Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ENSEFALITIS

Makalah ini dibuat untuk menyelesaikan tugas keperawatan medikal bedah III

OLEH

KELOMPOK 5 :

MUTIARA HARIYANTO (1811313006)

HACIDIRA VICHALOVA (1811313008)

RANY HARTI (1811313010)

DEDI HIDAYAT (1811313012)

AZZURA RISNAIRAJ (1811313014)

NELVI KURNIA PUTRI (1811313016)

TISYA MUTIARA RAHMADINI (1811313018)

SHINDY NUR OCTAVIANY (1811313020)

NELFIZA SALSABILA (1811313022)

ITA PURNAMA SARI (1811319002)

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien
Ensefalitis.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah kami
kedepannya

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manafaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

Padang, 24 Agustus 2020

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
A. Anatomi Fisologi.............................................................................................................3
B. Pengertian Ensefalitis......................................................................................................5
C. Etiologi............................................................................................................................6
D. Patofisiologi....................................................................................................................6
E. Manifestasi Klinis...........................................................................................................6
F. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan......................................................................7
G. Pemeriksaan Penunjang dan diagnostic..........................................................................8
H. WOC...............................................................................................................................9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................................10
1. Pola-Pola Fungsi Kesehatan..........................................................................................10
2. Diagnosa dan Intervensi................................................................................................12
BAB IV PENUTUP.................................................................................................................25
A. Kesimpulan...................................................................................................................25
B. Saran..............................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................26

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai system saraf pusat (SSP) yang
disebabkan oleh virus atau mikroorganisme lain yang nonpurulen. Penyebab tersering
dari ensefalitis adalah virus kemudian herpes simpleks, arbovirus, dan jarang
disebabkan oleh enterovirus, mumps, dan adenovirus. Ensefalitis bisa juga terjadi
pasca infeksi campak, influenza, varicella, dan pasca vaksinasi pertusis.

Klasifikasi ensefalitis didasarkan pada factor penyebabnya. Ensefalitis


suparatif akut dengan bakteri penyebab ensefalitis adalah Staphylococcus aureus,
Streptococus, E.Colli, Mycobacterium, dan T.Pallidium. Sedangkan ensefalitis virus
penyebab adalah virus RNA (Virus Parotitis), virus morbili, virus rabies, virus
Rubela, virus dengue, virus polio, cockscakie A dan B, herpes zoster, herpes
simpleks, dan varicella.

Di Indonesia virus Japanese Enchepalitis sudah banyak diisolasi baik dari


vektornya maupun babi dan binatang mamalia yang lain, seperti; sapi, ayam dan
kambing.Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi
serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Dalam
pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan adalah salah satu
komponen utama selain pendidikan dan pendapatan. Dalam Undang-undang
Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang
hidup produktif secara sosial dan ekonomi (Depkes RI, 2000).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi sistem organ klien ensephalitis?
2. Apa pengertian ensefalitis?
3. Bagaimana etiologi ensefalitis?
4. Bagaimana patofisiologi ensephalitis?

1
5. Bagaimana manifestasi klinis ensephalitis?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis dan keperawatan ensephalitis?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang dan diagnostik ensephalitis?
8. Bagaimana WOC ensephalitis?

C. Tujuan
1. Tujan Umum
 Mahasiswa mampu mengetahui tentang konsep atau teoritis dari ensephalitis
2. Tujuan Khusus
 Mahasiswa mampu menjelaskan tentang apa itu ensephalitis
 Mahasiswa mampu menjelaskan Anatomi fisiologi sistem organ
 Mahasiswa mampu menjelaskan Pengertian Ensefalitis
 Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi Ensefalitis
 Mahasiswa mampu menjelaskan Patofisiologi
 Mahasiswa mampu menjelaskan Manifestasi klinis
 Mahasiswa mampu menjelaskan Penatalaksanaan medis dan keperawatan
 Mahasiswa mampu menjelaskan Pemeriksaan penunjang dan diagnostik
 Mahasiswa mampu menjelaskan WOC
 Mahasiswa mampu menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada pasien
dengan ensephalitis

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi Fisologi

Struktur Otak dan fungsi


1. Cerebrum
Cerebrum adalah bagian otak yang paling besar kira-kira 80% dari berat
otak.Cerebrum mempunyai dua hemisfer yang dilayani oleh korpus kallosum.Setiap
Hemisfer terbagi atas empat lobus yaitu Lobus frontal, parietal, temporal dan
oksipital. Lobus frontal berfungsi sebagai aktivitas motorik, fungsi intektual.emosi
dan fingsi fisik.Pada bagian frontal bagian kiri terdapat area broca yang berfungsi
sebagai pusat motorik bahasa Lobus parietal terdapat sensori primer dari
korteks.berfungsi proses input sensori.sensasi posisi, sensasi raba.tekan dan
perubahan suhu ringan
Lobus temporal mengandung area auditórius, tempat tujuan yang merasakan
kencan dari telinga Berfungsi sebagai input perasa
pendengaran.pengecap.penciuman dan proses memori Lobus oksipital mengandung
area visual otak, berfungsi sebagai penerima informasi dan menafsirkan wama.reflek
visual
2. Dienchepalon
Dienchepalon terletak di atas batang otak dan terdiri atas thalamus, hypothalamus,
epithalamus dan subthalamus.

3
Thalamus adalah massa sel saraf besar yang berbentuk telor.terletak pada substansia
alba. Thalamus berfungsi sebagai stasiun relay dan Integrasi dari medulla spinalis ke
korteks serebri dan bagian lain dari otak.
Hipotalamus terletak di bawah thalamus, berfungsi dalam mempertahankan tubuh
seperti pengaturan suhu.rasa haus.lapar.respon sistem saraf outonom dan kontro
terhadap sekresi hormon dalam pengawasan pituitari. Epithalamus yang berperan
dalam pertumbuhan fisik dan perkembangan seksual

3. Batang Otak
Batang otak terdiri atas otak tengah (mesencephalon) pons dan medulla
oblongata.Batang otak berfiungsi pengaturan refley untuk fungsi vital tubuh.
Otak tengah mempunyai fingsi utama sebagai relay stimulus.
Pergerakan otot dari dan ke olak Misalnya kontrol refleks pergerakan
mata akibat adanya saraf kranial III dan IV. respons yang terhubung ke otak
tengah dengan medulla oblongata, berfungsi sebagai pusat-pusat refleks
pernapasan dan mempengaruhi tingkat karbondioksida, aktivitas vasomotor.
Medulaoblongata mengandung pusat reflex pernafasan,
bersin.menelan.batuk.muntah, sekresi saliva dan vasokontriksi.Sraf kranial
DX.X.XII keluar dari medulla oblongata.Pada batang otak terdapat juga sistem
retikularis yaitu sistem sel saraf dan penghubungnya dalam otak yang
terhubung semua traktus ascendens dan decendens dengan semua bagian lain
dari sistem saraf pusat.sistem ini berfungsi sebagai integrator seluruh sisem
saraf seperti terlihat dalam tidur, kesadaran.regulasi suhu respirasi dan
Metabolisme.

4. Cerebelum
Cerebelum besamya kira-kira seperempat dari cerebrum. Antara
cerebellum dan cerebrum membangun oleh tentorium serebri.Fungsi utama
cerebellum adalah koordinasi aktivitas muscular.control tonus
otot.mempertahankan postur dan keseimbangan.

5. Jaringan saraf:
Neuron (sel saraf) menupakan unit anatomis dan fungsional system persarafan.

4
Bagian-bagian dari neuron:
Badan sel (inti sel di dalamnya), Dendrit: menghantarkan impuls menuju badan sel
dan Akson: menghantarkan impuls keluar dari badan sel.

 Klarifikasi neuron:
Berdasarkan bentuk:
1) Neuron unipolar. Ada satu tonjolan yang bercabang dua dekat dengan badan
sel. satu cabang menuju parifer dan cabang lain menuju SSP (neuron sensorik
sarafspimal)
2) Neuron bipolar. Mempunyai dua tonjolan, 1 akson dan 1 dendrit
3) Neuron multipolar. Beberapa dendrit dan 1 akson yang dapat bercabang cabang
banyak sekali Sebagian besar terdapat arganela sel pada neuron terdapat pada
sitoplasma badan sel.

B. Pengertian Ensefalitis
Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri,
cacing. protozoa, jamur, ricketsia, atau vinus (Soemarmo.2010) Ensefalitis adalah
radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri, cacing. protozoa, jamur,
ricketsia, atau virus (Mansjoer, 2000). Ensefalitis adalalh infeksi on system saraf
pusat (SSP) yang disebabkan oleh virus atau mikroorganisme lain yang tidak purulen.
Penyebab tersering dari ensefalitis adalah virus. kemudian herpes simpleks, arbovirus.
dan jarang disebabkan oleh enterovirus. gondongan. dan adenovirus. Bias ensefalitis
juga terjadi pada pasca infeksi campak. influenza, varisella, dan pascavaksinasi
Pertusis (Muttaqin. 2008).
Ensefalitis adalah peradangan otak yang disebabkan oleh infeksi virus.
Terkadang ensefalitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti meningitis, atau
komplikasi dari penyakit lain seperti rabies (disebabkan oleh virus) atau sifilis
(disebabkan oleh bakteri). Penyakit parasit dan protozoa seperti toksoplasmosis.
malaria. meningoencephalitis amuba primer, juga dapat menyebabkan ensefalitis pada
orang yang kekebalan tubuhnya kurang. Kerusakan otak terjadi karena otak terdorong
terhadap tengkorak dan menyebabkan kematian.

5
C. Etiologi
Bakteri penyebab ensefalitis adalah staphylococcus aureus, streptokous, E
Coli, M. tuberculosa dan T. Palidum. Tiga bakteri yang pertama merupakan
penyebab ensefalitis bakteri akut yang menimbulkan pernanahan pada korteks
serebri sehingga terbentuk abses serebri Ensefalitis bakterial akut sering disebut
ensefalitis supuratif akut (Mansjoer. 2000) sedangkan menurut Riyadi (2010)
penyebab terjadinya ensefalitis adalah: Berupa bakteri (LDH serum meningkat )
Sebuah. b. Virus c.jamur

D. Patofisiologi
Patofisiologi ensefalitis menurut Muttaqin Arif, tahun 2012 adalah sebagai berikut :

Virus masuk tubuh klien melalui kulit,saluran napas, dan saluran cerna. Setelah
masuk ke dalam tubuh, virus akan menyebar keseluruh tubuh dengan beberapa cara :

 Lokal:virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lender permukaan atau


organ tertentu.
 Penyebaran hematogen primer: virus masuk kedalam darh, kemudian
menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut
 Penyebaran melalui saraf-saraf: virus berkembang biak dipermukaan selaput
lender dan menyebar melalui system persarafan.

Infiltrasi linfosik jaringan otak yang ebrat dan leptomeninges yang


menyebabkan edema serebri, degenerasi sel ganglion otak, dan kerusakan sel saraf
difusi ( substansi grisea lebih banyak dari substansi alba. Setelah terjadi penyebaran
keotak, timbul manifestasi klinis ensefalitis, masa prodromal berlangsung selama 1-4
hari ditandai dengan demam, sakit kepala, sulit mengunyah, suhu badan naik, muntah,
kejang hingga penurunan kesadaran, paralisis, dan afasia

E. Manifestasi Klinis
Didalam buku Aplikasi Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis Nanda Nic-Noc.
2015. Jilid 3 terdapat manifestasi klinis atau tanda dan gejala pada kasus enchepalitis adalah :

1. Demam
2. Sakit kepala dan biasanya pada bayi disertai jeritan
3. Pusing
4. Muntah
5. Nyeri tenggorokan dan ekstrimitas

6
6. Malaise
7. Pucat
8. Halusinasi
9. Kejang
10. Gelisah
11. Gangguan kesadaran

F. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


Menurut Kusuma dan Nurarif tahun 2015, penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
pada kasus Enchepalitis adalah sebagai berikut :

1) Penatalaksanaan Medis
a. Bila encephalitis disebabkan oleh virus (HSV), agen antiviral acyclovir secara
signifikan dapat menurunkan mortalitas dan morbiditas HSV encephalitis.
Acyclovir diberikan secara intravena dengan dosis 30 mg/kgbb per hari dan
dilanjutkan selama 10-14 hari untuk mencegah kekambuhan
b. Terapi antibiotic, sesuai hasil kultur
c. Mengontrol kejang obat antikonvulsif di berikan segera untuk memberantas
kejang. Obat yang diberikan ialah valium dan atau luminal. Valium dapat
diberikan dengan dosis 0.3-0.5 mg/kgBB/Kali. Bila 15 menit belum
teratasi/kejang lagi bias diulang dengan dosis yang sama. Jika sudah diberikan 2
kali dan 15 menit lagi masih kejang. Berikan valium drip dengan dosis 5
mg/kgBB/24 jam
2) Penatalaksanaan keperawatan
a. Isolasi bertujuan mengurangi stimulus/rangsangan dari luar dan sebagai tindakan
pencegahan
b. Mempertahankan hidrasi, monitor balancs cairan: jenis dan jumlah cairan yang
diberikan tergantung keadaan pasien
c. Mempertahankan ventilasi, bebaskan jalan nafs, berikan O2 sesuai kebutuhan (2-3
l/menit)
d. Untuk mengatasi hiperpireksia, dapat diberikan kompres pada permukaan tubuh

7
G. Pemeriksaan Penunjang dan diagnostic
Menurut Kusuma dan nuraruf , tahun 2015, pemeriksaan penunjang dan
diagnostic Enchepalitis adalah sebagi berikut :

1. Pemeriksaan cairan serebrospinal


warna dan jernis terdapat pleocytosis berkisar antara 50-200 sel dengan dominasi
sel limfosit. Protein agak menigkat sedangkan glucose dalam batas normal
2. Pemeriksaan EEG
memperlihatkan proses inflamasi yang difuse”bilateral” dengan aktivitas rendah
3. Pemeriksaan Virus
Ditemukan virus pada CNS ditetapkan kenaikan titer antibody yang spesifik
terhadap virus
4. Thorax Photo
5. Darah tepi : leukosit meningkat
6. Ct scan untuk melihat keadaan otak

8
H. WOC

MERANGSANG Masuk kedalam tubuh Virus,bakteri,jamur,protozoa


SYSTEM PERTAHANAN

Terjadi inflamasi Penekanan respon


Memicu reaksi
antigen inflamasi

Multipikasi organ
Merangsang mediator Terjadi dieschefalon patogenik
kimia

Enchefalitis Risiko infeksi


Merangsang sel saraf

Nyeri akut Edema Serebral

Penurunan sirkulasi
jaringan otak

Resiko ketidakefektifan
perfusi jaringan otak

9
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pola-Pola Fungsi Kesehatan


a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
 Kebiasaan. Sumber air yang dipergunakan dari PAM atau sumur, kebiasaan buang
air besar di WC, lingkungan penduduk yang berdesaan (daerah kumuh)
 Status Ekonomi. Biasanya menyerang klien dengan status ekonomi rendah.
b. Pola nutrisi dan metabolisme. Nafsu makan menurun (anoreksia) nyeri
tenggorokan dan Berat badan menurun.
c. Pola Aktivitas
 Aktivitas sehari-hari : klien biasanya terjadi gangguan karena bx Ensefalitis dengan
gizi buruk mengalami kelemahan.
 Kebutuhan gerak dan latihan : bila terjadi kelemahan maka latihan gerak dilakukan
latihan positif. Upaya pergerakan sendi : bila terjadi atropi otot pada px gizi buruk
maka dilakukan latihan pasif sesuai ROM Kekuatan otot berkurang karena px
Ensefalitisdengan gizi buruk. Kesulitan yang dihadapi bila terjadi komplikasi ke
jantung ,ginjal, mudah terInfeksi berat, aktifitas togosit turun, Hb turun, punurunan
kadar albumin serum, gangguan pertumbuhan
d. Pola istirahat dan tidur.
Kualitas dan kuantitas akan berkurang oleh karena demam, sakit kepala dan lain-
lain, yang sehubungan dengan penyakit ensefalitis.
e. Pola eliminasi
Kebiasaan Defekasi sehari-hari, Biasanya pada klien Ensefalitis karena klien tidak
dapat melakukan mobilisasi maka dapat terjadi obstivasi. Kebiasaan BAK sehari-
hari, Biasanya pada klien Ensefalitis kebiasaan miksi normal frekuensi normal.
Jika kebutuhan cairan terpenuhi. Jika terjadi gangguan kebutuhan cairan maka
produksi irine akan menurun ,konsentrasi urine pekat.
f. Pola hubungan dan peran.
Efek penyakit yang diderita terhadap peran yang diembannya sehubungan dengan
ensefalitis, bisanya Interaksi dengan keluarga / orang lain biasanya pada klien

10
dengan Ensefalitis kurang, karena kesadaran klien menurun mulai dari apatis
sampai koma.
a. Pola penanggulangan stress. Akan cenderung mengeluh dengan keadaaan dirinya
(stress).
b. Pola Hubungan Dengan Peran
Interaksi dengan keluarga / orang lain  biasanya pada klien dengan Ensefalitis
kurang karena kesadaran klien menurun mulai dari apatis sampai koma.

11
2. Diagnosa dan Intervensi

N
Diagnosa Nanda NOC NIC
o.
1. Nyeri Akut (00132)  Outcome utama :  Intervensi Utama
1.) Kontrol Nyeri (1605) 1. 2210 Pemberian Analgestik
b.d adanya proses Definisi : tindakan pribadi untuk Definisi :
infeksi/inflamasi, toksin mengontrol nyeri. Penggunaan agen farmakologi untuk mengurangi
dalam sirkulasi. atau menghilangankan nyeri.
Kriteria hasil : Setelah dilakukan intervensi
Definisi: keperawatan 3x24 jam maka didapatkan: Aktivitas – aktivitas :
Pengalaman sensori dan  Mengenali kapan nyeri terjadi (5)  Tentukan lokasi,karakteristik,kualias
emosional tidak  Menggambarkan faktor penyebab dan keparahan nyeri sebelum mengobati
menyenangkan berkaitan (5) pasien.
dengan kerusakan jaringan  Menggunakan jurnal harian untuk  Cek perintah pengobatan meliputi
aktual atau potensial, atau memonitor gejala dari waktu ke waktu obat, dosis dan frekuensi obat analgesic yang
yang digambarkan sebagai (5) diresepkan.
kerusakan (internasional  Menggunakan tindakan  Tentukan pilihan obat analgesic
association for the study of pencegahan (5) (narkotik,non narkotik atau NSAID)
pain); awitan yang tiba-  Menggunakan tindakan berdasarkan tipe dan keparahan nyeri.
tiba atau lambat dengan pengurangan (nyeri) tanpa analgesik (5)  Berikan kebutuhan kenyamanan dan

12
intensitas ringan hingga  Menggunakan analgesik yang aktivitas lain yang dapat membantu relaksasi
berat, dengan berakhirnya direkomendasikan (5) untuk memfalisitasi penurunan nyeri.
dapat diantisipasi atau  Melaporkan perubahan terhadap  Berikan analgesic sesuai waktu
diprediksi, dan dengan gejala nyeri pada profesional kesehatan paruhnya, terutama pada nyeri yang berat.
durasi kurang dari 3 bulan. (5)  Berikan analgesic tambahan dan/atau
 Melaporkan gejala yang tidak pengobatan jika diperlukan untuk
terkontrol pada profesional kesehatan (5) meningkatkan efek pengurangan nyeri.
 Menggunakan sumber daya yang  Dokumentasikan respon terhadap
tersedia (5) analgesic dan adanya efek samping.
 Mengenali apa yang terkait  Lakukan tindakan- tindakan untuk
dengan gejala nyeri (5) menurunkan efek amping analgesic
 Melaporkan nyeri yang terkontrol  Ajarkan tentang penggunaan
(5) analgesic,strategi untuk menurukan efek
samping,dan harapan terkait dengan
2.) Tingkat Nyeri (2102) keterlibatan dan keputusan pengurangan
Definisi : keparahan dari nyeri yang nyeri.
diamati atau dilaporkan.
2. 1400 Manajemen Nyeri
Kriteria hasil : Setelah dilakukan intervensi Definisi :
keperawatan 3x24 jam maka didapatkan: Pengurangan atau reduksi nyeri sampai pada tingkat
 Nyeri yang dilaporkan (5) kenyamanan yang dapat diterima oleh pasie.
 Panjangnya episode nyeri (5)

13
 Menggosok area yang terkena dampak Aktivitas – aktivitas :
(5)  Lakukan pengkajian nyeri
 Mengerang dan menangis (5) komprehensif yang meliputi lokasi,
 Ekspresi nyeri wajah (5) karakeristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas.
 Tidak bisa beristirahat (5) Intensitas atau beratnya nyeri dan factor
 Agitasi (5) pencetus.
 Iritabilitas (5)  Observasi adanya petunjuk nonverbal
 Menyerinyit (5) mengenai ketidaknyamanan terutama pada
 Mengeluarkan keringat (5) mereka yang tidak dapat berkomunikasi
 Berkeringat berlebihan (5) secara efektif
 Mondar mandir (5)  Pastikan perawatan analgesic bagi
 Fokus menyempit (5) pasien dilakukan dengan pemantauan yang
 Ketegangan otot (5) ketat.
 Kehilangan nafsu makan (5)  Gunakan strategi komunikasi
 Mual (5) terapeutik untuk mengetahui pengalaman
 Intoleransi makanan (5) nyeri dan sampaikan penerimaan pasien
 Frekuensi nafas (5) terhadap nyeri.
 Denyut jantung apikal (5)  Tentukan akibat dari pengalaman
 Denyut nadi radial (5) nyeri terhadap kualitas hidup pasien
 Tekanan darah (5) (misalnya, tidur, nafsu makan, pengertian,
 Berkeringat (5) perasaan, hubungan, performa kerja dan
tanggung jawab peran )

14
 Outcome tambahan :  Gali bersama pasien factor – factor
Tanda-tanda vital (0802) yang dapat menurunkan atau memperberat
Definisi : tingkat suhu, denyut nadi, respirasi, nyeri.
dan tekanan darah berada dalam kisaran  Dorong pasien untuk memonitor
normal. nyeri dan menangani nyerinya dengan tepat.
 Gali penggunaan metode farmakologi
Kriteria hasil : Setelah dilakukan intervensi yangg dipakai pasiensaatini untuk
keperawatan 3x24 jam maka didapatkan: menurunkan nyeri
 Suhu tubuh (5)  Intervensi Tambahan
 Denyut jantung apikal (5) 5820 Pengurangan Kecemasan
 Irama jantung apikal (5) Definisi :
 Tingkat pernafasan (5) Mengurangi tekanan, ketakutan, firasat maupun
 Irama pernafasan (5) ketidaknyamanan terkait dengan sumber – sumber
 Tekanan darah sistolik (5) bahaya yang tidak terindentifikasi.
 Tekanan darah diastolik (5)
 Tekanan nadi (5) Aktivitas – aktivitas :
 Kedalaman inspirasi (5)  Gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan
 Nyatakan dengan jelas harapan
terhadap perilau pasien
 Jelaskan semua prosedur termasuk
sensasi yang akan dirasakan yang mungkin

15
akan dialami klien selama prosedur
 Berikan objek yng menunjukkan
perasaan aman
 Ciptkan atmosfer rasa man untuk
meningkatkan kepercayaan
 Berikan aktivitas pengganti yang
bertujuan untuk mengurangi tekanan.
2. Resiko ketidakefektifan  Outcome utama :  Intervensi Utama
perfusi jaringan otak Perfusi jaringan : serebral (0406) 2540 Manajemen Edema SerebraI
(00201) Definisi : kecukupan aliran darah melalui Definisi :
pembuluh darah otak untuk mempertahankan Keterbatasan injuri serebral sekunder akibat dari
b.d edema serebral yang fungsi otak. pembengkakan jaringan otak.
mengubah/menghentikan
aliran darah arteri/vena. Kriteria hasil : Setelah dilakukan intervensi Aktivitas – aktivitas :
keperawatan 3x24 jam maka didapatkan:  Monitor adannya kebingungan,
Definisi :  Tekanan intrakranial (5) perubahan pikiran, keluhan pusing, pingsan
Rentan mengalami  Tekanan darah sistolik (5)  Monitor status neuroloagi dengan
penurunan sirkulasi  Tekanan darah diastolik (5) ketat dan bandingkan dengan nilai normal
jaringan otak yang dapat  Nilai rata-rata tekanan darah (5)  Monitor tanda-tanda vital
mengganggu kesehatan.  Hasil serebral angiogram (5)  Monitor karakteristik cairan
 Sakit kepala (5) serebrospinal: warna, kejernihan, konsistensi
 Bruit karotis (5)  Kurangi stimulus dalam lingkungan

16
 Kegelisahan (5) pasien
 Kelesuan (5)  Rencanakan asuhan keperawatan
 Kecemasan yang tidak dijelaskan (5) untuk memberikan priode istirahat
 Agitasi (5)  Catat perubahan pasien dalam
 Muntah (5) berespon terhadap stimulasi
 Cegukan (5)  Lakukan tindakan pencegahan
 Keadaan pingsan (5) terjadinya kejang
 Demam (5)  Intervensi Tambahan
 Kognisi terganggu (5) 2620 Monitor Neurologi
 Penurunan tingkat kesadaran (5) Definisi :
 Refleks saraf terganggu (5) Pengumpulan dan analisis data pasien untuk
mencegah atau meminimalisir komplikasi neurologis
 Outcome tambahan :
Kontrol resiko (1902) Aktivitas – aktivitas :
Definisi : tindakan individu untuk mengerti,  Pantau ukuran pupil, bentuk,
mencegah, mengeliminasi, atau mengurangi, kesimetrisan dan rekativitas
ancaman kesehatan yang telah dimodifikasi.  Monitor tingkat kesadaran
 Monitor tingkat orientasi
Kriteria hasil : Setelah dilakukan intervensi  Monitor respon terhadap stimuli
keperawatan 3x24 jam maka didapatkan:  Monitor respon terhadap obat
 Mencari informasi tentang resiko  Tingkatkan frekuensi pemantauan
kesehatan (5) neurologis yang sesuai

17
 Mengidentifikasi faktor resiko (5)
 Mengenali faktor resiko individu (5)
 Mengenali kemampuan untuk merubah
perilaku (5)
 Memonitor faktor resiko di lingkungan
(5)
 Memonitor faktor resiko individu (5)
 Mengembangkan strategi yang efektif
dalam mengontrol resiko (5)
 Menyesuaikan strategi kontrol resiko (5)
 Berkomitmen akan strategi kontrol resiko
(5)
 Menjalankan strategi kontrol resiko yang
sudah ditetapkan (5)
 Memodifikasi gaya hidup untuk
mengurangi resiko (5)
 Menghindari paparan ancaman kesehatan
(5)
 Berpartisipasi dalam skrining masalah
kesehatan (5)
 Berpartisipasi dalam skrining resiko (5)
 Melakukan imunisasi yang

18
direkomendasikan (5)
 Menggunakan fasilitas kesehatan sesuai
dengan kebutuhan (5)
 Menggunakan sistem dukungan personal
untuk mengurangi resiko (5)
 Mengenali perubahan status kesehatan
(5)
 Memonitor perubahan status kesehatan
(5)

3. Resiko infeksi (00004)  Outcome utama :  Intervensi Utama


Keparahan infeksi (0703) 1. 6540 Kontrol infeksi
b.d diseminata hematogen Definisi : Keparahan tanda dan gejala infeksi. Definisi :
dari pathogen. Statis cairan Meminimalkan penerimaan dan transmisi agen
tubuh. Penekanan respon Kriteria hasil : Setelah dilakukan intervensi infeksi
inflamasi (akibat obat). keperawatan 3x24 jam maka didapatkan:
Pemajanan orang lain  Kemerahan (5) Aktivitas – aktivitas :
terhadap pathogen.  Vesikel yang tidak mengeras  Alokasikan kesesuaian luas ruang per
permukaannya (5) pasien,seperti yang diindikasikan oleh
Definisi :  Cairan (luka) yang berbau busuk (5) pedoman Pusat Pengendalian dan Pencegahan
Rentan mengalami invasi  Sputum purulen (5) Penyakit
dan multiplikasi organisme  Drainasi purulen (5)  Bersihkan lingkungan dengan baik

19
patogenik yang dapat  Piuria/nanah dalam urine (5) setelah digunakan untuk setiap pasien
mengganggu kesehatan.  Demam (5)  Lakukan tindakan – tindakan
 Hipotermia (5) pencegahan yang bersifat universal
 Ketidakstabilan suhu (5)  Jaga lingkungan aseptic yang optimal
 Nyeri (5) selama penusukan
 Jaringan lunak (5)  Dorong untuk beristirahat
 Gejala-gejala gastrointestinal (5)  Berikan terapi antibiotic yang sesuai
 Limfadenopati (5)  Ajarkan pasien dan anggota keluarga
 Malaise (5) mengenai bagaimana menghindari infeksi
 Menggigil (5)
 Gangguan kognisi yang tidak bisa 2. 6550 Perlindungan Infeksi
dijelaskan (5) Definisi :
 Lethargy (5) Pencegahan dan deteksi dini infeksi pada pasien
 Hilang nafsu makan (5) berisiko
 Infiltrasi x-ray dada (5)
 Kolonisasi kultur darah (5) Aktivias – aktivitas :
 Kolonisasi (pada) alat bantu akses  Monitor adanya tanda dan gejala
vaskular (5) infeksi sistemik dan local
 Kolonisasi kultur sputum (5)  Monitor kerentanan terhadap infeksi
 Kolonisasi kultur cairan serebrospinal (5)  Pertahankan asepsis untuk pasien
 Kolonisasi kultur area luka (5) berisiko
 Kolonisasi kultur urine (5)  Pertahankan teknik – teknik isolasi

20
 Kolonisasi kultur feses (5) yang sesuai
 Peningkatan jumlah sel darah putih (5)  Anjurkan istirahat
 Depresi jumlah sel darah putih (5)  Pantau adanya perubahan tingkat
energy atau malaise
 Outcome tambahan :  Anjurkan peningkatan mobilitas dan
Kontrol risiko : proses infeksi (1924) latihan dengan tepat
Definisi : tindakan individu untuk mengerti,  Intruksikan pasien untuk minum
mencegah, mengiliminasi, atau mengurangi antibiotic yang diresepkan
ancaman terkena infeksi.  Ajarkan pasien dan keluarga mengenai
perbedaan antara infeksi, virus, bakteri
Kriteria hasil : Setelah dilakukan intervensi
keperawatan 3x24 jam maka didapatkan:
 Mencari informasi terkait kontrol
infeksi (5)
 Mengidentifikasi faktor resiko infeksi
(5)
 Mengenali faktor resiko individu terkait
infeksi (5)
 Mengetahui konsekuensi terkait infeksi
(5)
 Mengetahui perilaku yang berhubungan
dengan risiko infeksi (5)

21
 Mengidentifikasi risiko infeksi dalam
aktivitas sehari-hari (5)
 Mengidentifikasi tanda dan gejala
infeksi (5)
 Mengklarifikasi risiko infeksi yang
didapat (5)
 Mengidentifikasi strategi untuk
melindungi diri dari orang lain yang
terkena infeksi (5)
 Memonitor perilaku diri yang
berhubungan dengan risiko infeksi (5)
 Memonitor faktor di lingkungan yang
berhubungan dengan risiko infeksi (5)
 Memonitor masa inkubasi penyakit
infeksius (5)
 Mempertahankan lingkungan yang
bersih (5)
 Menggunakan strategi untuk disinfeksi
barang-barang (5)
 Mengembangkan strategi efektif untuk
mengontrol infeksi (5)
 Menggunakan alat perlindungan diri (5)

22
 Mencuci tangan (5)
 Mempraktikan strategi untuk
mengontrol infeksi (5)
 Menyesuaikan strategi dalam
mengontrol infeksi (5)
 Memonitor perubahan status kesehatan
(5)
 Melakukan tindakan segera untuk
mengurangi resiko (5)
 Melakukan imunisasi yang
direkomendasikan (5)
 Memanfaatkan sumber informasi yang
terpercaya (5)
 Menggunakan fasilitas kesehatan sesuai
dengan kebutuhan (5)
 Mencari informasi terkait risiko
kesehatan sebelum jalan-jalan (5)

23
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ensefalitis adalah infeksi jaringan otak oleh berbagai macam mikroorganisme
(Hassan, 1997). Pada encephalitis terjadi peradangan jaringan otak yang dapat
mengenai selaput pembungkus otak dan medula spinalis. Inti dari sindrom
Ensefalitis adalah adanya demam akut, dengan kombinasi tanda dan gejala : kejang,
delirium, bingung, stupor atau koma, aphasia, hemiparesis dengan asimetri refleks
tendon dan tanda Babinski, gerakan involunter, ataxia, nystagmus, kelemahan otot-
otot wajah.

B. Saran
Dengan disusunnya makalah ini, diharapkan para pembaca mengetahui
bagaimana cara mengenali dan merawat orang-orang dengan ensefhalitis dengan
baik. Dan semoga kedepannya dapat lebih baik dalam pembuatan makalah juga
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.

24
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin,Arif.2012. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.


Jakarta:Salemba Medika

Huda Nurarif dan Kusuma Hardhi.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc .Jogjakarta:MediaAction

Nurarif ,amin huda dan kusuma,hardhi. 2015. asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa
medis dan nanda nic noc :jilid 1. jogjakarta : mediaction publishing jogjakarta

Purnomo, Agusman. 2010. Asuhan keperawatan pada ensefalitis. Diakses di


http://Respository.ump.ac.id tgl 24 Agustus 2020 Pukul 13.00

Yuliani,rita dan suriadi. 2006. asuhan keperawatan pada anak. jakarta : PT.percetakan
penebar swadaya

Nurarif,amin huda dan kusuma,hardhi. 2015. asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa


medis dan nanda nic noc :jilid 1. jogjakarta : mediaction publishing Jogjakarta

NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-2020, T.Heather


Herdman,PhD.RN,FNI dan Shigemi Kamitsuru, PhD, RN,FNI, 2018.

Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi Kelima, Sue Moorhead,PhD, RN, Marion
Johnson,PhD, RN, Meridean L.Maas,PhD, RN, FAAN, dan Elizabeth Swanson,PhD, RN,
2016.

Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi Keenam, Gloria M. Bulechek, Howard


K.Butcher, Joanne M. Dochterman, Cheryl M. Wagner , 2016.

Tarwoto, dkk. 2007.Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persyarafan.Jakarta: Sag
ung Seto.

Mansjoer ,Arif. 2000.Kappta Selekta Kedokteran,edisi 2 jilid 3. Jakarta: FakultasKedokteran 
Universitas Indonesia

25

Anda mungkin juga menyukai