Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

JIWA DENGAN PASIEN WAHAM

Di susun oleh :
RISA ARSELA
1490119032

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS GALUH CIAMIS
2020
1. KASUS
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian
realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat
intelektual dan latar belakang budaya klien. Gangguan isi pikir dapat
diidentifikasi dengan adanya waham. Waham atau delusi adalah ide yang
salah dan bertentangan atau berlawanan dengan semua kenyataan dan
tidak ada kaitannya degan latar belakang budaya (Keliat, 2009).

2. FAKTOR PREDISPOSISI
a. Klien
1) Beberapa gangguan mental dan fisik: waham, paranopid, skizofrenia,
keracunan zat tertentu pada otak dan gangguan pada pendenagran
2) Faktor sosial budaya: proses tumbuh kembang yang tidak tuntas,
misalnya rasa saling percaya yang tiadak terbina, kegagalan dalam
mengungkapkan perasaan dan pikiran, proses kehilangan yang
berkepanjangan
b. Lingkungan yang tidak terapeutik Sering diancam, tidak dihargai atas
jerih payah, kehilangan pekerjaan, support sistem yang kurang, tidak
mempunyai teman dekat, atau tidak mempunyai orang dipercaya.
c. Interaksi
1) Provokasi: sikap orang lain yang terlalu menguasai, curiga, kaku,
tidak toleran terhadap klien
2) Anatisipasi: perhatian, penampilan, persepsi dan isi mpikir
3) Konflik: fantasi yang tidak terselesaikan, sudah dapat memfokuskan
pikiran dan sudah dapat mengorganisasikan pikiran terhadap suatu
permasalahan.

3. FAKTOR PRESIPITASI
a. Internal Merasa gagal, kehilangan sesuatu yang sangat bermakna
secara berulang, ketakutan karena adanya penyakit fisik.
b. Eksternal Adanya serangan fisik, kehilangan hubungan yang
penting dengan orang lain, adanya keritikan dari orang lain.

4. PENILAIAN STRESOR
a. Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama,
kebesaran, curiga, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
b. Klien tampak tidak mempercayai orang lain, curiga, bermusuhan
c. Takut, kadang panik
d. Tidak tepat menilai lingkungan / realitas
e. Ekspresi tegang, mudah tersinggung

5. SUMBER KOPING
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor. Dan tidak lupa sumber koping dari keluarga sangat amat
diperlukan dengan mengetahui dan mengerti tentang penyakit, finansial
keluarga, waktu dan tenaga keluarga yang tersediamdan kemampuan
keluarga memberikan asuhan kepada klien.

6. MEKANISME KOPING
Perikau yang mewakili upaya untuk melindungi klien dari
pengalaman yang menakutkan dengan respon neurobiologist yang
maladaptive meliputi:
a. Regresi berhubungan dengan masalah proses informasi dengan
upaya untuk mengatasi ansietas.
b. Proyeksi sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi.
c. Menarik diri
d. Pada keluarga: Mengingkari.
7. RENTANG RESPON

Adaptif Maladaptif
- Pikiran logis - Kadang - Gangguan isi
- Persepsi akurat proses piker piker halusinasi
- Emosi terganggu - Perubahan
konsisten - Ilusi proses emosi
dengan - Emosi - Perilaku tidak
pengalaman berlebihan terorganisasi
- Perilaku sesuai - Perilaku tidak - Isolasi sosial
- Hubungan biasa
social - Menarik diri

8. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan & Intervensi Rasional


Kriteria
Perubahan TUM: Klien 1. Bina hubungan 1. Agar klien percaya
proses pikir: tidak terjadi saling percaya dengan perawat,
Waham perubahan proses 2. Beri terbuka untuk ekspresi
piker, waham kesempatan pada waham
dan klien akan klien untuk 2. Agar klien
meningkat harga mengungkapkan menyadari kaitan
dirinya. perasaannya kebutuhan yang tidak
TUK: Klien 3. Sediakan waktu terpenuhi dengan
dapat membina untuk kenyakinan waham
hubungan saling mendengarkan saat ini.
percaya klien. 3. Agar klien dapat
Kriteria Hasil: 4. Lakukan melakukan upaya
1. Klien bisa motivasi untuk mengontrol
terbuka terhadap positifkepada waham
perawat klien bahwa 4. Agar klien
2. Klien mampu beliau adalah termotivasi dankeluar
mengendalikan seseorang yang dari isi pikiran waham
wahamnya. berharga dan 5. Agar klien
bertanggung mempunyai softskill
jawab. yang mampu klien
5. Klien dapat lakukan supaya
menilai wahamnya
kemampuan yang terkendalikan
dapat diskusikan
kemampuan dan
aspek positif yang
dimiliki

DAFTAR PUSTAKA

Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.


Yogyakarta: Nuha Medika.
Iyus, Y. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT refika Aditama.
Mukhripah Damayanti, Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung:
Refika Aditama.
Restiana Nina. (2019). Modul Keperawatan Jiwa. Tasikmalaya
Sundeen, S. A. (1998). Keperawatan Jiwa Edisi III. Jakarta: EGC.
Wijayaningsih, K. s. (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa.
Jakarta Timur: TIM.

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN


JIWA DENGAN PASIEN DEFISIT PERAWATAN DIRI
Di susun oleh :
RISA ARSELA
1490119032

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS GALUH CIAMIS
2020

1. KASUS
Defisit perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia
dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan hidupnya,
kesehatannya dan kesejahteraannya sesuai dengan kondisi kesehatannya .
Klien dinyatakan terganggu perawatan dirinya ika tidak dapat melakukan
perawatan dirinya (Mukhripah & Iskandar, 2012:147).
Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah timbul pada
pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan Jiwa kronis sering mengalami
ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku negatif
dan menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam keluarga maupun masyarakat
(Yusuf, Rizky & Hanik,2015:154).

2. FAKTOR PREDISPOSISI
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun Klien dengan gangguan jiw dengan
kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya
dan lingkungan termasuk perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan
diri. (Mukhripah & Iskandar, 2012:147 - 148).

3. FAKTOR PRESIFITASI
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah
kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas,
lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang
mampu melakukan perawatan diri (Mukhripah & Iskandar, 2012: 148).
Menurut Depkes (2000) didalam buku (Mukhripah & Iskandar,
2012:148) faktor – faktor yang mempengaruhi personl higiene adalah ;
a. Body image : gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga
individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik sosial : pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri,
maka kemungkinan akan terjadi peruabahan personal hygiene.
c. Status sosial ekonomi : personal hygiene memerlukan alat dan bahan
seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampoo, alat mandi yang semuanya
memerlukan uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan : pengetahuan personal hygiene sangat penting akrena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misanya, pada
pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya : disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f. Kebiasaan orang : ada kebiasaan orang yang menggunakan produk
tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, shampoo dan
lain – lain.
g. Kondisi fisik atau psikis : pada keadaan tertentu/ sakit kemampuan untuk
merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

4. PENILAIAN STRESOR
Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga
merasa tidak aman dalam berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien
berasal dari lingkungan yang penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan
dimana tidak mungkin mengembangkan kehangatan emosional dalam
hubungan yang positif dengan orang lain yang menimbulkan rasa aman. Klien
semakin tidak dapat melibatkan diri dalam situasi yang baru. Ia berusaha
mendapatkan rasa aman tetapi hidup itu sendiri begitu menyakitkan dan
menyulitkan sehingga rasa aman itu tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia
mengembangkan rasionalisasi dan mengaburkan realitas daripada mencari
penyebab kesulitan serta menyesuaikan diri dengan kenyataan. Keadaan
dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami suatu
ketidakmampuan dalam menangani stressor internal atau lingkungan dengan
adekuat karena ketidakadekuatan sumber-sumber (fisik, psikologis, perilaku
atau kognitif)

5. SUMBER KOPING
Menurut Mukhripah & Iskandar (2012:153), sumber koping deficit
perawatan diri dipengaruhi oleh ;
a. Regresi
b. Penyangkalan
c. Isolasi sosial, menarik diri
d. Intelektualisasi

6. MEKANISME KOPING
Sedangkan menurut (Stuart & Sundeen, 2000) didalam didalam
(Herdman Ade, 2011:153-154) mekanisme koping menurut penggolongannya
dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Mekanisme koping adaptif Mekanisme koping yang mendukund fungsi
integrasi, pertumbuhan, belajar mencapai tujuan. Kategorinya adalah
klien bisa memenuhi kebutuhan perawatn diri secara mandiri.
b. Mekanisme koping maladaptif Mekanisme koping yang menghambat
fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan
cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah tidak mau
merawat diri.

7. RENTANG RESPON
Adaptif Maladaptif
Pola perawatan Kadang perawatan diri Tidak melakukan
diri seimbang kadang tidak perawatan diri

Keterangan :
a. Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stresor dan
mampu untuk berperilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan
klien seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
b. Kadang perawatan diri kadang tidak : saat klien mendapatkan stresor
kadang – kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya.
c. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli dan
tidak bisa melakukan perawatan saat stresor.

8. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Dianosa Perencanaan
keperawata Intervensi Rasional
Tujuan Kriteria Evaluasi
n
Deficit TUM : Setelah 1x interaksi 1. Sapa klien dengan 1. Agar klien tidak
perawatan Klien dapat klien menunjukan ramah baik verbal kaget ketika
diri meningkatkan tanda-tanda percaya maupun non verbal bertemu
minat atau kepada perawat : 2. Perkenalkan nama 2. Agar klien tahu
1. Ekspresi wajah dan tujuan perawat dan tujuan
motivasi
bersahabat 3. Tanyakan nama perawat
untuk 2. Menunjukan lengkap dan nama 3. Agar perawat tahu
memperhatika rasa senang panggilan yang identitas klien
n perawatan 3. Ada kontak disukai 4. Agar klien tahu
diri mata 4. Buat kontrak yang waktu, tempat dan
TUK 1 : 4. Mau berjabat jelas topic pembicaraan
Klien dapat tangan 5. Tunjukan sikap jujur 5. Agar klien
membina 5. Mau dan menempati janji nyaman
hubungan menyebutkan setiap kali interaksi 6. Agar klien
saling percaya nama 6. Tunjukan sikap nyaman
dengan 6. Mau menjawab empati dan 7. Agar klien merasa
salam menerima apa nyaman
perawat
7. Mau duduk adanya 8. Agar perawat tahu
berdampingan 7. Beri perhatian perasaan klien
dengan perawat kepada klien dan tentang masalah
8. Bersedia perhatikan yang dihadapinya
mengungkapka kebutuhan dasar
n masalah yang klien
dihadapi 8. Tanyakan perasaan
klien dan masalah
yang dihadapi klien
TUK 2 : Klien dapat 1. Kaji pengetahuan 1. Mengetahui
Mengidentifika menyebutkan klien tentang keadaan klien
si kebersihan kebersihan dirinya kebersihan diri dan 2. Untuk
diri klien tandanya mendapatkan
2. Beri kesempatan informasi dari
klien untuk klien
menjawab 3. Agar klien lebih
pertanyaan termotivasi
3. Berikan pujian
terhadap kemampuan
klien menjawab
pertanyaan
TUK 3 : Klien dapat 1. Menjelaskan 1. Agar klien tahu
Menjelaskan memahami pentingnya pentingnya
pentingnya pentingnya kebersihan diri kebersihan
kebersihan kebersihan diri 2. Meminta klien 2. Untuk mengetahui
menjelaskan kembali pengetahuan klien
pentingnya 3. Memberikan
kebersihan diri edukasi klien
3. Diskusikan dengan 4. Memberi motivasi
klien tentang tambahan
kebersihan diri
4. Beri penguatan
positif atas
jawabannya
TUK 4 : Klien dapat 1. Menjelaskan alat 1. Memberi edukasi
Menjelaskan menyebutkan dan yang dibutuhkan dan tentang alat yang
peralatan yang dapat cara membersihkan yang digunakn
digunakan mendemonstrasikan diri dan cara
untuk menjaga dengan alat 2. Memperagakan cara penggunaanya
kebersihan diri kebersihan membersihkan diri 2. Agar klien tahu
dan cara dan mempergunakan cara menggunakan
melakukan alat untuk alat kebersihan
kebersihan diri membersihkan diri 3. Untuk menguji
3. Meminta klien untuk kemampuan klien
memperagakan ulang 4. Untuk memberi
alat dan cara motivasi tambahan
kebersihan diri
4. Beri pujian terhadap
klien
TUK 5 : Klien dapat mengerti 1. Menjelaskan cara 1. Agar klien
Menjelaskan cara makan yang makan yang benar tahucara makan
makan yang benar 2. Beri kesempatan yang benar
benar klien untuk bertanya 2. Untuk menguji
dan kemampuan klien
mendemonstrasikan 3. Memberi motivasi
cara yang benar tambahan
3. Memberi pujian
terhadap klien
TUK 6 : Klien dapat mengerti 1. Menjelaskan cara 1. Agar klien tahu
Menjelaskan cara mandi yang mandi yang jelas cara mandi yang
cara mandi benar 2. Beri kesempatan benar
yang benar klien untuk bertanya 2. Untuk mengukur
dan kemampuan klien
mendemonstrasikan 3. Memberi motivasi
cara yang benar tambahan
3. Memberi pujian
terhadap klien
TUK 7 : Klien dapat mengerti 1. Menjelaskan cara 1. agar klien tahu cara
Menjelaskan tentang toileting toileting yang jelas toileting yang
cara toileting yang benar 2. Beri kesempatan benar
yang benar klien untuk 2. untuk mengukur
bertanya dan kemampuan klien
mendemonstrasikan 3. memberi motivasi
cara yang benar tambahan
3. Memberi pujian
terhadap klien
TUK 8 : Klien dapat mengerti 1. Menjelaskan 1. Agar keluarga
Mendiskusikan tentang merawat kepada keluarga tahu
masalah yang klien tentang pengertian tentangbmasalah
dirasakan tanda dan gejala yang dihadapi
keluarga dalam deficit perawatan klien
merawat pasien diri, dan jenis 2. Agar keluarga
deficit perawatan tahu cara merawat
diri yang dialami anggota keluarga
pasien beserta yang mengalami
proses terjadinya deficit perawatan
2. Menjelaskan diri
kepada keluarga 3. Untuk
cara-cara merawat mengevluasi
pasien deficit pengetahuan
perawatn diri keluarga
3. Beri kesempatan 4. Untuk memberi
keluarga untuk motivasi
bertanya
4. Beri pujian positif
terhadap keluarga

DAFTAR PUSTAKA

Herdman Ade. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.


Iqbal Wahit, dkk. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Salemba
Medika.
Keliat, B. A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN
(Basic Course). Yogyakarta: EGC.
Kelliat, B., A, dkk. (2006). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa : Edisi 2. Jakarta:
EGC.
Mukhripah & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika
Aditama.
Nurjannah. (2004). Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta:
Momedia.
Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan
Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Medika.
Yusuf, Rizky, & Hanik. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika
Restiana Nia. (2019). Modul Keperawatan Jiwa. Tasikmalaya

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN


JIWA DENGAN PASIEN HALUSINASI

Di susun oleh :
RISA ARSELA
1490119032
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS GALUH CIAMIS
2020

1. KASUS
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana
pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu
penerapan panca indra tanda ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan
yang dialami suatu persepsi melaluipanca indra tanpa stimullus eksteren :
persepsi palsu. (Prabowo, 2014 : 129).

2. FAKTOR PREDISPOSISI
4. Faktor Perkembangan Tugas perkembangan pasien terganggu mislnya
rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan pasien tidak
mampu mandiri sehjak kecil, mudah frustasi, hilangnya percaya diri dan
lebih rentan terhadap stress.
5. Faktor Sosiokultural Seseorang yang merasa tidak diterima di
ingkungannya sejak bayi akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak
percaya pada lingkungannya.
6. Faktor Biokimia Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan
jiwa. Adanya stress yang berlebih dialami seseorang maka di dalam
tubuh akan dihasilkan zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia.
Akibat stress berkepanjangan menyebabakan teraktivasinya
neutransmitter otak.
7. Faktor Psikologi Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab
mudah terjerumus padapenyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh
pada ketidakmampuan pasien dalam mengambil keputusan yang tepat
demi masa depannya. Pasien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari
dari alam nyataa menuju alam hayal.
8. Faktor Genetik dan Pola Asuh Penelitian menunjukkan bahwaanak sehat
yang diasuh oleh orang tua skizofrenia cenderung mengalamai
skizofrenia. Hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga
menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh padapenyakit ini.
(Prabowo, 2014: 132-133)

3. FAKTOR PRESIFITASI
a. Biologis
Gangguan dalam momunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam
otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterprestasikan.

b. Stress
Lingkungan Ambang toleransi terhadap tress yang berinteraksi terhadap
stresosor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber Koping Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam
menamggapi stress.
d. Perilaku
Respons klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,
perasaan tidak aman, gelisah, dan bingung, perilaku menarik diri, kurang
perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat
membedakan nyata dan tidak. (Prabowo, 2014 : 133)

4. PENILAIAN STRESSOR
5. Kognitif
 Bingung
 Menyalahkan diri sendiri/orang lain
 Ketakutan
 Kecemasan
 Tidak dapt membedakan hal yang nyata dan tidak nyata
 Pembicaraan kacau kadang tak masuk akal
 Sulit membuat keputusan
 Tidak dapat memusatkan perhatian/konsentrasi
6. Afektif
 Kecemasan
 Khawatir
 Wajah tegang
7. Fisiologis
9. Muka merah, kadang pucat
10. Tekanan darah dan nadi meningkat
11. Nafas terengah-engah
12. Banyak keringat
8. Perilaku
h. Duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu
i. Mengerak-gerakan bibir
j. Tidak mampu melakukan asuhan mandiri
k. Berbicara mengatakan “mereka”
l. Gelisah
m. Tersenyum, tertawaatau berbicara sendiri
n. Melakukan gerakan seperti sedang menikmati sesuatu
o. Mendengar, melihat atau merasakan stimulasi yang tidak nyata
p. Perilaku mengisolasi diri
9. Social
 Menarik diri
 Sikap curiga dan bermusuhan, merusak diri/orang lain/lingkungan

5. SUMBER KOPING
Menurut Stuart Sundeen, 1998 sumber koping dapat meliputi ;
4. Aset ekonomi
5. Kemampuan dan keahlian
6. Tehnik defensive
7. Sumber social
8. Motivasi
9. Kesehatan dan energy
10. Kepercayaan
11. Kemampuan memecahkan masalah
12. Kemampuan social
13. Sumber social dan material
14. Pengetahuan
15. Stabilitas budaya

6. MEKANISME KOPING
a. Regresi : menjadi malas beraktivitas sehari-hari
b. Proyeksi : menjeslaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk
mengaliskan tanggung jawab kepada orang lain
c. Menarik diri : sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimuus
internal.
(Prabowo, 2014 :134)

7. RENTANG RESPON
Rentang Respon Neurobiologist

Respon adaptif Respon


Maladaptif

Pikiran logis Pikiran terkadang menyimpang Kelainan pikiran


Perseosi akurat Ilusi Halusinasi
Emosi konsisten Reaksi emosional Emosi
Perilaku sesuai Perilaku tidak lazim Ketidakmampuan
Hubungan social
Ketidakteraturan

Rentang respon neurobiologis (Stuart and Sundeen, 1998)

Rentang Respon
a. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma
social budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut
dalam batas normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat
memecahkan masalah tersebut. Respon adaptif :
 Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada
kenyataan
 Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
 Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang
timbul dari pengalaman ahli
 Perilaku social adalah sikap dan tingkah laku yang masih
dalam batas kewajaran
 Hubungan social adalah proses suatu interaksi dengan orang
lain dan lingkungan

b. Respon psikosossial
Meliputi :
4. Proses piker terganggu adalah proses pikir yang
menimbulkan gangguan
5. Ilusi adalah miss interprestasi atau penilaian yang salah
tentang penerapan yang benar-benar terjadi (objek nyata)
karena rangsangan panca indra
6. Emosi berlebih atau berkurang
7. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang
melebihi batas kewajaran
8. Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi
dengan orang lain.
c. Respon maladapttif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam
menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma-norma
social budaya dan lingkungan, ada pun respon maladaptive antara
lain :
9. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh
dipertahankan walaupun tidak diyakin ioleh orang lain dan
bertentangan dengan kenyataan social.
10. Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau
persepsi eksternal yang tidak realita atau tidak ada.
11. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang
timbul dari hati.
12. Perilaku tidak terorganisi rmerupakan sesuatu yang tidak
teratur
13. Isolasi sosisal adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh
individu dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan
sebagai suatu kecelakaan yang negative mengancam.
(Damaiyanti,2012: 54)

8. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Diagnosa Perencanaan
Intervensi Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi
Gangguan TUM : Setelah 1x 5. Sapa klien dengan 4. Agar klien mau
sensori Klien dapat interaksi klien ramah baik verbal menerima kehadiran
persepsi : mengontrol menunjukan maupun non verbal kita sebagai perawat
halusinasi halusinasi yang tanda-tanda 6. Perkenalkan nama 5. Agar klien dapat
(lihat/dengar/pe dialaminya percaya kepada dan tujuan perawat mengetahui nama
nghidu/raba/kec TUK : perawat : 7. Tanyakan nama perawat dan
ap) 1. Klien dapat 5. Ekspresi lengkap dan nama tujuannya
membina wajah panggilan yang 6. Agar perawat dapat
hubungan bersahabat disukai mengetahui identitas
saling 6. Menunjukan 8. Buat kontrak yang klien
percaya rasa senang jelas 7. Agar klien tau
7. Ada kontak 9. Tunjukan sikap berapa lama, topic
mata jujur dan apa, dan tempat yng
8. Mau berjabat menempati janji akan dibahas
tangan setiap kali 8. Agar klien merasa
9. Mau interaksi nyaman ketika
menyebutkan 10. Tunjukan sikap berbincang
nama empati dan 9. Agar klien merasa
10. Mau menerima apa nyaman ketika
menjawab adanya berbincang
salam 11. Beri perhatian 10. Agar klien merasa
11. Mau duduk kepada klien dan nyaman ketika
berdampinga perhatikan berbincang
n dengan kebutuhan dasar 11. Untuk mengetahui
perawat klien perasaan klien
12. Bersedia 12. Tanyakan perasaan dengan masalah
mengungkap klien dan masalah yang dihadapi
kan masalah yang dihadapi 12. Untuk menangkap
yang klien semua informasi
dihadapi 13. Dengarkan dengan dari pasien
penuh perhatian
ekspresi perasaan
klien
2. Klien dapat Setelah 1x 1. Adakan kontak 5. Agar klien mau
mengenal interaksi klien sering dan singkat kooperatif dengan
halusinasiny menyebutkan : secara bertahap perawat dan
a 1. Isi 2. Observasi tingkah tidakmembangun
2. Waktu laku klien terkait hubungan dekat
3. Frekuensi dengan 6. Untuk
4. Situasi dan halusinasinya, jika mendapatkan
kondisi yang menemukan klien informasi masalah
menimbulka sedang halusinasi : klien
n halusinasi a. Tanyakan 7. Untuk
apakah klien mendapatkan
mengalami informasi masalah
halusinasi klien
b. Jika klien 8. Mengetahui
menjawabnya, perasaan klien
tanyakan apa tentang masalah
yang sedang yang dihadapi
dialaminya 9. Mengetahui
c. Katakana perasaan klien
bahwa perawat tentang masalah
percaya yang dihadapi
mengalami hal 10. Agar klien
tersebut, mengetahui
namun perawat dampak yang akan
sendiri tidak diterimanya
Setelah 1x mengalaminya
interaksi klien d. Katakana
menyatakan bahwa ada
perasaan dan klien lain yang
responnya saat mengalami hal
mengalami yang sama
halusinasi ; e. Katakana
1. Marah bahwa perawat
2. Takut akan
3. Sedih membantu
4. Senang klien
5. Cemas 3. Jika klien sedang
6. Jengkel tidak berhalusinasi
klarifikasi tentang
adanya
pengalaman
halusinasi,
diskusikan dengan
klien :
a. Isi, waktu
dan frekuensi
terjadinya
halusinasi
b. Situasi dan
kondisi yang
menimbulkan
atau tidak
menimbulkan
halusinasi
4. Diskusikan dengan
klien apa yang
dirasakan jika
terjadi halusinasi
dan beri
kesempatan untuk
mengungkapkan
perasaanya
5. Diksusikan dengan
klien apa yang
dirasakan jika
terjadi halusinasi
dan beri
kesempatan untuk
megatasi perasaan
tersebut
6. Diskusikan tentang
dampak yang akan
dialaminya bila
klien menikmati
halusinasinya
7. Klien dapat Setelah 1x 9. Identifikasi 1. Mengetahui tindakan
mengontrol interaksi klien bersama cara yang dilakukan klien
halusinasiny menyebutkan : klien atau jika halusinasi
a 1. Tindakan tindakan yang 2. Mengetahui cara
yang dilakukan jika yang dilakukan klien
biasanya terjadi halusinasi 3. Agar klien tahu cara
dilakukan 10. Diskusikan cara baru untuk
untuk yang dilakukan mengontrol
mengatasi klien halusinasi
halusinasi 11. Diskusikan cara 4. Agar klien mampu
2. Menyebutka baru untuk memilih tindakan
n cara baru memutus sesuai
mengontrol /mengontrol kemampuannya
halusinasi timbulnya 5. Agar klien merasa
3. Dapat halusinasi : dihargai
memilih dan a. Katakana 6. Untuk menilai
memperagak pada diri kemampuan klien
an cara sendiri dan agar klien lebih
mengatasi bahwa ini bersemangat
halusinasi tidak nyata mengikuti terapi
4. Melaksanaka b. Menemui 7. Agar klien mampu
n cara yang orang lain bersosialisasi dan
telah dipilih c. Membuat membantu
untuk dan penyembuhan klien
mengendalik melaksanaka
an n
halusinasiny jadwalkegiat
a an sehari-
5. Mengikuti hari yang
terapi telah disusun
aktivitas d. Meminta
kelompok keluarga/tem
an/perawat
menyapajika
sedang
halusinasi
12. Bantu klien
memilih cara
yang sudah
dianjurkan dan
latih untuk
mencobanya
13. Beri kesempatan
untuk melakukan
cara yang dipilih
dan dilatih
14. Pantau
pelaksanaan yang
telah dipilih dan
dilatih, jika
berhasil beri
pujian
15. Anjurkan klien
mengikuti terapi
aktivitas
kelompok,
orientasi realita,
stimulasi persepsi
8. Klien dapat Setelah 1x 1. Buat kontrak 1. Agar keluarga tahu
dukungan pertemuan dengan keluarga waktu, tempat dan
dari keluarga, keluarga untuk pertemuan topic yang akan
keluarga menyatkan 2. Diskusikan dengna dibicarakan
dalam setuju : keluarga: 2. Agar keluarga tahu
mengenal 1. Untuk 4. Pengertian tentang masalah
halusinasin mengikuti halusinasi halusinasi
ya pertemuan 5. Tanda dan
dengan gejala
keluarga 6. Proses
2. Keluarga terjadinya
menyebutka 7. Cara yang dapt
n pengertian, dilakukan
tanda dan untuk
gejala, roses mengontrol
terjadinya halusinsi
halusinasi 8. Obat-obatan
dan tindakan halusinasi
untuk 9. Cara merawat
mengendalik anggota
an halusinasi keluarga yang
mengalami
halusinasi
dirumah
10. Beri informasi
waktu kontrol
ke rumah sakit
dan bagaimana
cara mencari
bantuan jika
halusinasi
tidak dapat
diatasi di
rumah
9. Klien dapat Setelah 1x 1. Diskusikan 5. Agarklien tahu
memanfaatk interaksi klien dengan klien manfaat dan
an obat menyebutkan : tentang manfaat kerugian
dengan baik 1. Manfaat dan kerugian mengonsumsi obat,
minum obat tidak minum nama, warna,
2. Kerugian obat, nama, dosis, cara, efek
minum obat warna, dosis, terapi dan efek
3. Nama, cara, efek terapi samping obat
warna, dosis, dan efek samping 6. Agar kita
efek terapi, obat mengetahui klien
dan efek 2. Pantau klien saat mengonsumsi obat
samping penggunaan obat dengan benar atau
obat 3. Beri pujian jika tidak
4. Mendemonst klien 7. Agar klien semakin
rasikan menggunakan bersemangat dalam
pengggunaa obat dengan mengkonsumsi
n obat benar obat
dengan 4. Diskusikan akibat 8. Agar klien tahu
benar berhenti minum dampak dari
5. Menyebutka obat tganpa berhenti konsumsi
n akibat konsultasi dengan obat tanpa
berhenti dokter konsultasi dokter
minum obat 5. Anjurka klien 9. Untuk
tanpa untuk konsultasi mendapatkan
konsultasi kepada pertolongan secara
dokter dokter/perawat cepat
jika terjadi hal-
hal yang tak
diinginkan

DAFTAR PUSTAKA
Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Iyus, Y. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT refika Aditama.
Mukhripah Damayanti, Iskandar . (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung:
Refika Aditama.
Sundeen, S. A. (1998). Keperawatan Jiwa Edisi III. Jakarta: EGC.
Wijayaningsih, K. s. (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa.
Jakarta Timur: TIM.
Restiana Nina. (2019). Modul Keperawatan Jiwa. Tasikmalaya

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN


JIWA DENGAN PASIEN ISOLASI SOSIAL
Di susun oleh :
RISA ARSELA
1490119032

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS GALUH CIAMIS
2020

10. KASUS
Isolasi sosial adalah keadaan di mana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain di sekitarnya (Damaiyanti, 2008).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh
seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam
(Farida, 2012).

11. FAKTOR PREDISPOSISI


Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:

7. Faktor perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui
individu dengan sukses. Keluarga adalah tempat pertama yang
memberikan pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan dengan
orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian, dan kehangatan
dari ibu/pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang
dapat menghambat terbentuknya rasa percaya diri dan dapat
mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain maupun lingkungan
di kemudian hari. Komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa
ini, agar anak tidak merasa diperlakukan sebagai objek.
8. Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan
faktor pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga
disebabkan oleh karena norma-norma yang salah yang dianut oleh satu
keluarga, seperti anggota tidak produktif diasingkan dari lingkungan
sosial.

9. Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung yang
menyebabkan terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh
yang jelas mempengaruhi adalah otak. Insiden tertinggi skizofrenia
ditemukan pada keluarga yang anggota keluarganya ada yang menderita
skizofrenia. Klien skizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan
sosial terdapat kelainan pada struktur otak seperti atropi, pembesaran
ventrikel, penurunan berat volume otak serta perubahan struktur limbik.
12. FAKTOR PRESIFITASI
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh
faktor internal maupun eksternal meliputi:

a. Stresor sosial budaya


Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan seperti
perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai, kesepian karena
ditinggal jauh, dirawat di rumah sakit atau dipenjara.
b. Stresor psikologi Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan
menurunnya kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain.
(Damaiyanti, 2012: 79)

13. PENILAIAN STRESSOR

Penilaian terhadap stressor individu sangat penting dalam hal ini. Rasa
sedih karena suatu kehilangan atau beberapa kehilangan dapat sangat besar
sehingga individu tidak mau memnghadapi kehilangan dimasa depan, bukan
mengambil resiko mengalami lebih banyak kesedihan. Respon ini lebih
mungkin terjadi jika individu mengalami kesulitan dalam tugas
perkembangan yang berkaitan dengan hubungan (Stuart, 2007. Hlm 280).
14. SUMBER KOPING
Menurut Stuart ( 2007, hlm. 281) individu yang mengalami respon
social maladaftif menggunakan berbagai mekanisme dalam upaya mengatasi
ansietas. Mekanisme tersebut berkaitan dengan dua jenis masalah hubungan
yang spesifik yaitu sebagai berikut :
a. Proyeksi merupakan keinginan yang tidak dapat di toleransi, mencurahkan
emosi kepada orang lain karena kesalahan sendiri (Rasmun. 2004 hlm. 35)
b. Isolasi merupakan rilaku yang menunjukan pengasingan diri dari
lingkungan dan orang lain (Rasmun. 2004 hlm. 32)
c. Spiliting atau memisah merupakan kegagalan individu dalam
menginterpretasikan dirinya dalam menilai baik buruk (Rasmun. 2001
hlm. 36)

15. MEKANISME KOPING


Mekanisme yang digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan
yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme
yang sering digunakan pada isolasi sosial adalah regresi, represi, isolasi.
(Damaiyanti, 2012: 84)

a. Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang telah lain.


b. Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran pikiran yang tidak dapat
diterima secara sadar dibendung supaya jangan tiba di kesadaran.
c. Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan
timbulnya kegagalan defensif dalam menghubungkan perilaku dengan
motivasi atau bertentangan antara sikap dan perilaku.

16. RENTANG RESPON


Berdasarkan buku keperawatan jiwa dari Stuart (2006) menyatakan
bahwa manusia adalah makhluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam
kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal yang positif.
Individu juga harus membina saling tergantung yang merupakan
keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam suatu hubungan.

Respon adaptif
Respon maldaftif
Menyendiri Kesepian Manipulasi
Otonomi Menarik diri Impulsif
Bekerja sama Ketergantungan Narcisme
Interdependen

Respon adaptif adalah respon individu dalam penyelesaian masalah


yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya
lingkungannya yang umum berlaku dan lazim dilakukan oleh semua orang,
respon ini meliputi:

16. Solitude (menyendiri)


Adalah respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang
telah dilakukan di lingkungan sosialnya juga suatu cara mengevaluasi diri
untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya.
17. Otonomi
Adalah kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide,
pikiran, perasaan dalam berhubungan sosial.
18. Mutualisme (bekerja sama)
Adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu
mampu untuk saling memberi dan menerima.

19. Interdependen (saling ketergantungan)


Adalah suatu hubungan saling tergantung antara individu dengan orang
lain dalam rangka membina hubungan interpersonal.

Respon maladaptif adalah respon individu dalam penyelesaian


masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya lingkungannya
yang umum berlaku dan tidak lazim dilakukan oleh semua orang. Respon ini
meliputi:

13. Kesepian adalah kondisi dimana individu merasa sendiri dan terasing dari
lingkungannya, merasa takut dan cemas.
14. Menarik diri adalah individu mengalami kesulitan dalam membina
hubungan dengan orang lain.
15. Ketergantungan (dependen) akan terjadi apabila individu gagal
mengembangkan rasa percaya diri akan kemampuannya. Pada gangguan
hubungan sosial jenis ini orang lain diperlakukan sebagai objek,
hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain, dan individu
cenderung berorientasi pada diri sendiri atau tujuan, bukan pada orang
lain.
16. Manipulasi adalah individu memperlakuakan orang lain sebagai objek,
hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain, dan individu
cenderung berorientasi pada diri sendiri.
17. Impulsif adalah individu tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak
mampu belajar dari pengalaman dan tidak dapat diandalkan.
18. Narcisisme adalah individu mempunyai harga diri yang rapuh, selalu
berusaha untuk mendapatkan penghargaan dan pujian yang terus menerus.

17. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Diagnose Perencanaa
Intervensi Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil
Isolasi sosial TUM : Setelah 1x interaksi Bina hubungan saling 1. Agar klien tida
Klien mampu klien menunjukan tanda- percaya dengan : kaget ketika
berinteraksi tanda percaya kepada 11. Beri salam setiap bertemu
dengan orang lain atau terhadap perawat : berinteraksi perawat
14. Wajah cerah, 12. Perkenalkan nama dan2. Agar klien
tersenyum tujuan perawat mengetahui
TUK 1 : 15. Mau berkenalan berkenalan identitas dan
klien dapat 16. Bersedia 13. Tanyakan nama dan tujuan perawat
membina menceritakan panggilan kesukaan 3. Untuk
hubungan saling perasaan klien mengetahui
percaya 17. Bersedia 14. Tunjukan sikap jujur indentitas klien
i. mengungkapkan dan menepati janji 4. Agar klien
masalahnya setiap kali meras nyaman
berinteraksi 5. Mengetahui
15. Tanyakan perasaan perasaan dan
dan masalah yang masalah yang
dihadapi klien dihadapi klien
16. Buat kontrak interaksi
6. Agar klien
yang jelas mengetahui
17. Dengarkan dengan waktu, tempat
penuh perhatian dan topic
ekspresi perasaan perbincangan
klien 7. Untuk
mendapatkan
informasi dari
klien
TUK 2 : Setelah 1x interaksi q. tanyakan klien tentang 10. mengetahui
Klien mampu klien dapat menyebutkan : orang-orang
menyebutkan minimal satu penyebab 3. orang yang disekitar klien
penyebab tanda menarik diri : tinggal serumah 11. untuk mengetah
dan gejala isolasi 16. Diri sendiri dengan klien penyebab klien
sosial 17. Orang lain 4. orang yang paling isolasi social
18. lingkungan dekat dengan 12. untuk memberi
klien di motivasi klien
rumah/ruang
perawat
5. apa yang
membuat orang
tersebut dekat
dengan klien
6. orang yang tidak
dekat dengan
klien di
rumah/diruang
perawat
7. apa yang
membuat klien
tidak dekat
dengan orang
tersebut
8. upaya yang sudah
dilakukan agar
dekat dengan
orang tersebut
r. diskusikan dengan
klien penyebab
menarik diri/tidak
mau bergaul dengan
orang lain
s. beri pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaanya
TUK 3 : Setelah 1x interaksi 9. tanyakan pada klien 13. mengetahui
klien mampu dengan klien mampu tentang : pengetahuan
menyebutkan menyebutkan a. manfaat hubungan klien tentang
keuntungan keuntungan social manfaat dan
berhubungan berhubungan social, b. kerugian menarik kerugian
social dan misalnya : diri bersosialisasi
kerugian menarik 14. banyak teman 10. diskusikan bersama 14. agar klien
diri 15. tidak kesepian klien tentang manfaat mengetahui
16. saling menolong berhubungan social manfaat dan
Dan kerugian menarik dan kerugian menarik kerugian
diri, misalnya : diri bersosialisasi
1. sendiri 11. beri pujian terhadap 15. untuk memberi
2. kesepian kemampuan klien motivasi klien
3. tidak bisa mengungkapkan
berdiskusi perasaanya
TUK 4 : Setelah 1x interaksi 6. observasi perilaku 9. mengetahui
klien dapat klien dapat klien tentang perilaku klien
melaksanakan melaksanakan hubungan berhubungan social berhubungan
hubungan secara social secara bertahap 7. beri motivasi dan social
bertahap dengan : bantu klien untuk 10. agar klien dapa
 perawat berkenalan/berkomu belajar
 perawat lain nikasi dengan berkenalan
 kelompok perawat lain, klien dengan orang
lain, kelompok lain
8. libatkan klien dalam 11. agar klien mau
terapi aktivitas bersosialisasi
kelompok sosialisasi dan belajar
9. diskusikan jadwal 12. agar klien dapa
harian yang berlatih denga
dilakukan untuk rutin
meningkatkan 13. agar klien teru
kemampuan klien giat berlatih
bersosialisasi 14. agar motivasi
10. beri motivasi klien klien bertamba
untuk melakukan
kegiatan sesuai
jadwal yang telah
dibuat
11. beri pujian terhadap
kemampuan klien
memperluas
pergaulannya
melalui aktivitas
yang dilaksanakan
TUK 5 : Setelah 1x interaksi Diskusikan dengan klien 1. mengetahui
Klien mapu klien dapat menyebutkan tentang perasaanya perasaan klien
menjelaskan perasaanya setelah setelah berhubungan 2. untuk
perasaanya berhubungan social social dengan : memotivasi
setelah dengan : 3. orang lain klien
berhubungan  orang lain 4. kelompok
sosial  kelompok Beri pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaanya
TUK 6 : Setelah 1x interaksi 5. diskusikan 1. untuk
Klien dapat pertemuan, keluarga pentingnya peran mendorong
dukungan dapat menjelaskan : serta keluarga penyembuhan
keluarga dalam d. pengertian menarik sebagai pendukung klien dari
memperluas diri untuk mengatasi keluarga
hubungan sosial e. tanda dan gejala perilaku menarik 2. agar keluarga
menarik diri diri mau berperan
f. penyebab dan 6. diskusikan potensi dalam
akibat menarik diri keluarga untuk membantu
g. cara merawat klien membantu klien penyembuhan
menarik diri mengatasi perilaku klien
h. keluarga dapat menarik diri 3. agar keluarga
mempraktekan cara 7. jelaskan pada tahu tentang
merawat klien keluarga tentang : masalah yang
menarik diri 6. pengertian dihadapi klien
menarik diri 4. agar keluarga
7. tanda dan mampu
gejala menarik merawat
diri keluarga denga
8. penyebab masalah isolai
akibat menarik social
diri 5. mengetahui
9. cara merawat perasaan
klien menarik keluarga dan
diri mengevaluasi
8. latih keluarga cara kemampuan
merawat klien keluarga
menarik diri 6. untuk
9. tanyakan perasaan mendorong
keluarga setelah klien lebih ma
mencoba cara yang bersosialisasi
dilatihkan 7. agar keluarga
10. beri motivasi termotivasi ma
kelurga agar klien membantu
mau bersosialisasi kesembuhan
11. beri pujian kepada klien
keluarga atas
keterlibatannya
merawat klien di
rumah sakit
TUK 7 : Setelah 1x interaksi 9. diskusikan dengan 13. agar klien tahu
Klien dapat klien menyebutkan dan klien tentang tentang manfa
memanfaatkan mau mendemonstrasikan manfaat dan dan kerugian
obat dengan baik : kerugian tidak tidak minum
5. manfaat minum minum obat, nama, obat, nama,
obat warna, dosis, cara, warna, dosis,
6. kerugian tidak efek terafi dan efek cara, efek teraf
minum obat samping dan efek
7. nama, warna, dosis, penggunaan obat samping
efek terafi dan 10. pantau klien saat 14. untuk
efeksamping obat penggunaan obat mengetahui
8. mendemonstrasikan 11. beri pujian jika klien apakah klien
penggunaan obat menggunakan obat mengkonsums
dengan benar dengan benar obat dengar
9. menyebutkan 12. diskusikan berhenti benar atau tida
akibat berhenti minum obat tanpa 15. agar klien lebi
minum obat tanpa konsultasi dengan termotivasi
konsultasi dokter dokter 16. agar klien tahu
13. anjurkan klien untuk dampak
konsultasi kepada dariberhenti
dokter atau perawat minum tanpa
jika terjadi hal-hal konsultasi
yang tidak dengan dokter
diinginkan 17. agar dapat
mendapatkan
pertolongan
secepatnya

DAFTAR PUSTAKA

Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.


Yogyakarta: Nuha Medika.
Farida Kusumawati & Yudi Hartono. (2012). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika.
Mukhripah Damaiyanti & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung:
PT Refika Aditama.
Trimeilia. (2011). Asuhan Keperawatan Klien Isolasi Sosial. Jakarta Timur: TIM.
Restiana Reni. (2019). Modul Keperawatan Jiwa

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN


JIWA DENGAN PASIEN HARGA DIRI RENDAH
Di susun oleh :
RISA ARSELA
1490119032

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS GALUH CIAMIS
2020

14. KASUS
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga,tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri
sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri,
merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri.
( Yosep,2009)
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri sendiri
atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak
langsung diekspresikan. ( Towsend,2008).

15. FAKTOR PREDISPOSISI

a. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua,


harapan orang tua yang tidak realistik, kegagalan yang berulang, kurang
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain,
dan ideal diri yang tidak realistis.
b. Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereotipe peran
gender, tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya.
c. Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi ketidakpercayaan
orangtua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan struktur sosial.
(Stuart & Sundeen, 2006).

16. FAKTOR PRESIFITASI


Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah
kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh,kegagalan atau
produktivitas yang menurun. Secara umum, gangguan konsep diri harga diri
rendah ini dapat terjadi secara emosional atau kronik. Secara situasional
karena trauma yang muncul secara tiba-tiba, misalnya harus
dioperasi,kecelakaan,perkosaan atau dipenjara, termasuk dirawat dirumah
sakit bisa menyebabkan harga diri rendah disebabkan karena penyakit fisik
atau pemasangan alat bantu yang membuat klien sebelum sakit atau sebelum
dirawat klien sudah memiliki pikiran negatif dan meningkat saat dirawat.
( Yosep,2009)

17. PENILAIAN STRESOR


Seorang dengan harga diri rendah memiliki penilaian sendiri terhadap
stressor atau masalah penurunan kepercayaan diri yang dimiliki. Kebanyakan
dari mereka memiliki kemampuan berpikir daya ingat serta konsentrasi
menurun. Mereka akan menjadi pelupa dan sering mengeluh sakit kepala.
Wajah seseorang yang stress tampak tegang dahi berkerut, mimic tampak
serius, bicara berat, sukar untuk tersenyum atau tertawa.

18. SUMBER KOPING

a. Aktivitas olahraga dan aktivitas lain di luar rumah.


b. Hobi dan kerajinan tangan
c. Seni yang ekspresif
d. Kesehatan da perawatn diri
e. Bakat tertentu
f. Kecerdasan
g. Imaginasi dan kreativitas
h. Hubungan interpersonal

19. MEKANISME KOPING


Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka panjang
pendek atau jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanann ego
untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang
menyakitkan. Pertaahanan tersebut mencakup berikut ini : Jangka pendek :
a. Aktivitas yang memberikan pelarian semestara dari krisis identitas diri
( misalnya, konser musik, bekerja keras, menonton tv secara obsesif).
b. Aktivitas yang memberikan identitas pengganti semestara ( misalnya,
ikut serta dalam klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan, atau
geng).
c. Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri
yang tidak menentu ( misalnya, olahraga yang kompetitif, prestasi
akademik, kontes untuk mendapatkan popularitas).
Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini :

a. Penutupan identitas : adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh


orang terdekat tanpa memerhatikan keinginan,aspirasi,atau potensi diri
individu.
b. Identitas negatif : asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan
harapan yang diterima masyarakat. Mekanisme pertahanan ego termasuk
penggunaan fantasi, disosiasi,isolasi, proyeksi, pengalihan
( displacement, berbalik marah terhadap diri sendiri, dan amuk ).
(Stuart,2006)

20. RENTANG RESPON

a. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapinya.
i. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang
positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan
dapat diterima
ii. Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai pengalaman
yang positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif
maupun yang negatif dari dirinya.(Eko P, 2014)
b. Respon Maladaptif Respon maladaptif adalah respon yang diberikan
individu ketika dia tidak mampu lagi menyelesaikan masalah yang
dihadapi.
i. Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk menilai
dirinya yang negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain.
ii. Keracunan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas
sehingga tidak memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan.
iii. Depersonalisasi (tidak mengenal diri) tidak mengenal diri yaitu
mempunyai kepribadian yang kurang sehat, tidak mampu
berhubungan dengan orang lain secara intim. Tidak ada rasa percaya

21. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Diagnosa Perencanaan
Intervensi Rsional
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi
Harga diri TUM : Setelah 1x pertemuan 11. Beri salam/panggil 4. Agar klien tidak
rendah Klien dapat hubungan saling percaya nama kaget kita
berhubungan dapat dibina : 12. Memperkenalkan bertemu perawat
dengan orang 16. Ekspresi wajah yang diri dengan sopan 5. Agar klien
lain secara bersahabat 13. Tanyakan nama dan merasa nyaman
optimal 17. Hubungan terapeutik tujuan perawat 6. Agar klien
TUK 1 : dapat terealisasi 14. Berikan sikap jujur mengetahui
Klien dapat dengan menunjukan dan menepati janji identitas dan
membina rasa senang 15. Tunjukan sikap tujuan perawat
hubungan saling 18. Ada kontak mata empati dan 7. Agar klien
percaya 19. Klien mau berjabat menerima klien apa merasa nyaman
tangan adanya dan percaya
20. Klien mau menjawab 16. Lakukan kontak 8. Agar klien
salam singkat tapi sering merasa nyaman
21. Klienmau 17. Beri kesempatan 9. Untuk membina
mengungkapkan klien untuk hubungan baik
perasaanya menceritakan 10. Untuk
22. Klien mau bercerita perasaanya dan mengetahui
mengenai masalah menceritakan perasaan dan
yang dihadapinya masalahnya masalah yang
dihadapi klien
TUK 2 : Setelah 1x pertemuan 9. Diskusikan 19. Untuk
Klien dapat klien mampu : kemampuan dan mengetahui
mengidentifikasi 10. Mengidentifikasi aspek positif yang kemampuan klien
kemampuan dan kemampuan yang dimiliki 20. Agar klien
aspek positif dimilikinya 10. Hindarkan dari merasa nyaman
yang dimiliki 11. Aspek positif penilaian yang 21. Agar klien
keluarga negative merasa
12. Aspek positif 11. Utamakan temotivasi
lingkungan yang pemberian pujian
dimiliki yang realistic
TUK 3 : Setelah 1x pertemuan, 19. Diskusikan 15. Untuk
Klien dapat klien mampu menilai kemampuan yang mengetahui
kemampuan kemampuan yang dapat digunakan kemampuan klien
yang dimiliki dimiliki selama sakit selama sakit 16. Agar klien mau
20. Diskusikan menunjukan
kemampuan yang kemampuan yang
dapat ditunjukan dimiliki
pengguanaanya
TUK 4 : Setelah 1x pertemuan 10. Rencanakan t. Agar klien
Klien dapat klien dapat membuat bersama klien mempunyai
menetapkan rencana harian aktivitas yang dapat aktivitas rutin
perencanaan dilakukan setiap hari yang dimilki
kegiatan sesuai 11. Tingkatkan kegiatan u. Agar klien mau
dengan sesuai toleransi meningkatkan
kemampuannya kondisi klien kemampuan yang
12. Beri contoh cara dimiliki
pelaksanaan v. Agar klien lebih
kegiatan yang boleh mengerti kegiatan
klien lakukan yang akan
dilakukan
TUK 5 : Setelah 1x pertemuan 10. Berikan kesempatan 17. Untuk klien
klien dapat klien melakukan klien untuk mencoba belajar memulai
melakukan kegiatan yang sesuai kegiatan yang telah kegiatan rutinnya
kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan direncanakan 18. Agar klien
dengan kondisi kemampuannya 11. Beri pujian atas merasa
sakit dan keberhasilan klien termotivasi
kemampuannya 12. Diskusikan 19. Agar klien mau
kemungkinan melakukan
melaksanakan kegiatan yang
dirumah telah dipelajari
dirumah
TUK 6 : Setelah 1x pertemuan 12. Beri pendidikan 20. Agar klien
klien dapat klien dapat : kesehatan cara mampu merawat
memanfaatkan 18. Klien dapat perawatan diri klien dirinya secara
sistem memanfaatkan dengan harga diri mandiri
pendukung yang sistem dukungan rendah 21. Agar klein
ada dikeluarga secara 13. Bantu keluarga merasa nyaman
optimal menyiapkan dengan
19. Klien dapat lingkungan dirumah lingkungan
memanfaatkan rumah
sistem dukungan
dilingkungan
sekitar
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
JIWA DENGAN PASIEN RESIKO BUNUH DIRI
Di susun oleh :
RISA ARSELA
1490119032

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS GALUH CIAMIS
2020

1. KASUS
Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri
yang dapat mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan
psikiatri karena merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya.
Perilaku bunuh diri disebabkan karena stress yang tinggi dan
berkepanjangan dimana individu gagal dalam melakukan mekanisme
koping yang digunakan dalam mengatasi masalah. Beberapa alasan
individu mengakhiri kehidupan adalah kegagalan untuk beradaptasi,
sehingga tidak dapat menghadapi stress, perasaan terisolasi, dapat
terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/ gagal melakukan
hubungan yang berarti, perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat
merupakan hukuman pada diri sendiri, cara untuk mengakhiri
keputusasaan (Stuart, 2006).
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri
dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan keputusan
terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi
(Captain, 2008). Menciderai diri adalah tindakan agresif yang merusak
diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin
merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan
masalah yang dihadapi (Captain, 2008).

2. FAKTOR PREDISPOSISI
a. Diagnosis Psikiatri: Tiga gangguan jiwa yang membuat pasien
berisiko untuk bunuh diri yaitu gangguan alam perasaan, penyalah
gunaan obat, dan skizofrenia.
b. Sifat Kepribadian: Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat
dengan peningkatan resiko bunuh diri adalah rasa bermusuhan,
impulsif, dan depresi.
c. Lingkungan Psikososial: Baru mengalami kehilangan, perpisahan
atau perceraian, kehilangan yang dini, dan berkurangnya dukungan
sosial merupakan faktor penting yang berhubungan dengan bunuh
diri.
d. Riwayat Keluarga: Riwayat keluarga yang pernah melakukan
bunuh diri merupakan faktor resiko untuk perilaku resiko bunuh
diri
e. Faktor Biokimia
Proses yang dimediasi serotonin, opiat, dan dopamine dapat
menimbulkan perilaku resiko bunuh diri.

3. FAKTOR PRESIPITASI
a. Faktor Mood dan Biokimiawi Otak
Ghansyam pandey menemukan bahwa aktivitas enzim di
dalam manusia bisa mempengaruhi mood yang memicu keinginan
mengakhiri nyawa sendiri. Pandey mengetahui faktor tersebut
setelah melakukan eksperimen terhadap otak 34 remaja yang 17
diantaranya meninggal akibat bunuh diri. Ditemukan bahwa tingkat
aktivitas protein kinase C (PKC) pada otak pelaku bunuh diri lebih
rendah dibanding mereka yang meninggal bukan karena bunuh
diri.
b. Faktor Riwayat Gangguan Mental
Dalam otak kita gterdapat berbagai jaringan, termasuk
pembuluh darah. Di dalamnya juga terdapat serotonin, adrenalin,
dan dopamin. Ketiga cairan dalam otak itu bisa menjadi petunjuk
dalam neurotransmiter(gelombang/gerakan dalam otak) kejiwaan
manusia. Karena itu, kita harus waspadai bila terjadi peningkatan
kadar ketiga cairan itu di dalam otak. Biasanya, bila kita lihat dari
hasil otopsi para korban kasus bunuh diri, cairan otak ini tinggi,
terutama serotonin.
Apa penyebab umum yang meningkatkan kadar cairan otak
itu? Sebagai contoh adanya masalah yang membebani seseorang
sehingga terjadi stress atau depresi. Itulah yang sering membuat
kadar cairan otak meningkat.
c. Faktor Meniru, Imitasi, Dan Pembelajaran
Dalam kasus bunuh diri, dikatakan ada proses
pembelajaran. Para korban memiliki pengalaman dari salah satu
keluarganya yang pernah melakukan percobaan bunuh diri atau
meninggal karena bunuh diri. Tidak hanya itu, bisa juga terjadi
pembelajaran dari pengetahuan lainnya. Proses pembelajran di sini
merupakan asupan yang masuk ke dalam memori seseorang.
d. Faktor Isolasi Sosial Dan Human Relations
Secara umum, stress muncul karena kegagalan beradaptasi.
Ini dapat terjadi di lingkungan pekerjaan, keluarga, sekolah,
pergaulan dalam masyarakat, dan sebagainya.
e. Faktor Hilangnya Perasaan Aman Dan Ancaman Kebutuhan Dasar
Penyebab bunuh diri yang lain adalah rasa tidak aman serta
ancaman terhadap tempat tinggal mereka berpotensi kuat
memunculkan gangguan kejiwaan seseorang hingga tahap bunuh
diri.

4. PENILAIAN STRESOR
a. Mempunyai ide untuk bunuh diri
b. Mengungkapkan keinginan untuk mati
c. Impulsif
d. Menunjukan perilaku yang mencurigakan
e. Mendekati orang lain dengan ancaman
f. Menyentuh orang lain dengan cara menakutkan
g. Latar belakang keluarga

5. SUMBER KOPING
Pasien dengan penyakit kronis, nyeri, atau penyakit yang
mengancam kehidupan dapat melakukan perilaku destruktif-diri.
Sering kali pasien secara sadar memilih untuk bunuh diri.

6. MEKANISME KOPING
Stuart (2006) mengungkapkan bahwa mekanisme pertahanan ego
yang berhubungan dengan perilaku destruktif-diri tidak langsung
adalah penyangkalan, rasionalisasi, intelektualisasi, dan regresi.

7. RENTANG RESPON
1. Peningkatan diri
2. Pengambilan resiko yang meningkatkan pertumbuhan
3. Perilaku destruktif-diri tidak langsung
4. Pencederaan diri
5. Bunuh diri

8. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Tujuan Khusus Intervensi


Klien dapat membina hubungan  Bina hubungan saling percaya: salam
saling percaya. terapeutik, empati, sebut nama perawat dan
jelaskan tujuan interaksi.
 Panggil klien dengan nama panggilan yang
disukai.
 Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak
menantang.

Klien dapat mengidentifikasi  Diskusikan kemampuan dan aspek positif


kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
yang dimiliki.  Hindari penilaian negatif detiap pertemuan
klien
 Utamakan pemberian pujian yang realitas

Klien mampu menilai  Diskusikan kemampuan dan aspek positif


kemampuan yang dapat yang dimiliki
digunakan untuk diri sendiri dan  Diskusikan pula kemampuan yang dapat
keluarga dilanjutkan setelah pulang ke rumah
DAFTAR PUSTAKA

Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Iyus, Y. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT refika Aditama.

Mukhripah Damayanti, Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung:


Refika Aditama.

Sundeen, S. A. (1998). Keperawatan Jiwa Edisi III. Jakarta: EGC.

Wijayaningsih, K. s. (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa.


Jakarta Timur: TIM.

Restiana Nina. (2019). Modul Keperawatan Jiwa. Tasikmalaya

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN


JIWA DENGAN PASIEN RESIKO PRILAKU KEKERASAN
Di susun oleh :
RISA ARSELA
1490119032

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS GALUH CIAMIS
2020
18. KASUS
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri
maupun orang lain dan lingkungan yang dirasakan sebagai ancaman (Kartika
Sari, 2015:137).

19. FAKTOR PREDISPOSISI


Faktor pengalaman yang dialami tiapmorang yang merupakan faktor
predisposis, artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan
jika faktor berikut dialami oleh individu:

a. Psikologis, Menurut Townsend(1996, dalam jurnal penelitian) Faktor


psikologi perilaku kekerasan meliputi:
i. Teori Psikoanalitik, teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kepuasan
dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan
membuat konsep diri yang rendah. Agresif dan kekerasan dapat
memberikan kekuatan dan meningkatkan citra diri (Nuraenah, 2012:
30).
ii. Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku yang
dipelajarai, individu yang memiliki pengaruh biologik terhadap
perilaku kekerasan lebih cenderung untuk dipengaruhioleh peran
eksternal (Nuraenah, 2012: 31).
b. Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan,
sering mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar rumah, semua aspek
ini menstiumulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan (Eko Prabowo,
2014: hal 142).
c. Sosial budaya, proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi
informasi memberikan dampak terhadap nilai-niali sosial dan budaya pada
masyarakat. Di sisi lain, tidak semua orang mempunyai kemampuan yang
sama untuk mnyesuaikan dengan berbagai perubahan, serta mengelola
konflik dan stress (Nuraenah, 2012: 31).
d. Bioneurologis, banyak bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal,
lobus temporal dan ketidak seimbangan neurotransmitter turut berperan
dalam terjadinya perilaku kekerasan (Eko Prabowo, 2014: hal 143).

20. FAKTOR PRESIFITASI


Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam,
baik berupa injury secara fisik, psikis atau ancaman knsep diri. Beberapa
faktor pencetus perilaku kekerasan adalah sebagai berikut:

a. Konsis klien: kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan,


kehidupan yang penuh dengan agresif dan masa lalu yang tidak
menyenangkan.
b. Interaksi: penghinaan, kekerasan, kehilangan orang, merasa terancam
baik internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun eksternal dari
lungkungan.
c. Lingkungan: panas, padat dan bising

21. PENILAIAN STRESOR


Penilaian stessor melibatkan makna dan pemahaman dampak dari
situasi stres bagi individu. itu mencakup kognitif, afektif, fisiologis, perilaku,
dan respon sosial. Penilaian adalah evaluasi tentang pentingnya sebuah
peristiwa dalam kaitannya dengan kesejahteraan seseorang. Stressor
mengasumsikan makna, intensitas, dan pentingnya sebagai konsekuensi dari
interpretasi yang unik dan makna yang diberikan kepada orang yang berisiko
(Stuart & Laraia, 2005, hal : 67).
Respon perilaku adalah hasil dari respons emosional dan fisiologis,
serta analisis kognitif seseorang tentang situasi stres. Caplan (1981, dalam
Stuart & Laraia, 2005, hal : 67) menggambarkan empat fase dari respon
perilaku individu untuk menghadapi stress, yaitu:

 Perilaku yang mengubah lingkungan stres atau memungkinkan individu


untuk melarikan diri dari itu
 Perilaku yang memungkinkan individu untuk mengubah keadaan
eksternal dan setelah mereka
 Perilaku intrapsikis yang berfungsi untuk mempertahankan rangsangan
emosional yang tidak menyenangkan
 Perilaku intrapsikis yang membantu untuk berdamai dengan masalah dan
gejala sisa dengan penyesuaian internal.

22. SUMBER KOPING

Menurut Yosep (2011) mengungkapkan bahwa sumber koping


dibagai menjadi 4, yaitu sebagai berikut :

a. Personal Ability meliputi : kemampuan untuk mencari informasi terkait


masalah, kemampuan mengidentifikasi masalah, pertimbangan
alternatife, kemampuan mengungkapkan / konfrontasi perasaan marah.,
tidak semangat untuk menyelesaikan masalah, kemampuan
mempertahankan hubungan interpersonal, mempunyai pegetahuan dalam
pemecahan masalah secara asertif, intelegensi kurang dalam menghadapi
stressor identitas ego tidak adekuat.
b. Sosial Support meliputi : dukungan dari keluarga dan masyarakat,
keterlibatan atau perkumpulan di masyarakat dan pertentangan nilai
budaya
c. Material Assets meliputi : penghasilan yang layak, tidak ada benda atau
barang yang biasa dijadikan asset, tidak mempunyai tabungan untuk
mengantisipasi hidup, tidak mampu menjangkau pelayanan kesehatan.
d. Positive Belief meliputi : distress spiritua, adanya motivasi, penilaian
terhadap pelayanan kesehatan

23. MEKANISME KOPING


Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada pasien marah untuk
melindungi diri antara lain:

a. Sublimasi Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia. Artinya


dimata masyarakat unutk suatu dorongan yang megalami hambatan
penyalurannya secara normal. Misalnya seseorang yang sedang
marah melampiaskan kemarahannya pada objek lain seperti
meremas remas adona kue, meninju tembok dan sebagainya,
tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa amarah
(Mukhripah Damaiyanti, 2012: hal 103).
b. Proyeksi Menyalahkan orang lain kesukarannya atau keinginannya
yang tidak baik, misalnya seorang wanita muda yang menyangkal
bahwa ia mempunyai perasaan seksual terdadap rekan sekerjanya,
berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu,
mencumbunya(Mukhripah Damaiyanti, 2012: hal 103).
c. Represi Mencegah pikiran yang menyakitkan atau bahayakan
masuk kedalam sadar. Misalnya seorang anak yang sangat benci
pada orang tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut
ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci
orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh tuhan.
Sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat
melupakanya (Mukhripah Damaiyanti, 2012: hal 103).
d. Reaksi formasi Mencegah keinginan yang berbahaya bila di
ekspresika.dengan melebih lebihkan sikap dan perilaku yang
berlawanan dan menggunakan sebagai rintangan misalnya
sesorangan yang tertarik pada teman suaminya,akan
memperlakukan orang tersebut dengan kuat (Mukhripah
Damaiyanti, 2012: hal 103).
e. Deplacement Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya
bermusuhan pada objek yang tidak begitu berbahaya seperti yang
pada mulanya yang membangkitkan emosi itu ,misalnya: timmy
berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapatkan hukuman
dari ibunya karena menggambar didinding kamarnya. Dia mulai
bermai perang-perangan dengan temanya (Mukhripah Damaiyanti,
2012: hal 104).

24. RENTANG RESPON


Respon adaftif
Respon maladaptive
Asertif Frustasi Pasif Agresif PK

Klien mampu Klien gagal Klien merasa Klien Perasaan marah


mengungkapka mencapai tidak dapat mengekspresika dan
n rasa marah tujuan mengungkapka n secara fisik, bermusuhanyan
tanpa kepuasan n perasaannya, tapi masih g kuat dan
menyalahkan saat marah tidak berdaya terkontrol, hilang kontrol
orang lain dan dan tidak dan menyerah mendorong disertai amuk,
memberikan dapat orang lain merusak
kelegaan menemukan dengan ancaman lingkungan
alternatifnya

21. Respon Adaptif


Respon adaprif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial
budaya yang berlaku. Dengan kata lain, individu tersebut dalam batas
normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah
tersebut, respon adaptif (Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 96):
13. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
14. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
15. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman
16. Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam
batas kewajaran
17. Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan.

22. Respon Maladaptif


9. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan
bertentangan dengan kenyataan sosial
20. Perilaku kekerasan merupakan status rentang emosi dan ungkapan
kemarahan yang dimanifestasiakn dalam bentuk fisik
21. Kerusakan proses emosi adalah perubahan status yang timbul dari
hati
22. Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu perilaku yang tidak
teratur (Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 97).
25. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Diagnose Perencanaan
Intervensi Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria hasil

Resiko TUM : 17. Klien mau 8. Beri salam/panggil nama w. Agar klien tida
perilaku Klien tidak membalas 9. Sebutkan nama perawat kaget ketika
kekerasan mencederai diri salam sambil jabat tangan bertemu
sendiri 18. Klien mau 10. Jelaskan maksud x. Agar klien
TUK : menjabat tangan hubungan interaksi mengetahui
19. Klien mau 11. Jelaskan tentang kontrak identitas
12. Klien dapat menyebut nama yang akan dibuat perawat
membina 20. Klien mau 12. Beri rasa aman dan rasay. Agar klien tah
hubungan tersenyum empati tujuan perawat
saling 21. Klien mau 13. Lakukan kontak singkat z. Agar klien tah
percaya kontak mata tapi sering waktu, tempat,
22. Klien mau dan topic yang
mengetahui akan dibahas
nama perawat aa. Agar klien
merasa nyama
bb. Untuk
menbangun
hubungan
semakin dekat
13. Klien dapat 20. Klien 13. Beri kesempatan untuk 12. Untuk
mengidentifi mengungkapkan mengungkapkan mengetahui
kasi perasaanya perasaanya perasaan klien
penyebab 21. Klien dapat 14. Bantu klien 13. Agar klien
perilaku mengungkapkan mengungkapkan penyebab terbantu dalam
kekerasan perasaan jengkel perasaan jengkel atau menyampaikan
ataupun kesal kesal perasaanya

15. Klien dapat 8. Klien dapat 22. Anjurkan klien 14. Untuk
mengidentifi mengungkapkan mengungkapkan apa yang mengetahui ap
kasi tanda perasaan saat dialami dan dirasakannya yang dirasakan
dan gejala marah atau saat jengkel atau marah klien ketika
perilaku jengkel 23. Observasi tanda dan jengkel atau
kekerasan 9. Klien dapat gejala perilaku kekerasan marah
menyimpulkan pada klien 15. Mengetahui
tanda dan gejala 24. Simpulkan bersama klien tanda dan geja
atau kesal yang tanda dan gejala jengkel klien
dialaminya atau kesal 16. Agar tanda dan
gejala dapat
diketahui seca
spedifik
25. Klien dapat 13. Klien dapat 13. Anjurkan klien untuk  Untuk
mengidentifi mengungkapkan mengungkapkan yang mengetahui
kasi perilaku perilaku dialamidan dirasakannya pengalaman da
kekerasan kekerasan yang saat jengkel perasaan klien
yang biasa biasa dilakukan 14. Bantu klien bermain saat jengkel
dilakukan 14. Klien dapat peran sesuai perilaku  Untuk
bermain peran kekerasan yang biasa mengetahui
sesuai perilaku dilakukan kebiasaan klien
kekrasan yang 15. Bicarakan dengan klien jika jengkel
biasa dilakukan apakah dengan cara klien  Untuk
15. Klien dapat lakukan masalahnya mengetahui
mengetahui cara selesai apakah cara
yang biasa tersebut dapat
dilakukan untuk menyalesaikan
menyelesaikan masalah atau
masalah tidak
16. klien dapat c. klien dapat 3. bicarakan akibat atau 23. agar klien tahu
mengidentifik menjelaskan kerugian dari cara yang dampak dari
asi akibat akibat dari cara dilakukan perbuatannya
perilaku yang dilakukan 4. bersama klien 24. untuk
kekerasan menyimpulkan akibat mengetahui
dari cara yang dilakukan secara spesifik
5. tanyakan pada klien akibat yang
apakah dia ingin dilakukan klie
mempelajari cara baru 25. untuk
yang sehat mengetahui
ketersediaan
klien
17. klien dapat 11. klien dapat 12. diskusikan kegiatan fisik 5. mengetahui
mendemonstra menyebutkan yang biasa dilakukan kebiasaan
sikan cara contoh 13. beri pujian atas kegiatan kegiatan fisik
fisik untuk pencegahan fisik yang biasa dilakukan klien
mencegah perilaku 14. diskusikan dua cara fisik 6. untuk member
perilaku kekerasan secara yang paling mudah untuk motivasi
kekerasan fisik ; Tarik mencegah perilaku tambahan pada
napas dalam, kekerasan ; Tarik napas klien
pukul bantal dalam, memukul kasur 7. agar klien tahu
kasur dan bantal dan bantal cara termudah
12. klien dapat 15. beri contoh klien : Tarik untuk mengata
mendemonstrasi napas dalam, memukul masalahnya
kan cara fisik kasur dan bantal 8. agar klien tahu
untuk mencegah 16. beri pujian atas cara
perilaku kemampuan klien dalam melakukannya
kekerasan mendemostrasikan 9. agar klien
13. klien 17. tanyakan pada klien termotivasi
mempunyai perasaan setelah untuk terus
jadwal untuk melakuakan demonstrasi belajar
melatih cara 10. untuk
pencegahan fisik mengetahui
yang telah perasaan klien
dipelajari setelah
sebelumnya demonstrasi
14. klien
mengevaluasi
kemampuannya
dalam
melakukan cara
fisik sesuai
jadwal yang
disusun
18. klien dapat 22. klien dapat 18. diskusikan dengan klien c. mengetahui
mendemonstra menyebutkan ibadah yang pernah ibadah apa yan
sikan cara kegiatan yang dilakukan biasa dilakukan
spiritual untuk biasa dilakukan 19. bantu klien menilai d. untuk
mencegah 23. klien dapat kegiatan ibadah yang mengetahui
perilaku mendemonstrasi dapat dilakukan di ruang kemampuan
kekerasan kan cara ibadah rawat klien dalam
yang dipilih 20. bantu klien memilih beribadah
24. klien kegiatan ibadah yang akane. agar klien
mempunyai dilakukan mendapatkan
jadwal untuk 21. beri pujian atas kegiatan ibadah
melatih kegiatan keberhasilan klien yang tepat
ibadah 22. diskusikan dengan klien f. untuk
25. kien melakukan atas waktu pelaksanaan menambah
evaluasi kegiatan ibadah motivasi klien
terhadap 23. susun jadwal untuk untuk belajar
kemampuan melatih kegiatan ibadah g. agar klien
melakukan 24. berikan pujian atas mengetahui
kegiatan ibadah keberhasilan klien kapan waktu
25. tanyakan pada klien ibadah yang
perasaan setelah tepat
melakukan kegiatan h. agar klien
tersebut belajar secara
teratur
i. agar klien
tambah
semangat
melakukan
kegiatan
j. mengetahui
perasaan klien
setelah
melakukan
kegiatan
19. klien dapat 18. klien dapat 18. diskusikan dengan klien i. mengetahui
mendemonstra menyebutkan tentang jenis obat yang obat, waktu da
sikan jenis, dosis, dan diminumnya, waktu cara yang
kepatuhan waktu minum minum obat, dan cara dilakukan klie
minum obat obat serta minum obat meminum oba
untuk manfaat obat 19. diskusikan dengan klien j. agar klien tahu
mencegah 19. klien manfaat obat manfaat obat
perilaku mendemonstrasi 20. diskusikan dengan klien k. agar klien tahu
kekerasan kan kepatuhan proses minum obat cara minum
minum obat 21. susun jadwal dengan obat yang tepa
sesuai jadwal klien minum obat l. agar klien dapa
yang ditetapkan 22. beri pujian atas minum obat
20. klien keberhasilan klien tepat waktu
mengevaluasi 23. tanyakan pada klien m. agar klien lebi
kemampuannya bagaimana perasaan termotivasi
dalam klien setelah n. untuk
memenuhi pembahasan ini mengetahui
minum obat perasaan klien

DAFTAR PUSTAKA

Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi ASUHAN KEPERAWATAN JIWA.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Mukhripah Damaiyanti. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Samarinda: Refka


Aditama.

Nuraenah. (2012). Hubungan Dukungan Keluarga dan Beban Keluarga dalam


Merawat Anggota dengan Riwayat Perilaku Kekerasan di RS. Jiwa Islam Klender
Jakarta Timur, 29-37.

Sari, K. (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta:


Trans Info MEdia.

Restiana Nia. (2019). Modul Keperawatan Jiwa. Tasikmalaya

Anda mungkin juga menyukai