Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN


HIPERTENSI

Disusun Oleh :

Dwi Nur Anisa Zilfilah


P1337420318106
3 Reguler B

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


PRODI D III KEPERAWATAN PEKALONGAN
TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Lansia


1. Definisi Lansia
Lansia adalah Lanjut usia adalah seseorang yang memiliki usia
lebih dari atau sama dengan 55 tahun World Health Organization (WHO),
2013). Lansia dapat juga diartikan sebagai menurunnya kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur serta fungsi
normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (Darmojo, 2015).
Lanjut Usia adalah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas.
Menua atau menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan, suatu jaringan untuk mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya, sehingga tidak dapat memperbaiki kerusakan yang diderita.
Proses menua adalah proses yang pasti terjadi pada setiap orang, terjadi
secara terus menerus secara alamiah, dimulai sejak lahir dan dialami oleh
makhluk hidup (Dariah, 2015)
Lansia merupakan tahap akhir dari proses penuaan. Proses menjadi
tua akan dialami oleh setiap orang. Masa tua merupakan masa hidup
manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang akan mengalami
kemunduran fisik, mental dan social secara bertahap sehingga tidak dapat
melakukan tugasnya sehari-hari (tahap penurunan). Penuaan merupakan
perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan
sel, yang mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia,
penuaan dihubungkan dengan perubahan degeneratif pada kulit, tulang,
jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainnya.
Dengan kemampuan regeneratif yang terbatas, mereka lebih rentan terkena
berbagai penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan orang
dewasa lain (Kholifah, 2016).
2. Karakateristik Lansia
Karakteristik lansia menurut Ratnawati (2017): Darmojo & Martono
(2006) yaitu :
a. Usia
Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia,
lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia diatas 60 tahun
b. Jenis kelamin
Data Kemenkes RI (2015), lansia didominasi oleh jenis kelamin
perempuan. Artinya ini menunjukkan bahwa harapan hidup yang
paling tinggi adalah perempuan
c. Status perkawinan
Berdasarkan Badan Pusat Statistik RI SUPAS 2015, penduduk lansia
ditilik dari status perkawinannya sebagian besar berstatus kawin
(60%) dan cerai mati (37%). Adapun perinciannya yaitu lansia
perempuan yang berstatus cerai mati sekitar 56,04% dari keseluruhan
yang cerai mati, dan lansia laki-laki yang berstatus kawin ada 82,84%.
Hal ini disebabkan usia harapan hidup perempuan lebih tinggi
dibandingkan dengan usia harapan hidup laki-laki, sehingga
presentase lansia perempuan berstatus cerai mati lebih banyak dan
lansia laki-laki yang bercerai umumnya kawin lain.
d. Pekerjaan
Mengacu pada konsep active ageing WHO, lanjut usia sehat
berkualitas adalah proses penuaan yang tetap sehat secara fisik sosial
dan mental sehingga dapat tetap sejahtera sepanjang hidup dan tetap
berpartisipasi dalam rangka meningkatkan kualitas hidup sebagai
anggota masyarakat. Berdasarkan Data Pusat dan Informasi Kemenkes
RI 2016 sumber dana lansia sebagian besar pekerja/usaha (46,7%),
pensiun (8,5%), dan (3,8%) adalah tabungan, saudara atau jaminan
sosial.
e. Pendidikan terakhir
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Darmojo menunjukkan
bahwa pekerjaan lansia terbanyak sebagai tenaga terlatih dan sangat
sedikit yang bekerja sebagai tenaga profesional. Dengan kemajuan
pendidikan diharapkan akan menjadi lebih baik (Darmojo &
Martono,2006)
f. Kondisi kesehatan
Angka kesehatan, menurut Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI
(2016) merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk
mengukur derajat kesehatan penduduk. Semakin rendah angka
kesakitan menunjukkan derajat kesehatan penduduk yang semakin
baik.
Angka kesehtan penduduk lansia tahun 2014 sebesar 25,05%
artinya bahwa setiap 100 orang lansia terdapat 25 orang diantaranya
mengalami sakit. Penyakit terbanyak adalah penyakit tidak menular
(PTM) antara lain hipertensi, artritis, stroke, diabetes mellitus
(Ratnawati,2017).

3. Perubahan Pada Lansia


Menurut Potter & Perry (2009) proses menua mengakibatkan terjadinya
banyak perubahan pada lansia yang meliputi :
a. Perubahan Fisiologis
Perubahan fisiologis pada lansia beberapa diantaranya, kulit kering,
penipisan rambut, penurunan pendengaran, penurunan refleks batuk,
pengeluaran lender, penurunan curah jantung, dan sebagainya.
Perubahan tersebut tidak bersifat patofisiologis, tetapi dapat membuat
lansia lebih rentan terhadap beberapa penyakit. Perubahan tubuh terus
menerus terjadi seiring bertambahnya usia dan dipengaruhi kondisi
kesehatan, gaya hidup, stressor, dan lingkungan.
b. Perubahan Fungsional
Fungsi pada lansia meliputi bidang fisik, psikososial, kognitif, dan
sosial. Penurunan fungsi yang terjadi pada lansia biasanya
berhubungan dengan penyakit dan tingkat keparahannya yang akan
memengaruhi kemampuan fungsional dan kesejahteraan seorang
lansia. Status fungsional lansia merujuk pada kemampuan dan
perilaku aman dalam aktivitas harian (ADL). ADL sangat penting
untuk menentukkan kemandirian lansia. Perubahan yang mendadak
dalam ADL merupakan tanda penyakit akut atau perburukan masalah
kesehatan.
c. Perubahan Kognitif
Perubahan struktur dan fisiologis otak yang dihubungkan dengan
gangguan kognitif (penurunan jumlah sel dan perubahan kadar
neurotransmiter) terjadi pada lansia yang mengalami gangguan
kognitif maupun tidak mengalami gangguan kognitif. Gejala
gangguan kognitif seperti disorientasi, kehilangan ketrampilan
berbahasa dan berhitung, serta penilaian yang buruk bukan merupakan
proses penuaan yang normal.
d. Perubahan Psikososial
Perubahan psikososial selama proses penuaan akan melibatkan
proses transisi kehidupan dan kehilangan. Semakin panjang usia
seseorang, maka akan semakin banyak pula transisi dan kehilangan
yang harus dihadapi. Transisi hidup, yang mayoritas disusun oleh
pengalaman kehilangan, meliputi masa pensiun dan perubahan
keadaan finansial, perubahan peran dan hubungan, perubahan
kesehatan, kemampuan fungsional dan perubahan jaringan sosial.
Menurut Ratnawati (2017) perubahan psikososial erat kaitannya
dengan keterbatasan produktivitas kerjanya. Oleh karena itu, lansia
yang memasuki masa-masa pensiun akan mengalami kehilangan-
kehilangan sebagai berikut :
1) Kehilangan finansial
2) Kehilangan status (jabatan/posisi, fasilitas)
3) Kehilangan teman/kenalan/relasi
4) Kehilangan pekerjaan/kegiatan. Kegiatan ini erat kaitannya
dengan beberapa hal sebagai berikut :
a) Merasakan atau sadar terhadap kematian, perubahan bahan
cara hidup
b) Kemampuan ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan,
biaya hidup meningkat padahal penghasilan yang sulit,
biaya pengobatan bertambah
c) Adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan fisik
d) Timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan
sosial
e) Adanya gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan
kesulitan
f) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan
g) Rangkaian kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan
teman dan keluarga
h) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik

4. Batasan Usia Lanjut


Batasan Usia Lansia Menurut Nugroho 2017 sebagai berikut :
a. Menurut Depkes :
1) Kelompok menjelang usia lanjut (45-54th) sebagai masa
vibrilitas
2) Kelompok usia lanjut (55-64th) sebagai presenium
3) Kelompok usia lanjut (65th<) sebagai senium
b. Menurut WHO :
1) Usia lanjut 60-70 th
2) Usia Tua 75-89
3) Usia Sangat Lanjut >90 th
5. Tugas Perkembangan Pada Lansia

Tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada periode tertentu


dalam kehidupan suatu individu (Stanly & Gauntlett, 2007). Ada beberapa
tahapan perkembangan yang terjadi pada lansia, yaitu :

a. Penyesuaian diri kepada penurunan kesehatan dan kekuatan fisik.


b. Penyesuaian diri kepada masa pensiun dan kehilangan pendapat
c. Penyesuaian diri kepada kematian pasangan dan orang terdekat
lainnya.
d. Pembantuan gabungan (pergelompokan) yang deduai dengannya.
e. Pemenuhan kewajiban sosial dan kewarganegaraan
f. Pembentuk kepuasan pengaturan dalam kehidupan

6. Tipe – tipe Usia Lanjut

Menurut Nugroho, 2017 di zaman sekarang (zaman pembangunan),


banyak ditemukan bermacam-macam tipe lanjut usia yang menonjol antara
lain:

a. Tipe Arif bijaksana : lanjut usia ini kaya dengan hikmah


pengalaman,menyesuaikan diri dengan perubahan zaman,
mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
b. Tipe mandiri : lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang
dengan kegiatan baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman
pergaulan, serta memenuhi undangan.
c. Tipe tidak puas : lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir
batin,menantang proses penuaan,yang menyebabkan kehilangan
kecantikan, kehilangan daya terik jasmani, kehilangan kekuasan,
status,teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah
tersinggung, menurut,sulit dilayani, dan pengkritik
d. Tidak pasrah:lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib
baik, mengikuti kegiatan beribadah,ringan kaki, pekerjaan apa saja
dilakukan.
e. Tipe bingung: lanjut usia yang kagetan, kehilangan
kepribadian,mengasingkan diri, merasa minder, menyesal, pasif,acuh
tak acuh.

B. Konsep Dasar Hipertensi


1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolic sedikitnya 90mmHg.
Hipertensi tidak hanya berisiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi
juga menderita penyakit lain seperti penyakit syaraf, ginjal, dan pembuluh
darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya. (Nanda
2015).
Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan
tekanan darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu
keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri
menyebabkan meningkatknya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal
jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal (Rahayu, 2015).

2. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan :
1) Hipertensi primer (esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya.
Faktor yang mempengaruhinya yaitu: genetik, lingkungan,
hiperaktifitas saraf simpatis sistem renin. Angiotensin dan peningkatan
Na + Ca intraseluler. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko :
obesitas, merokok, alkohol dan polisitemia.
2) Hipertensi sekunder
Penyebabnya yaitu : penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom
cushing dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan
Pada umumnya Hipertensi tidak mempunyai penyebab yang pasti.
Hipertensi terjadi sebagai respons peningkatan curah jantung dan
peningkatan tekanan perifer. Akan tetapi, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya Hipertensi seperti :
1) Genetik:
2) Obesitas
3) Stress karena lingkungan.
4) Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
terjadinya pelebaran pembuluh darah.

3. Klasifikasi Hipertensi
WHO (World Health Organization) dan ISH (International Society
of Hypertension) mengelompokan hipertensi sebagai berikut:
Kategori Tekanan darah Tekanan darah
sistol (mmHg) diastol (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Normal-tinggi 130-139 85-89
Grade 1 (hipertensi ringan) 140-149 90-99
Sub group (perbatasan) 150-159 90-94
Grade 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109
Grade 3 (hipertensi berat) >180 >110
Hipertensi sistolik terisolasi ≥140 <90
Sub-group (perbatasan) 140-149 <90
Tabel 1.1. Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO – ISH
Sumber: (Suparto, 2010)

4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konriksi dan relaksai pembuluh
darah, terletak di pusat vasomotor pada medulla di otak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis, dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan
dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf
simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron pre-ganglion melepaskan asetilkolin, yang
akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembeluh darah,
dimana dengan dilepaskannya norefinefrin mengakibatkan kontriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor, seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstiktor.
Pada saat bersamaan ketika sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktifitas vasokontriksi. Medulla adrenal
menyekresi efinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal
menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokontriksipembuluh darah. Vasokontriksi yang menyebabkan
penurunan aliran darah ke ginjal menyebabkan pelepasan renin.
Pada titik ini, neuron pre-ganglion melepaskan asetilkolin, yang
akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembeluh darah,
dimana dengan dilepaskannya norefinefrin mengakibatkan kontriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor, seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstiktor.
Pada saat bersamaan ketika sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktifitas vasokontriksi. Medulla adrenal
menyekresi efinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal
menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokontriksipembuluh darah. Vasokontriksi yang menyebabkan
penurunan aliran darah ke ginjal menyebabkan pelepasan renin.
Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, vasokonstriktor kuat, yang
pada akhirnya merangsang sekresi aldosterone oleh korteks adrenal.
Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan tekanan volume intravaskuler (Aspiani, 2016).

5. Pathways
Faktor Predisposisi : usia, kolesterol, merokok, stress, kurang olahraga,
genetik, alkohol, obesitas

Kerusakan vaskuler pembuluh darah Tekanan sistemik darah


Perubahan struktur pada pembuluh darah Bebas kerja jantung

Penyumbatan pada pembuluh darah Aliran darah makin cepat

Kerja jantung cepat


Informasi yang minim
tentang diit, gaya hidup Hipertensi

Defisiensi Pengetahuan

Ginjal Otak Pembuluh darah


sistemik

Vasokonstriksi pembulu Tekanan serebral Vasokontriksi pada


Darah ginjal pembuluh darah

Sakit kepala Pembuluh darah


Blood flow darah (nyeri akut)

Respon Renin suplay oksigen


Angiostensi Aldostero tidak maksimal

Merangsang aldosteron

Intoleransi aktivitas
Retensi Na Edema

Gambar 1.1 Pathway Hipertensi.


(Manurung, 2018, Smaltzert & Bare 2001; Elizabeth,2000)
6. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokteryang
memeriksa.
2. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala yang lazim menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
a. Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epitaksis
h. Kesadaran menurun
(Nur arif & Hardhi, 2015)

7. Pencegahan
a. Mengurangi asupan garam
b. Konsumsi makanan yang sehat dan bernutrisi
c. Olahraga secara rutin
d. Jaga berat badan ideal
e. Batasi konsumsi alkohol
f. Kelola stress

8. Komplikasi
a. Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terkena
tekanan darah.
b. Dapat terjadi infrak miokardium apabila arteri koroner yang
aterosklerotik tidak menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau
apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui
pembuluh tersebut.
c. Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomelurus. Dengan rusaknya
glomelurus, darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron
akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan kematian.
d. Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi terutama pada hipertensi
maligna. Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan
peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang
interstisium di seluruh susunan saraf pusat
(Nurarif & Hardhi, 2015).

9. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan (viscositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko
seperti hipokoagulabilitas, anemia.
2) BUN/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi/ fungsi
ginjal.
3) Glukosa: hiperglikemi ( DM adalah pencetus hipertensi) dapat
di akibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
4) Urinalisa: darah, protein, glucosa, mengisyaratkan disfungsi
ginjal dan adanya DM.
5) CT Scan: mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
6) EKG: dapat menunjukan pola regangan dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi.
7) IUP: mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti batu ginjal,
perbaikan ginjal.Photo dada: menunjukan destruksi klasifikasi
pada area katup, pembesaran jantung.
(Nur arif & Hardhi, 2015)

10. Penatalaksanaan
Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan
resiko penyakit kardiovaskuler dan mortalitas serta morbiditas yang
berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai atau mempertahankan tekanan
sistolik dibawah 140 mmHg dan tekanan diastolik dibawah 90 mmHg
untuk mengontrol resiko. Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya
hidup saja, atau dengan obat anti hipertensi (Aspiani,2016).
Penatalaksanaan faktor resiko dilakukan dengan cara pengobatan
secara non-farmakologis, antara lain:
a. Pengaturan diet
Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat atau
dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dapat
memperbaiki keadaan hipertrofi ventrikel kiri. Beberapa diet yang
dianjurkan:
1) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan
darah pada klien hipertensi.
2) Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi
mekanismenya belum jelas.
3) Diet kaya buah dan sayur.
4) Diet rendah kolesterol sebagai pencegahan terjadinya jantung
koroner.
b. Penurunan berat badan
Mengatasi obesitas pada sebagian orang dengan cara menurunkan
berat badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan
mengurangi beban kerja jantung dan volume sekuncup.
c. Olahraga
Olah raga teratur seperti berjalan bermanfaat untuk menurunkan
tekanan darah dan memperbaiki keadaan jantung.
d. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat
Berhenti merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol, penting
untukmengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok
diketahui menurunkan aliran darah keberbagai organ dan dapat
meningkatkan kerja jantung.
Penatalaksanaan medis yang diterapkan pada penderita hipertensi
adalah sebagai berikut.
a. Terapi oksigen
b. Pemantauan hemodinamik
c. Pemantauan jantung
d. Obat-obatan:
1) Diuretik : obat-obatan ini bekerja melalui berbagai mekanisme
untuk mengurangi curah jantung dengan mendorong ginjal
meningkatkan ekskresi garam dan airnya.
2) Penyekat saluran kalsium menurunkan kontraksi otot polos
jantung atau arteri dengan mengintervensi influks kalsium yang
dibutuhkan untuk kontraksi.
3) Penghambat enzim mengubah angiotensin II atau inhibitor ACE
berfungsi untuk menurunkan angiotensin IIdengan menghambat
enzim yang diperlukan untuk mengubah angiotensin I menjadi
angiotensin II.
4) Antagonis (penyekat) respetor beta (β-blocker), terutama
penyekat selektif, bekerja pada reseptor beta di jantung untuk
menurunkan kecepatan denyut dan curah jantung.
5) Antagonis reseptor alfa (α-blocker) menghambat reseptor alfa di
otot polos vaskular yang secara normal berespons terhadap
rangsangan saraf simpatis dengan vasokonstriksi.
6) Vasodilator arteriol langsung dapat digunakan untuk
menurunkan TPR. Misalnya natrium, nitroprusida, nikardipin,
hidralazin, nitrogliserin, dan lain-lain (Aspiani,2016)

C. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Penderita Hipertensi


1. Pengkajian
a. Anamnesa
Anamnesa pada lansia dengan hipertensi meliputi identitas klien,
keluhan utama, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit sekarang,
riwayat kesehatan keluarga, pengkajian psikososial.
1) Identitas
Nama, umur, agama, jenis kelamin, tanggal masuk dan
penanggung jawab
2) Keluhan utama
Keluhan yang biasa diderita pada pasien dengan hipertensi
seperti pusing, mual, sukar tidur, mudah lelah, dan ata
berkunang-kunang.
3) Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien pernah mengalami sakit yang berat
4) Riwayat penyakit sekarang
Bebrapa hal yang harus diungkapkan pada setiap gejala yaitu
sakit kepala, kelelahan
5) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah keluarga pernah mengalami penyakit yang sama
b. Pola aktivitas sehari-hari
Data tentang kebiasaan pasien seperti : makan dan minum, aktivitas
pasien sehari-hari, merokok atau tidak hal itu dapat mengetahui
adanya bahaya bagi pasien, kebiasaan BAB yang tidak baik
dapatmeningkatkan tekanan darah
c. Pengkajian psikososial
Apakah ada dampak yang timbul pada pasien yaitu timbul seperti
ansietas, depresi, rasa marah.
d. Pengkajian status fungsional lansia
Penurunan kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari secara mandiri.
Tingkat kemandirian lansia menurut indeks KATZ

A. Kemandirian dalam hal makan, kontinen berpindah, kekamar kecil,


berpakaian dan mandi

B. Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut

C. Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi dan satu fungsi


tambahan

D. Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian dan satu


fungsi tambahan

E. Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar


kecil dan satu fungsi tambahan

F. Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar


kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan

G. Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut

Sumber: Azizah,2012

e. Pengkajian status kognitif (mental) lansia


Pemeriksaan status mental memberikan sampel perilaku dan
kemampuan mental dalam fungsi intelektual

Skort Portable Mental Status Quesioner (SPMSQ)

No Pertanyaan Benar Salah


1 Tanggal berapa hari ini ?
2 Hari apa sekarang ?
3 Apa nama tempat ini ?
4 Dimana alamat anda ?
5 Berapa umur anda ?
6 Kapan anda lahir / ( minimal tahun lahir)
7 Siapa Presiden Indonesia sekarang ?
8 Siapa Presiden Indonesia sebelumnya ?
9 Siapa nama ibu anda ?
Kurang 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3
dari setiap angka baru, semua secara
10 menurun.

Interprestasi hasil :
Salah (1-3) = Fungsi intelektual utuh
Salah (4-5) = Kerusakan intelektual ringan
Salah (6-8) = Kerusakan intelektual sedang
Salah (9-10) + Kerusakan Intelektual berat

f. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dalam pengkajian keperawatan dipergunakan untuk
memperoleh data objektif dari pasien. Pemeriksaan fisik dapat
dilakukan melalui 4 teknis yaitu: inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi
1) Keadaan umum
2) Kesadaran
3) Tanda-tanda vital
4) Antropometri
5) Pemeriksaan kepala dan leher
6) Pemeriksaan thorax
7) Pemeriksaan integumen
8) Pemeriksaan ekstermitas
9) Status neurologis
10) Pemeriksaan refleks
g. Pengkajian khusus
Masalah kesehatan kronis
Keluhan kesehatan yang
Sering Sering Jarang Tak
No dirasakan
  klien waktu 3 bulan terakhir sekali     Pernah
  berkaitan dengan fungsi-fungsi 3 2 1 0
1 Fungsi Penglihatan        
  a. Penglihatan kabur        
  b. Mata berair        
c. Nyeri pada mata
         
2 Fungsi Pendengaran        
  a. Pendengaran berkurang        
  b. telinga berdenging        
3 Fungsi Paru        
a. Batuk lama disertai
  keringat malam        
  b. Sesak nafas        
  c. Berdahak / sputum        
4 Fungsi Jantung        
  a. Jantung berdebare - debar        
  b. Cepat lelah        
  c. Nyeri dada        
5 Fungsi Pencernaan        
  a. Mual / muntah        
  b. Nyeri ulu hati        
  c. Makan & minum banyak        
6 Eliminasi B A B        
Perubahan kebiasaan buang air
  besar        
  ( sembelit / mencret )        
7 Fungsi Saluran Perkemihan        
  a. B A K banyak        
b. Sering B A K pada malam
  hari        
  c. Tidak mampu mengontrol /        
pengeluaran air kemih
(ngompol)
         
8 Fungsi Pergerakan        
  a. Nyeri kaki pada saat berjalan        
  b. Nyeri pinggang atau tulang        
belakang
  c. Nyeri persendian / bengkak        
9 Fungsi Persyarafan        
  a. Lumpuh / kelemahan pada        
kaki/tangan
  b. Hilangan rasa        
  c. Gemeter / memar        
  d.Nyeri/pegal pada daerah        
tengkuk

Analisa Hasil :
Skor < 25 = Tidak ada masalah kesehatan s/d. masalah kesehatan kronis
Skor 26-50 = Masalah kesehatan kronis sedang
Skor > 51 = Masalah kesehatan kronis berat

h. Pengkajian gerontik depression scale (GDS)


No Pertanyaan Ya Tidak
Apakah anda merasa puas terhadap kehidupan anda
1 selama ini ?    
Apakah anda sudah / tidak melakukan kegiatan &
2 minat / kesenangan anda    
         
Apakah anda merasa ke4hidupan anda hampa
3 / kosong.        
4 Apakah anda sering merasa bosan        
Apakah anda bersemangat menjalani kehidupan saat
5 ini & kedepan ?    
     
Apakah anda diganggu oleh pikiran - pikiran yang
6 tidah dapat anda keluarkan/ungkapkan?    
   
Apakah anda merasa bahagia menjalani kehidupan
7 anda ?    
8 Apakah anda merasa sering tidak berdaya ?        
Apakah anda lebih senang tinggal dirumah dari pada
9 pergi keluar & mengerjakan sesuatu hal yang baru ?    
 
10 Apakah anda sering lupa ?        
11 Apakah anda merasa hidup ini indah ?        
12 Apakah saat ini anda merasa tidak berguna ?        
Apakah anda masih mempunyai kekuatan untuk
13 melakukan kegiatan sehari-hari ?    
     
Apakah anda merasa tidak mempunyai harapan masa
14 depan ?    
Apakah anda merasa banyak orang lebih baik dari
15 anda ?    

1 Point diberikan untuk jawaban


: 1. Tidak 6. Ya 11. Tidak
  2. Ya 7. Tidak 12. Ya
  3. Ya 8. Ya 13. Tidak
  4. ya 9. Tidak 14. Ya
  5. Tidak 10. Ya 15. Ya

SCORE GDS = 0- 4 =Normal


5-8 = Ringan
9 - 11 = Sedang
12 - 15 = Berat
i. Pengkajian Fungsi Psikososial (APGAR KELUARGA)
No Item Penilaian Selalu Kadang- Tidak
Kadang- Pernah
2 1 0
1 A. Adaptasi        
Saya puas bahwa saya dapat kembali pada
  keluarga      
(teman-teman) saya untuk membantu pada
  waktu      
  sesuatu menyusahkan saya        
2 P. Parnership        
Saya puas dengan cara keluarga (teman-
  teman ) saya      
membicarakan sesuatu dengan saya &
  mengungkap-      
  kan masalah saya        
3 G .Growth        
Saya puas bahwa keluarga ( teman-teman)
  saya      
menerima & mendukung keinginan saya
  untuk mela-      
  kukan aktifitas atau arah baru        
4 A . Afek        
Saya puas dengan cara keluarga (teman-
  teman ) saya      
mengekpresikan afek & berespon terhadap
  emosi -      
emosi saya , seperti marah, sedih atau
mencintai
       
5 R.Resolve        
Saya puas dengtan cara teman-teman saya
  & saya      
menyediakan waktu bersama -sama
  mengekspresikan      
  afek & berespon        
Jumlah      
Penilaian : 0 - 3 = Disfungsi keluarga sangat tinggi
4-6 = Disfungsi keluarga sedang
7- 10 = Normal

2. Kemungkinan diagnosa keperawatan


Diagnosa yang mungkin muncul pada penderita Hipertensi
menurut Nanda Nic-Noc (2015) yang telah dimodifikasi dengan SDKI
(2016) meliputi :

1) Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler


serebral dan iskemia.
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemaha,
ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
3) Defisiensi pengetahuan tentang hipertensi berhubungan dengan
ketidaktahuan menemukan sumber informasi.

3. Intervensi
Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan
Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Gunakan teknik komunikasi
berhubungan keperawatan selama …x24 jam terapeutik untuk mengetahui
dengan diharapkan nyeri teratasi dengan pengalaman nyeri klien
peningkatan kriteria hasil : 2. Lakukan pengkajian nyeri
tekanan 1. Mampu mengontrol nyeri secara komprehensif
vaskuler (tahu penyebab nyeri, termasuk lokasi,
serebral dan mampu menggunakan karakteristik, durasi,
iskemia. teknik non farmakologi frekuensi, kualitas, dan factor
untuk mengurangi nyeri presipitasi.
dan mencari bantuan). 3. Observasi reaksi nonverbal
2. Melaporkan bahwa nyeri dari ketidaknyamanan
berkurang dengan 4. Ajarkan teknik non
menggunakan managemen farmakologi.
nyeri. 5. Kolaborasikan untuk
3. Mampu mengenali nyeri pemberian obat analgetik.
(skala, intensitas,
frekuensi dan tanda nyeri).
4. Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang.
5. Tanda-tanda vital dalam
rentang normal. TD
120/80, nadi 60-
100x/menit, Perafasan 16-
24x/menit dan suhu 36,5-
37,5OC.
Intoleransi Setelah dilakukan tindakan 1. Bantu klien untuk
aktivitas keperawatan selama …x24 jam mengidentifikasi aktifitas
berhubungan diharapkan tidak terjadi yang mampu dilakukan.
dengan keleleahan yang berarti setelah 2. Bantu untuk memilih
kelemaha, melakukan aktifitas dengan aktifitas konsisten yang
ketidakseimban kriteria hasil : sesuai dengan kemampuan
gan suplai dan 1. Mampu melakukan fisik, psikologi dan sosial.
kebutuhan activity daily living secara 3. Bantu untuk mendapatkan
oksigen. mandiri. alat bantuan aktifitas seperti
2. Berpartisipasi dalam tongkat, kruk dan kursi roda.
aktifitas fisik lain tanpa 4. Bantu klien untuk
disertai peningkatan mengembangkan motivasi
tekanan darah, nadi dan diri dan pengetahuan.
pernafasan. 5. Bantu klien untuk membuat
3. Mampu berpindah : jadwal latian di waktu luang
dengan atau tanpa alat
bantuan.
Defisiensi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji pengetahuan klien.
pengetahuan keperawatan selama …x24 jam 2. Berikan penilaian tentang
tentang diharapkan defisit pengetahuan tingkat pengetahuan klien
Hipertensi teratasi dengan kriteria hasil : tentang proses penyakit yang
berhubungan 1. Klien dan keluarga spesifik.
dengan menyatakan pemahaman 3. Gambarkan proses penyakit
ketidaktahuan tentang penyakit, kondisi, dengan cara yang tepat.
menemukan prognosis dan program 4. Identifikasikan kemungkinan
sumber pengobatan. penyebab dengan cara yang
informasi 2. Klien dan keluarga mampu tepat.
melaksanakan prosedur 5. Gambarkan tanda dan gejala
yang dijelaskan secara yang biasa muncul pada
benar. penyakit, dengan cara yang
3. Klien dan keluarga mampu tepat.
menjelaskan kembali apa 6. Sediakan informasi untuk
yang dijelaskan klien dengan cara yang tepat.
perawat/tim kesehatan 7. Jelaskan patofisiologi dari
lainnya penyakit dan bagaimana hal
ini berhubungan dengan
anatomi dan fisiologi, dengan
cara yang tepat.
Tabel 2.5 Sumber Intervensi Buku Nanda Nic-Noc 2015
DAFTAR PUSTAKA

Darmojo, Boedhi. (2015). Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut).
Jakarta:FKUI

Huda N., Amin & Kusuma, Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic Noc. Yogyakarta: 2015

Kholifah, S.N,. (2016). Keperawatan Gerontik. Jakarta Selatan: Kemenkes RI

Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.

Rarnawati, E. (2017). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Pustaka Baru

Stanly, M., & Gauntlett, P. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai