Anda di halaman 1dari 11

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

PENGUJIAN POTENSI ANTIBIOTIKA MENGGUNAKAN METODE


DIFUSI SUMURAN

Nama : Laila Raihana


NIM :1811102415058
Kelompok :2
Dosen Pengampu : Sylvan Septian Ressandy, S.Farm.,M.Farm.,Apt.

Fakultas Ilmu Kesehatan dan Farmasi


Program Studi S1 Farmasi
Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan pengujian potensi antibiotic untuk mengukur
luas hambatan pertumbuhan mikroba uji.
B. Dasar Teori
Uji potensi antibiotika secara mikrobiologi adalah suatu teknik untuk
menetapkan suatu potensi antibiotika dengan mengukur efek senyawa tersebut
terhadap pertumbuhan mikroorganisme uji yang peka dan sesuai.
Antibiotik adalah suatu senyawa yang dihasilkan oleh microorganisme
yang pada konsentrasi rendah dapat memusnahkan atau menghambat
pertumbuhan microorganisme lain. Pengujian potensi antibiotik dilakukan
untuk memberikan jaminan bahwa kualitas dan mutu antibiotik yang
digunakan dalam pengobatan memenuhi persyaratan yang telah dilakukan
(Radji, 2010). Antibiotik digunakan untuk membasmi mikroba penyebab
infeksi. Gejala infeksi terjadi akibat gangguan langsung oleh mikroba dan
berbagai zat toksik yang dihasilkan mikroba. Pada dasarnya suatu infeksi
dapat ditangani oleh sistem pertahanan tubuh, namun ada kalanya sisteem ini
perlu ditunjang oleh penggunaan antibiotik. Antibiotik yang digunakan untuk
membasmi mikroba penyebab infeksi pada manusia, harus memiliki sifat
toksisitas selektif. Artinya, antibiotiki harus bersifat toksik untuk microba,
tetapi relatif tidak toksik untuk hospes. Toksisitas selektif tergantung kepada
struktur yang dimiliki sel bakteri dan manusia misalnya dinding sel bakteri
yang tidak dimiliki oleh sel manusia, sehingga antibiotik dengan mekanisme
kegiatan pada dinding sel bakteri mempunyai toksisitas selektif relatif tinggi
(Ganiswara, 1995).
Prinsip penetapan potensi antibiotik dalam sediaan obat adalah
membandingkan dosis larutan sediaan uji terhadap dosis larutan baku
pembanding yang menghasilkan derajat hambatan yang sama pada
mikroorganisme uji (Radji, 2010).
Pada umunya pengujian potensi antibiotik secara mikroorganisme
menggunakan dua metode, yaitu metode turbidimetri dan metode lempeng
sinder atau difusi agar. Prinsip metode turbidimetri adalah berdasarkan
hambatan pertumbuhan biakan mikroorganisme dalam media cair yang
mengandung larutan antibiotik sedangkan prinsip metode lempeng silinder
adalah membandingkan zona hambatan pertumbuhan mikroorganisme uji oleh
dosis senyawa antibiotik yang diuji terhadap zona hambatan oleh dosis
antibiotik baku pembanding pada media lempeng agar.
Tujuan dari proses uji sensitivitas ini adalah untuk mengetahui obat-obat
yang paling cocok untuk kuman penyebab penyakit terutama pada kasus-
kasus penyakit yang kronis dan untuk mengetahui adanya resistensi terhadap
berbagai macam antibiotik. Penyebab kuman resistensi terhadap antibiotik
yakni memang kuman tersebut resistensi terhadap antibiotik yang di berikan.
(Dwidioseputro, 1998).

Coamoxiclav merupakan obat yang bisa mengobati beberapa penyakit


infeksi akibat bakteri. Obat Coamoxiclav memiliki kandungan kombinasi
antibiotik dan inhibitor beta-laktam, sehingga lebih efektif membunuh bakteri.
Coamoxiclav merupakan golongan penisilin spektrum luas. Kandungan obat
yaitu amoxilin dan asam klavulanat. Amoxsilin yang dikombinasikan dengan
asam klavulanat mampu melawan bakteri lebih luas dan efektif bila dibanding
bekerja set tunggal.
Cefat adalah antibiotik yang digunakan untuk mengobati infeksi saluran
kemih dan kelamin, serta infeksi kulit jaringan lunak. Cefat mengandung
cefadroxcil yang memiliki spektrum luas, efektif terhadap bakteri asam
negatif maupun asam positif yang termasuk golongan antibiotik
cephalospoxin generasi pertama yang bekerja dengan cara menghambat
sintesis protein dinding sel bakteri(

C. Alat dan Bahan


1. Cawan petri steril
2. Paper disc
3. Media Na
4. Pinset steril
5. Bunsen
6. Bakteri
7. Jarum ose
8. Spidol
9. Kertas label
10. Senyawa standar (antibiotik : Cefadroxil dan Co-Amoxclav)
11. Aquadest
12. Clindamycin

D. Metode Kerja
1. Persiapan alat dan bahan
2. Cuci tangan hingga bersih
3. Pembuatan media agar pada cawan petri
4. Sterilisasi alat dan bahan
5. Siapkan bakteri uji
6. Ambil ose, masukkan ke media yang sudah didinginkan
7. Tunggu hingga dingin dan mengeras
8. Buatlah bolongan pada A area dengan menggunakan pembolong media
9. Area A = aquadest
10. Area B = Clindamicyn
11. Area C = Co-Amoxclav
12. Area D = Cefadroxil

E. Perhitungan
Membuat larutan Na 15 ml agar yang diperlukan untuk membuat 20 ml
larutan Na (perkelompok)
Spesifikasi = 20 gram → 1 liter aquadest
X → 20 ml
20 g = x
1000ml 20ml
400 = 1000 x
x = 1000 = 0.4 gram NA
400

Tambahan
 Laminar Air Flow merupakan alat yang digunakan dalam kegiatan
inokulasi atau penanaman dalam kondisi aseptik/steril.
 Prosedur Kerja
A. Persiapan
1. Pastikan kabel sudah terpasang pada sumber listrik dan
pastikan tidak ada bagian kabel yang terkelupas.
2. Pastikan ruangan kerja sudah disterilkan dengan menyalakan
lampu uv selama 30 menit sebelum kegiatan penggunaan LAF.
B. Penggunaan
1. Buka LAF dengan menggese kaca penutup ke atas dengan
berhati-hati.
2. Semprotkan alkohol 70% pada meja kerja dan dinding bagian
dalam LAF untuk tahap pensterilan awal.
3. Siapkan semua alat-alat yang akan digunakan dan pastikan
alat-alat tersebut dalam kondisi steril.
4. Tutup LAF dengan menggeser kaca penutup ke bawah dengan
berhati-hati.
5. Nyalakan lampu uv dengan menekan tombol uv pada bagian
pojok kanan atas selama 30 menit sebelum menggunakan LAF
dan hindarkan paparan sinar dari badan dan mata.
6. Matikan lampu uv dengan menekan tombol uv pada bagian
pojok kanan atas.
7. Buka LAF dengan menggeser kaca penutup ke atas dengan
hati-hati.
8. Nyalakan lampu dengan menekan tombol berlogo pada bagian
kanan atas.
9. Nyalakan FUN dengan menekan tombol berlogo pada bagian
kanan atas.
10. LAF siap digunakan.
11. Setelah selesai, pindahkan sampel yang dikerjakan dari dalam
LAF ke meja kerja d luar.
12. Matikan blower FAN dengan menekan tombol berlogo
dibagian pojok kanan.
13. Matikan lampu dengan menekan tombo dibagian kanan atas.
14. Semprotkan lagi alkohol 70% di meja kerja dan dinding bagian
dalam LAF.
15. Tutup LAF dengan menggeser kaca penutup ke bawah dengan
hati-hati.
16. Nyalakan lampu uv selama 120 menit setelah menggunakan
LAF.
17. Matikan lampu uv jika sudah 120 menit.
18. Lepas kabel dari sumber listrik dan tinggalkan ruangan dalam
kondisi bersih.

F. Hasil

Zona Hambat
A B C D
0 cm 0 cm 0 cm 0 cm

Dapat dilihat pada gmabar di samping, tidak ada


microorganisme yang tumbuh atau pertumbuhannya terhambat zat uji yang
digunakan pada bagian :
A = Aquadest
B = Cefadroxil
C = Clindamicyn
D = Claneksi (co-amoxiclav)
BAB II
PEMBAHASAN

Antimikroba ialah zat yang mampu membunuh atau menghambat


pertumbuhan mikroorganisme sedangkan antibiotik adalah segolong senyawa, baik
alami maupun sintetik yanbg mempunyai efek menekan atai mengjentikan susatu
proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses indeksi oleh bakterim
suatu antibiotik yang dapat membunuh beberapa jenis mikroba disebut antibiotik
yang berspektrum luas sedangkan antibiotik hanya dapat membunuh satu jenis
mikroba saja disebut antibiotik yang berspektrum sempit. Mekanisme kerja antibiotik
antara lain adalah menghambat sintesis dinding sel, merusak permeabilitas membran
sel, menghambat sintesis RNA (proses transkripsi), menghambat sintesis protein
(proses translasi). Menghambat replikasi DNA, prinsip dari percobaan ini adalah
penghambatan antimikroba terhadap pertumbuhan mikroorganisme. Bahan uji yang
digunakan pada pratikum kali ini antara lain aquadest, cefat, claneksi, clindamicyn,
dengan cara metode difusi sumuran.

Daya hambatnya dapat dilihat berupa zona hambatan yang berwarna bening
disekitar pada medium Na dalam cawan petri yang telah diincubasi selama 24 jam
pada suhu 37oc pada area A diberi aquadest sebagai kontrol negatif yang berfungsi
untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pelarut terhadap pertumbuhan bakteri.
Kemudian antibiotik yang digunakan pada area B adalah cefat yang menghasilkan
zona bening. Hal tersebut menunjukan bakteri sensitif terhadap antibiotik cefat. Cefat
bekerja dengan menghambat pembentukan protein yang membentuk dinding sel
bakteri.

Pada area C antibiotik yang digunakan adalah Claneksi dan menghasilkan


zona bening. Antibiotik Claneksi bekerja dengan mengganggu pembentukan dinding
sel bakteri sehingga mencegah reproduksi dan fungsi-fungsi sel pada area D
antibiotik yang digunakan adalah Clindamicyn, hasil yang didapat terjadi zona
bening, antibiotik Clindamicyn bekerja dengan cara menghentikan pertumbuhan
bakteri dan mencegah penyebaran agar tidak pindah ke tubuh lainnya.

Aquadest sebagai sebagai kontrol negatif dan antibiotik sebagai kontol positif,
berfungsi sebagai kontol dari zat uji dengan membandingkan diameter daerah hambat
yang terbentuk kontrol negatif sering digunakan adalah aquadest tidaknya pengaruh
pelarut terhadap pertumbuhan bakteri, sehingga dapat diketahui bahwa ynag
mempunyai aktivitas antibakteri. Antibiotik adalah zat uji bukan pelarut adanya
kontrol negatif dan positif digunakan sebagai pembanding atau membandingkan hasil
kerja antibiotik dengan media pertumbuhan serta bakteri yang digunakan.

Suhu pada saat memasukkan ke media yang mungkin masih terlalu panas
sehingga bakteri tadi mati karena adanya pemanasan karena suhu yang terlalu panas
dapat mematikan bakteri yang akan di biakkan.
BAB II
PENUTUP

Kesimpulan

Pada pratikum kali ini terbentuk zona bening karena pada daerah
tersebut tidak ada mikroorganisme yang tumbuh atau pertumbuhannya telah
dihambat.

DAFTAR PUSTAKA

Djide ,M.N . 2003. “Mikrobiologi Farmasi” Jurusan Farmasi

Unhas; Makassar.

1995 . “Farmasi dan Teori Edisi IV”

Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia ; Jakarta.

Dwiajoseputro.D.1995. “Dasar-Dasar Mikrobiologi”


Djambatan; Jakarta.

Radji, Dr.Maksum.2010 “Buku Ajaran Mikrobiologi Panduan Mahasiswa


Farmasi dan Kedokteran

Anda mungkin juga menyukai