TINJAUAN PUSTAKA
Lansia berasal dari kata lanjut usia adalah mereka yang usianya telah
mencapai 60 atau lebih (Litbangkes RI, 2013).
2. Klasifikasi lansia
Depkes RI mengklasifikasikan lansia dalam beberapa kategori, yaitu:
a. Pralansia (prasenilis), seseorang yang berusia antara 45-49 tahun.
b. Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia resiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau
lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah
kesehatan.
d. Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/
atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa.
e. Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya mencari nafkah
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
Sedangkan klasifikasi menurut WHO (world health organization)
adalah:
a. Usia pertengahan (middle age): antara usia 45-59 tahun
b. Lanjut usia (elderly): antara usia 60-74 tahun
c. Lanjut usia tua (old): antar usia 75-89 tahun
d. Usia sangat tua (very old): diatas 90 tahun
Menurut Siti Bandiyah (2009) dalam Abdul & Sandu (2016) penuaan
dapat terjadi secara fisiologis dan patologis. Penuaan yang terjadi sesuai
dengan kronologis usia. Factor yang memengaruhi yaitu hereditas atau
genetic, nutrisi atau makanan, status kesehatan, pengalaman hidup,
lingkungan dan stress.
b. Nutrisi/makanan
Berlebihan atau kekurangan zat gizi makanan dapat
mengganggu keseimbangan reaksi kekebalan.
c. Status kesehatan
Penyakit yang selama ini selalu dikaitkan dengan proses
penuaan, sebenarnya bukan disebabkan oleh proses menuanya
sendiri, tetapi lebih disebabkan oleh faktor luar yang merugikan
yang berlangsung tetap dan berkepanjangan.
d. Pengalaman hidup
1) Paparan sinar matahari: kulit yang tak terlindung dari sinar
matahari akan mudah ternoda oleh flek atau kerutan dan
menjadi kusam.
2) Kurang olahraga: olahraga membantu pembentukan otot dan
menyebabkan lancarnya sirkulasi darah.
3) Mengonsumsi alkohol: alkohol dapat memperbesar pembuluh
darah kecil pada kulit dan menyebabkann peningkatana lairan
darah dekat permukaan kulit.
e. Lingkungan
Proses menua secara biologis berlangsung secara alami dan
tidak dapat dihindari, tetapi seharusnya dapat tetap dipertahankan
dalam status sehat.
f. Stress
Tekanan kehidupan sehari-hari dalam lingkungan rumah,
pekerjan, ataupun masyarakat yang tercermin dalam bentuk gaya
hidup akan berpengaruh terhadap proses penuaan.
a. Sistem cardiovascular
1) Jantung
a) Terjadi penebalan pada katup jantung sehingga menjadi kaku
b) Kelistrikan pada nodus sinoatrial menjadi kurang efektif
sehingga impuls yang dihasilkan melemah
c) Kekuatan otot jantung menurun
2) Pembuluh darah
a) Peningkatan tekanan darah sistolic maupun diastolic karena
penebalah dinding pembuluh darah
b) Dinting arteri menjadi kurang elastis
c) Dinding kapiler menebal sehingga melambatnya proses
metabolism antar sel dan darah.
3) Darah
a) Kontraksi jantung melemah sehingga volume darah yang
dipompa menurun dan cardiac output mengalami penurunan
sekitar 1% pertahun dari volume normal orang dewasa (5 Liter)
b) Volume darah menurun sejalan dengan penurunan volume
cairan akibat proses menua
c) Penurunan jumlah sel darah merah dan kadar hematocrit karena
melemahnya kerja sumsum tulang belakang.
b. Sistem pernafasan
1) Otot bantu pernafasan
Penurunan usaha napas (inspirasi dan ekspirasi) karena
melemahnya otot abdomen
2) Perubahan intrapulmonal
a) Alveoli menjadi tipis dan kurang elastis. Walaupun jumlahnya
konstan, tetapi penurunan fungsi menurun secara keseluruhan
b) Ketebalan membrane alveoli-kapiler meningkat sehingga area
permukaan untuk pertukaran gas menurun.
c) Daya recoil paru menurun
3) Cavum thorac
a) Pemendekan pada vertebrae thoracalis dan jika ada
osteoporosis menyebabkan postur bungkuk sehingga ekspansi
paru dan menguragi pergerakan thorak.
b) Cavum thorac menjadi kaku seiring dengan proses kalsifikasi
kartilago
c. Sistem musculoskeletal
1) Sendi
a) Kartilago menipis sehingga sendi kaku dan inflamasi
b) Keterbatasan rentang gerak
2) Struktur tulang
a) Columna vertebralis mengalami kompresi sehingga
menyebabkan tinggi badan menurun
b) Penurunan massa tulang menyebabkan tulang rapuh dan lemah
3) Kekuatan otot
a) Otot betis dan lengan mengecil dan bergelambir
b) Kehilangan fleksibilitas dan ketahanannya karena inaktivitas
c) Massa otor berkurang dan regenerasi berjalan lambat
d. Sistem integument
1) Kulit
a) Penumpukan melanosit yang menyebabkan terbentuknya
pigmentasi (aged spot)
b) Elastisitas menurun sehingga kulit berkerut dan kering
c) Penipisan kulit yang menyebabkan penurunan fungsi sebagai
pelindung pembuluh darah dibawahnya berkurang
d) Lemak subkutan menipis
2) Kuku
Bantalan kuku menjadi keras, tebal dan rapuh karena
penurunan aliran daeah ke kuku
3) Rambut
a) Penurunan aktivitas folikel rambut sehingga rambut tipis
b) Perubahan warna kulit karena penurunan melanin
4) Kelenjar keringkat
Terjadi penurunan jumlah dan ukuran
e. Sistem gastrointestinal
1) Cavum oris
a) Jika menggunakan gigi palsu, maka harus mengecek ketepatan
posisinya
b) Reabsorbsi tulang rahang sehingga gigi tanggal
2) Esophagus
a) Melemahnya otot halus sehingga waktu pengosongan menjadi
lambat
b) Resiko aspirasi karena reflek telan menurun
3) Lambung
Penurunan sekresi asam lambung yang mengakibatkan gangguan
absorbsi besi, vitamin B dan protein
4) Intestinum
a) Penurunan peristaltic
b) Inkompetensi pengosongan bowel karena peristaltic usus
melemah
f. Sistem genitourinaria
1) Fungsi ginjal
a) Terjadi gangguan dalam kemampuan mengkonsentrasikan urin
b) Penurunan jumlah cardiac output menyebabkan aliran darah ke
ginjal berkurang dan laju filtrasi glomerulus menurun
2) Kandung kemih
a) Penurunan kapasitas
b) Terjadi gangguan pengosongan kandung kemih dan tonus otot
melemah
3) Miksi
a) Pada wanita: peningkatan frekuensi miksi karena melemahnya
otot perineal
b) Pada laki-laki: peningkatan frekuensi miksi akibat pembesaran
prostat
4) Reproduksi wanita
a) Terjadi atropi vulva
b) Sekresi vaginal menurun, didning vagina menipis dan kurang
elastis
c) Penurunan jumlah rambut pubis
5) Reproduksi laki-laki
a) Ukuranprostat membesar
b) Ukuran testis mengecil
h. Sistem sensori
1) Penglihatan
a) Kemampuan memfokuskan objek dekat menurun
b) Produksi air mata menurun
c) Kemampuan melihat dimalam hari menurun karena iris
kehilangan pigmen sehingga bola mata berubah menjadi sedikit
kebiruan atau keabu-abuan
d) Terjadi peningkatan densitas lensa dan akumulasi lemak sekitar
iris sehingga adanya cincin kuning keabu-abuan
e) Penurunan ukuran pupil
f) Penurunan sensitivitas cahaya
2) Pendengaran
a) Pengerasan serumen karena keratin
b) Penurunan kemampuan dengar suara berfrekuensi tinggi
3) Perasa
Penurunan kemampuan untuk merasakan rasa pahit, asin, dan asam
4) Peraba
Penurunan kemampuan merasakan nyeri ringan dan perubahan
suhu
2. Klasifikasi stress
a. Stress fisik
Disebabkan oleh sinar yang terlalu terang, suhu atau temperature
yang terlalu tinggi atau rendah, suara yang bising dan tersengat arus
listrik.
b. Stress kimiawi
Disebabkan oleh zat beracun, asam basa kuat, hormone atau gas
yang menimbulkan penyakit
c. Stress mikrobiologik
Disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasite yang menyebabkan
timbulnya penyakit.
d. Stres fisiologik
Disebabkan oleh ganggua fungsi organ, sistemik atau organ dan
gangguan strukur sehingga menimbulkan fungsi tubuh abnormal.
e. Stress proses pertumbuhan dan perkembangan
Disebabkan oleh gangguan tumbuh kembang pada masa bayi
hingga tua.
3. Tahapan stress
Tahapan stress menurut Martaniah (2006) dalam Clara Shinta (2015)
membagi tahapan stress menjadi 6 tahap, yaitu:
a. Tahap 1
Pada tahap ini, orang yang mengalami stress akan bersemangat
yang menggebu-gebu, penglihatan tajam, energy meningkat, merasa
puas dan senang, serta muncul rasa gugup yang dapat diatasi.
b. Tahap 2
Seseorang yang mengalami stress tahap 2 mulai merasa kelelahan,
otor menjadi tegang dan gangguan pencernaan.
c. Tahap 3
Stress tahap 3 menunjukan gejala seperti sulit tidur, merasa letih,
lesu dan tegang.
d. Tahap 4 dan 5
Pada tahap ini individu tidak mampu konsentrasi, tidak mampu
menghadapi situasi dan mengalami insomnia.
e. Tahap 6
Tahap akhir dari stress akan menunjukan gejala detak jantung
meningkat, tubuh gemetar bahkan sapat mengakibatkan pingsan.
a. Sifat stressor
Individu yang mengetahui bagaimana cara menghadapi stressor
dan darimana sumber stressor itu datang serta pengaruh stressor
didalam dirinya tentu akan membuat dampak stress yang ia terima
menjadi berkurang. Karena dampak stress setiap individu berbeda-
beda.
b. Jumlah stressor
Banyaknya stressor yang terima dalam satu waktu sangat
berpengaruh terhadap dampak stress seseorang. Semakin banyak
stressor yang diterima, maka semakin besar akan terjadinya stress.
c. Lama stressor
Yang dimaksud dengan lama stressor adalah seberapa sering
individu menerima stressor yang sama dan seberapa lama stressor itu
berlangsung. Semakin lama dan sering stressor itu datang, individu
akan mengalami kelelahan dalam menghadapinya sehingga dapat
terjadi stress.
a. Lingkungan
Yang termasuk kedalam stressor lingkungan yaitu:
1) Sikap lingkungan
Seperti pada umumnya, lingkungan memiliki sisi positif dan
negatif terhadap masing-masing perilaku individu sesuai
pemahaman kelompok atau masyarakat sekitarnya. Tuntutan itulah
yang menjadi stressor bagi seseorang untuk selalu berperilaku baik
sesuai pandangan masyarakat dilingkungan tersebut.
2) Tuntutan dan sikap keluarga
Tuntutan yang berasal dari keluarga, seperti tuntutan yang
sesuai keinginan orang tua untuk memutuskan sesuatu hal, padahal
sangat bertolak belakang dengan keinginan individu itu sendiri,
sehingga menimbulkan tekanan pada individu tersebut.
3) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
Tuntutan untuk mengikuti trend terhadap perkembangan zaman
atau yang biasa disebut update. Bagi sebagian individu akan
merasa malu jika merasa ketinggalan zaman atau gaptek, maka
akan membuat individu itu untuk berlomba menjadi tahu tentang
hal-hal yang baru.
b. Diri sendiri
Yang menjadi stressor dari dalam diri sendiri diantaranya adalah:
1) Kebutuhan psikologis
Kebutuhan psikologis yaitu tuntutan terhadap keinginan
menegnai sesuatu yang ingin diraih.
2) Proses internalisasi diri
Proses internalisasi diri sangat berkaitan erat dengan stressor
lingkungan yaitu IPTEK, dimana ini merupakan tuntutan individu
itu sendiri untuk selalu ingin mengikuti atau mengetahui sesuaru
seiring perkembangan.
c. Pikiran
1) Berkaitan dengan penilaian individu terhadap pengaruh lingkungan
pada dirinya serta persepsinya tentang lingkungan itu sendiri.
2) Berkaitan dengan cara penilaian diri terhadap cara penyesuaian
yang bisa dilakukan oleh individu tersebut.
7. Tingkat stress
Stuart dan Sundeen (2007) dalam Dwiharini P (2015)
mengklasifikasikan tingkat stress menjadi 3, yaitu:
a. Stress ringan
Kondisi ini dapat membantu individu untuk waspada terhadap
suatu hal dan mencegah kemungkinan yang akan terjadi. Stress ringan
sering ditemukan dikehidupan sehari-hari. Bila diukur dengan skala
stress maka presentase yang didapat pada stress ringan adalah 34%
atau lebih rendah.
b. Stress sedang
Pada tingkat ini individu menjadi lebih fokus pada hal penting dan
mengenyampingkan yang lain sehingga mempersempit persepsinya.
Jika diukur dengan skala stress, maka stress sedang mendapat
presentase 35-42%.
c. Stress berat
Pada tingkat stress berat, individu cenderung menujukan perilaku
untuk mengurangi stress. Individu tersebut akan mencoba memusatkan
perhatian pada hal lain agar tidak terpaku pada hal yang membuatnya
stress serta perlu banyak arahan. Hasil dari skala stresnya mencapai
43-50%.
2. Klasifikasi insomnia
a. Insomnia akut
Insomnia akut merupakan insomnia yang paling banyak ditemui.
Insomnia akut ditandai dengan keadaan stress terhadap pekerjaan
ataupun masalah hidup seperti gagal ujian. Pada insomnia ini tidak
disertai komplikasi yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
b. Insomnia kronik
Insomnia kronik merupakan insomnia yang dapat mengganggu
kualitas hidup, gagguan mental maupun gangguan fisik.
c. Salah persepsi tidur (misperception sleep state)
Banyak penderita insomnia yang memiliki persepsi buruk terhadap
lamanya kualitas tidur. Dimana persepsi yang mereka milki adalah,
kualitas tidur cukup dengan hanya 3-4 jam semalam (Imadudin, 2012).
3. Tanda gejala insomnia
Menurut Akoso (2009) dalam Viska (2014) mennyebutkan beberapa
tanda gejala insomnia, yaitu:
a. Kesulitan tidur secara teratur
b. Merasa lelah dan tertidur di siang hari
c. Merasa lelah dan tidak segar ketika bangun
d. Sering terbangun saat tidur dan sulit kembali tidur
e. Pemarah
f. bangun terlalu dini
g. sulit berkonsentrasi
5. Tingkat insomnia
Akoso (2009) dalam Viska (2014) menyatakan bahwa insomnia
terbagi menjadi 3 tingkatan, yaitu:
a. Insomnia akut atau ringan
Ini merupakan insomnia yang hanya berlangsung beberapa malam
hingga beberapa hari.
b. Insomnia sedang
Insomnia sedang merupakan insomnia yang berlangsung kurang
dari 3 minggu.
c. Insomnia berat atau kronik
Insomnia berat adalah tingkatan paling tinggi, yaitu berlangsung
lebih dari 1 bulan atau lebih. Pada kasus tertentu bisa verlangsung
selama bertahun-tahun.
D. Kerangka Teori
Bagan 2.1
Kerangka teori
Lansia
Faktor yang mempengaruhi stress Tanda dan gejala stres Tingkat stress
Keterangan: