Anda di halaman 1dari 20

TUGAS KOMUNITAS

DI SUSUN OLEH :

NAMA : ANITA BAHAR

NIM : 019.01.3621

SEMESTER : V KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM

TAHUN AJARAN 2021/2022


1. MENURUT ANDA APAKAH FENOMENA POLITIK DAN HUKUM DI INDONESIA
SAAT INI YANG TERKAIT BERPENGARUH TERHADAP KEPERAWATAN ?

Masalah kesehatan di Indonesia merupakan masalah yang kompleks yang memerlukan


berbagai upaya komprehensif dan kontribusi dari berbagai pihak dan berbagai disiplin
ilmu. Keperawatan sebagai salah satu profesi dengan disiplin ilmu yang unik dan dengan
ciri praktik keperawatan bersifat konstan, koordinatif dan advokatif serta merupakan
mayoritas tenaga kesehatan dan penjalin kontak pertama dengan penerima pelayanan
kesehatan.. Keperawatan sebagai pelayanan professional dan sebagai bagian integral dari
pelayanan kesehatan merupakan kiat dan ilmu dalam memberikan asuhan keperawatan
bio-psiko-sosialkultural yang komprehensif kepada sistem klien yaitu individu,
kelompok, keluarga dan komunitas, pada kondisi sakit maupun sehat sepanjang daur
kehidupan. Keperawatan memberikan bantuan bagi mereka yang mengalami kelemahan
karena ketidakmampuan, ketidaktahuan dan ketidakmauan untuk hidup secara mandiri
dan melakukan kegiatan hidup sehari hari. Lingkup praktik keperawatan didefinisikan
dalam kerangka kerja regulatori legislatif dan mengkomunikasikan kepada orang lain
tentang peran, kompetensi (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) serta akuntabilitas
professional perawat. Kewenangan keperawatan diperoleh dari pengetahuan berdasarkan
evidence dalam praktik. Bagaimanapun juga, keperawatan berhubungan dengan profesi
kesehatan lain melalui kegiatan kolaborasi, merujuk dan berkordinasi, sehingga telah
membangun body of knowledge yang unik dan juga berbagi dalam praktik. Oleh karena
itu, perawat harus berperan aktif dalam arena politik dan juga dalam organisasi profesi.
Untuk itu perawat perlu memahami proses politik dan hal hal terkait dengan keputusan
politik. Dengan banyaknya suara yang ingin didengar dalam lingkaran pengambilan
keputusan, maka biasanya hanya orang yang memahami kekuasaan dan politik yang
paling memungkinkan untuk memperoleh sumber sumber yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan akhir yang diinginkan. Sebenarnya dalam sejarah perkembangan
keperawatan di dunia, perawat selalu dilibatkan dalam politik. Florence Nightingale
menggunakan kedekatannya dengan tokoh pejabat pemerintahan yang sangat berkuasa
untuk medapatkan suplai dan SDM yang diperlukan untuk merawat tentara yang luka saat
perang Crimia. Di Indonesia. Kebangkitan keperawatan sebagai profesi yang sekaligus
merupakan deklarasi dan janji komunitas keperawatan kepada masyarakat Indonesia
secara luas bahwa tenaga keperawatan sebagai tenaga professional mempunyai kewajiban
peran dalam lingkup praktik keperawatan secara mandiri dan berkolaborasi. Untuk itu,
perawat yang memenuhi kualifikasi diberi kewenangan untuk melakukan praktik Setelah
30 tahun dari deklarasi pertama bahwa keperawatan sebagai profesi dan upaya menuju
perwujudannya, ternyata tidak mudah dan berjalan tidak secepat yang diharapkan.
Langkah penataan awal yang memang sudah dihadapkan pada berbagai tantangan, antara
lain; jumlah mayoritas perawat berpendidikan rendah, sangat langka posisi kunci di
pemerintahan dan diparlemen yang dijabat oleh perawat, rasa kesatuan dan persatuan
yang belum membudaya untuk memajukan profesi keperawatan, tekanan budaya
hubungan kerja dengan profesi lain yang menempatkan perawat dalam posisi tawar yang
rendah, kolabarasi dan networking yang terbatas, kemampuan menulis dan
mempublikasikan tulisan tentang profesi keperawatan dan kontribusinya bagi masyarakat
masih rendah, dan tidak kalah pentingnya adalah rendahnya kemampuan perawat untuk
memahami tentang dimana keputusan strategis dibuat, siapa yang membuat keputusan,
dan bagaimana perawat bisa mempengaruhi proses pembuatan keputusan strategis yang
akan menghasilkan kebijakan, peraturan dan perundang undangan. Ada baiknya kita
melakukan kilas balik tentang perkembangan profesi keperawatan yang berhubungan
dengan pengaruh politik di Indonesia. Pada 1998 rencana strategik pengembangan sistem
keperawatan disusun dengan dukungan Depkes dan WHO. Ini merupakan renstra
nasional pertama yang pernah disusun. Belum ada profesi kesehatan lain yang memiliki
renstra seperti yang dibuat untuk keperawatan. Regulasi Keperawatan menjadi salah satu
bidang hasil pokok renstra tsb, strategi kunci keberhasilan dalam perjuangan untuk
mensukseskan pengesahan RUU Keperawatan menjadi UU Keperawatan, serta peran
organisasi profesi PPNI dan focal points keperawatan. Proses politik yang perlu dipahami
adalah: 1. Selalu terpapar tentang berbagai isu yang berkembang dan sumber informasi
untuk menjaga konsistensi substansi dan memanfaatkan setiap momentum penting yang
ada. 2. Memberikan suara bagi calon anggota legislatif dan presiden yang peduli tentang
masalah keperawatan dan perawat melalui upaya mendukung pengesahan Undang
Undang Keperawatan. 3. Memelihara hubungan dan terus berkomunikasi dan
memperluas kerjasama dengan berbagai elemen masyarakat dilakukan secara personal
maupun dalam kegiatan organisasi untuk meembangun hubungan yang bernilai politik
terus dilakukan tidak saja secara internal, namun juga ekstenal. 4. Memperluas sosialisasi
internal dan eksternal dilakukan untuk meningkatkan dukungan dan meminimalkan
resistensi terhadap RUU Keperawatan agar dapat segera disahkan. kehilangan pandangan
tentang maksud awal mengapa penting adanya kebijakan dan peraturan dan perundangan
undangan tertentu.

2. JELASKAN APA KAITAN / PENGARUHNYA TERHADAP KEPERAWATAN ?


Saat ini, perkembangan keperawatan didunia menjadi acuan dasar bagi perawat dalam
melakukan perubahan mendasar pada kegiatan profesinya. Pada awalnya, pekerjaan
perawat merupakan pekerjaan vokasional tapi saat ini bergeser menjadi pekerjaan
professional. Perawat yang dahulu berfungsi sebagai perpanjangan tangan dokter, dan
bagian dari tujuan pelayanan klinis, tetapi sekarang berkesempatan memiliki pelayanan
keparawatan mandiri sebagai upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan. Ketika
perawat melakukan praktik keperawatan, diwajibkan untuk menjunjung asas etik dan
profeonalisme. Bagi perawat, asas etik adalah salah satu pondasi yang sangat penting
dalam membuat hubungan baik dengan semua pihak dalam memberi pelayanan
keperawatan. Adanya hubungan yang baik dengan semua pihak yang berperan dalam
pemberian pelayanan kesehatan membuat kemudahan untuk mencapai tujuan bersama,
yaitu kepuasan dan kesembuhan pasien. Adanya hukum antara pasien dan perawat
dimulai dari keperdataan. Untuk mengetahui kedudukan hubungan perawat dan pasien
dalam landasan hukum, dapat dilihat pada pasal 1367 KUH Perdata yang mengemukakan
"Seseorang tidak hanya bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan atas
perbuatannya sendiri, melainkan juga atas kerugian yang disebabkan perbuatan-perbuatan
orang-orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan orang-orang yang berada
dibawah pengawasannya". Apabila terdapat kerugian yang dialami pasien karena
tindakan yang berakibat fatal akan memunculkan permasalahan hukum, khususnya pada
hukum perdata dirumusan pasal 1365 KUH Perdata tentang perbuatan melawan hukum
yang berisikan "Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian kepada
orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya
untuk menggantikan tersebut". Dalam menjalankan tugas dan kewenangan profesinya
perawat secara prinsip telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
1293/Menkes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat. Keputusan Menteri ini
sebagai peraturan teknis yang diamanatkan UU Kesehatan Tahun 1992 dan peraturan
pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
Pada Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 menjabarkan bahwa perawat adalah salah
satu tenaga kesehatan yang mempunyai kewenangan dan fungsi khusus yang
membedakannya dengan tenaga kesehatan lain. Peraturan tersebut merupakan peraturan
pelaksana, sebagai norma yuridis yang mengikat perawat dalam melaksanakan profesinya
di rumah sakit. Selan itu, ada kewajiban yang harus diingat dalam Pasal 16 yaitu pertama,
menghormati hak pasien. Kedua, merujuk kasus yang tidak dapat ditangani. Ketiga,
menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Keempat, memberikan informasi. Kelima, meminta pesetujuan tindakan yang akan
dilakukan. Keenam, melakukan catatan perawatan dengan baik. Ketika perawat dapat
melaksanakan kewajibannya dengan baik, maka perawat dapat memperoleh haknya
sebagaimana yang dijelaskan dalam Pasal 36 Undang-Undang No. 38 Tahun 2014
tentang Keperawatan yang mengemukakan bahwa "Perawat berhak memperoleh
perlindungan hukum sepanjang melaksanakan kewajibannya sesuai dengan standar
pelayanan keperawatan, mendapatkan informasi yang benar, lengkap dan jujur dari
pasien atau keluarganya mengenai kondisi atau penyakit pasien, agar perawat tidak
melakukan kesalahan/kelalaian dalam menentukan diagnosa penyakit pasien dan tidak
salah menentukan obat yang akan diberikan Selanjutnya mengenai tanggung jawab
hukum perawat dalam pelanggaran etik keperawatan. Kode etik merupakan suatu sistem
norma, nilai maupun aturan professional yang tertulis secara tegas dengan menyatakan
baik dan benar. Kode etik perawat sebagai standar professional yang diperuntukkan
sebagai pedoman berperilaku dan kerangka kerja dalam membuat keputusan
keperawatan..

TUGAS KOMUNITAS
DI SUSUN OLEH :

NAMA : KADEK MEGA MUTIARA SARI PUTRI

NIM : 019.01.3634

SEMESTER : V KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM

TAHUN AJARAN 2021/2022

1. MENURUT ANDA APAKAH FENOMENA POLITIK DAN HUKUM DI INDONESIA


SAAT INI YANG TERKAIT BERPENGARUH TERHADAP KEPERAWATAN ?
Masalah kesehatan di Indonesia merupakan masalah yang kompleks yang memerlukan
berbagai upaya komprehensif dan kontribusi dari berbagai pihak dan berbagai disiplin
ilmu. Keperawatan sebagai salah satu profesi dengan disiplin ilmu yang unik dan dengan
ciri praktik keperawatan bersifat konstan, koordinatif dan advokatif serta merupakan
mayoritas tenaga kesehatan dan penjalin kontak pertama dengan penerima pelayanan
kesehatan.. Keperawatan sebagai pelayanan professional dan sebagai bagian integral dari
pelayanan kesehatan merupakan kiat dan ilmu dalam memberikan asuhan keperawatan
bio-psiko-sosialkultural yang komprehensif kepada sistem klien yaitu individu,
kelompok, keluarga dan komunitas, pada kondisi sakit maupun sehat sepanjang daur
kehidupan. Keperawatan memberikan bantuan bagi mereka yang mengalami kelemahan
karena ketidakmampuan, ketidaktahuan dan ketidakmauan untuk hidup secara mandiri
dan melakukan kegiatan hidup sehari hari. Lingkup praktik keperawatan didefinisikan
dalam kerangka kerja regulatori legislatif dan mengkomunikasikan kepada orang lain
tentang peran, kompetensi (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) serta akuntabilitas
professional perawat. Kewenangan keperawatan diperoleh dari pengetahuan berdasarkan
evidence dalam praktik. Bagaimanapun juga, keperawatan berhubungan dengan profesi
kesehatan lain melalui kegiatan kolaborasi, merujuk dan berkordinasi, sehingga telah
membangun body of knowledge yang unik dan juga berbagi dalam praktik. Oleh karena
itu, perawat harus berperan aktif dalam arena politik dan juga dalam organisasi profesi.
Untuk itu perawat perlu memahami proses politik dan hal hal terkait dengan keputusan
politik. Dengan banyaknya suara yang ingin didengar dalam lingkaran pengambilan
keputusan, maka biasanya hanya orang yang memahami kekuasaan dan politik yang
paling memungkinkan untuk memperoleh sumber sumber yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan akhir yang diinginkan. Sebenarnya dalam sejarah perkembangan
keperawatan di dunia, perawat selalu dilibatkan dalam politik. Florence Nightingale
menggunakan kedekatannya dengan tokoh pejabat pemerintahan yang sangat berkuasa
untuk medapatkan suplai dan SDM yang diperlukan untuk merawat tentara yang luka saat
perang Crimia. Di Indonesia. Kebangkitan keperawatan sebagai profesi yang sekaligus
merupakan deklarasi dan janji komunitas keperawatan kepada masyarakat Indonesia
secara luas bahwa tenaga keperawatan sebagai tenaga professional mempunyai kewajiban
peran dalam lingkup praktik keperawatan secara mandiri dan berkolaborasi. Untuk itu,
perawat yang memenuhi kualifikasi diberi kewenangan untuk melakukan praktik Setelah
30 tahun dari deklarasi pertama bahwa keperawatan sebagai profesi dan upaya menuju
perwujudannya, ternyata tidak mudah dan berjalan tidak secepat yang diharapkan.
Langkah penataan awal yang memang sudah dihadapkan pada berbagai tantangan, antara
lain; jumlah mayoritas perawat berpendidikan rendah, sangat langka posisi kunci di
pemerintahan dan diparlemen yang dijabat oleh perawat, rasa kesatuan dan persatuan
yang belum membudaya untuk memajukan profesi keperawatan, tekanan budaya
hubungan kerja dengan profesi lain yang menempatkan perawat dalam posisi tawar yang
rendah, kolabarasi dan networking yang terbatas, kemampuan menulis dan
mempublikasikan tulisan tentang profesi keperawatan dan kontribusinya bagi masyarakat
masih rendah, dan tidak kalah pentingnya adalah rendahnya kemampuan perawat untuk
memahami tentang dimana keputusan strategis dibuat, siapa yang membuat keputusan,
dan bagaimana perawat bisa mempengaruhi proses pembuatan keputusan strategis yang
akan menghasilkan kebijakan, peraturan dan perundang undangan. Ada baiknya kita
melakukan kilas balik tentang perkembangan profesi keperawatan yang berhubungan
dengan pengaruh politik di Indonesia. Pada 1998 rencana strategik pengembangan sistem
keperawatan disusun dengan dukungan Depkes dan WHO. Ini merupakan renstra
nasional pertama yang pernah disusun. Belum ada profesi kesehatan lain yang memiliki
renstra seperti yang dibuat untuk keperawatan. Regulasi Keperawatan menjadi salah satu
bidang hasil pokok renstra tsb, strategi kunci keberhasilan dalam perjuangan untuk
mensukseskan pengesahan RUU Keperawatan menjadi UU Keperawatan, serta peran
organisasi profesi PPNI dan focal points keperawatan. Proses politik yang perlu dipahami
adalah: 1. Selalu terpapar tentang berbagai isu yang berkembang dan sumber informasi
untuk menjaga konsistensi substansi dan memanfaatkan setiap momentum penting yang
ada. 2. Memberikan suara bagi calon anggota legislatif dan presiden yang peduli tentang
masalah keperawatan dan perawat melalui upaya mendukung pengesahan Undang
Undang Keperawatan. 3. Memelihara hubungan dan terus berkomunikasi dan
memperluas kerjasama dengan berbagai elemen masyarakat dilakukan secara personal
maupun dalam kegiatan organisasi untuk meembangun hubungan yang bernilai politik
terus dilakukan tidak saja secara internal, namun juga ekstenal. 4. Memperluas sosialisasi
internal dan eksternal dilakukan untuk meningkatkan dukungan dan meminimalkan
resistensi terhadap RUU Keperawatan agar dapat segera disahkan. kehilangan pandangan
tentang maksud awal mengapa penting adanya kebijakan dan peraturan dan perundangan
undangan tertentu.

2. JELASKAN APA KAITAN / PENGARUHNYA TERHADAP KEPERAWATAN ?

Saat ini, perkembangan keperawatan didunia menjadi acuan dasar bagi perawat dalam
melakukan perubahan mendasar pada kegiatan profesinya. Pada awalnya, pekerjaan
perawat merupakan pekerjaan vokasional tapi saat ini bergeser menjadi pekerjaan
professional. Perawat yang dahulu berfungsi sebagai perpanjangan tangan dokter, dan
bagian dari tujuan pelayanan klinis, tetapi sekarang berkesempatan memiliki pelayanan
keparawatan mandiri sebagai upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan. Ketika
perawat melakukan praktik keperawatan, diwajibkan untuk menjunjung asas etik dan
profeonalisme. Bagi perawat, asas etik adalah salah satu pondasi yang sangat penting
dalam membuat hubungan baik dengan semua pihak dalam memberi pelayanan
keperawatan. Adanya hubungan yang baik dengan semua pihak yang berperan dalam
pemberian pelayanan kesehatan membuat kemudahan untuk mencapai tujuan bersama,
yaitu kepuasan dan kesembuhan pasien. Adanya hukum antara pasien dan perawat
dimulai dari keperdataan. Untuk mengetahui kedudukan hubungan perawat dan pasien
dalam landasan hukum, dapat dilihat pada pasal 1367 KUH Perdata yang mengemukakan
"Seseorang tidak hanya bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan atas
perbuatannya sendiri, melainkan juga atas kerugian yang disebabkan perbuatan-perbuatan
orang-orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan orang-orang yang berada
dibawah pengawasannya". Apabila terdapat kerugian yang dialami pasien karena
tindakan yang berakibat fatal akan memunculkan permasalahan hukum, khususnya pada
hukum perdata dirumusan pasal 1365 KUH Perdata tentang perbuatan melawan hukum
yang berisikan "Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian kepada
orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya
untuk menggantikan tersebut". Dalam menjalankan tugas dan kewenangan profesinya
perawat secara prinsip telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
1293/Menkes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat. Keputusan Menteri ini
sebagai peraturan teknis yang diamanatkan UU Kesehatan Tahun 1992 dan peraturan
pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
Pada Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 menjabarkan bahwa perawat adalah salah
satu tenaga kesehatan yang mempunyai kewenangan dan fungsi khusus yang
membedakannya dengan tenaga kesehatan lain. Peraturan tersebut merupakan peraturan
pelaksana, sebagai norma yuridis yang mengikat perawat dalam melaksanakan profesinya
di rumah sakit. Selan itu, ada kewajiban yang harus diingat dalam Pasal 16 yaitu pertama,
menghormati hak pasien. Kedua, merujuk kasus yang tidak dapat ditangani. Ketiga,
menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Keempat, memberikan informasi. Kelima, meminta pesetujuan tindakan yang akan
dilakukan. Keenam, melakukan catatan perawatan dengan baik. Ketika perawat dapat
melaksanakan kewajibannya dengan baik, maka perawat dapat memperoleh haknya
sebagaimana yang dijelaskan dalam Pasal 36 Undang-Undang No. 38 Tahun 2014
tentang Keperawatan yang mengemukakan bahwa "Perawat berhak memperoleh
perlindungan hukum sepanjang melaksanakan kewajibannya sesuai dengan standar
pelayanan keperawatan, mendapatkan informasi yang benar, lengkap dan jujur dari
pasien atau keluarganya mengenai kondisi atau penyakit pasien, agar perawat tidak
melakukan kesalahan/kelalaian dalam menentukan diagnosa penyakit pasien dan tidak
salah menentukan obat yang akan diberikan Selanjutnya mengenai tanggung jawab
hukum perawat dalam pelanggaran etik keperawatan. Kode etik merupakan suatu sistem
norma, nilai maupun aturan professional yang tertulis secara tegas dengan menyatakan
baik dan benar. Kode etik perawat sebagai standar professional yang diperuntukkan
sebagai pedoman berperilaku dan kerangka kerja dalam membuat keputusan
keperawatan..

TUGAS KOMUNITAS
DI SUSUN OLEH :

NAMA : PERAWATI SULASTRI

NIM : 019.01.3649

SEMESTER : V KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM

TAHUN AJARAN 2021/2022

1. MENURUT ANDA APAKAH FENOMENA POLITIK DAN HUKUM DI INDONESIA


SAAT INI YANG TERKAIT BERPENGARUH TERHADAP KEPERAWATAN ?
Masalah kesehatan di Indonesia merupakan masalah yang kompleks yang memerlukan
berbagai upaya komprehensif dan kontribusi dari berbagai pihak dan berbagai disiplin
ilmu. Keperawatan sebagai salah satu profesi dengan disiplin ilmu yang unik dan dengan
ciri praktik keperawatan bersifat konstan, koordinatif dan advokatif serta merupakan
mayoritas tenaga kesehatan dan penjalin kontak pertama dengan penerima pelayanan
kesehatan.. Keperawatan sebagai pelayanan professional dan sebagai bagian integral dari
pelayanan kesehatan merupakan kiat dan ilmu dalam memberikan asuhan keperawatan
bio-psiko-sosialkultural yang komprehensif kepada sistem klien yaitu individu,
kelompok, keluarga dan komunitas, pada kondisi sakit maupun sehat sepanjang daur
kehidupan. Keperawatan memberikan bantuan bagi mereka yang mengalami kelemahan
karena ketidakmampuan, ketidaktahuan dan ketidakmauan untuk hidup secara mandiri
dan melakukan kegiatan hidup sehari hari. Lingkup praktik keperawatan didefinisikan
dalam kerangka kerja regulatori legislatif dan mengkomunikasikan kepada orang lain
tentang peran, kompetensi (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) serta akuntabilitas
professional perawat. Kewenangan keperawatan diperoleh dari pengetahuan berdasarkan
evidence dalam praktik. Bagaimanapun juga, keperawatan berhubungan dengan profesi
kesehatan lain melalui kegiatan kolaborasi, merujuk dan berkordinasi, sehingga telah
membangun body of knowledge yang unik dan juga berbagi dalam praktik. Oleh karena
itu, perawat harus berperan aktif dalam arena politik dan juga dalam organisasi profesi.
Untuk itu perawat perlu memahami proses politik dan hal hal terkait dengan keputusan
politik. Dengan banyaknya suara yang ingin didengar dalam lingkaran pengambilan
keputusan, maka biasanya hanya orang yang memahami kekuasaan dan politik yang
paling memungkinkan untuk memperoleh sumber sumber yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan akhir yang diinginkan. Sebenarnya dalam sejarah perkembangan
keperawatan di dunia, perawat selalu dilibatkan dalam politik. Florence Nightingale
menggunakan kedekatannya dengan tokoh pejabat pemerintahan yang sangat berkuasa
untuk medapatkan suplai dan SDM yang diperlukan untuk merawat tentara yang luka saat
perang Crimia. Di Indonesia. Kebangkitan keperawatan sebagai profesi yang sekaligus
merupakan deklarasi dan janji komunitas keperawatan kepada masyarakat Indonesia
secara luas bahwa tenaga keperawatan sebagai tenaga professional mempunyai kewajiban
peran dalam lingkup praktik keperawatan secara mandiri dan berkolaborasi. Untuk itu,
perawat yang memenuhi kualifikasi diberi kewenangan untuk melakukan praktik Setelah
30 tahun dari deklarasi pertama bahwa keperawatan sebagai profesi dan upaya menuju
perwujudannya, ternyata tidak mudah dan berjalan tidak secepat yang diharapkan.
Langkah penataan awal yang memang sudah dihadapkan pada berbagai tantangan, antara
lain; jumlah mayoritas perawat berpendidikan rendah, sangat langka posisi kunci di
pemerintahan dan diparlemen yang dijabat oleh perawat, rasa kesatuan dan persatuan
yang belum membudaya untuk memajukan profesi keperawatan, tekanan budaya
hubungan kerja dengan profesi lain yang menempatkan perawat dalam posisi tawar yang
rendah, kolabarasi dan networking yang terbatas, kemampuan menulis dan
mempublikasikan tulisan tentang profesi keperawatan dan kontribusinya bagi masyarakat
masih rendah, dan tidak kalah pentingnya adalah rendahnya kemampuan perawat untuk
memahami tentang dimana keputusan strategis dibuat, siapa yang membuat keputusan,
dan bagaimana perawat bisa mempengaruhi proses pembuatan keputusan strategis yang
akan menghasilkan kebijakan, peraturan dan perundang undangan. Ada baiknya kita
melakukan kilas balik tentang perkembangan profesi keperawatan yang berhubungan
dengan pengaruh politik di Indonesia. Pada 1998 rencana strategik pengembangan sistem
keperawatan disusun dengan dukungan Depkes dan WHO. Ini merupakan renstra
nasional pertama yang pernah disusun. Belum ada profesi kesehatan lain yang memiliki
renstra seperti yang dibuat untuk keperawatan. Regulasi Keperawatan menjadi salah satu
bidang hasil pokok renstra tsb, strategi kunci keberhasilan dalam perjuangan untuk
mensukseskan pengesahan RUU Keperawatan menjadi UU Keperawatan, serta peran
organisasi profesi PPNI dan focal points keperawatan. Proses politik yang perlu dipahami
adalah: 1. Selalu terpapar tentang berbagai isu yang berkembang dan sumber informasi
untuk menjaga konsistensi substansi dan memanfaatkan setiap momentum penting yang
ada. 2. Memberikan suara bagi calon anggota legislatif dan presiden yang peduli tentang
masalah keperawatan dan perawat melalui upaya mendukung pengesahan Undang
Undang Keperawatan. 3. Memelihara hubungan dan terus berkomunikasi dan
memperluas kerjasama dengan berbagai elemen masyarakat dilakukan secara personal
maupun dalam kegiatan organisasi untuk meembangun hubungan yang bernilai politik
terus dilakukan tidak saja secara internal, namun juga ekstenal. 4. Memperluas sosialisasi
internal dan eksternal dilakukan untuk meningkatkan dukungan dan meminimalkan
resistensi terhadap RUU Keperawatan agar dapat segera disahkan. kehilangan pandangan
tentang maksud awal mengapa penting adanya kebijakan dan peraturan dan perundangan
undangan tertentu.

2. JELASKAN APA KAITAN / PENGARUHNYA TERHADAP KEPERAWATAN ?

Saat ini, perkembangan keperawatan didunia menjadi acuan dasar bagi perawat dalam
melakukan perubahan mendasar pada kegiatan profesinya. Pada awalnya, pekerjaan
perawat merupakan pekerjaan vokasional tapi saat ini bergeser menjadi pekerjaan
professional. Perawat yang dahulu berfungsi sebagai perpanjangan tangan dokter, dan
bagian dari tujuan pelayanan klinis, tetapi sekarang berkesempatan memiliki pelayanan
keparawatan mandiri sebagai upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan. Ketika
perawat melakukan praktik keperawatan, diwajibkan untuk menjunjung asas etik dan
profeonalisme. Bagi perawat, asas etik adalah salah satu pondasi yang sangat penting
dalam membuat hubungan baik dengan semua pihak dalam memberi pelayanan
keperawatan. Adanya hubungan yang baik dengan semua pihak yang berperan dalam
pemberian pelayanan kesehatan membuat kemudahan untuk mencapai tujuan bersama,
yaitu kepuasan dan kesembuhan pasien. Adanya hukum antara pasien dan perawat
dimulai dari keperdataan. Untuk mengetahui kedudukan hubungan perawat dan pasien
dalam landasan hukum, dapat dilihat pada pasal 1367 KUH Perdata yang mengemukakan
"Seseorang tidak hanya bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan atas
perbuatannya sendiri, melainkan juga atas kerugian yang disebabkan perbuatan-perbuatan
orang-orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan orang-orang yang berada
dibawah pengawasannya". Apabila terdapat kerugian yang dialami pasien karena
tindakan yang berakibat fatal akan memunculkan permasalahan hukum, khususnya pada
hukum perdata dirumusan pasal 1365 KUH Perdata tentang perbuatan melawan hukum
yang berisikan "Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian kepada
orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya
untuk menggantikan tersebut". Dalam menjalankan tugas dan kewenangan profesinya
perawat secara prinsip telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
1293/Menkes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat. Keputusan Menteri ini
sebagai peraturan teknis yang diamanatkan UU Kesehatan Tahun 1992 dan peraturan
pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
Pada Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 menjabarkan bahwa perawat adalah salah
satu tenaga kesehatan yang mempunyai kewenangan dan fungsi khusus yang
membedakannya dengan tenaga kesehatan lain. Peraturan tersebut merupakan peraturan
pelaksana, sebagai norma yuridis yang mengikat perawat dalam melaksanakan profesinya
di rumah sakit. Selan itu, ada kewajiban yang harus diingat dalam Pasal 16 yaitu pertama,
menghormati hak pasien. Kedua, merujuk kasus yang tidak dapat ditangani. Ketiga,
menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Keempat, memberikan informasi. Kelima, meminta pesetujuan tindakan yang akan
dilakukan. Keenam, melakukan catatan perawatan dengan baik. Ketika perawat dapat
melaksanakan kewajibannya dengan baik, maka perawat dapat memperoleh haknya
sebagaimana yang dijelaskan dalam Pasal 36 Undang-Undang No. 38 Tahun 2014
tentang Keperawatan yang mengemukakan bahwa "Perawat berhak memperoleh
perlindungan hukum sepanjang melaksanakan kewajibannya sesuai dengan standar
pelayanan keperawatan, mendapatkan informasi yang benar, lengkap dan jujur dari
pasien atau keluarganya mengenai kondisi atau penyakit pasien, agar perawat tidak
melakukan kesalahan/kelalaian dalam menentukan diagnosa penyakit pasien dan tidak
salah menentukan obat yang akan diberikan Selanjutnya mengenai tanggung jawab
hukum perawat dalam pelanggaran etik keperawatan. Kode etik merupakan suatu sistem
norma, nilai maupun aturan professional yang tertulis secara tegas dengan menyatakan
baik dan benar. Kode etik perawat sebagai standar professional yang diperuntukkan
sebagai pedoman berperilaku dan kerangka kerja dalam membuat keputusan
keperawatan..

TUGAS KOMUNITAS
DI SUSUN OLEH :

NAMA : HILDAYANTI

NIM : 019.01.3632

SEMESTER : V KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM

TAHUN AJARAN 2021/2022

1. MENURUT ANDA APAKAH FENOMENA POLITIK DAN HUKUM DI INDONESIA


SAAT INI YANG TERKAIT BERPENGARUH TERHADAP KEPERAWATAN ?
Masalah kesehatan di Indonesia merupakan masalah yang kompleks yang memerlukan
berbagai upaya komprehensif dan kontribusi dari berbagai pihak dan berbagai disiplin
ilmu. Keperawatan sebagai salah satu profesi dengan disiplin ilmu yang unik dan dengan
ciri praktik keperawatan bersifat konstan, koordinatif dan advokatif serta merupakan
mayoritas tenaga kesehatan dan penjalin kontak pertama dengan penerima pelayanan
kesehatan.. Keperawatan sebagai pelayanan professional dan sebagai bagian integral dari
pelayanan kesehatan merupakan kiat dan ilmu dalam memberikan asuhan keperawatan
bio-psiko-sosialkultural yang komprehensif kepada sistem klien yaitu individu,
kelompok, keluarga dan komunitas, pada kondisi sakit maupun sehat sepanjang daur
kehidupan. Keperawatan memberikan bantuan bagi mereka yang mengalami kelemahan
karena ketidakmampuan, ketidaktahuan dan ketidakmauan untuk hidup secara mandiri
dan melakukan kegiatan hidup sehari hari. Lingkup praktik keperawatan didefinisikan
dalam kerangka kerja regulatori legislatif dan mengkomunikasikan kepada orang lain
tentang peran, kompetensi (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) serta akuntabilitas
professional perawat. Kewenangan keperawatan diperoleh dari pengetahuan berdasarkan
evidence dalam praktik. Bagaimanapun juga, keperawatan berhubungan dengan profesi
kesehatan lain melalui kegiatan kolaborasi, merujuk dan berkordinasi, sehingga telah
membangun body of knowledge yang unik dan juga berbagi dalam praktik. Oleh karena
itu, perawat harus berperan aktif dalam arena politik dan juga dalam organisasi profesi.
Untuk itu perawat perlu memahami proses politik dan hal hal terkait dengan keputusan
politik. Dengan banyaknya suara yang ingin didengar dalam lingkaran pengambilan
keputusan, maka biasanya hanya orang yang memahami kekuasaan dan politik yang
paling memungkinkan untuk memperoleh sumber sumber yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan akhir yang diinginkan. Sebenarnya dalam sejarah perkembangan
keperawatan di dunia, perawat selalu dilibatkan dalam politik. Florence Nightingale
menggunakan kedekatannya dengan tokoh pejabat pemerintahan yang sangat berkuasa
untuk medapatkan suplai dan SDM yang diperlukan untuk merawat tentara yang luka saat
perang Crimia. Di Indonesia. Kebangkitan keperawatan sebagai profesi yang sekaligus
merupakan deklarasi dan janji komunitas keperawatan kepada masyarakat Indonesia
secara luas bahwa tenaga keperawatan sebagai tenaga professional mempunyai kewajiban
peran dalam lingkup praktik keperawatan secara mandiri dan berkolaborasi. Untuk itu,
perawat yang memenuhi kualifikasi diberi kewenangan untuk melakukan praktik Setelah
30 tahun dari deklarasi pertama bahwa keperawatan sebagai profesi dan upaya menuju
perwujudannya, ternyata tidak mudah dan berjalan tidak secepat yang diharapkan.
Langkah penataan awal yang memang sudah dihadapkan pada berbagai tantangan, antara
lain; jumlah mayoritas perawat berpendidikan rendah, sangat langka posisi kunci di
pemerintahan dan diparlemen yang dijabat oleh perawat, rasa kesatuan dan persatuan
yang belum membudaya untuk memajukan profesi keperawatan, tekanan budaya
hubungan kerja dengan profesi lain yang menempatkan perawat dalam posisi tawar yang
rendah, kolabarasi dan networking yang terbatas, kemampuan menulis dan
mempublikasikan tulisan tentang profesi keperawatan dan kontribusinya bagi masyarakat
masih rendah, dan tidak kalah pentingnya adalah rendahnya kemampuan perawat untuk
memahami tentang dimana keputusan strategis dibuat, siapa yang membuat keputusan,
dan bagaimana perawat bisa mempengaruhi proses pembuatan keputusan strategis yang
akan menghasilkan kebijakan, peraturan dan perundang undangan. Ada baiknya kita
melakukan kilas balik tentang perkembangan profesi keperawatan yang berhubungan
dengan pengaruh politik di Indonesia. Pada 1998 rencana strategik pengembangan sistem
keperawatan disusun dengan dukungan Depkes dan WHO. Ini merupakan renstra
nasional pertama yang pernah disusun. Belum ada profesi kesehatan lain yang memiliki
renstra seperti yang dibuat untuk keperawatan. Regulasi Keperawatan menjadi salah satu
bidang hasil pokok renstra tsb, strategi kunci keberhasilan dalam perjuangan untuk
mensukseskan pengesahan RUU Keperawatan menjadi UU Keperawatan, serta peran
organisasi profesi PPNI dan focal points keperawatan. Proses politik yang perlu dipahami
adalah: 1. Selalu terpapar tentang berbagai isu yang berkembang dan sumber informasi
untuk menjaga konsistensi substansi dan memanfaatkan setiap momentum penting yang
ada. 2. Memberikan suara bagi calon anggota legislatif dan presiden yang peduli tentang
masalah keperawatan dan perawat melalui upaya mendukung pengesahan Undang
Undang Keperawatan. 3. Memelihara hubungan dan terus berkomunikasi dan
memperluas kerjasama dengan berbagai elemen masyarakat dilakukan secara personal
maupun dalam kegiatan organisasi untuk meembangun hubungan yang bernilai politik
terus dilakukan tidak saja secara internal, namun juga ekstenal. 4. Memperluas sosialisasi
internal dan eksternal dilakukan untuk meningkatkan dukungan dan meminimalkan
resistensi terhadap RUU Keperawatan agar dapat segera disahkan. kehilangan pandangan
tentang maksud awal mengapa penting adanya kebijakan dan peraturan dan perundangan
undangan tertentu.

2. JELASKAN APA KAITAN / PENGARUHNYA TERHADAP KEPERAWATAN ?

Saat ini, perkembangan keperawatan didunia menjadi acuan dasar bagi perawat dalam
melakukan perubahan mendasar pada kegiatan profesinya. Pada awalnya, pekerjaan
perawat merupakan pekerjaan vokasional tapi saat ini bergeser menjadi pekerjaan
professional. Perawat yang dahulu berfungsi sebagai perpanjangan tangan dokter, dan
bagian dari tujuan pelayanan klinis, tetapi sekarang berkesempatan memiliki pelayanan
keparawatan mandiri sebagai upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan. Ketika
perawat melakukan praktik keperawatan, diwajibkan untuk menjunjung asas etik dan
profeonalisme. Bagi perawat, asas etik adalah salah satu pondasi yang sangat penting
dalam membuat hubungan baik dengan semua pihak dalam memberi pelayanan
keperawatan. Adanya hubungan yang baik dengan semua pihak yang berperan dalam
pemberian pelayanan kesehatan membuat kemudahan untuk mencapai tujuan bersama,
yaitu kepuasan dan kesembuhan pasien. Adanya hukum antara pasien dan perawat
dimulai dari keperdataan. Untuk mengetahui kedudukan hubungan perawat dan pasien
dalam landasan hukum, dapat dilihat pada pasal 1367 KUH Perdata yang mengemukakan
"Seseorang tidak hanya bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan atas
perbuatannya sendiri, melainkan juga atas kerugian yang disebabkan perbuatan-perbuatan
orang-orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan orang-orang yang berada
dibawah pengawasannya". Apabila terdapat kerugian yang dialami pasien karena
tindakan yang berakibat fatal akan memunculkan permasalahan hukum, khususnya pada
hukum perdata dirumusan pasal 1365 KUH Perdata tentang perbuatan melawan hukum
yang berisikan "Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian kepada
orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya
untuk menggantikan tersebut". Dalam menjalankan tugas dan kewenangan profesinya
perawat secara prinsip telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
1293/Menkes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat. Keputusan Menteri ini
sebagai peraturan teknis yang diamanatkan UU Kesehatan Tahun 1992 dan peraturan
pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
Pada Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 menjabarkan bahwa perawat adalah salah
satu tenaga kesehatan yang mempunyai kewenangan dan fungsi khusus yang
membedakannya dengan tenaga kesehatan lain. Peraturan tersebut merupakan peraturan
pelaksana, sebagai norma yuridis yang mengikat perawat dalam melaksanakan profesinya
di rumah sakit. Selan itu, ada kewajiban yang harus diingat dalam Pasal 16 yaitu pertama,
menghormati hak pasien. Kedua, merujuk kasus yang tidak dapat ditangani. Ketiga,
menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Keempat, memberikan informasi. Kelima, meminta pesetujuan tindakan yang akan
dilakukan. Keenam, melakukan catatan perawatan dengan baik. Ketika perawat dapat
melaksanakan kewajibannya dengan baik, maka perawat dapat memperoleh haknya
sebagaimana yang dijelaskan dalam Pasal 36 Undang-Undang No. 38 Tahun 2014
tentang Keperawatan yang mengemukakan bahwa "Perawat berhak memperoleh
perlindungan hukum sepanjang melaksanakan kewajibannya sesuai dengan standar
pelayanan keperawatan, mendapatkan informasi yang benar, lengkap dan jujur dari
pasien atau keluarganya mengenai kondisi atau penyakit pasien, agar perawat tidak
melakukan kesalahan/kelalaian dalam menentukan diagnosa penyakit pasien dan tidak
salah menentukan obat yang akan diberikan Selanjutnya mengenai tanggung jawab
hukum perawat dalam pelanggaran etik keperawatan. Kode etik merupakan suatu sistem
norma, nilai maupun aturan professional yang tertulis secara tegas dengan menyatakan
baik dan benar. Kode etik perawat sebagai standar professional yang diperuntukkan
sebagai pedoman berperilaku dan kerangka kerja dalam membuat keputusan
keperawatan..

Anda mungkin juga menyukai