasi hampir sempurna dengan pengenceran yang sedang, karena itu ia merupakan elektrolit kuat. Asam lemah berdisosiasi hanya sedikit pada konsentrasi sedang bahkan pada konsentrasi rendah (Svehla, 1990) Kuat relatif asam dan basa dalam larutan bergantung pada afinitas mereka terhadap proton yang berlainan. Makin kuat asam, makin lemah basa konjugatnya (Keenan, 1994). Dari kumpulan reaksi kimia yang dikenal relatif sedikit yang dapat digunakan sebagai dasar untuk titrasi, suatu reaksi memenuhi persyaratan berikut sebelum digunakan. 1. Reaksi harus berjalan sesuai dengan suatu persamaan reaksi tertentu. Tidak boleh ada reaksi samping. 2. Reaksi harus berjalan sampai boleh dikatakan lengkap pada titik ekivalensi. Dengan kata lain, tetapan keseimbangan reaksi harus sangat besar. 3. Beberapa metode harus tersedia untuk menetapkan kapan titik ekivalensi tercapai. Suatu inidikator haruslah tersedia atau beberapa metode secara instrumen dapat digunakan untuk memberitahu analisis kapan penambahan titran dihentikan. 4. Reaksi berjalan cepat (dalam beberapa menit saja) (Day dan Underwood, 1999). Indikator asam basa adalah zat yang berubah warnanya atau membentuk fluoresen atau kekeruhan pada suatu range (trayek) pH tertentu. Indikator asam basa terletak pada titik ekivalen dan ukuran dari pH. Zat-zat indikator dapat berupa asam atau basa, larut dan stabil serta akan menunjukkan perubahan warna yang kuat, biasanya merupakan zat organik (Khopkar, 1990). Indikator asam basa ialah zat yang dapat berubah warna apabila pH lingkungannya berubah. Misalnya biru bromtimol (bb); dalam larutan asam ia berwarna kuning, tetapi dalam lingkungan basa warnanya biru. Warna dalam keadaan asam dinamakan warna asam dari indikator (kuning untuk bb), sedang warna yang ditunjukkan dalam keadaan basa disebut warna basa. Perubahan warna disebabkan oleh resonansi isomer elektron. Berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda dan akibatnya menunjukkan warna pada range pH yang berbeda. (Khopkar. 2003) Kebanyakan indikator asam basa adalah molekul kompleks yang bersifat asam lemah dan sering disingkat dengan HIn. Mereka memberikan satu warna berbeda bila proton lepas. (Hardjono Sastrohamidjojo. 2005) 2.2 Uraian Bahan 1. Aqua Destilata (FI III: 96 ) Nama resmi : AQUA DESTILATA Nama Lain : Air suling Rumus Molekul : H2O Berat Molekul : 18,02 Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau; tidak mempunyai rasa. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik. Khasiat : Zat tambahan 2. Asam asetat (FI IV: 45) Nama resmi : ACIDUM ACETICUM Sinonim : Asam asetat Rumus Molekul : C2H4O2 Berat Molekul : 60,05 Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna ; bau khas, menusuk; rasa asam yang tajam. Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dan denga gliserol. Kegunaan : Sampel Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat 3. Asam oksalat (Dirjen POM, 1979) Nama Resmi : Asam Oksalat Nama Lain : Asam Oksalat Rm/Bm : H2C2O4 / 1,6-1,7 Pemerian : Hablur, tidak berwarna. Kelarutan : Larut dalam air dan dalam etanol (95%) P Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik Kegunaan : Zat tambahan 4. Natrium hidroksida ( FI IV: 589 ) Nama resmi : NATRII HYDROXIDUM Sinonim : Natrium hidroksida RM/BM : NaOH Berat Molekul : 40,00 Pemerian : Putih atau praktis putih, massa melebur, berbentuk pelet, serpihan atau batang atau bentuk lain. Keras, rapuh dan menunjukan pecahan hablur. Bila dibiarkan diudara akan cepat menyerap karbon dioksida dan lembab. Kelarutan : Mudah larutdalam air dan etanol. Khasiat : Pelarut Kegunaan : Zat tambahan Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat. 5. Phenolphtaleein (FI Edisi III, 1979) Nama Resmi : PENOLPHTALEEIN Nama Lain : Fenolftalein/indikatir PP Rumus Molekul : C20H14O4 Berat Molekul : 318,32 Pemerian : Serbuk hablur putih, putih atau kekuningan. Kelarutan : Sukar larut dalam air, larut dalam etanol, agak sukar larut dalam eter. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik Kegunaan : Larutan indikator