Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep dasar lansia


1. Definisi

Lansia berasal dari kata lanjut usia adalah mereka yang usianya telah
mencapai 60 atau lebih (Litbangkes RI, 2013).

Lansia adalah masa dimana telah mencapai masa kejayaan atau


keemasan dalam ukuran, fungsi dan beberapa telah menunjukan
kemundurannya seiring dengan berjalannya waktu (Suadirman, 2011)

Menurut Maryam (2012) lansia adalah seseorang yang telah berusia


lebih dari atau sama dengan 60 tahun dan ketika mencapai usia ini ia akan
mengalami banyak perubahan dalam dirinya.

Dari pengertian lansia menurut beberapa ahli di atas dapat disimpulkan


bahwa lansia atau lanjut usia ialah seseorang yang telah berusia 60 tahun
atau lebih dan akan mengalami perubahan pada tubuh, baik dari fisik
ataupun fungsi organnya.

2. Klasifikasi lansia
Depkes RI mengklasifikasikan lansia dalam beberapa kategori, yaitu:
a. Pralansia (prasenilis), seseorang yang berusia antara 45-49 tahun.
b. Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia resiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau
lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah
kesehatan.
d. Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/
atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa.
e. Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya mencari nafkah
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
Sedangkan klasifikasi menurut WHO (world health organization)
adalah:
a. Usia pertengahan (middle age): antara usia 45-59 tahun
b. Lanjut usia (elderly): antara usia 60-74 tahun
c. Lanjut usia tua (old): antar usia 75-89 tahun
d. Usia sangat tua (very old): diatas 90 tahun

3. Fkctor-faktor yang mempengaruhi proses menua

Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-


lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri
dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya yang dialami oleh
setiap lansia. Hal ini terjadi karena setiap manusia memiliki perubahan
fisiologis dalam hidupnya (Darmodjo, 2011).

Menurut Siti Bandiyah (2009) dalam Abdul & Sandu (2016) penuaan
dapat terjadi secara fisiologis dan patologis. Penuaan yang terjadi sesuai
dengan kronologis usia. Factor yang memengaruhi yaitu hereditas atau
genetic, nutrisi atau makanan, status kesehatan, pengalaman hidup,
lingkungan dan stress.

a. Hereditas atau genetic


Kematian sel merupakan seluruh program kehidupan yang
dikaitkan dengan peran DNA yang penting dalam mekanisme
pengendalian fungsi sel. Secara genetic, perempuan dibentuk oleh
sepasang kromosom X sedangkan laki-laki oleh satu kromosom X.
kromosom X ini ternyata membawa unsur kehidupan sehingga
perempuan berumur lebih panjang dari laki-laki.

b. Nutrisi/makanan
Berlebihan atau kekurangan zat gizi makanan dapat
mengganggu keseimbangan reaksi kekebalan.
c. Status kesehatan
Penyakit yang selama ini selalu dikaitkan dengan proses
penuaan, sebenarnya bukan disebabkan oleh proses menuanya
sendiri, tetapi lebih disebabkan oleh faktor luar yang merugikan
yang berlangsung tetap dan berkepanjangan.

d. Pengalaman hidup
1) Paparan sinar matahari: kulit yang tak terlindung dari sinar
matahari akan mudah ternoda oleh flek atau kerutan dan
menjadi kusam.
2) Kurang olahraga: olahraga membantu pembentukan otot dan
menyebabkan lancarnya sirkulasi darah.
3) Mengonsumsi alkohol: alkohol dapat memperbesar pembuluh
darah kecil pada kulit dan menyebabkann peningkatana lairan
darah dekat permukaan kulit.

e. Lingkungan
Proses menua secara biologis berlangsung secara alami dan
tidak dapat dihindari, tetapi seharusnya dapat tetap dipertahankan
dalam status sehat.

f. Stress
Tekanan kehidupan sehari-hari dalam lingkungan rumah,
pekerjan, ataupun masyarakat yang tercermin dalam bentuk gaya
hidup akan berpengaruh terhadap proses penuaan.

4. Perubahan sistem organ pada lansia

Proses penuaan mengakibatkan perubahan fungsi pada sistem-sistem


organ yang mengarah pada kemampuan lansia dalam menjalankan
aktivitas sehari-hari (ADL) dan tetntu berpengaruh terhadap kualitas hidup
lansia.
Sofia R.D (2018) menuturkan perubahan-perubahan tersebut adalah:

a. Sistem cardiovascular
1) Jantung
a) Terjadi penebalan pada katup jantung sehingga menjadi kaku
b) Kelistrikan pada nodus sinoatrial menjadi kurang efektif
sehingga impuls yang dihasilkan melemah
c) Kekuatan otot jantung menurun
2) Pembuluh darah
a) Peningkatan tekanan darah sistolic maupun diastolic karena
penebalah dinding pembuluh darah
b) Dinting arteri menjadi kurang elastis
c) Dinding kapiler menebal sehingga melambatnya proses
metabolism antar sel dan darah.
3) Darah
a) Kontraksi jantung melemah sehingga volume darah yang
dipompa menurun dan cardiac output mengalami penurunan
sekitar 1% pertahun dari volume normal orang dewasa (5 Liter)
b) Volume darah menurun sejalan dengan penurunan volume
cairan akibat proses menua
c) Penurunan jumlah sel darah merah dan kadar hematocrit karena
melemahnya kerja sumsum tulang belakang.

b. Sistem pernafasan
1) Otot bantu pernafasan
Penurunan usaha napas (inspirasi dan ekspirasi) karena
melemahnya otot abdomen
2) Perubahan intrapulmonal
a) Alveoli menjadi tipis dan kurang elastis. Walaupun jumlahnya
konstan, tetapi penurunan fungsi menurun secara keseluruhan
b) Ketebalan membrane alveoli-kapiler meningkat sehingga area
permukaan untuk pertukaran gas menurun.
c) Daya recoil paru menurun
3) Cavum thorac
a) Pemendekan pada vertebrae thoracalis dan jika ada
osteoporosis menyebabkan postur bungkuk sehingga ekspansi
paru dan menguragi pergerakan thorak.
b) Cavum thorac menjadi kaku seiring dengan proses kalsifikasi
kartilago

c. Sistem musculoskeletal
1) Sendi
a) Kartilago menipis sehingga sendi kaku dan inflamasi
b) Keterbatasan rentang gerak
2) Struktur tulang
a) Columna vertebralis mengalami kompresi sehingga
menyebabkan tinggi badan menurun
b) Penurunan massa tulang menyebabkan tulang rapuh dan lemah
3) Kekuatan otot
a) Otot betis dan lengan mengecil dan bergelambir
b) Kehilangan fleksibilitas dan ketahanannya karena inaktivitas
c) Massa otor berkurang dan regenerasi berjalan lambat

d. Sistem integument
1) Kulit
a) Penumpukan melanosit yang menyebabkan terbentuknya
pigmentasi (aged spot)
b) Elastisitas menurun sehingga kulit berkerut dan kering
c) Penipisan kulit yang menyebabkan penurunan fungsi sebagai
pelindung pembuluh darah dibawahnya berkurang
d) Lemak subkutan menipis
2) Kuku
Bantalan kuku menjadi keras, tebal dan rapuh karena
penurunan aliran daeah ke kuku
3) Rambut
a) Penurunan aktivitas folikel rambut sehingga rambut tipis
b) Perubahan warna kulit karena penurunan melanin
4) Kelenjar keringkat
Terjadi penurunan jumlah dan ukuran

e. Sistem gastrointestinal
1) Cavum oris
a) Jika menggunakan gigi palsu, maka harus mengecek ketepatan
posisinya
b) Reabsorbsi tulang rahang sehingga gigi tanggal
2) Esophagus
a) Melemahnya otot halus sehingga waktu pengosongan menjadi
lambat
b) Resiko aspirasi karena reflek telan menurun
3) Lambung
Penurunan sekresi asam lambung yang mengakibatkan gangguan
absorbsi besi, vitamin B dan protein
4) Intestinum
a) Penurunan peristaltic
b) Inkompetensi pengosongan bowel karena peristaltic usus
melemah

f. Sistem genitourinaria
1) Fungsi ginjal
a) Terjadi gangguan dalam kemampuan mengkonsentrasikan urin
b) Penurunan jumlah cardiac output menyebabkan aliran darah ke
ginjal berkurang dan laju filtrasi glomerulus menurun
2) Kandung kemih
a) Penurunan kapasitas
b) Terjadi gangguan pengosongan kandung kemih dan tonus otot
melemah
3) Miksi
a) Pada wanita: peningkatan frekuensi miksi karena melemahnya
otot perineal
b) Pada laki-laki: peningkatan frekuensi miksi akibat pembesaran
prostat
4) Reproduksi wanita
a) Terjadi atropi vulva
b) Sekresi vaginal menurun, didning vagina menipis dan kurang
elastis
c) Penurunan jumlah rambut pubis
5) Reproduksi laki-laki
a) Ukuranprostat membesar
b) Ukuran testis mengecil

g. Perubahan sistem persarafan


1) Neuron
a) Massa otak berkurang secara progresif
b) Terjadi penurunan jumlah neuron di otak dan batang otak
c) Metabolisme dan sintesa neuron menurun
2) Pergerakan
a) Penurunan reaction time
b) Sensasi kinestetik berkurang
c) Gangguan keseimbangan
3) Tidur
a) Dapat terjadi gangguan tidur berupa insomnia dan mudah
terbangun dimalam hari
b) Tidur dalam (tahap IV) dan tidur REM berkurang

h. Sistem sensori
1) Penglihatan
a) Kemampuan memfokuskan objek dekat menurun
b) Produksi air mata menurun
c) Kemampuan melihat dimalam hari menurun karena iris
kehilangan pigmen sehingga bola mata berubah menjadi sedikit
kebiruan atau keabu-abuan
d) Terjadi peningkatan densitas lensa dan akumulasi lemak sekitar
iris sehingga adanya cincin kuning keabu-abuan
e) Penurunan ukuran pupil
f) Penurunan sensitivitas cahaya
2) Pendengaran
a) Pengerasan serumen karena keratin
b) Penurunan kemampuan dengar suara berfrekuensi tinggi
3) Perasa
Penurunan kemampuan untuk merasakan rasa pahit, asin, dan asam
4) Peraba
Penurunan kemampuan merasakan nyeri ringan dan perubahan
suhu

B. Konsep dasar stress


1. Definisi stress

Stress merupakan reaksi yang tidak diharapkan yang muncul


disebabkan oleh tingginya tuntutan lingkungan kepada seseorang, antara
harmoni atau keseimbangan antara kekuatan dan dalam tubuh yang
terganggu karena tekanan psikologis (Dewi,2014).

Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun


mental (Rismalinda, 2017).

Salam A (2015) menuturkan stress adalah suatu kondisi yang


mengganggu individu baik secara mental dan fisik, hasil dari interaksi
individu dengan lingkungan dan dianggap sebagai ancaman terhadap
kesejahteraan individu.
Nasir & Muhith (2011) menuturkan stress dapat diartikan sebagai
suatu kondisi dimana manusia melihat adanya tuntutan situasi sebagai
beban diluar batas kemampuan untuk memenuhinya.

Dari beberapa definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa stress


adalah keaadan saat tubuh (baik fisik atau mental) merasa tertekan karena
suatu tuntutan yang mengharuskannya menyeimbangi keadaan sekitar
sehingga individu tersebut merasa terancam.

2. Klasifikasi stress

Jenis-jenis stress dapat dibedakan sesuai dengan penyebab serta


sumber stress itu sendiri. Karena stressor dan sumbernya beragam, maka
stress yang dihasilkanpun beragam. Menurut Sri Kusmiati dan Desminiarti
(2003) dalam Musradinur (2016) klasifikasi stress berdasarkan
penyebabnya dapat digolongkan menjadi:

a. Stress fisik
Disebabkan oleh sinar yang terlalu terang, suhu atau temperature
yang terlalu tinggi atau rendah, suara yang bising dan tersengat arus
listrik.
b. Stress kimiawi
Disebabkan oleh zat beracun, asam basa kuat, hormone atau gas
yang menimbulkan penyakit
c. Stress mikrobiologik
Disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasite yang menyebabkan
timbulnya penyakit.
d. Stres fisiologik
Disebabkan oleh ganggua fungsi organ, sistemik atau organ dan
gangguan strukur sehingga menimbulkan fungsi tubuh abnormal.
e. Stress proses pertumbuhan dan perkembangan
Disebabkan oleh gangguan tumbuh kembang pada masa bayi
hingga tua.
3. Tahapan stress
Tahapan stress menurut Martaniah (2006) dalam Clara Shinta (2015)
membagi tahapan stress menjadi 6 tahap, yaitu:
a. Tahap 1
Pada tahap ini, orang yang mengalami stress akan bersemangat
yang menggebu-gebu, penglihatan tajam, energy meningkat, merasa
puas dan senang, serta muncul rasa gugup yang dapat diatasi.
b. Tahap 2
Seseorang yang mengalami stress tahap 2 mulai merasa kelelahan,
otor menjadi tegang dan gangguan pencernaan.
c. Tahap 3
Stress tahap 3 menunjukan gejala seperti sulit tidur, merasa letih,
lesu dan tegang.
d. Tahap 4 dan 5
Pada tahap ini individu tidak mampu konsentrasi, tidak mampu
menghadapi situasi dan mengalami insomnia.
e. Tahap 6
Tahap akhir dari stress akan menunjukan gejala detak jantung
meningkat, tubuh gemetar bahkan sapat mengakibatkan pingsan.

4. Tanda gejala stress


Ada 2 kategori gejala umum pada stress menurut Hidayat (2008)
dalam Dwiharini P (2015), yaitu:
a. Gejala fisik
Ada beberapa gejala fisik yang muncul saat stress, diantaranya:
nyeri dada, sulit tidur, jantung berdebar, diare, lelah, sakit kepala, mual
dan lain-lain.
b. Gejala psikis
Sementara gejala dalam bentuk gangguan psikis yang sering terjadi
adalah: emosi tidak terkendali, tidak mampu menyelesaikan tugas
dengan baik, reaksi berlebih terhadap hal sepele, cepat marah, perilaku
impulsive, sulit berkonsentrasi, ingatan melemah, tidak tahan terhadap
suara yang dirasa mengganggu, daya kemampuan berkurang, dan lain-
lain.

5. Factor yang memperberat stressor

Penyebab-penyebab stress yang telah disebutkan sebelumnya tentu


tidak akan langsung menyebabkan seseorang menjadi stress. Hal tersebut
dikarenakan setiap individu memiliki respon berbeda terhadap masalah
yang dihadapinya. Selain itu, ada beberapa factor yang mempengaruhi
stressor. Menurut Kozier G Erb dalam Musradinur (2016), faktor-faktor
tersebut yaitu:

a. Sifat stressor
Individu yang mengetahui bagaimana cara menghadapi stressor
dan darimana sumber stressor itu datang serta pengaruh stressor
didalam dirinya tentu akan membuat dampak stress yang ia terima
menjadi berkurang. Karena dampak stress setiap individu berbeda-
beda.
b. Jumlah stressor
Banyaknya stressor yang terima dalam satu waktu sangat
berpengaruh terhadap dampak stress seseorang. Semakin banyak
stressor yang diterima, maka semakin besar akan terjadinya stress.
c. Lama stressor
Yang dimaksud dengan lama stressor adalah seberapa sering
individu menerima stressor yang sama dan seberapa lama stressor itu
berlangsung. Semakin lama dan sering stressor itu datang, individu
akan mengalami kelelahan dalam menghadapinya sehingga dapat
terjadi stress.

6. Faktor yang mempengaruhi stress

Sesuatu yang terjadi pasti ada penyebabnya, begitupun dengan stress.


Banyak faktor yang dapat menyebabkan stress (stressor) dan dapat
berbeda pada setiap individu yang mengalaminya.
Menurut Andreasen N.C dan Black D.W (2001) dalam Musradinur
(2016) menyatakan faktor-faktor stress diantaranya adalah:

a. Lingkungan
Yang termasuk kedalam stressor lingkungan yaitu:
1) Sikap lingkungan
Seperti pada umumnya, lingkungan memiliki sisi positif dan
negatif terhadap masing-masing perilaku individu sesuai
pemahaman kelompok atau masyarakat sekitarnya. Tuntutan itulah
yang menjadi stressor bagi seseorang untuk selalu berperilaku baik
sesuai pandangan masyarakat dilingkungan tersebut.
2) Tuntutan dan sikap keluarga
Tuntutan yang berasal dari keluarga, seperti tuntutan yang
sesuai keinginan orang tua untuk memutuskan sesuatu hal, padahal
sangat bertolak belakang dengan keinginan individu itu sendiri,
sehingga menimbulkan tekanan pada individu tersebut.
3) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
Tuntutan untuk mengikuti trend terhadap perkembangan zaman
atau yang biasa disebut update. Bagi sebagian individu akan
merasa malu jika merasa ketinggalan zaman atau gaptek, maka
akan membuat individu itu untuk berlomba menjadi tahu tentang
hal-hal yang baru.

b. Diri sendiri
Yang menjadi stressor dari dalam diri sendiri diantaranya adalah:
1) Kebutuhan psikologis
Kebutuhan psikologis yaitu tuntutan terhadap keinginan
menegnai sesuatu yang ingin diraih.
2) Proses internalisasi diri
Proses internalisasi diri sangat berkaitan erat dengan stressor
lingkungan yaitu IPTEK, dimana ini merupakan tuntutan individu
itu sendiri untuk selalu ingin mengikuti atau mengetahui sesuaru
seiring perkembangan.
c. Pikiran
1) Berkaitan dengan penilaian individu terhadap pengaruh lingkungan
pada dirinya serta persepsinya tentang lingkungan itu sendiri.
2) Berkaitan dengan cara penilaian diri terhadap cara penyesuaian
yang bisa dilakukan oleh individu tersebut.

7. Tingkat stress
Stuart dan Sundeen (2007) dalam Dwiharini P (2015)
mengklasifikasikan tingkat stress menjadi 3, yaitu:
a. Stress ringan
Kondisi ini dapat membantu individu untuk waspada terhadap
suatu hal dan mencegah kemungkinan yang akan terjadi. Stress ringan
sering ditemukan dikehidupan sehari-hari. Bila diukur dengan skala
stress maka presentase yang didapat pada stress ringan adalah 34%
atau lebih rendah.
b. Stress sedang
Pada tingkat ini individu menjadi lebih fokus pada hal penting dan
mengenyampingkan yang lain sehingga mempersempit persepsinya.
Jika diukur dengan skala stress, maka stress sedang mendapat
presentase 35-42%.
c. Stress berat
Pada tingkat stress berat, individu cenderung menujukan perilaku
untuk mengurangi stress. Individu tersebut akan mencoba memusatkan
perhatian pada hal lain agar tidak terpaku pada hal yang membuatnya
stress serta perlu banyak arahan. Hasil dari skala stresnya mencapai
43-50%.

C. Konsep dasar insomnia


1. Definisi insomnia

Insomnia adalah keadaan dimana seseorang sulit tidur sehingga tubuh


memaksakan untuk tidur, yang akhirnya ketika bangun tidak merasa segar
(Yekti,2011).
Driver et al (2012) menuturkan insomnia merupakan jumlah jam tidur
yang tidak optimal (kurang dari 6-8 jam) sehingga tubuh tidak segar dan
aktivitas disiang hari menjadi terganggu.

Insomnia adalah kondisi dimana sulit tidur. Kondisi ini meliputi


kesulitan tidur, sering terbangun dimalam hari, nasalah tidur, dan bangun
terlalu pagi. Kondisi ini berakibat perasaan tidak segar, sulit beraktivitas
disiang hari, dan kebutuhan tidur tidak tercukupi (Respir, 2014).

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulka bahwa insomnia


adalah masalah pola tidur dimana seseorang mengalami kesulitan untuk
tidur sehingga jam tidurnya tidak optimal dan menyebabkan keadaan
tubuhnya tidak segar saat bangun serta aktivitas sehari-hari pada siang
harinya terganggu.

2. Klasifikasi insomnia
a. Insomnia akut
Insomnia akut merupakan insomnia yang paling banyak ditemui.
Insomnia akut ditandai dengan keadaan stress terhadap pekerjaan
ataupun masalah hidup seperti gagal ujian. Pada insomnia ini tidak
disertai komplikasi yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
b. Insomnia kronik
Insomnia kronik merupakan insomnia yang dapat mengganggu
kualitas hidup, gagguan mental maupun gangguan fisik.
c. Salah persepsi tidur (misperception sleep state)
Banyak penderita insomnia yang memiliki persepsi buruk terhadap
lamanya kualitas tidur. Dimana persepsi yang mereka milki adalah,
kualitas tidur cukup dengan hanya 3-4 jam semalam (Imadudin, 2012).
3. Tanda gejala insomnia
Menurut Akoso (2009) dalam Viska (2014) mennyebutkan beberapa
tanda gejala insomnia, yaitu:
a. Kesulitan tidur secara teratur
b. Merasa lelah dan tertidur di siang hari
c. Merasa lelah dan tidak segar ketika bangun
d. Sering terbangun saat tidur dan sulit kembali tidur
e. Pemarah
f. bangun terlalu dini
g. sulit berkonsentrasi

4. Factor yang mempengaruhi insomnia


Menurut Mubarak (2007) dalam Nefti Ananda (2018) faktor penyebab
insomnia dibagi menjadi 7, yaitu:
a. Penyakit
Ketika sakit, seseorang memerlukan waktu istirahat yang lebih
lama. Namun pada kondisi sakit tertentu akan mengakibatkan sulit
tidur, seperti pada penyakit system pernafasan, penyakit
kardiovaskuler dan penyakit persarafan.
b. Lingkungan
Perubahan situasi lingkungan yang cukup signifikan dapat
menyebabkan sulit tidur. Contohnya adalah ketika terbiasa di
lingkungan yang tenang dan nyaman lalu berubah menjadi bising.
c. Motivasi
Motivasi untuk memiliki jam tidur yang cukup merupakan salah
satu factor untuk memenuhi kebutuhan istirahat. Tapi tidak sedikit
yang memiliki motivasi untuk terbangun terlalu malam atau untuk
menahan kantuk.
d. Kelelahan
Apabila mengalami kelelahan dapat memperpendek periode
pertama tahap REM (Rapid eye movement).
e. Kecemasan
Pada kondisi cemas atau gangguan psikologis lain seperti stress
atau depresi, seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis sehingga
sulit tidur.
f. Alkohol
Alkohol menurunkan REM secara normal, seseorang yang
mengonsumsi alkohol dapat mengakibatkan insomnia dan lekas marah
g. Obat-obatan
Beberapa obat dapat memberikan efek samping berupa sulit tidur.
Diantaranya adalah obat-obat diuretic, anti depresan, beta bloke, dan
narkotika.

5. Tingkat insomnia
Akoso (2009) dalam Viska (2014) menyatakan bahwa insomnia
terbagi menjadi 3 tingkatan, yaitu:
a. Insomnia akut atau ringan
Ini merupakan insomnia yang hanya berlangsung beberapa malam
hingga beberapa hari.
b. Insomnia sedang
Insomnia sedang merupakan insomnia yang berlangsung kurang
dari 3 minggu.
c. Insomnia berat atau kronik
Insomnia berat adalah tingkatan paling tinggi, yaitu berlangsung
lebih dari 1 bulan atau lebih. Pada kasus tertentu bisa verlangsung
selama bertahun-tahun.
D. Kerangka Teori
Bagan 2.1
Kerangka teori

Lansia

Faktor yang mempengaruhi


proses penuaan

Hereditas atau Nutrisi atau Pengalaman Status Lingkungan Stress


genetik makanan hidup kesehatan

Faktor yang mempengaruhi stress Tanda dan gejala stres Tingkat stress

1. Diri sendiri 1. Ringan


2. Pikiran Gejala fisik Gejala psikis
2. Sedang
3. Lingkungan 3. Berat
Sulit tidur

Faktor yang mempengaruhi Tingkat 1. Ringan


insomnia insomnia 2. Sedang
Insomnia
3. Berat

1. Penyakit Tanda dan gejala insomnia


2. Lingkungan
3. Motivasi
1. Kesulitan tidur secara teratur
4. Kelelahan
2. Merasa lelah dan tertidur di siang hari
5. Kecemasan atau stress
3. Merasa lelah dan tidak segar ketika bangun
6. Alcohol
4. Sering terbangun saat tidur dan sulit kembali tidur
7. Obat-obatan
5. Pemarah
6. bangun terlalu dini
7. sulit berkonsentrasi

Keterangan:

Cetak tebal : diteliti

Tidak cetak tebal : tidak diteliti

Anda mungkin juga menyukai