Anda di halaman 1dari 16

SLE (Systemisc Lupus

Erythematosus)

Disusun oleh Kelompok 9:


Dela Hana Hanima (01.2.17.00596)
Elisabeth Panjaitan (01.2.17.00600)
Anastasia Dewi Aprila (01.2.17.00593)
Pengertian Systemisc Lupus
Erythematosus (SLE)
 “Lupus” adalah nama latin untuk “srigala”, dan dikenal luas dalam
ilmu kedokteran bahwa “ruam kupu-kupu” yang dilihat di pipi sebagai
penderita lupus serupa dengan wajah srigala sehingga disebut lupus-
erythematosus kali pertama untuk menyebut kelainan kulit oleh orang
Prancis, (Pierre Cazenave, 1851).
 SLE (Systemisc Lupus erythematosus) adalah penyakit autoimun,
artinya tubuh menghasilkan antibodi yang sebenarnya untuk
melenyapkan kuman atau sel kanker yang ada di tubuh, tetapi dalam
keadaan autoimun, antibodi tersebut ternyata merusak organ tubuh
sendiri (Djauzi, 2009).
Etiologi
 Lupus eritematosus sistemik (LES) merupakan kelainan
multisistem yang tidak diketahui etiologinya dan mempunyai
ciri-ciri adanya produksi autoantibodi pada sirkulasi dalam
jumlah besar. Produksi antibodi ini dapat disebabkan karena
hilangnya kontrol limfosit T terhadap aktivitas limfosit B,
Manifestasi klinis
 Gejala nonspesifik cukup sering ditemui dan dapat
bermanivestasi cukup nyata berupa rasa capek dan lemas
yang nyata, demam tidak tinggi, dan penurunan berat badan.
 Penyakit kulit dapat merupakan temuan yang utama, yang
terjadi sampai pada 95% anak. Ruam aritema yang meninggi
pada pipi, yang disebut butterfly rash, sering ditemui. Ruam
ini juga dapat terjadi menyebrang jembatan hidung pada
dahi, dan dagu.
Kriteria Diagnosis Lupus
Eritematosus Sistemik
 Tanda fisis
butterfly rash, Lupus discoid, Fotosensivita, Oral dan nasofaringeal, Arthritis
nonerosit (>2 sendi dengan edisi dan nyeri), Pleuritis atau perikarditis (serositis),
Kejang atau psikosis tanpa adanya metabolik toksin atau obat
 Data laboratorium
Penyakit ginjal (nefritis), Proteinuria (> 500 mg/24 jam) atau, Silinder sel (SDM,
granular, or tubular), Penyakit Hematologik, Anemia hemolitik dengan Atau
Leukopenia (<4000 pada dua kali pemeriksaan) atau , Limfopenia (<1500 pada dua
kali pemeriksaan) atau Trombositopenia (<100.000/mm²)
 Data serologi
Anti-dsDNA positif atau Anti-5m positif atau Bukti adanya antibodi Antibodi IgG atau
IgM atau Lupus atau VDRL positif Selama 6 bulan ANA positif tanpa adanya obat
yang diketahui menginduksi lupus
 Sistematik
Demam, Malaise, Penuruna Berat Badan, Lelah.
 Muskuloskletal
Miositis, Mialgia, Artralgia
 Kulit
Fenomena Raynaud, Alopesia, Urtikaria-angioedema, Panikulitis,
Livedo retikularis.
 Neuropsikiatri
Gangguan Kepribadin, Sroke, Neuropati perifer, Korea, Mielitis
transversa, Sakit Kepala migren, Depresi.
 Kardiopulmonar
Endokarditis, Miokarditis, Pneumonitis.
 Mata
Sindrom Episkleritis sika, Retinal cytoid bodies dimiringkan
 Gastrointestinal
Pankreatitis, Arteritis mesenterekia, Serositis, Hepatomegali, Hepatitis
(Lupoid Kronik), Splenomegali
 Ginjal
Nefritis, Nefrosis, Uremia, Hipertensi
 Reproduksi
Absorsi Spontan berkurang, Lupus eritematosus neonatal, Blok jantung
Kongenital.
Pemeriksaan Labratorium dan Pencintraan

 Pemeriksaan untuk LES dilakukan untuk menegakkan


diagnosis, menentukan prognosis, dan memantau respons
terapi. Meskipun nonspesifik, antibody antinuclear yang
positif ditemukan pada lebih dari 97% pasien dengan LES,
biasanya dengan titer yang tinggi. Karena sensitivitasnya
yang tinggi, antibody antinuclear yang negative mempunyai
nilai prediksi negative yang tinggi.
Tatalaksana
 Kortikosteroid telah menjadi tatalaksana utama LES selama
beberapa dekade. Metilprenisolon puls dan prednisone oral
dosis tinggi (sampai 2 mg/kg) pada awalnya perlu diberikan,
diikuti tapering secara hati-hati untuk meminimalkan frekuensi
gejala. Obat antifnlamasi nonstreoid telah digunakan untuk
mengobati arthralgia dan artritis yang berhubungan dengan
LES.
 Hidroksiklorokuin digunakan untuk tidak hanya untuk
tatalaksana penyakit lupus kulit, seperti lupus diskoid, namun
juga sebagai terapi rumatan. Terapi hidroksiklorokuin
memberikan rasa nyaman yang lebih lama di antara flare dan
juga menurunkan jumlah flare.
 Pasien dengan LES harus dikonseling untuk menggunakan
sun block dan menghindari paparan sinar matahari dapat
menyebabkan flare penyakit.
Komplikasi
 Komplikasi jangka panjang mencakup nekrosis avaskular
sekunder akibat penggunaan kortikosteroid, infeksi, dan
infark miokard.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Pengkajian :
Data subyektif :
 Pasien mengeluh terdapat ruam-ruam merah pada wajah yang menyerupai
 bentuk kupu-kupu.
 Pasien mengeluh rambut rontok.
 Pasien mengeluh lemas
 Pasien mengeluh bengkak dan nyeri pada sendi.
 Pasien mengeluh sendi merasa kaku pada pagi hari.
 Pasien mengeluh nyeri
Data obyektif :
 Terdapat ruam – ruam merah pada wajah yang menyerupai
bentuk kupu-kupu.
 Nyeri tekan pada sendi.
 Rambut pasien terlihat rontok.
 Terdapat luka pada langit-langit mulut pasien.
 Pembengkakan pada sendi.
 Pemeriksaan darah menunjukkan adanya antibodi
antinuclear.
Diagnosa Keperawatan
 Kerusakan Intergritas Kulit
NANDA:Kerusakan Integritas Kulit (00046)
NOC: Integritas Jaringan : Kulit dan Membran Mukosa (1101)
NIC: Perawatan Daerah (Area) Sayatan (3440), Perawatan Luka Tekan
(3520), Pengecekan Kulit (3590), Perawatan Luka (3660)

 Intoleransi Aktivitas
NANDA: Intoleran aktivitas (00092)
NOC:Daya tahan ( 0001 ), Toleransi terhadap aktivitas (0005), Energi
psikomotor (0006)
NIC: Manajemen energy (0180), Perawatan jantung : rehabilitative
(4046), Terapi aktivitas (4310)
 Keletihan
NANDA: Keletihan (00093)
NOC:Tingkat Kelelahan ( 0007 ), Kelelahan: Efek yang
Mengganggu ( 0008 )
NIC:Manajemen Energi (0180)
EVALUASI
1. Untuk mengurangi kerusakan pada kulit
2. Untuk membantu aktivitas klien
3. untuk mengurangi keletihan
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai