Anda di halaman 1dari 5

FAKTOR PRESIPITASI

Secara umum, seseorang akan mengeluarkan respon marah apabila merasa dirinya terancam.
Ancaman tersebut dapat berupa luka secara psikis atau lebih dikenal dengan adanya ancaman
terhadap konsep diri seseorang. Ketika seseorang merasa terancam, mungkin dia tidak menyadari
sama sekali apa yang menjadi sumber kemarahannya. Oleh karena itu, baik perawat maupun
klien harus bersama-sama mengidentifikasinya. Ancaman dapat berupa internal ataupun
eksternal Contoh stresor eksternal: serangan secara psikis, kehilangan hubungan yang dianggap
bermakna, dan adanya kritikan dari orang lain.

Sedangkan contoh dari stresor internal: merasa gagal dalam bekerja, merasa kehilangan orang
yang dicintai, dan ketakutan terhadap penyakit yang diderita. Bila dilihat dari sudut perawat-
klien, maka faktor yang mencetuskan terjadinya perilaku kekerasan terbagi dua, yakni:

1. Klien: kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kurang percaya diri


2. Lingkungan: ribut, kehilangan orang atau objek yang berharga, konflik interaksi sosial

Faktor presipitasi bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain. Kondisi
klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri yang
kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan
yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang
dicintai/pekerjaan, dan kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi sosial yang
profokatif dan konflik dapat pula pemicu perilaku kekerasan (Keliat, 1996).

6. MEKANISME TERJADINYA PERILAKU AGRESI

Tindak kekerasan pada agresi permusuhan timbul sebagai kombinasi antara frustasi yang
intens dengan stimulus (implus) dari uar sebagai pemicu. Pada hakekatrya, setiap orang memiliki
potensi untuk melakukan tindak kekerasan Namun pada kenyataannya, ada orang-orang yang
mampu menghindari kekerasan walau belakangan ini semakin banyak orang cenderung berespon
agresi. Ciri kepribadian (personality trait) seseorang sejak masabalita hingga remaja berkembang
melalui tahapan perkembangan kognitif (intelegensia), respon perasaan dan pola perilaku yang
terbentuk melalui interaksi faktor herediter, gen, karakter tempramen (nature) dan faktor pola
asuh, pendidikan, kondisi sosial lingkungan (murre) yang membentuk ciri kepribadiannya di
masa dewasa. Pola kepribadian tersebut yang membentuk refleks respon pikiran dan perasaan
seseorang saat menerima stimulus dari luar khususnya pada saat kondisi menerima stimulus
'ancaman. Bila refleks yang telah terpola berupa tindakan kekerasan, maka saat menghadapi
situasi ancaman' respon yang muncul adalah tindak kekerasan. Area di otak manusia yang
menjadi pusat emosi adalah pada 'sirkuit sistem mbik' yang meliputi thalamus hypothal amus
amygdala hypocampus Amigdala meniadi organ pusat perilaku agresi. Penelitian Bauman dkk

6. Klien mampu menggunakan aktivitas secara fisik untuk mengurangi perasaan marahnya

7. Mampu mentoleransi rasa marahnya

8. Konsep diri klien sudah meningkat

9. Kemandirian dalam berpikir dan aktivitas meningkat (Yosep, Iyus, 2007)

C. LAMPIRAN MODUL

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

RISIKO PERILAKU KEKERASAN

Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon terhadap stresor yang dihadapi oleh
seseorang. Respon ini dapat menimbulkan kerugian baik kepada diri sendiri, orang lain, maupun
lingkungan. Melihat dampak dari kerugian yang ditimbulkan, maka penanganan pasien dengan
perilaku kekerasan perlu dilakukan secara cepat dan tepat oleh tenaga-tenaga yang profesional
(Keliat, dan Akemat, 2009)

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan mampu

1. Mengkaji data perilaku kekerasan


2. Menetapkan diagnosa keperawatan berdasarkan data yang dikaji
3. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien
4. Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga
5. Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam menangani masalah perilaku
kekerasan
6. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien dengan perilaku kekerasan

B. PENGKAJIAN

1. Pengertian

Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang
secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini maka perilaku kekerasan dapat
dilakukan secara verbal diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan Perilaku
kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu saat sedang berlangsung perilaku kekerasan
atau riwayat perilaku kekerasan.

2. Tanda dan Gejala

Data perilaku kekerasan dapat diperol eh melalui observasi atau wawancara tentang perilaku
berikut ini:

a. Muka merah dan tegang


b. Pandangan tajam
c. Mengatupkan rahang dengan kuat
d. Mengepalkan tangan
e. Jalan mondar-mandir
f. Bicara kasar
g. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
h. Mengancam secara verbal atau fisik
i. Melempar atau memukul benda/orang lain
j. Merusak barang atau benda
k. Tidak mempunyai kemampuan mencegah/mengontrol perilaku kekerasan

Data ini sesuai dengan format pengkajian untuk masalah perilaku kekerasan
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan ditetapkan sesuai dengan data yang didapat dan saat ini tidak
melakukan perilaku kekerasan tetapi pernah melakukan perilaku kekerasan dan belum
mempunyai kemampuan mencegah/mengontrol perilaku kekerasan tersebut

1. TINDAKAN KEPERAWATAN

1. Tindakan keperawatan untuk pasien

a. Tujuan

1. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan


2. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
3. Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya
4. Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya
5. Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya
6. Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, spiritual,
sosial, dan dengan terapi psikofarmaka

b. Tindakan

1. Bina hubungan saling percaya

Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien merasa
aman dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara. Tindakan yang harus saudara
lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah: mengucapkan
salam terapeutik; berjabat tangan; menjelaskan tujuan interaksi, dan membuat
kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu pasien.

8. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal

a. Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik, meminta
dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik

b. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal


9. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual:

a. Latihan mengontrol marah secara spiritual: sholat, berdoa


b. Buat jadwal latihan sholat, berdoa

10. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat

a. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama pasien,
benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat, dan benar dosis
obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat
b. Susun jadwal minum obat secara teratur

11. Ikut sertakan pasien dalam terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi mengontrol perilaku
kekerasan

Anda mungkin juga menyukai