Anda di halaman 1dari 4

2.5.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk memastikan jenis serangan stroke,

letak sumbatan atau penyempitan pembuluh darah, letak perdarahan, serta

luas jaringan otak yang mengalami kerusakan (Indarwati, Sari, & Dewi,

2008).

2.5.1 Pemeriksaan Magnetic Resonance Angiography (MRA)

Merupakan metode non-infasif yang memperlihatkan arteri karotis dan

sirkulasi serebral serta dapat menunjukan adanya oklusi (Hartono,

2010).

2.5.2 Pemeriksaan Magnetic Imaging Resonance (MRI)

Pemeriksaan MRI menunjukkan daerah yang mengalami infark atau

hemoragik (Oktavianus, 2014). MRI mempunyai banyak keunggulan

dibanding CT dalam mengevaluasi stroke, MRI lebih sensitif dalam

mendeteksi infark, terutama yang berlokasi dibatang otak dan

serebelum (Farida & Amalia, 2009).

2.5.3 CT Scan

Memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya

jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti.

(Wijaya & Putri, 2013).

2.5.4 Lumbal Pungsi

Pemeriksaan fungsi lumbal menunjukkan adanya tekanan (Oktavianus,

2014). Tekanan normal biasanya ada trombosis, emboli dan Transient

ischaemic attack (TIA), sedangkan tekanan yang meningkat dan cairan


yang mengandung darah menunjukkan adanya perdarahan subarachnoid

atau intrakranial (Wijaya & Putri, 2013).

2.5.5 USG Karotis dan Dopler Transkranial

Pemeriksaan ultrasonografi karotis dan dopler transkranial yaitu

mengukur aliran darah serebral dan mendeteksi penurunan aliran darah

stenosis di dalam arteri karotis dan arteri vetebrobasilaris selain

menunjukan luasnya sirkulasi kolateral. Kedua pemeriksaan ini dapat

digunakan untuk mengkaji perburukkan penyakit vaskular dan

mengevaluasi efek terapi yang ditimbulkan pada vasospasme, seperti

yang terjadi pada perdarahan subaraknoid. Angiografi serebral

merupakan prosedur invasif yang menggunakan media kontras untuk

menunjukan pembuluh darah serebral, kepatenan, dan lokasi stenosis,

oklusi atau aneurisma. Pemeriksaan aliran darah serebral membantu

menentukan derajat vasopasme (Hartono, 2010).

2.5.6 Pemeriksaan EKG

Dapat membantu mengidentifikasi penyebab kardiak jika stroke emboli

dicurigai terjadi (Hartono, 2010).

2.5.7 Pemeriksaan EEG

Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak atau

mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik (Wijaya & Putri,

2013).

2.5.8 Sinar X tengkorak

Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang

berlawanan dari masa yang luas, klasifikasi karotis interna terdapat


pada trobus serebral. Klasifikasi parsial dinding, aneurisma pada

perdarahan sub arachnoid (Wijaya & Putri, 2013).

2.5.9 Pemeriksaan Darah

Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan elektrolit, fungsi ginjal, kadar

glukosa, lipid, kolestrol, dan trigliserida dilakukan untuk membantu

menegakan diagnose(Hartono, 2010).

2.5.10 Pemeriksaan foto thorax

Dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran

ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada

penderita stroke, menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal

daerah berlawanan dari masa yang meluas (Wijaya & Putri, 2013).

2.6. Masalah Keperawatan

1. Pola nafas tidak efektif


2. Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral
3. Gangguan mobilitas fisik 
4. Kerusakan komunikasi verbal
5. Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting
6. Resiko kerusakan integritas kulit
7. Resiko Aspirasi
8. Resiko trauma
9. Resiko injuri
10. Defisit pengetahuan

Daftar Pustaka
Indarwati , L., Sari, W., & Dewi, C. S. (2008). Care Yourself, Stroke.

Penebar Plus: Depok

Hartono, Jogiyanto. (2010). Metodologi Penelitian Bisnis: Salah

Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman. Edisi Pertama. BPFE.

Yogyakarta.

Oktavianus. (2014). Asuhan Keperawatan pada Sistem Neurobehavior.

Jakarta: Graha Ilmu.

Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2,

Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta :

Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai